DOWN SYNDROME
Figur Puspito Y. D
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
A. Latar Belakang
Sindrom Down → kelainan kromosom dg manifestasi
klinis khas.
1866 oleh Dr. John Longdon Down
Kelebihan kromosom →ke-21, 95% kasus sindrom
Down → 3 salinan kromosom 21, disebut Trisomy 21.
Frequensi genetik paling banyak → retardasi mental,
terjadi pada 1 dari 800 kelahiran
B. Tujuan penulisan :
Mengetahui sindrom Down secara menyeluruh
BAB II
Tinjauan pustaka
A. Definisi
→ sindrom Down adalah malformasi kromosom, yang
mengakibatkan penurunan kecerdasan dan
perubahan morfologi tubuh (Scudder, 2009)
B. Epidemiologi
Di Amerika→ 1 dari 800 kelahiran hidup
• The National Institute of Health tahun 2008 →
angka kelahiran sindrom Down di Amerika hampir
sama terjadi diseluruh dunia.
C. Etiologi
I. Prognosis
44 % sindrom Down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14
% hidup sampai 68 tahun
Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada
penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian.
Meningkatnya resiko terkena leukimia pada sindrom Down
adalah 15 kali dari populasi normal.
Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan
harapan hidup setelah umur 44 tahun (Taufan, 2009).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sindrom Down adalah suatu kondisi keterbelakangan
perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya
kegagalan sepasang kromosom memisahkan diri saat terjadi
pembelahan.
Sindrom Down terjadi pada 1 dari 800 kelahiran pada semua ras
dan semua golongan ekonomi masyarakat.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui prenatal skrining untuk
sindrom Down, tes diagnostik selama kehamilan, serta tes
diagnostik untuk bayi baru lahir.
Komplikasi sindrom Down yang paling banyak adalah penyakit
jantung congenital, immunodefisiensi, serta leukemia.
B. Saran
1. Evaluasi klinis perlu dilakukan sejak dini kepada anak
dengan sindrom Down agar dapat segera
mendapatkan terapi maupun penanganan sesuai
dengan masalah kesehatan yang dimilikinya.
2. Perlu adanya pemantauan tumbuh kembang serta
perhatian khusus untuk anak dengan sindrom Down
agar dapat bersosialisasi di masyarakat dengan baik.
3. Higienitas serta nutrisi perlu diperhatikan secara
khusus agar anak dengan sindrom Down tidak mudah
terkena penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007, Down Syndrome, di akses dari
http://www.scribd.com/search-8676835-02-Down-Syndrome.pdf tanggal 17
Maret 2010
Anonim, 2008, Down Syndrome, di akses dari
http://www.Medicinet.com/down-syndrome/glossary.com tanggal 17 Maret
2010
Anonim, 2010, Sindrom Down, di akses dari
http://id.wikipedia.org/w/index.php?oldid=2894456 tanggal 17 Maret 2010
Ashari, 2010, Sindrom Down, di akses dari http://irwanashari.blogspot/com
tanggal 17 Maret 2010
Chen, H., 2009, Down Syndrome, di akses dari
http://emedicine.medscape.com/article/943216-overview tanggal 17 Maret
2010
Hassan, R., Alatas, H., 1985, Ilmu Kesehatan Anak1, Cetakan ke 8, Bagian Ilmu
kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta (hal 217-
219)
ISDI, 2005, Sindroma Down, di akses dari http://search-down-
syndrome/faq2.html tanggal 17 Maret 2010
Leshin, L., 1997. Trisomy 21: The Story of Down Syndrome, di akses
dari http://search-trysomi/htm tanggal 17 Maret 2010
Mayo, 2009, Down Syndrome, di akses dari
http://www.mayoclinic.com/health/down-syndrome/DS00182
tanggal 17 Maret 2010
Rudolph.A.M., Hoffman.J.I.E., Rudolph.C.D., 2006, Buku Ajar
Pediatri Rudolph, EGC, Jakarta
Scudder, J. L, 2009, Epidemiology of Down Syndrome, di akses dari
http://search-25026944-Down-Syndrome-Epidemiology-of.pdf
tanggal 17 Maret 2010
Taufan, R., 2009, Down Syndrom (Trysomi 21), di akses dari
http://rosfanty.blogspot/com tanggal 17 Maret 2010