PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan praktikan dalam
melaksanakan PMMT pada produk hasil perikanan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PMMT
2.1.1 Sejarah Mutu
Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan
selanjutnya, mutu produk ditentukan oleh pembeli, dan produsen mengetahuinya
bahwa produk itu bermutu bagus yang memang dapat dijual, karena produk
tersebut dibutuhkan oleh pembeli dan bukan menjual produk yang dapat
diproduksi.
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu system, perkembangan
di Amerika Serikat. Buah pikiran mereka pada mulanya kurang diperhatikan oleh
masyarakat, khususnya masyarakat bisnis. Namun beberapa dari mereka
merupakan pemegang kunci dalam pengenalan dan pengembangan konsep mutu.
Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam manajemen terpadu telah dihargai di
seluruh dunia. Adapun konsep-konsep mereka tentang mutu terpadu secara garis
besar dapat dikemukakan berikut ini.
1. F.W. Taylor (1856-1915)
Seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang merupakan dasar dari
pembagian kerja (devision of work).
Analisis dengan pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk
pekerjaan manual, memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Farther of
Scientific Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa
elemen tentang teori manajemen, yaitu :
Setiap orang harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam
satu hari.
Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas
yang menjadi bagiannya.
Bonus dan intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
3
Penalti yang merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai
sasaran yang telah ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan perencanaan dari perbaikan kerja dan dengan demikian
memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk memperbaiki kerja.
2. Shewhart (1891-1967)
Adalah seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs” selama periode
1920-1930. Dalam bukunya “The Economic Control of Quality Manufactured
Products”, merupakan suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha untuk
memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi
terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui
penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan
untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk
memilih produk mana yang memenuhi mutu dan tidak. Penemuan Shewhart
sangat menarik bagi Deming dan Juran, dimana kedua sarjana ini ahli dalam
bidang statistik.
3. Edward Deming
Lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D pada 1972 sangat menyadari bahwa ia
telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada
para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk
memutuskan. Katanya : “Quality is not determined on the shop floor but in the
executive suite”. Pada 1950, beliau diundang oleh, “The Union to Japanese
Scientists and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu.
Pendekatan Deming dapat disimpulkan sebagai berikut :
Quality is primarily the result of senior management actions and not the
results of actions taken by workers.
The system of work that determines how work is performed and only
managers can create system.
Only manager can allocate resources, provide training to workers, select
the equipment and tools that worekers use, and provide the plant and
environment necessary to achieve quality.
4
Only senior managers determine the market in which the firm will
participate and what product or service will be solved.
Hal ini berarti bahwa tanpa keterlibatan pimpinan secara aktif tidak mungkin
tercapai manajemen mutu terpadu.
5
Fokus yang memanfaatkan bakat para karyawan.
Mutu berdasarkan pada konsep bahwa setiap orang mempunyai pelanggan dan
bahwa kebutuhan dan harapan pelanggan harus dipenuhi setiap saat kalau
organisasi/perusahaan secara keseluruhan bermaksud memenuhi kebutuhan
pelanggan eksternal (pembeli).
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri
(urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output
seperti produk berupa barang dan jasa. Perhatian secara terus menerus bagi setiap
langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari
output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus
menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang
diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah
dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari
perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi
output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan puas.
3. Keterlibatan total
6
luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan
memuaskan pelanggan. Pemasok juga dilibatkan dan dari waktu ke waktu menjadi
mitra melalui kerjasama dengan para karyawan yang telah diberi wewenang/kuasa
yang dapat menguntungkan organisasi/perusahaan. Pada waktu yang sama
keterlibatan pimpinan bekerjasama dengan karyawan yang telah diberi kuasa
tersebut.
1. Kepemimpinan
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang terdiri
dari tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola agar
mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai kunci keunggulan
bersaing.
7
2. Pendidikan dan Pelatihan
3. Struktur Pendukung
4. Komunikasi
8
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan
mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi
akan mengetahui apa yang diharapkan. Gagal mengenali seseorang mencapai
sukses dengan menggunakan proses menejemen mutu terpadu akan memberikan
kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan yang sukses, dan menungkinkan
promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada dasarnya karyawan
yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat
menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Di samping keenam elemen pendukung di atas, maka ada unsure yang tidak
bisa diabaikan yaitu gaya kepemimpinan dalam organisasi/perusahaan
bersangkutan. Suatu cara/gaya bagaimana seorang manajer sebagai seorang
pimpinan melakukan sesuatu sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas yang
dilakukan oleh bawahan/karyawan. Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh
seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
9
Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh bawahan.
10
manajemen mutu terpadu. Hal ini kemudian diikuti oleh negara-negara di Eropa
dan Timur Tengah dalam tingkat perintisan.
· Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan
maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
· Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih
mudah.
11
· Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder, maka
SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of good practice, yaitu:
1. Openess (keterbukaan): Terbuka bagi agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
2. Transparency (transparansi): Transparan agar semua stakeholder yang
berkepentingan dapat mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap
pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat
dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan
pengembangan SNI;
3. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak): Tidak
memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan
kepentingannya dan diperlakukan secara adil;
4. Effectiveness and relevance: Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi
perdagangan karena memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Coherence: Koheren dengan pengembangan standar internasional agar
perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan pasar
global dan memperlancar perdagangan internasional; dan
6. Development dimension (berdimensi pembangunan): Berdimensi
pembangunan agar memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan
nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.
12
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
13
Staf Produksi : Nunik Purwa (230110080082)
Staf Pengemasan : Feri Irma I (230110080080)
Staf Distribusi : Rio Ariestianto (230110080077)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Alur Proses Pembuatan Fillet Nila Beku
Penerimaan
Penyiangan
Pencucian 1
Pemfilletan
Pencucian 2
Sortasi
Penimbangan
Pembekuan
Penggelasan
14
Pengepakan
4.1.2 Lembar Analisis Bahaya dan Penentuan Titik Kendali
15
yang tidak rapi dibuang secara cermat
dan bersih
& terdapat kulit
Kimia - - -
perapihan Biologis Kontaminasi Pengulitan dan CCP
perapihan dilakukan
bakteri patogen
secara cepat, cermat
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Fisik - - -
Kimia Kemunduran Fillet dicuci dengan air CCP
bersih mengalir dan
mutu
dingin secara cermat
6 Pencucian 2 dan cepat
Biologis Kontaminasi Pencucian dilakukan CCP
secara cepat, cermat
bakteri patogen
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Fisik Ukuran tidak Fillet dipisahkan -
berdasarkan ukuran
sesuai
Kimia Kemunduran Sortasi dilakukan CCP
secara cepat, cermat
mutu
7 Sortasi dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Biologis Kontaminasi Sortasi dilakukan CCP
secara cepat, cermat
bakteri patogen
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Fisik Berat tidak Fillet ditimbang satu -
per satu menggunakan
sesuai
timbangan yang telah
dikalibrasi
8 Penimbangan Kimia - - -
Biologis Kontaminasi Penimbangan dilakukan CCP
secara cepat, cermat
bakteri patogen
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Fisik Susunan tidak Fillet dibungkus atau -
disusun pada pan yang
rapi
bagian atas dan
bawahnya telah dilapisi
plastik
Penyusunan Kimia Kemunduran Penyusunan dilakukan CCP
9 secara cepat, cermat
dalam pan mutu
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
Biologis Kontaminasi Penyusunan dilakukan CCP
secara cepat, cermat
Bakteri patogen
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
10 Pembekuan Fisik Kehilangan Fillet dibekukan dengan -
metode pembekuan
cairan (driploss)
cepat, hingga suhu
dan pembekuan pusat ikan mencapai
16
tidak sempurna maksimal -180C
Kimia - - -
Biologis - - -
Fisik Lapisan es tidak Fillet yang telah -
dibekukan disemprot
merata
dengan air dingin
dengan suhu 10C-20C.
11 Penggelasan penggelasan dilakukan
secara cepat, cermat
dan saniter
Kimia - - -
Biologis - - -
Fisik Kerusakan fisik Fillet dibungkus plastik -
secara individual dan
dimasukkan dalam
master karton sesuai
label
12 Pengepakan
Kimia - - -
Biologis Kontaminasi Pengepakan dilakukan CCP
secara cepat, cermat
bakteri patogen
dan saniter dengan suhu
0 – 5 derajat C
17
1991
Kimia Mutu Fillet / Sesuai SNI Sesuai Panelis Lebih Produsen Sudah
wi tetap bahan 01-2346- SNI memperha
terjaga baku 2006 01- tikan
2326- kehigienis
1991 an alat
dan
tempat
serta
menjaga
suhu
Bio- Tidak Fillet / Sesuai SNI Sesuai Panelis Lebih Produsen Sudah
logis terda- bahan 01-2346- SNI memperha
pat baku 2006 01- tikan
kontam 2326- kebersiha
inasi 1991 n dan
menjaga
suhu tetap
dingin
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data diatas (setelah penerapan PMMT), tindakan yang perlu
dilakukan menurut kami adalah.
18
Ahli mikroba : Kandungan mikroba harus dipertahankan atau bahkan diturunkan
karena walau batas mikroba yang aman adalah 105 cfu/g tetapi
tidak menutup kemungkinan selama distribusi dan pemasaran
kandungan mikroba melebihi jumlah awal sebelum dilakukan
distribusi.
Salmonella sp. Harus diturunkan sampai mencapai 0 APM/g atau
negatif, karena batas aman salmonella sp. Pada pangan adalah
negatif atau tidak ada sama sekali.
Ahli fisik : Isi toples harus ditiadakan, apabila produk sudah dipasarkan maka
ditarik kembali dari pasar karena dapat membahayakan konsumen
apabila produk belum dipasarkan maka dilakukan penyortiran ulang.
Ahli Kimiawi : Kurang baik, kadar TVBN diturunkan pada saat setelah penerapan
PMMT.
Ahli Organoleptik : Dilakukan secara lebih baik dan teliti / sesuai prosedur.
Staf pengemasan : Mengganti kemasan dengan ukuran yang sesuai.
BAB V
KESIMPULAN
19
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :
Penerapan PMMT dalam suatu proses produksi sangatlah penting,
mengingat semakin ketatnya persyaratan mutu.
PMMT merupakan suatu kesatuan dari GMP, SSOP, dan HACCP.
Setelah PMMT dilakukan, diharapkan produk yang dihasilkan jauh lebih
baik dibanding tanpa PMMT
Cemaran fisik mutlak harus tidak ditemukan dalam suatu produk karena
dapat membahayakan kesehatan konsumen, selain itu juga dapat
mengurangi nama baik produsen di mata konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
20
http://apwardhanu.wordpress.com/2009/07/14/penerapan-haccp-dalam-upaya-
meningkatkan-keamanan-pangan/,
http://elqorni.wordpress.com/2008/04/24/manajemen-mutu-terpadu-total-quality-
management/
http://web.ipb.ac.id/~tpg/cbt/haccp-apa.php,
http://www.scribd.com/doc/4378642/keamanan-pangan.
21