Anda di halaman 1dari 11

Pemetaan Risiko Dalam Administrasi Piutang Pajak

 Terkait Nilai dan Mutasi Piutang

No. Area Risiko Risiko Potensial Kategori Risiko Dampak Risiko Penanganan Risiko
1 Penambahan  Jumlah penambahan Operasional  Saldo piutang pajak tidak valid  KPP melampirkan daftar rekapitulasi SKP/STP yang
jumlah piutang piutang dari SKP/STP pada dan kurang dapat diandalkan. diterbitkan dalam bulan bersangkutan dalam Laporan
dari penerbitan laporan perkembangan  Mutasi piutang tidak valid. Perkembangan Piutang Pajak yang disampaikan ke
SKP/STP piutang tidak sesuai dengan Kanwil.
daftar rekapitulasi SKP/STP
yang diterbitkan di KPP.

 Terdapat SKP yang jumlah  Nilai ketetapan pajak yang Wajib pajak memiliki opsi untuk tidak menyetujui
Finansial
pajaknya tidak disetujui WP bersangkutan berpotensi jumlah pajak terutang, terbatas pada surat ketetapan
dan belum lewat jangka membebani posisi keuangan berdasarkan hasil pemeriksaan dan bukan penelitian
waktu 3 bulan bagi WP Negara. yang terbit mulai tahun 2008. Dalam hal ini, maka
untuk mengajukan  Mempengaruhi tingkat piutang pajak yang diakui adalah sebesar jumlah yang
keberatan, tetapi telah pencapaian kinerja. disetujui wajib pajak (Peraturan Dirjen Pajak No.
dicatat sebagai piutang  Saldo piutang pajak tidak 08/PJ/2009).
pajak. valid.

2 Penambahan/peng  Jumlah penambahan/ Operasional  Saldo piutang pajak tidak valid  KPP melampirkan daftar rekapitulasi SK
urangan piutang pengurangan piutang dan kurang dapat diandalkan. Keberatan/Putusan PK/Banding yang diterbitkan
dari SK berdasarkan SK  Mutasi piutang pajak tidak dalam bulan bersangkutan dalam Laporan
Keberatan/Putusan Keberatan/Putusan valid. Perkembangan Piutang Pajak yang disampaikan ke
PK/Banding PK/Banding pada laporan Kanwil.
perkembangan piutang
tidak sesuai dengan daftar
rekapitulasi di seksi
pelayanan KPP.

 Seksi Penagihan tidak Operasional  Nilai SKP bersangkutan telah  Seksi penagihan melakukan konfirmasi ke seksi
menerima tembusan tercatat sebagai piutang pajak pengawasan dan konsultasi (AR) tentang
permohonan keberatan WP dalam laporan perkembangan permohonan keberatan WP.
atas surat ketetapan yang piutang, sehingga saldo akhir  Penyempurnaan SI DJP agar perekaman permohonan
tidak disetujui, sehingga piutang pajak tidak keberatan yang diajukan WP dapat langsung terlihat
pengajuan keberatan atas mencerminkan kondisi yang dalam sistem.
SKP bersangkutan tidak sebenarnya.  KPP melampirkan daftar rincian SK
diketahui  Mutasi piutang pajak tidak Keberatan/Putusan PK/Banding bulan bersangkutan
valid. dalam Laporan Perkembangan Piutang Pajak yang
disampaikan ke Kanwil.

