ﺮﺐﺰﺩﻨﻲﻋﻠﻣﺎﻮﺍﺮﺰﻗﻨﻲﻓﻬﻣﺎ
Blok Kesehatan Anak
KEJANG DEMAM, MENINGITIS,
ENSEFALITIS
AKIL BAEHAQI
Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran UII
Yogyakarta
2011
SEEING IS BELIEVING
• Dok anak saya kejang kata sang bapak. Nggak ah, itu sih bukan kejang,
kata sang ibu
• Gini aja pak-bu, mbok jangan berantem. Yg dibilang bapak kejang itu spt
apa? Bisa diceritakan nggak apa yg bapak lihat?
• Wah, susah dok kalau diceritakan, nih gini nih dok, kejangnya. Stl itu sang
bapak memperagakan apa yg dilihat dgn sangat persis, mulai dari mata yg
terbalik ke atas, lengan & tungkai yg gerak-gerak sampai seluruh tubuh
kelojotan plus sampai “ndlosor” di lantai
• Pak ... Pak ...udah cukup pak demonya. Kalau itu sih kejang bu. Yakin
bener deh ... Udah nggak usah berantem lagi. Saya kasih obat ya!
• Pelajaran berharga: Seeing is believing. Orangtua adalah pengamat
terbaik untuk anaknya
PENDAHULUAN
• Kejang demam (KD): keadaan plng sering dijumpai
dlm bidang neurologi anak
• Kejang peristiwa yg selalu menakutkan bagi OT
atau orang yg melihatnya dokter wajib mengatasi
kejang dgn cepat & tepat
• Sering timbul pertanyaan:
– apakah kejang tsb dpt menyebabkan kerusakan SSP?
– apakah anak akan mengalami kejang kembali?
– apakah memerlukan pengobatan lanjutan?
PENDAHULUAN
• Scr umum KD mempunyai prognosis baik,
namun ada bbrp keadaan yg perlu mendpt
perhatian khusus bila kita berhadapan dg kasus
kejang yg disertai dg demam, a.l. Dx KD tdk
selalu mudah; kejang yg berlangsung lama bisa
menimbulkan gejala sisa neurologik, obat
antikonvulsan yg digunakan mempunyai dampak
negatif dst
DEFINISI
• Seizures that occur in febrile children between the
ages of 6 and 60 months who do not have an
intracranial infection, metabolic disturbance, or
history of afebrile seizures (AAP, 2008)
• Bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh
(rektal > 38oC) tanpa adanya infeksi SSP,
gangguan elektrolit atau metabolik lain; kejang
disertai demam pd bayi berusia < 1 bln tdk
termasuk dlm kejang demam (IDAI, 2010)
Klasifikasi kejang demam
(Livingstone, 1954)
• Kejang demam sederhana (simple febrile
convulsion)
– Umur antara 6 bln-4 th
– Kejang < 15 mnt, umum
– Kejang timbul dlm 16 jam pertama demam
– Kelainan saraf sebelum & sesudah (-)
– EEG tdk ada kelainan (1 mgg stlh suhu normal)
– Frekuensi kejang < 4 x dlm satu th
Epilepsi yg diprovokasi demam (epilepsy
triggered off by fever)
DEFINISI
Tahapan hematogen:
1. Bakteri melekat pd sel epitel mukosa
nasofaring (kolonisasi)
2. Menembus rintangan mukosa
3. Memperbanyak diri dlm aliran darah
bakteriemia
4. Masuk LCS
5. Memperbanyak diri dlm LCS
6. Menimbulkan peradangan pd meningen & otak
PATOGENESIS
Faktor lingkungan
• Kepadatan penduduk, kebersihan kurang,
pendidikan & sosek rendah
• Penitipan bayi
• Vektor binatang anjing, tikus leptospirosis
MANIFESTASI KLINIK
• Sgt bervariasi tergantung umur, lama sakit &
respon tubuh
• Meningitis BBL & prematur Dx sgt sulit: Demam
pd ½ kasus, tampak lemah & malas, tdk mau
minum, muntah2, kesadaran ↓, UUB tegang &
membonjol, leher lemas, respirasi tdk teratur,
ikterus jika sepsis
• BBL sepsis curigai meningitis
MANIFESTASI KLINIK
ANAMNESIS
• Seringkali didahului infeksi saluran napas atas atau
saluran cerna seperti demam, batuk, pilek, diare, &
muntah
• Gejala meningitis: demam, nyeri kepala,
meningismus dgn atau tanpa penurunan
kesadaran, letargi, malaise, kejang, & muntah
hal yg sangat sugestif meningitis tetapi tdk ada satu
gejala pun yg khas
ANAMNESIS
Deksametason
• Deksametason 0,6 mg/kgbb/hari IV dibagi dlm 4
dosis selama 4 hari
Lama pengobatan
• Tergantung dari kuman penyebab, umumnya 10-14
hari
TATA LAKSANA
Bedah
• Umumnya tdk diperlukan tindakan bedah, kecuali
jika ada komplikasi seperti empiema subdural,
abses otak, atau hidrosefalus
TATA LAKSANA
Suportif
• Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis
adalah hari ke-3 & ke-4.Tanda vital & evaluasi
neurologis hrs dilakukan scr teratur. Guna mencegah
muntah & aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan lebih
dahulu pd awal sakit
• Lingkar kepala hrs dimonitor setiap hari pd anak dgn
UUB yg masih terbuka
Suportif
• Peningkaan TIK, SIADH, kejang & demam hrs dikontrol dgn
baik. Restriksi cairan atau posisi kepala lebih tinggi tdk
selalu dikerjakan pd setiap anak dgn meningitis bakterial
• Diagnosis SIADH ditegakkan jika kadar Na serum <135
mEq/L , osmolaritas serum < 270 mOsm/kg, osmolaritas
urin >2 kali osmolaritas serum, Na urin > 30 mEq/L tanpa
adanya tanda2 dehidrasi atau hipovolemia.
• Direkomendasikan pembatasan jml cairan dgn memakai
cairan isotoni, terutama jika Na serum < 130 mEq/L. Jml
cairan dpt dikembalikan ke cairan rumatan jika kadar Na
serum kembali normal
TATA LAKSANA
PEMANTAUAN
Terapi
• Untuk memantau efek samping penggunaan
antibiotik dosis tinggi, dilakukan pemeriksaan darah
perifer scr serial, uji fungsi hati, & uji fungsi ginjal
bila ada indikasi
PEMANTAUAN
Tumbuh kembang
• Gangguan pendengaran sbg gejala sisa meningitis
bakterialis terjadi pada 30% pasien uji fungsi
pendengaran harus segera dikerjakan setelah
pulang
• Gejala sisa lain seperti retardasi mental, epilepsi,
kebutaan, spastisitas, & hidrosefalus
• Pemeriksaan penunjang & konsultasi ke
departemen terkait disesuaikan dgn temuan klinis
saat follow-up
MENINGITIS TUBERKULOSIS
• Radang selaput otak yg disebabkan oleh M. tuberculosis
• Biasanya jaringan otak ikut terkena meningoensefalitis
tuberkulosis
• Angka kejadian jarang usia <3 bln
• Angka kejadian tertinggi pd usia 6 bln-2 thn
• Angka kematian 10-20%
• Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien
yg normal scr neurologis & intelektual
• Anak dgn meningitis tuberkulosis bila tdk diobati, akan
meninggal dlm waktu 3-5 mgg
Diagnosis
Anamnesis
• Riwayat demam yg lama/kronis, dpt pula berlangsung akut
• Kejang, penurunan kesadaran
• Penurunan BB, anoreksia, muntah, sering batuk & pilek
• Riwayat kontak dgn pasien tuberkulosis dewasa
• Riwayat imunisasi BCG
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Manifestasi klinis dibagi menjadi 3 stadium:
• Stadium I (inisial)
Pasien tampak apatis, iritabel, nyeri kepala, demam, malaise, anoreksia,
mual & muntah. Belum tampak manifestasi kelainan neurologi
• Stadium II
Pasien tampak mengantuk, disorientasi, ditemukan tanda rangsang
meningeal, kejang, defisit neurologis fokal, paresis nervus kranial, &
gerakan involunter (tremor, koreoatetosis, hemibalismus)
• Stadium III
Stadium II disertai kesadaran menurun sampai koma, tanda2
peningkatan TIK, pupil terfiksasi, pernapasan ireguler disertai
peningkatan suhu tubuh, & ekstremitas spastis
Pemeriksaan fisik
• Pungsi lumbal:
– LCS jernih, cloudy atau santokrom
– Jumlah sel meningkat antara 10-250 sel/mm3 & jarang
melebihi 500 sel/mm3
– hitung jenis predominan sel limfosit walaupun pd stadium
awal dpt dominan PMN
– Protein meningkat >100 mg/dl sedangkan glukosa menurun
<35 mg/ dl, rasio glukosa LCS & darah dibawah normal
– Pemeriksaan BTA & kultur M. Tbc
– Jika hasil pemeriksaan LCS yg pertama meragukan, pungsi
lumbal ulangan dpt memperkuat Dx dgn interval 2 mgg
Pemeriksaan penunjang
• PCR , ELISA & latex particle agglutination dpt mendeteksi
kuman Mycobacterium di LCS
• Pencitraan (CT Scan/MRI) kepala dgn kontras dpt
menunjukkan lesi parenkim pada daerah basal otak, infark,
tuberkuloma, maupun hidrosefalus jika ada indikasi,
terutama jika dicurigai terdpt komplikasi hidrosefalus
• Foto Ro dada: gambaran tuberkulosis
• Uji tuberkulin dpt mendukung diagnosis
• EEG dikerjakan jika memungkinkan dpt menunjukkan
perlambatan gelombang irama dasar
• Dx pasti bila ditemukan M. tuberkulosis pd pemeriksaan apus
LCS/kultur
TATA LAKSANA
Medikamentosa
• Pengobatan medikamentosa diberikan sesuai
rekomendasi AAP 4 macam obat selama 2
bulan, dilanjutkan pemberian INH & Rifampisin
selama 10 bln
Medikamentosa
Dosis OAT:
• Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300
mg/hari
• Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600
mg/hari
• Pirazinamid 15-30 mg/kgBB.hari, dosis maksimal 2000
mg/hari
• Etambutol 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000
mg/harl atau streptomisin IM 20-30 mg/kg/hari maksimal 1
g/hari
Medikamentosa
• Kortikosteroid diberikan utk menurunkan inflamasi
& edema serebral. Prednison 1-2 mg/kg/hari
selama 6-8 mgg. Adanya peningkatan TIK yg tinggi
dpt diberikan deksametason 6 mg/m2 setiap 4-6 jam
atau dosis 0,3-0,5 mg/kg/hari
• Tata laksana kejang
• Peningkatan TIK dpt diatasi dgn pemberian diuretik
osmotik manitol 0,5-1 g/kg/kali atau furosemid 1
mg/kg/kali
TATA LAKSANA
Suportif
• Jika KU pasien sudah stabil, dpt dilakukan konsultasi ke
Rehabilitasi Medik utk mobilisasi bertahap, mengurangi
spastisitas, serta mencegah kontraktur
Pencegahan
• Angka kejadian meningkat dgn meningkatnya jml
pasien tuberkulosis dewasa
• Imunisasi BCG dpt mencegah meningitis
tuberkulosis
• Faktor risiko: malnutrisi, pemakaian kortikosteroid,
keganasan, & infeksi HIV
KOMPLIKASI MENINGITIS
• Ventrikulitis
• Efusi subdural
• Gangguan elektrolit
• Meningitis berulang
• Abses otak
• Kelainan neurologis berupa paresis atau paralisis
• Gangguan pendengaran
• Hidrosefalus
• Retardasi mental & epilepsi (jangka panjang)
PROGNOSIS MENINGITIS
Tergantung:
• Umur makin muda makin jelek
• Mikroorganisme penyebab Gram (-) jelek
• Berat ringannya infeksi
• Lamanya sakit sblm terapi
• Kepekaan bakteri thd antibiotika
ENSEFALITIS
• Infeksi jaringan otak yg disebabkan oleh
berbagai macam mikroorganisme (yg tersering
virus)
• Inflamasi jaringan otak & diagnosis pastinya
hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan PA
jaringan otak
• Scr praktis Dx dibuat berdasarkan manifestasi
neurologik & informasi epidemiologik
ETIOLOGI
1. Infeksi viral
a) Dari orang ke orang: morbili, mumps, rubela, klpk
enterovirus, klpk herpes, klpk pox, influenza A & B
b) Lewat artropoda: eastern equine, western equin,
dengue, colorado tick fever
ETIOLOGI
3. Parainfeksi-postinfeksi, alergi
a) MMR, influenza, pertusis, riketsia, influenza A & B,
hepatitis
b) Pasca vaksinasi MMR, influenza, pertusis, yellow
fever, tifoid
4. Human slow-virus
5. Klpk tdk diketahui
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Demam tinggi mendadak, sering ditemukan
hiperpireksia
• Penurunan kesadaran dgn cepat. Anak agak besar
sering mengeluh nyeri kepala, ensefalopati, kejang,
& kesadaran menurun
• Kejang bersifat umum atau fokal, dpt berupa status
konvulsivus. Dpt ditemukan sejak awal ataupun
kemudian dlm perjalanan penyakitnya.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
• Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran
menurun sampai koma & kejang. Kejang dpt
berupa status konvulsivus
• Ditemukan gejala peningkatan TIK
• Gejala serebral lain dpt beraneka ragam, seperti
kelumpuhan tipe UMN (spastis, hiperrefleks, refleks
patologis, & klonus)
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
• Darah perifer lengkap, gula darah & elektrolit
dilakukan jika ada indikasi
• Pungsi lumbal: pemeriksaan CSS bisa normal atau
menunjukkan abnormalitas ringan sampai sedang:
– peningkatan jumlah sel 50-200/mm3
– hitung jenis didominasi sel limfosit
– protein meningkat tapi tdk melebihi 200 mg/dl
– glukosa normal
Pemeriksaan penunjang