Menjaga diri mesti didulukan daripada menjaga orang lain. Tarbiyah seorang muslim
terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah ta’ala dan neraka-
Nya. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6).
Jika anda tidak mentarbiyah (membina) diri anda, maka siapa yang men-tarbiyah
anda? Siapa yang mentarbiyah seseorang saat ia berusia lima belas tahun, atau dua puluh
tahun, atau tiga puluh tahun, atau lebih? Jika ia tidak mentarbiyah diri sendiri, ia kehilangan
waktu-waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan.
Hisab kelak bersifat individual. Hisab pada hari kiamat oleh Allah ta’ala kepada
hamba-hambaNya bersifat individual, bukan bersifat kolektif. “Dan setiap mereka datang
kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95).
Tarbiyah dzatiyah itu lebih mampu mengadakan perubahan. Setiap orang pasti
punya aib, atau kekurangan, atau melakukan kelalaian dan maksiat, baik maksiat kecil atau
dosa. Jika masalahnya seperti itu, ia perlu memperbaiki seluruh sisi negatif pada dirinya
sejak awal, sebelum sisi negatif tersebut membengkak. Dan seseorang tidak dapat
meluruskan kesalahan-kesalahannya, atau memperbaiki aib-aibnya, dengan sempurna dan
permanen, jika ia tidak melakukan upaya perbaikan ini, dengan tarbiyah dzatiyah, karena ia
lebih tahu diri sendiri dan rahasianya.
1
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
Tarbiyah dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah. Seseorang haruslah
tegar dalam mendakwahi orang dan selalu konsisten dalam dakwahnya.
Sarana dakwah yang paling kuat. Cara yang paling efektif untuk mendakwahi orang
lain dan mendapatkan respon mereka ialah dengan menjadi qudwah (panutan) yang baik
dan teladan istimewa, di aspek iman, ilmu, dan akhlaknya. Qudwah tinggi dan pengaruh kuat
tersebut tidak dapat dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah saja. Namun, dibentuk oleh
tarbiyah dzatiyah yang benar.
Cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada. Bagaimana kiat
memperbaiki realitas pahit yang dialami umat kita sekarang? Dengan ringkas, langkah
tersebut dimulai dengan tarbiyah dzatiyah, yang dilakukan setiap orang dengan dirinya,
dengan maksimal, syumul (universal), dan seimbang. Sebab, jika setiap individu baik, baik
pula keluarga, lalu masyarakat menjadi baik. Begitulah, akhirnya pada akhirnya realitas umat
menjadi baik secara total, sedikit demi sedikit
Urgensi tarbiyah dzatiyah lainnya ialah mudah diaplikasikan, sarana-sarananya
banyak, dan ada terus pada orang muslim di setiap waktu, kondisi, dan tempat.
1. Minimnya ilmu
1 2. Ketidakjelasan sasaran dan tujuan
Orang yang merasa tujuannya dalam hidup ini tidak jelas berjalan bersama manusia
di mana saja mereka berjalan. Maka tidak mengherankan, kalau ia begitu lengket
dengan seluruh sarana kehidupan yang semuanya dijadikan tujuan utama
kehidupan sehingga ia tidak peduli dengan tarbiyah dirinya, pembersihan, perbaikan,
dan pengarahan dirinya.
3. Lengket dengan dunia
4. Pemahaman yang salah tentang tarbiyah
Ia berpendapat tarbiyah dzatiyah membuat dirinya terputus dari kehidupan dan
manusia, serta terisolir dari mereka. Atau menyita sedkit waktu dan tenaganya. Atau
merasa tidak membutuhkan tarbiyah dzatiyah karena telah menunaikan kewajiban
agamanya yang paling penting sehingga tidak perlu lagi mengerjakan ibadah-ibadah
lain yang tidak wajib.
5. Minimnya basis tarbiyah
2
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
Muhasabah
Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan
yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak
terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari
kiamat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
Dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda : “Orang cerdas
(berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan,
orang yang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan
berangan-angan kepada Allah.” (At-Tirmidzi)
1 a. Urgensi muhasabah secara rutin
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata menjelaskan salah satu kiat muhasabah,
“Hal yang paling bermanfaat bagi orang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur.
Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan
keuntungannya pada hari itu. Lalu, ia memperbaharui taubatnya dengan nasuhah
kepada Allah, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak
mengerjakan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan setiap malam.
Jika ia meninggal pada malam tersebut, ia meninggal dalam keadaan taubat. Jika
ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal, senang ajalnya ditunda, dan
siap mengerjakan perbuatan-perbuatan yang belum ia kerjakan.”
3
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
• Muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan daripada ia
kerjakan.
4
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
b. Syarat-syarat taubat
Taubat nasuhah (hakiki) ialah taubat jujur dan serius, yang menghapus
kesalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-
dosa sebelumnya.
d. Hukuman di dunia
Dosa, yang pelakunya tidak bertaubat darinya, punya hukuman segera di
dunia, sebelum di akhirat, kendati kadang kejadiannya agak tertunda. Dari
sinilah, kecerdasan akal orang muslim ketika ia banyak bertaubat dan
beristighfar di setiap waktu dan kondisi, dengan harapan Allah
mengampuninya di dunia dan tidak menghukumnya di akhirat. Namun,
selanjutnya diserahkan kepada Allah.
e. Di antara trik jiwa kita
Makar setan terhadap manusia dan perjuangannya mati-matian untuk
menipu manusia dengan segala cara menyebabkan manusia menunda-
nunda taubat dan kembali kepada Allah, dengan banyak argumentasi.
5
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
6
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
3 • Sumber keinginan, mujahadah dan keinginan datang dari jiwa, ketekunan, dan
membayar harganya sesuai dengan semestinya
4 • Bertahap dalam melakukan mujahadah
2 • Syarat-syarat doa antara lain, makan makanan yang halal, minta dengan sungguh-
sungguh, menampakkan kelemahan dan kepasrahan kepada Allah, menghadirkan
hati, bertaubat dari dosa, cinta dan takut kepadaNya
3 • Jangan minta doa dikabulkan dengan segera
7
TARBIYAH DZATIYAH
Akbar Pratama – Teknik Lingkungan 2008
Wallahu’alam