3 Penambahan/peng  Saldo piutang pajak WP Operasional  Saldo piutang pajak tidak valid  Kanwil dan KPP lebih memperhatikan prosedur
urangan piutang pindah belum dihapus dari dan kurang dapat diandalkan. administrasi untuk WP pindah sesuai surat S-
dari WP Pindah KPP lama meski sudah 14/PJ.0451/2007 tanggal 25 Januari 2007 dan S-
tercatat di KPP baru, 33/PJ.045/2008 tanggal 2 April 2008 yang terkait
sehingga piutang pajaknya dengan pembentukan KPP baru
menjadi beban di KPP lama  KPP melampirkan daftar rincian WP Pindah bulan
dan KPP baru. bersangkutan dalam Laporan Perkembangan Piutang
 Saldo piutang WP pindah Pajak yang disampaikan ke Kanwil.
sudah dihapus dari KPP  Seksi penagihan KPP baru mengirimkan surat
lama meski belum tercatat permintaan berkas WP ke KPP lama.
di KPP baru, sehingga
piutang pajaknya tidak
termasuk dalam saldo
laporan piutang pajak.
4
Pengurangan  Terdapat perbedaan jumlah Operasional  Saldo piutang pajak tidak valid  Sinkronisasi data SSP yang diterima di seksi pelayanan
piutang pajak dari pengurang piutang pajak dan kurang dapat diandalkan. dengan yang tertera di buku register seksi penagihan,
pembayaran lewat dari pembayaran melalui dan yang tercantum dalam laporan perkembangan
SSP SSP dalam Laporan piutang.
Perkembangan Piutang  KPP melampirkan daftar rekapitulasi data
dengan yang tertera dalam pembayaran melalui SSP yang diterima dalam bulan
daftar rekapitulasi dari seksi bersangkutan dalam Laporan Perkembangan Piutang
pelayanan KPP. Pajak yang disampaikan ke Kanwil.

 Terdapat perbedaan jumlah Operasional  Basis data pembayaran tidak  KPP melakukan rekonsiliasi antara data pembayaran
antara data pembayaran valid dan tidak dapat wajib pajak dari SSP lembar ke 3 dengan data MPN
dalam SSP lembar ke 3 diandalkan dari Seksi PDI secara berkala. Hasil rekonsiliasi
dengan data MPN. tersebut untuk dikirimkan ke Kanwil dan Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan secara berkala sesuai
format yang telah ditentukan.

