Anda di halaman 1dari 11

Contoh Format:

LAPORAN PENELITIAN ETNOGRAFI

SOLIDARITAS KELOMPOK PEDAGANG WARUNG


ANGKRINGAN DI KOTA PONOROGO

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Akhir


Mata Kuliah “Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia”
Dosen Pengampu: Drs. Much. Khoiri, M.Si.

Oleh:

TATA PLASTIKA TALIRAFIA


NIM 0900000000000000

Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris


Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Surabaya
2010
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Metode Penelitian 5
Bab 2 Kajian Pustaka 7
2.1 Penelitian Sebelumnya yang Relevan 7
2.2 Pengertian Solidaritas 8
2.3 Proses Solidaritas 9
2.4 Bentuk-bentuk Solidaritas 12
2.5 Sebab dan Akibat Solidaritas 14
Bab 3 Hasil Penelitian dan Bahasan 16
3.1 Deskripsi Terjadinya Solidaritas Pedagang Angkringan 16
3.2 Faktor-Faktor Penyebab Solidaritas Pedagang Angkringan 20
3.3 Dampak Solidaritas Sosial Pedagang Angkringan 24
Bab 4 Simpulan 28
Referensi 31
Lampiran: 32

Bab 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


• Gambaran, deskripsi, atau narasi sekilas tentang fenomena yang dimaksud
—misalnya komunitas pedagang angkringan di kota Ponorogo.
• Apa yang menarik dari komunitas pecinta sepeda tua di kawasan
Driyorejo? –solidaritas kelompok yang dikembangkan di antara
anggotanya.
• Alasan memilih topik ‘solidaritas sosial’?
• Arahkan ke permasalahan, dengan mengajukan narasi/deskripsi yang
relevan, misalnya:
“Solidaritas kelompok yang dibangun oleh pedagang warung angkringan
di kota Ponorogo ini mengalami proses sosial dan kultural yang cukup
panjang, semenjak ia dirintis pada tahun 1996 hingga ia memiliki anggota
sekitar 300 orang tahun 2010 ini. Hal ini tak lepas dari ikatan pertemanan
(kekerabatan) yang kokoh di antara anggotanya, termasuk juga berkat
dukungan dana yang memadai. Tak heran, kesolidan (soliditas) solidaritas
kelompok mereka membuahkan manfaat yang tak kecil. Sebagai contoh,
jika ada anggota atau keluarga anggota mengalami suatu musibah, mereka
mampu mengumpulkan dana keprihatinan untuk yang bersangkutan; dan
tentu saja mereka membezuk atau mendatanginya.”
• Ajukan penegasan untuk mengkaji permasalahan yang hendak diajukan.
Misalnya:
“Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk menelisik lebih jauh mengenai
bagaimana gambaran solidaritas kelompok di antara mereka. Di samping
itu, juga menarik untuk melacak faktor-faktor penyebab dan dampak
terjadinya solidaritas kelompok mereka.”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian dapat
dirumuskan berikut ini:
1. Bagaimana gambaran solidaritas kelompok yang terjadi di kalangan
pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya solidaritas kelompok
di kalangan pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo?
3. Dampak apakah yang ditimbulkan oleh terjadinya solidaritas kelompok di
kalangan pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo?

1.3 Tujuan Penelitian


Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memberikan gambaran atau deskripsi tentang solidaritas kelompok yang
terjadi di kalangan pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo.
2. Mengungkap faktor-faktor penyebab terjadinya solidaritas kelompok di
kalangan pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo;
3. Mengungkap dampak yang ditimbulkan oleh terjadinya solidaritas
kelompok di kalangan pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo.

1.4 Metode Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian etnografi untuk mendapatkan data secara
menyeluruh dan cukup tentang solidaritas kelompok yang terjadi di kalangan
pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo. Adapun teknik penelitian
yang diterapkan adalah:
• Observasi (jelaskan)
• Wawancara (jelaskan)
• Dokumentasi (jelaskan)
• Jejak biografi (jelaskan)
• Focus group discussion (jelaskan)
• Dst.

