Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 5 Juni 1981, kasus pertama dari penyakit baru dan fatal sekarang
dikenal sebagai acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dilaporkan dalam
publikasi Morbiditas CDC and Mortality Weekly Report. AIDS pertama kali diakui
pada pria homoseksual, tapi segera ditentukan bahwa virus penyebab AIDS dapat
menyebar melalui seksual, darah kontak dan produk darah, dan dari ibu ke bayi selam
a kehamilan, persalinan dan menyusui.

AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). Dengan


membunuh atau merusak sel sistem kekebalan tubuh, HIV secara progresif
menghancurkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan kanker tertentu. Orang
yang didiagnosis dengan AIDS mungkin mendapatkan penyakit yang mengancam
jiwa yang disebut infeksi oportunistik, yang disebabkan oleh mikroba seperti virus
atau bakteri yang biasanya tidak membuat orang sehat sakit.

Pada awal pandemi AIDS, pengobatan terbatas pada perawatan paliatif dan
manajemen infeksi oportunistik. Hari ini, HIV / AIDS adalah bencana global.
Menurut Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HIV / AIDS
(UNAIDS), sekitar 38,6 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV / AIDS, dan
lebih dari 4 juta orang baru terinfeksi pada 2005-sekitar 11.000 setiap hari. Di
Amerika Serikat, lebih dari 1 juta orang yang hidup dengan HIV / AIDS, dengan satu
keempat dari orang-orang tidak menyadari status mereka, dan sekitar 40.000 infeksi
baru terjadi setiap tahun. Di seluruh dunia, lebih dari 25 juta orang dengan HIV
meninggal sejak pandemi dimulai, termasuk lebih dari 520.000 di Amerika Serikat.
Pada tahun 2005, ada sebuah perkiraan 2,8 juta kematian di seluruh dunia karena HIV
/ AIDS. Sebagai mengejutkan sebagai angka-angka ini, mereka tidak mulai cukup

1
mencerminkan kerusakan fisik dan emosional individu, keluarga, dan komunitas
mengatasi HIV / AIDS, dan dampak yang mengerikan dari HIV / AIDS pada
keamanan regional dan global dan ekonomi global. . Saat ini, Institut Kesehatan
Nasional (NIH) usaha merupakan investasi publik terbesar dalam penelitian HIV /
AIDS di mana pun di dunia. Pada tahun 2006, anggaran untuk NIH HIV / AIDS dan
penelitian HIV / AIDS yang terkait adalah $ 2,9 miliar.

NIH mendukung program penelitian yang komprehensif biomedis dari


penelitian dasar, klinis, dan perilaku pada infeksi HIV, terkait co-infeksi, infeksi
oportunistik, keganasan, dan komplikasi lain. Ini merupakan trans unik-NIH dan
program penelitian global yang berusaha untuk lebih memahami biologi dasar HIV,
mengembangkan terapi yang efektif.

B. Tujuan
1. Mengetahui jalannya penyakit HIV / AIDS.
2. Mengetahui komplikasi penyakit HIV / AIDS.
3. Mengetahui pencegahan HIV / AIDS.
4. Mengetahui penyebaran HIV / AIDS didalam tubuh.
5. dll.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV / AIDS

HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang


menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama CD4+ T cell dan
macrophage , komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh tuan rumah " dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka .
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya.

B. Penyebaran Hiv / aids dan penularannya

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung


antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan
air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut.

Penularannya adalah sebeagai berikut:


HIV dapat ditularkan melalui :
a. Hubungan seksual (homoseksual ataupun heteroseksual) dengan seorang yang
mengidap HIV.
b. Transfusi darah yang tercemar HIV.

3
c. Melalui alat suntik, alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas dipakai orang
yang mengidap HIV.
d. Pemindahan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang
dikandungnya.

C. Gejala.
Terdapat 4 stadium penyakit AIDS yaitu :
a. Stadium awal infeksi HIV, menunjukkan gejala-gejala seperti : demam,
kelelahan, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening. Gejala-gejala ini
menyerupai influenza/monokleosis.
b. Stadium tanpa gejala, yaitu stadium dimana penderita nampak sehat, namun
dapat merupakan sumber penularan infeksi HIV.
c. Stadium ARC (AIDS Related Complex), memperlihatkan gejala-gejala seperti :
demam lebih dari 38o C secara berkala/terus-menerus, menurunnya berat badan
lebih dari 10% dalam waktu 3 bulan, pembesaran kelenjar getah bening,
diare/mencret secaraberkala/terus-menerus dalam waktu yang lama tanpa sebab
yang jelas, kelemahan tubuh yang menurunkan aktifitas fisik, berkeringat pada
waktu malam hari.
d. Stadium AIDS, akan menunjukkan gejala-gejala seperti : gejala klinis utama
yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut sarkoma kaposi, kanker kelenjar getah
bening, infeksi penyakit penyerta misalnya : pneumonia yang disebabkan oleh
pneumocytis carinii, TBC, peradangan otak/selaput otak.