 Manipulasi data wajib pajak  Berkurangnya penerimaan  Selisih dengan jumlah yang signifikan ditindaklanjuti
dalam sistem Fraud Negara dari sektor pajak. dengan penelitian, dan penyebab selisih dilampirkan
 Entry data fiktif  Pencitraan yang tidak baik dalam laporan hasil rekonsiliasi.
 Penghapusan data wajib bagi DJP.  KPP melampirkan print-out data MPN dalam Laporan
pajak dari system Perkembangan Piutang Pajak yang disampaikan ke
 Pemalsuan SSP lembar ke 3 Kanwil.
 Pembatasan akses ke sistem informasi, khususnya
masterfile WP dengan pemberian username dan
password hanya kepada pegawai yang langsung
berkepentingan.
5
Pengurangan  Terdapat perbedaan jumlah Operasional  Basis data pembayaran tidak  Sinkronisasi data Pbk dalam daftar rekapitulasi
piutang pajak dari pengurang piutang pajak valid dan tidak dapat dengan yang tertera di buku register seksi penagihan,
pembayaran lewat dari pembayaran melalui diandalkan dan yang tercantum dalam laporan perkembangan
pemindahbukuan Pbk dalam Laporan piutang.
(Pbk) Perkembangan Piutang  KPP melampirkan daftar rekapitulasi Pbk dalam bulan
dengan yang tertera dalam bersangkutan dalam Laporan Perkembangan Piutang
daftar rekapitulasi Pajak yang disampaikan ke Kanwil.
pemindahbukuan dari seksi
pelayanan KPP.
6
Pengurangan  Terdapat piutang pajak yang
 KPP secara berkala menginventarisir SKP/STP yang
piutang pajak dari telah daluwarsa tetapi Operasional  Saldo piutang pajak tidak
telah daluwarsa dan memastikan bahwa telah
Penghapusan belum dilakukan penyisihan akurat dan kurang dapat
dilakukan penyisihan atas SKP/STP bersangkutan.
dan masih dicatat sebagai diandalkan.
 KPP memastikan piutang pajak yang telah dihapuskan
piutang lancar, dan tidak
dalam KMK telah termasuk dalam laporan bulanan
diajukan usulan
perkembangan piutang, dan telah terekam dalam
penghapusan.
sistem.
 KPP melampirkan daftar piutang pajak yang
dihapuskan bulan bersangkutan dalam laporan
perkembangan piutang.
7 Rekonsiliasi saldo piutang pajak dalam laporan bulanan
Saldo piutang  Kekeliruan perekaman  Saldo piutang pajak tidak
perkembangan piutang dengan MPN, register
pajak yang angka maupun satuan, Operasional akurat dan kurang dapat
penerimaan di seksi pelayanan, dan laporan keuangan
tercantum dalam perekaman data yang sama diandalkan.
piutang pajak.
laporan setiap lebih dari satu kali, dsb.
bulan  Kekeliruan penjumlahan
matematis.
8  KPP secara berkala menginventarisir jumlah piutang
Proses usulan dan  Penghapusan piutang pajak
pajak yang telah mendekati daluwarsa dan membuat
penghapusan yang semestinya masih Operasional  Saldo akhir piutang pajak tidak
daftar usulan penghapusan untuk WP dengan kriteria
piutang pajak dapat dicairkan melalui akurat dan kurang dapat
sbb:
tindakan penagihan aktif, diandalkan.
- telah meninggal dunia (khusus WP OP)
tetapi luput dari pantauan  Berkurangnya potensi
- bubar, likuidasi, pailit, pengurus tidak dapat
dan akhirnya menjadi penerimaan Negara.
ditemukan (khusus WP Badan)
daluwarsa.
- tidak mempunyai harta lagi yang didukung
dengan surat dari instansi berwenang
- telah disampaikan surat paksa melalui PEMDA
 Penghapusan piutang pajak
setempat
yang semestinya masih
- telah daluwarsa
dapat ditagih karena WP/PP
- sebab lain; contoh: bencana alam, dsb.
masih aktif dan beroperasi.
 Kanwil melakukan pengawasan terhadap KPP di
wilayahnya dalam hal usulan penghapusan. Mis:
menanyakan KPP yang tidak pernah mengusulkan
penghapusan piutang dalam jangka waktu tertentu.
 KPP menginventarisir piutang pajak yang akan
daluwarsa dalam 1 tahun ke depan dan mengirimkan
tindasannya ke Kanwil dan KPDJP.
 KPP memfokuskan upaya penagihan aktif terhadap
WP bersangkutan, mis: membuat daftar usulan
penelitian setempat ke Kanwil, koordinasi dengan
KPP lawan transaksi WP untuk memastikan masih ada
transaksi atau tidak, meminta keterangan dari pihak
pengelola gedung atau instansi berwenang di wilayah
usaha WP, dsb.

Terkait Proses Administrasi


9  Tindakan penagihan aktif  KPP menyediakan ruangan khusus untuk
Administrasi fisik  Hilangnya kohir dan atau
Operasional terhambat atau terhenti. penyimpanan berkas penagihan dengan alat
kohir dan dokumen lain dari
 Berkurangnya potensi pengaman yang baik dan menunjuk petugas di seksi
dokumen lain penatausahaan berkas WP
penerimaan Negara. penagihan sebagai penanggung jawab.
terkait penagihan
 Membuat rumah berkas penagihan per WP yang
piutang pajak
disusun sesuai tahun pajaknya dan masing-masing
berisi SKP/STP, SK keberatan/peninjauan
kembali/putusan banding, SK
pembetulan/pengurangan/penghapusan sanksi,
SSP/STTS/SSB, print out MPN, bukti Pbk, dan berkas
lainnya.
 Melakukan scanning atas setiap keputusan upaya
hukum WP dalam bentuk image dan disimpan dalam
1 CD.
 Mengacu pada SE-50/PJ/2010.
 Menerbitkan kohir kembali berdasarkan data yang
tercantum dalam sistem (PMK No. 83/PMK.03/2010.
10
Perekaman dan  Ketidakcocokkan antara
Operasional  Saldo akhir piutang pajak tidak Rekonsiliasi antara saldo piutang pajak dalam sistem
pemutakhiran saldo piutang pajak pada
akurat dan kurang dapat dengan yang tertera pada laporan perkembangan
saldo piutang pajak sistem dengan hard copy
diandalkan. piutang pajak.
pada sistem laporan perkembangan
aplikasi DJP piutang.
 Kekeliruan perekaman
angka dan satuan nilai ke
dalam sistem.
Pemetaan Risiko Dalam Tindakan Penagihan