Bab 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya yang Relevan


Ajukan hasil penelitian sebelumnya yang relevan:
• Topiknya sama (meski subjek penelitian berbeda)
• Subjeknya sama (meski topik penelitian berbeda)
• Topik dan subjeknya sama (tapi metode penelitian berbeda)
2.2 Pengertian Solidaritas
Gunakan sumber rujukan (referensi) yang tepat dan memadai. Misalnya:
Solidarity may be defined as ‘an entire union of interests and
responsibilities in a group’, involving communal ‘interests, objectives
or standards’. The term ‘solidarity’ is not much in fashion, but
because it has a well-defined meaning and because any alternatives
are verbose, I propose to use it here. In particular, solidarity highlights
the way in which God has given humanity in general and his people in
particular a common life with common concerns and responsibilities, so
that the actions of one may deeply affect others for good or ill. The
Epistle to the Hebrews is not unique in its debt to this Old Testament
concept, but is a particularly striking example of its application,
particularly in the way that it portrays Christ’s solidarity with
humanity.(Grogan, 1998:1)

2.3 Proses Solidaritas


• Gunakan sumber rujukan (referensi) yang tepat dan memadai.
2.4 Bentuk Solidaritas
Gunakan sumber rujukan (referensi) yang tepat dan memadai.
Ada dua bentuk solidaritas: solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
Menurut pendapat Emile Durkheim (dalam Johnson, 1994:….) bahwa
solidaritas mekanik didasarkan pada suatu kesadaran kolektif bersama, yang
menunjukkan pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen
bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu. Solidaritas
ini tergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama,
menganut kepercayaan, dan pola normatif yang sama.

Sementara itu, solidaritas organik muncul karena pembagian kerja bertambah


besar. Solidaritas ini didasarkan pada tingkat saling ketergantungan yang
tinggi. Saling ketergantungan ini bertambah sebagai hasil dari bertambahnya
spesialisasi dalam pembagian pekerjaan karena bertambahnya perbedaan di
kalangan individu. Dalam solidaritas organik ditandai oleh pentingnya hukum
yang bersifat memulihkan (restitutive) dan berfungsi untuk mempertahankan
atau melindungi pola saling ketergantungan yang komplek antara berbagai
individu yang berspesialisasi atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
(Johnson, 1994: …..)

2.5 Penyebab dan Akibat Solidaritas Sosial


• Gunakan sumber rujukan (referensi) yang tepat dan memadai.

Bab 3
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

3.1 Deskripsi Terjadinya Solidaritas Kelompok Pedagang Angkringan


3.1.1 …………..
3.1.2 …………….
3.2 Faktor-Faktor Penyebab Solidaritas Kelompok Pedagang Angkringan
3.2.1 ……………….
3.2.2 ……………….
3.2.3 ……………….

3.3 Dampak Solidaritas Solidaritas Kelompok Pedagang Angkringan


3.3.1 …………………
3.3.2. ………………..