D. Epidemiologi Hiv / Aids

Saat ini diperkirakan ada 5 – 10 juta orang pengidap HIV (Human Immuno
Deficeincy Virus) yang belum menunjukkan gejala apapun tetapi potensial sebagai
sumber penularan. Disamping itu telah dilaporkan adanya lebih kurang 100.000 orang
penderita AIDS dan 300.000 –500.000 orang penderita ARC (AIDS Related
Complex) sampai 1 Maret 1989 telah dilaporkan141.000 kasus AIDS ke WHO oleh
145 negara. AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai

4
Case Fatality Rate 100 % dalam 5 tahun, artinya dalam waktu 5 tahun setelah
diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan meninggal. Pada populasi normal
Adult Mortality Rate adalah 50/10.000 bila seroprevalensi infeksi HIV adalah 10 %
maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini akan meningkat dua kali
menjadi 100/10.000.Ó2001 digitalized by USU digital library Berdasarkan data yang
dikumpulkan sampai 3 Maret 1998, infeksi HIV/AIDS telah menyebar di 22 propinsi
yaitu Daerah Istimewa Aceh 1 penderita, Sumatera Utara 25 penderita, Sumatera
Barat 1 penderita, Riau 70 penderita, Sumatera Selatan 26 penderita, DKI Jakarta
181penderita, Jawa Barat 19 penderita, Jawa Tengah 14 penderita, DI Yogyakarta 5
penderita, JawaTimur 43 penderita, Kalimantan Barat 4 penderita, Kalimantan
Tengah 4 penderita, KalimantanSelatan 3 penderita, Kalimantan Timur 8 penderita,
Sulawesi Utara 3 penderita, Sulawesi Selatan4 pnederita, Bali 43 penderita, NTB 2
penderita, NTT 1 penderita, Maluku 16 penderita, Irian Jaya 137 penderita, Timor-
Timor 1 penderita. Distribusi umur penderita AIDS di AS, Eropa dan Afrika tidak
berbeda jauh, kelompok terbesar berada pada umur 30 – 39 tahun, dan menurun pada
kelompok umur yang lebih besardan lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa
transmisi seksual baik homo maupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama.
Mengingat masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas, maka infeksi
terbesar terjadi pada kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20 – 30 tahun.

Rasio jenis kelamin pria, wanita di negara pola I adalah 10 – 15 : 1 karena


sebagian besar penderita adalah kaum homoseksual, sedangkan di negara-negara pola
II, rasio ini adalah 1 : 1. Perbandingan antara penderita dari daerah urban (perkotaan)
dan rural (pedesaan) umumnya lebih tinggi di daerah urban, karena di kota lebih
banyak dilakukan promiskuitas (hubungan seksual dengan banyak mitra seksual),
maka kelompok masyarakat berisiko tinggi adalah kelompok masyarakat yang
melakukan promiskuitas, yaitu kaum homoseksual termasuk kelompok biseksual,
heteroseksual, dan penyalahguna narkotik suntik, serta penerima transfusi darah
termasuk penderita hemofili dan penyakit-penyakit darah, anak dan bayi yang lahir
dari ibu pengidap HIV.

5
Kelompok homoseksual (termausk biseksual) kelompok ini termasuk
kelompok terbesarpengidap HIV di Amerika Serikat. Prevalensi infeksi HIV
dikalangan ini terus meningkat dengan pesat. Di San Fransisco pada tahun 1978,
hanya 4 % kaum homoseksual diperkirakan mengidap HIV, 3 tahun kemudian angka
ini bertambah menjadi 24 %, 8 tahun kemudian menjadi 80 % dan pada saat ini telah
menjadi 100 %. Di London pada tahun 1982, hanya 3,7 % kaum homoseksual
mengidap HIV, 3 tahun kemudian menjadi 21 % saat ini telah lebih dari 35 %
sehingga diperkirakan pada tahun 1990 menjadi 100 %. Kelompok heteroseksual,
kelompok ini di Afrika merupakan kelompok utama dimana homoseksualitas tidak
populer. Saat AIDS pertama kali dideteksi pada kaum homoseksual di negara-negara
maju, pola hubungan heteroseksual belum menjadi perhatian. Saat ini 4 %
kasus AIDS berasal dari kelompok ini. Jumlah ini terus meningkat sehingga
diramalkan akan terjadi epidemi AIDS kedua pada kaum heteroseksual.

Sebagai perbandingan keadaan di Amerika Serikat dan Afrika, maka dapat dip
erbandingkan dari para penderita penyakit menular seksual heteroseksual yang
berobat kerumah sakit, persentase penderita dengan infeksi HIV di AS adalah 0 – 3,4
%, sedangkan di Afrika adalah 18 – 29 %. Demikian pula dengan sero-prevalensi
HIV pada kaum laki-laki dan wanita hamil di Amerika Serikat berkisar pada angka 2
%, sedangkan di Afrika sampai 18 %. Dari data-data ini terlihat bahwa kelompok
heteroseksual lebih menonjol di Afrika. Pernah ada anggapan bahwa AIDS berasal
dari pedalaman Afrika dengan pola penyebaran heteroseksual.

Dari penelitian akhir-akhir ini ternyata prevalensi di daerah urban tetap lebih
besar daripada di pedesaan sehingga anggapan tersebut adalah tidak benar. Prevalensi
di kalangan WTS di beberapa tempat di Afrika Barat adalah 20 – 88 % sedangkan di
Eropa dan Amerika Serikat berkisar antara 0 – 30 %. Kelompok heteroseksual risiko
tinggi ini di Indonesia adalah para WTS, para pramupijat, pramuria bar dan club
malam dan para pelanggannya. Kelompok penyalah guna narkotik suntik, mereka ini
menggunakan alat suntik bersama dan sering masih terdapat sisa darah di dalam

6
jarum atau alat suntik. Kelompok ini di Eropa meliputi 11 % dari semua kasus AIDS
dan di Amerika Serikat 25 % dari seluruh kasus AIDS.

Lingkungan biologis, sosial-ekonomi, budaya, agama sangat menentukan


penyebaran AIDS. Lingkungan biologis, adanya riwayat ulkus genitalis, herpes simpleks
dan STS (Serum Test Ó2001 digitalized by USU digital libary for Syphilis) yang positif
akan meningkatkan prevalensi infeksi HIV karena luka-luka ini menjadi tempat
masuknya HIV. Sel-sel limfosit T4/CD4 yang mempunyai reseptor untuk menangkap
HIV akan aktif mencari HIV di luka-luka tersebut dan selanjutnya memasukkan HIV
tersebut ke dalam peredaran darah.

Faktor biologis lainnya adalah penggunaan obat KB, pada para WTS di Nairobi
terbukti bahwa kelompok yang menggunakan obat KB mempunyai prevalensi HIV lebih
tinggi. Hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan
agama secara bersama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap prilaku seksual
masyarakat.

Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok


seksual aktif maka mereka mudah masuk ke dalam keadaan promiskuitas. Walaupun
telah diketahui berbagai cara penularan HIV/AIDS, penularan secara seksual adalah yang
terbanyak, yaitu 83,3% dari 631 kasus yang dilaporkan. Indonesia dianggap rentan
terhadap epidemi HIV/AIDS karena banyak faktor yang mendorong antara lain : adanya
prilaku seksual yang berisiko (WTS), kemiskinan, banyaknya pelabuhan yang disinggahi
orang asing.

E. Diagnosis

Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan
epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization
tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan
untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena

7
definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik. Di negara-negara berkembang,
sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data
klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi
Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.

Sistem tahapan infeksi WHO

Grafik hubungan antara jumlah HIV dan jumlah CD4+ pada rata-rata infeksi HIV yang
tidak ditangani. Keadaan penyakit dapat bervariasi tiap orang. jumlah limfosit T CD4+
(sel/mm³) jumlah RNA HIV per mL plasma

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi
dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi
dengan HIV-1.[46] Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan
kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

• Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS


• Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran
pernafasan atas yang berulang
• Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

8
• Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus
atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
F. Tes HIV
1.Bagi kebanyakan orang yang terinfeksi HIV, biasanya perlu waktu 2 sampai 12
minggu hingga terbentuknya antibodi untuk mendapatkan hasil positif (terkadang
sampai dengan 6 bulan)
2. Tes HIV adalah tes darah
3. Konseling penting untuk memahami dan mengetahui lebih banyak mengenai
HIV/AIDS – sebelum dan sesudah melakukan tes.

Tes darah biasa menentukan apakah seseorang memiliki HIV dengan mendeteksi
antibodi. Beberapa tes khusus dapat mengukur virus HIV itu sendiri

Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot,
dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah
kering, atau urin pasien. Namun demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya
antibodi pelawan infeksi yang dapat dideteksi (window period) bagi setiap orang dapat
bervariasi. Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan waktu 3-6 bulan untuk mengetahui
serokonversi dan hasil positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi
antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi
infeksi HIV meskipun perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi. Meskipun
metode-metode tersebut tidak disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi
telah digunakan secara rutin di negara-negara maju.

BAB III

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV (human immunodeficiency virus) adalah sebuah retrovirus yang
menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia terutama CD4+ T cell dan
macrophage , komponen vital dari sistem sistem kekebalan tubuh tuan rumah " dan
menghancurkan atau merusak fungsi mereka .
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya.

Penularannya adalah sebeagai berikut:


HIV dapat ditularkan melalui :
a. Hubungan seksual (homoseksual ataupun heteroseksual) dengan seorang yang
mengidap HIV.
b. Transfusi darah yang tercemar HIV.
c. Melalui alat suntik, alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) bekas dipakai orang
yang mengidap HIV.
d. Pemindahan HIV dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang
dikandungnya.

B. Saran
1. Kurangi frekuensi berganti-ganti pasangan
2. Gunakan kondom dengan benar dan konsisten
3. Hindari hubungan seksual pada usia dini
4. Hindari tranfusi darah yang tercemar HIV
5. dll

DAFTAR PUSTAKA

10
1. httpid.wikipedia.orgwikiAIDS
2. httpwww.sosindonesia.comlibraryWorldAIDSDay.pdf
3. httpwww.sith.itb.ac.idprofile1pdfbahanlainHIV-AIDS.pdf
4. Spirita.or.id

11

Anda mungkin juga menyukai