No. Area Risiko Risiko Potensial Kategori Dampak Risiko Penanganan Risiko
Risiko
1 Penerbitan Surat  WP tidak membayar
Teguran/Surat tunggakan pajaknya sampai Finansial  KPP meningkatkan upaya penagihan aktif dengan
Berkurangnya penerimaan Negara
Peringatan/Surat lain saat jatuh tempo Surat memfokuskan kepada 200 WP penunggak pajak
dari sektor pajak.
yang sejenis dan Teguran/Surat terbesar dan piutang pajak yang sudah mendekati
penyampaian Surat Peringatan/Surat lain yang daluwarsa.
Paksa (Pasal 7 UU No. sejenis dan sampai saat  Kanwil melakukan pemantauan kepada KPP di
19/2000 dan PMK No. disampaikan surat paksa wilayahnya atas proses penagihan aktif terhadap
24/PMK.03/2008) WP bersangkutan.

 Jumlah Jurusita di KPP Kinerja pencairan piutang menurun, KPP dapat menunjuk dan mengangkat jurusita dari
Operasional
kurang memadai sehingga target pencairan piutang pelaksana seksi penagihan sepanjang yang
dibandingkan beban kerja pajak sulit dicapai. bersangkutan memenuhi ketentuan Pasal 2 KMK No.
unit pelaksana penagihan di 562/KMK.04/2000. Apabila masih belum terpenuhi
KPP tersebut. dapat mengajukan permohonan penambahan
jurusita ke KPDJP.

 Jurusita pajak kurang Kinerja pencairan piutang pajak Kanwil memastikan bahwa setiap KPP paling sedikit
Operasional
didukung dengan sarana menurun, sehingga target pencairan memiliki 2 (dua) kendaraan operasional roda dua
prasarana operasional yang dapat tidak tercapai. dan 1 (satu) kendaraan operasional roda empat
memadai. untuk pelaksanaan kegiatan penagihan (SE-
05/PJ.04/2008). Apabila terdapat kekurangan dapat
mengajukan permohonan penambahan fasilitas ke
KPDJP.

 Alamat WP tidak akurat. WP/PP tidak dapat ditemukan  Optimalisasi proses identifikasi WP pada saat WP
Operasional sehingga menghambat tindakan mendaftar di seksi pelayanan, dan pada saat
penagihan dan proses proses pemeriksaan yang menghasilkan
pengidentifikasian harta WP/PP tidak ketetapan pajak sebagai dasar penagihan pajak.
dapat dilaksanakan.  Konfirmasi ke pihak ketiga
2 Penerbitan Surat  WP menghalang-halangi Fisik jurusita sebagai pelaksana Koordinasi dengan pihak terkait, antara lain
Perintah Melaksanakan proses penyitaan Operasional penyitaan dapat terancam. Kepolisian dan Pemda dalam melaksanakan proses
Penyitaan (Pasal 12 UU sita.
No. 19/2000)

 WP tidak memiliki asset non Berkurangnya jumlah pencairan Optimalisasi proses identifikasi harta/asset yang
operasional yang memadai Finansial piutang pajak yang dapat direalisasi. dimiliki WP/PP pada saat pemeriksaan maupun saat
untuk disita penyampaian surat paksa, sehingga pelaksanaan sita
dapat diprioritaskan pada WP/PP yang memiliki
asset memadai.

3 Penjualan/Pelelangan  Hasil lelang atas aset WP Berkurangnya jumlah pencairan Optimalisasi publikasi pelaksanaan lelang sehingga
Barang Sitaan (UU No. yang disita tidak mencukupi Finansial piutang pajak yang dapat direalisasi. lelang dapat dihadiri sebanyak mungkin pembeli
19/2000 dan PMK No. untuk kompensasi pajak potensial dan menghindari mafia perlelangan.
24/PMK.03/2008) terutang

4 Proses Pemblokiran WP/PP tidak memberikan Proses penyitaan tidak dapat Bekerjasama dengan pihak ketiga yang memiliki
dan Penyitaan kuasa kepada bank untuk Operasional dilakukan, sehingga menghambat wewenang, dalam hal ini Gubernur BI, untuk
Rekening WP/PP memberitahukan saldo keseluruhan tindakan penagihan aktif. memerintahkan bank memberitahukan saldo
kekayaannya yang kekayaan WP/PP yang tersimpan di bank.
tersimpan pada bank
bersangkutan, sehingga
penyitaan tidak dapat
dilakukan

5 Proses Pelaksanaan WP/PP telah lebih dulu Tindakan penagihan menjadi terhenti KPP melakukan pemantauan atas WP yang memiliki
Pencegahan meninggalkan Indonesia Operasional dan berpotensi menjadi piutang tidak itikad kurang baik yang dapat diketahui dari proses
sebelum keputusan tertagih. tindakan penagihan aktif yang telah dilaksanakan
pencegahan dikeluarkan. sebelumnya, dan segera memulai proses
permintaan pencegahan.

6 Proses Pelaksanaan WP/PP yang akan disandera Tindakan penagihan menjadi terhenti Bekerjasama dengan pihak/instansi yang
Penyanderaan tidak dapat ditemukan, Operasional dan berpotensi menjadi piutang tidak berwenang, dalam hal ini kepolisian dan kejaksaan
bersembunyi, atau tertagih. untuk menghadirkan WP bersangkutan.
melarikan diri

7 Keseluruhan proses  Pelaksanaan tindakan Strategis  Biaya yang dikeluarkan untuk  Perumusan strategi kebijakan penagihan secara
pelaksanaan tindakan penagihan pajak kurang melaksanakan tindakan penagihan komprehensif dan detail, dengan mengakomodir
penagihan. efektif dan tidak efisien lebih besar daripada hasil kendala-kendala yang mungkin timbul dan
pencairan piutang pajak yang perkembangan kondisi di lapangan.
terealisasi.  Optimalisasi proses identifikasi harta/asset yang
dimiliki WP/PP pada saat pemeriksaan maupun
saat penyampaian surat paksa, sehingga biaya
penagihan dapat diperkirakan untuk tidak sampai
melebihi jumlah piutang pajak yang dapat
ditagih. (analisis cost effectiveness)
 Identifikasi kendala-kendala penagihan di
lapangan secara komprehensif untuk keperluan
pencegahan di masa yang akan datang dan
perencanaan penagihan yang efektif.

 WP/PP tidak dapat Berkurangnya jumlah pencairan  Menggali informasi dari pihak ketiga dan instansi
membayar tunggakan Finansial piutang pajak yang dapat direalisasi. terkait dengan WP untuk
pajaknya dikarenakan sebab  Pelaksanaan penagihan seketika dan sekaligus
di luar kekuasaannya atau terhadap WP yang terindikasi tidak akan
tidak memiliki itikad baik membayar tunggakan pajaknya dikarenakan hal-
untuk membayar. hal yang diatur dalam UU No. 27 Tahun 2007.

 Penyalahgunaan wewenang  Gagalnya proses pencairan piutang  Peningkatan pengawasan dan bimbingan
oleh Jurusita dalam proses Fraud pajak. konsultasi kepada jurusita pajak dari semua
penagihan pajak baik dalam  Berkurangnya penerimaan Negara jenjang struktur organisasi DJP terkait fungsi
bentuk kolusi, korupsi, dari sektor pajak. penagihan, termasuk dan tidak terbatas pada
ataupun tindak pidana lain.  Pencitraan yang tidak baik bagi DJP. kepala seksi penagihan KPP, Kepala KPP, Kanwil,
 Menghambat proses reformasi dan KPDJP.
birokrasi di DJP.  Penyempurnaan SOP terkait tugas dan fungsi
jurusita pajak secara berkesinambungan.
 Pelatihan untuk menumbuhkan integritas dan
ketaatan terhadap kode etik pegawai secara
berkala.

 Tindakan penagihan aktif  KPP mengirimkan daftar WP yang telah


belum dilaksanakan secara Operasional  Piutang pajak menjadi daluwarsa disampaikan surat paksa lengkap dengan
maksimal, dan dihentikan keterangan/catatan kondisi yang dihadapi untuk
hanya sampai surat teguran dan tidak dapat dicairkan lagi. masing-masing WP yang masuk dalam 200
atau penyampaian surat penunggak pajak terbesar ke Kanwil.
paksa.  Kanwil melakukan monitoring atas tindak lanjut
kegiatan penagihan aktif yang dilaksanakan
terhadap WP bersangkutan oleh KPP.

8 Kualitas SDM terkait  Alokasi jurusita ke KPP tidak  Analisis kebutuhan dan penempatan jurusita di
 Menurunkan kinerja pencairan
fungsi penagihan di KPP sesuai dengan kebutuhan Operasional KPP sesuai kebutuhan dan beban kerja tiap-tiap
piutang pajak.
KPP bersangkutan. KPP.
 Targat pencairan piutang dapat
 Jurusita tidak memenuhi  Pendidikan dan pelatihan yang memadai secara
tidak tercapai.
standar kompetensi jabatan berkala dan berkesinambungan untuk
 Menurunkan potensi penerimaan
 Kurangnya Integritas dan meningkatkan kemampuan, kualitas dan
Negara dari sektor pajak.
kepatuhan jurusita pajak keterampilan jurusita pajak.
terhadap ketentuan yang  Pelatihan untuk menumbuhkan integritas dan
berlaku kepatuhan jurusita secara berkala.
Pemetaan Risiko Dalam Administrasi Piutang PBB

No. Area Risiko Risiko Potensial Kategori Risiko Dampak Risiko Penanganan Risiko
1 Administrasi data  WP sudah membayar secara Operasional Basis data pembayaran PBB tidak  Dengan memperhatikan SE-44/PJ/2007, KPP
dan dokumen non elektronik, tetapi belum akurat, dan saldo piutang PBB kurang melakukan perekaman seluruh STTS yang
pembayaran PBB dilakukan pemutakhiran data dapat diandalkan. diterima dari Tempat Pembayaran (TP) PBB non
non elektronik. pembayaran dalam SISMIOP. elektronik yang telah diverifikasi keabsahannya,
dan melakukan monitoring perekaman.

 Adanya Surat Tanda Terima Fraud  Basis data pembayaran PBB tidak  Seksi PDI melakukan verifikasi keabsahan
Setoran palsu, sehingga piutang akurat, dan saldo piutang PBB kurang dokumen bukti pembayaran PBB dengan
PBB yang belum dibayar sudah dapat diandalkan. mencocokkan data dalam STTS dengan data
dikurangkan dari saldo piutang.  Berkurangnya potensi penerimaan tunggakan (negative list) pada SISMIOP (e.g.:
Negara dari sektor PBB. jumlah PBB terutang, tanggal jatuh tempo).
 Membandingkan data dari TP PBB dengan STTS
lain (e.g. stempel bank).
 Konfirmasi kepada TP PBB.

2 Administrasi data Jumlah penambahpiutang PBB Operasional


piutang PBB. dari SPPT PBB dalam Laporan
Perkembangan Piutang PBB
tidak sesuai dengan daftar
rekapitulasi SPPT PBB yang
diterbitkan oleh KPP.

Jumlah pengurangan piutang Operasional Saldo piutang PBB tidak akurat dan  Sinkronisasi data secara berkala antara data
dari pembayaran PBB yang kurang dapat diandalkan. tunggakan PBB dalam aplikasi SISMIOP dengan
terdapat dalam Laporan laporan perkembangan piutang PBB dan bukti
Perkembangan Piutang PBB pembayaran PBB dari seluruh instansi terkait TP
tidak sesuai dengan rekapitulasi PBB, PEMDA, Bank Operasional III, dan
Laporan Bulanan Penerimaan Bank/Pos Persepsi.
PBB dari Bank Operasional III
dan SK pengurangan PBB yang
diterbitkan oleh KPP.

Anda mungkin juga menyukai