Bab 4
SIMPULAN
Simpulan harus memberikan jawaban terhadap rumusan masalah yang
telah dibahas dalam Bab 3. Contohnya sebagai berikut:
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa jalinan solidaritas kelompok
pedagang Warung Angkringan di Kota Ponorogo tidak hanya terjadi di antara
ketua kelompok dengan anggota kelompok tetapi juga terjadi di antara sesama
anggota kelompok dan bahkan antara kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain. Adanya jalinan solidaritas kelompok tersebut terbukti mampu
mempengaruhi perkembangan kelompok pedagang Warung Angkringan di Kota
Ponorogo.
Solidaritas antara ketua dengan para anggota kelompok pedagang Warung
Angkringan terjadi baik pada saat ketua kelompok memberikan informasi
peluang usaha dan perkembangan Warung Angkringan di Kota Ponorogo kepada
teman, saudara, atau tetangga di daerah asalnya dan sekaligus mengajak mereka
untuk membuka usaha Warung Angkringan di Kota Ponorogo, maupun
membantu anggota kelompok yang baru tersebut mencarikan tempat usaha yang
strategis, membantu permodalan, penyediaan jajanan dan makanan, dan
menyediakan tempat tinggal. Kesediaan pedagang Warung Angkringan yang
baru untuk menjadi anggota kelompok harus secara rela mematuhi aturan
pembagian kerja yang ada di dalam kelompok tersebut.
Pembagian kerja dalam kelompok pedagang Warung Angkringan di Kota
Ponorogo merupakan komitmen bersama antara ketua dan anggota kelompok.
Pedagang Warung Angkringan golongan mandiri secara otomatis menjadi ketua
kelompok dan mempunyai anggota sebanyak empat sampai dengan delapan
pedagang Warung Angkringan golongan semi mandiri dan atau non mandiri.
Ketua kelompok mempunyai wewenang untuk membuat jajanan dan makanan
yang akan dijual sendiri maupun akan dijualkan oleh anggota kelompoknya.
Besarnya keuntungan yang akan diambil dari hasil penjualan jajanan dan
makanan oleh para anggota kelompok biasanya diserahkan sepenuhnya
berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat oleh para anggota. Selain membantu
dalam penyediaan jajanan dan makanan tersebut, ketua kelompok juga akan
membantu para anggotanya untuk mencari lokasi usaha yang strategis dan
sekaligus ijinnya, membuatkan gerobak Angkringan bagi anggota yang tidak
mempunyai dana untuk membuat sendiri, menyediakan tempat tinggal bagi
anggota yang tidak mampu sewa rumah atau kost sendiri.
Solidaritas di antara anggota kelompok pedagang warung Angkringan
dalam bentuk saling membantu jika ada yang mempunyai masalah keuangan,
membantu dalam setiap acara hajatan seorang anggota kelompok, dan saling
mematuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama terkait besarnya keuntungan
yang akan diambil dalam penjualan jajanan dan makanan. Solidaritas di antara
kelompok pedagang Warung Angkringan yang satu dengan kelompok yang lain
terjadi dalam bentuk saling menghormati dalam pemilihan lokasi usaha yang
strategis yang diusahakan tidak saling berdekatan, kesepakatan pengambilan
jajanan dan makanan dari ketua kelompok yang lain pada saat ketua kelompok
tidak berjualan, dan saling membantu dan sekaligus menghadiri hajatan yang
dilaksanakan oleh pedagang Warung Angkringan dari kelompok yang lain.
Berdasarkan uraian di atas, jalinan solidaritas yang ada dalam kelompok
pedagang Warung Angkringan di Kota Ponorogo berbentuk upaya saling
memberikan informasi tentang peluang usaha, membantu pemilihan lokasi usaha
yang strategis, membantu permodalan, penyediaan jajanan dan makanan,
membantu penyediaan tempat tinggal, saling menjalin hubungan kekeluargaan,
dan saling menghormati dan mematuhi kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Fenomena tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Granovetter pada
tahun 1974 (Damsar, 1997: 48), yang menjelaskan bahwa kuatnya suatu ikatan
jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan pekerjaan.
Dalam hal ini, jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam
berimigrasi dan kewiraswastaan imigran. Jaringan tersebut merupakan ikatan
antar pribadi yang mengikat para migran melalui kekerabatan dan persahabatan
komunitas asal yang sama. Selain itu, kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi
pada komunitas migran dimudahkan oleh jaringan dari ikatan dalam saling
tolong menolong, sirkulasi modal, bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.

REFERENSI

Damsar.1997.Sosiologi Ekonomi . Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Grogan, G.W. 1998. The Old Testament Concept of Solidarity in


Hebrews. In
Tyndale Bulletin 49.1; 159-173.

Johnson, Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Terjemahan
Robert M. Z. Lawan). Jakarta: Penerbit PT. Gramadia Pustaka Utama.

Setiawan, Bobi B.. 2004. Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di
Kampung.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta Lokasi Penelitian


Lampiran 2: Data SubjekPenelitian
Lampiran 3: Pedoman Wawancara
Lampiran 4: Foto-Foto Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai