Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI PRAKTIKKUM FARMASI

FISIK
PENENTUAN STABILITAS LARUTAN ASPIRIN
DENGAN CARA ANALISIS STABILITAS
DIPERCEPAT
Disu s un O
le h :

ASIH TRIA WULANDARI  (091501071)


TIOMANGSIH M. SIHOTANG  (091501074)
JUSIA PASARIBU  (091501079)
SARU NOLIQO RANGKUTI  (091501081)
ARGA ABDI R. D. LUBIS  (091501097)
SISKA SEMBIRING  (091501100)
ARIYANA  (091501120)
YANNA ROTUA SIHOMBING  (091501133)
BAB I
PENDAHULUAN

Tujuan Percobaan :
   Menentukan harga T90 larutan
Aspirin dengan cara analisis
stabilitas dipercepat.
P er c o ba an :
Prinsip
t ( a c c e le ra te d s t a b ility
n a li s is s ta b ilit a s d ip ercepa
Metode a a n p r in s ip - p r in s ip k inetika
m e th o d ) a d a la h b e rdasark m
analysis p e r u ra ia n o b a t d a la
u ru t ca ra in i, n il a i k untuk
kimia. Men ik k a n , d ip e r o le h d e ngan
p a d a b e r b a g a i s u hu dina k t u
larutan ko nsentr a s i te r h a d a p w a
e b e ra p a fu n g s i
memplot b a la ju p e ru ra ia n s p esifik
n o rd e p e r t a m a). L ogaritm la k
(peruraia a li kan dar i te m p e ra t u re m u t
lo t te r h a d a p k e b
kemudian dip asil b e r u p a g a ri s lurus,
r h e n iu s), d a n h
(plot Ar a m a r s e h in g g a d ip e roleh
p ola s ik a n s a m p a i suhu k it as
diekstra t u k me m p e rk ir a ka n s ta b il
a n g d ig u n a k an u n
nilai k28 y
o
b ia s a d a la m sehari.
yim p a na n
obat pada kondisi pen
 LATAR BELAKANG
Pada masa lalu banyak perusahaan Farmasi
mengadakan evaluasi Stabilitas sediaan
Farmasi dengan pengamatan selama satu
tahun atau lebih, sesuai dengan waktu normal
yang diperlukan. Namun metode ini sangat
membutuhkan durasi waktu yang cukup lama.
Untuk itu beberapa tahun  berikutnya para
peneliti mencoba menggunakan Metode
Analisis dipercepat yang berdasarkan pada
Prinsip Kinetika Kimia.
  Metode Analisis dipercepat tersebut
menggunakan nilai K untuk penguraian Obat dalam
larutan pada pelbagai suhu yang dinaikkan dan
diperoleh dengan memplot beberapa fungsi
konsentrasi terhadap waktu penguraian orde
pertama. Logaritma laju penguraian spesifik
kemudian di plot terhadap kebalikan dan
temperature Mutlak (Plot Arhenius), hasilnya berupa
garis lurus yang diekstrapolasi sampai suhu kamar.
Misalnya K 28’C digunakan untuk memperoleh
stabilitas obat pada kondisi penyimpanan biasa
dalam sehari.
Sampai saat ini metode tersebut
menggambarkan kemampuannya
dalam menggunakan prinsip
kinetika kimia untuk meneliti
peruraian suatu obat berkhasiat
yang berada dalam larutan secara
teliti, maupun metode tersebut juga
dapat  berfungsi untuk menentukan
mekanisme peruraiannya. Peruraian
yang terjadi pada obat diamati
dalam berbagai suhu, lalu diukur
absorbansinya (Connor, 1980). 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam asetil  salisilat (Asetosal=Aspirin) mengandung
tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%
C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemeriannya berupa hablur putih, umumnya seperti
jarum/lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih,
umumnya berbau/berbau lemah. Stabil di udara kering;
di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa
menjadi asam salisilat dan asetat. Aspirin sukar larut
dalam air; mudah larut dalam etanol; larut dalam
klorofom dan eter; agak sukar larut dalam eter mutlak
(Depkes RI, 1995).
Dalam formulasi dan produksi yang umum, bahan obat
bercampur dengan banyak zat-zat kimia, beberapa
diantaranya tertinggal dibentuk sediaan jadi dan yang
lainnya tidak tertinggal di produk jadi. Pada masing-masing
kasus, bahan-bahan formulasi harus diseleksi sehingga
tidak mengganggu stabilitas kimia maupun fisika dari
komposisi zat aktif. Jika bahan obat tersebut relative tidak
stabil, adalah pekerjaan farmasis dibagian riset untuk
menemukan cara meningkatkan stabilitasnya. Misalnya
dengan penggunaan bentuk baru seperti garam atau ester
dari bahan obat, pengurangan atau substitusi bahan
formulasi atau suatu urutan dalam metode yang umum
dalam produksi dimana obat diberikan perlindungan special
dan panjang untuk melawan dekomposisi (Ansel, 1981).
  Proses hidrolisis mungkin merupakan penyebab tunggal peruraian.
Obat pada umumnya karena banyak bahan obat adalah ester atau
mengandung gugus kimia lain seperti amida, lakton, laktam yang mudah
mengalami reaksi hidrolisis (Ansel, 1981).
 Ketidakstabilan obat dalam formulasi farmasetik dapat dideteksi
dengan beberapa hal sederhana, adanya perubahan fisik, warna, bau,
rasa, atau tekstur bahan obat dimana selain itu, perubahan kimia dapat
teradi tanpa bukti terlihat yang hanya dapat dipastikan dengan analisis
kimia. Penentuan data yang akurat mengenai stabilitas formulasi
mengarah pada prediksiwaktu pakai yang diinginkan dari produk dan,
ketika diperlukan, waktu merancang ulang obat dan untuk formulasi
ulang bentuk sediaan. Secara nyata, kecepatan degradasi obat yang
terjadi dalam formulasi adalah yang penting. Studi mengenai laju
perubahan kimia dan cara dimana ia dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti konsenterasi obat atau reaktan, pelarut yang digunakan, dan
kondisi suhu dan tekanan, dan adanya zat kimia lain dalam formulasi
disebut kinetika reaksi (Ansel, 1981).
  Ada beberapa pendekatan ke arah stabilisasi preparat
farmasetik yang mengandung komponen yang mudah rusak
oleh hidrolisis mungkin yang paling jelas adalah reduksi atau
yang lebih balik lagi, eleminasi air dari sistem farmasetik.
Bahkan bentuk sediaan padat yang mengandung obat tidak
tahan air harus dilindungi dari kelembapan udara. Ini dapat
diatasi dengan menggunakan suatu salut tahan air pada tablet
atau dengan menutup dan menjaga obat tertutup rapat dalam
wadahnya. Bukan hal yang aneh untuk mendeteksi aspirin yang
terhidrolisa dengan mencium bau asam aseta saat membuka
botol tablet aspirin. Dalam sediaan cair, air sering digantikan
atau dihilangkan dari formulasi dengan menggunakan cairan
pengganti lain seperti gliserin, propilen glikol dan alkohol. Dalam
produk injeksi tertentu, minyak tumbuhan anhidrat dapat
digunakan sebagai pelarut obat untuk mengurangi peluang
peruraian oleh hidrolisis (Ansel, 1981).
  Dalam studi kinetika yang umum dimulai dengan
mengukur konsenterasi obat yang diperiksa dalam jangka
waktu tertentu dengan mengatur spesifik dalam hal
kondisinya termasuk suhu, pH, kekuatan ion, intensitas
cahaya, dan knsenterasi obat. Pengukuran konsenterasi
obat pada waktu yang bervariasi menunjukan stabilitas
ataupun instabilitas obat pada kondisi khususselama
waktu tersebut. Mulai dari titik awal ini, masing-masing
kondisi awaldapat bervariasi pada basis individu untuk
menetapkan pengaruh yang seperti perubahan-
perubahan yang berpengaruh terhadap kestabilan.
Misalnya, pH larutan diubah, demikian juga suhu,
intensitas cahaya, dan konsenterasi obat tidak berubah
dari konsenterasi awal (Ansel, 1981).
  Penggunaan kondisi yang dilebih-lebihkan dari suhu,
kelembapan, cahaya, dan yang lainnya, untuk menguji
stabilitas formulasi obat disebut pengujian stabilitas
dipercepat. Studi temperatur bertingkat, sebagai
contoh,umumnya dibuat 37°, 50°, 60°C (140°F), sebaik pada
suhu ruang, lemari es atau freezer. Penggunaan studi
dipercepat adalah untuk menentukan formulasi yang paling
stabil dari suatu produk obat. Setelah satu formulasi paling
stabil ditentukan, stabilitas jangka panjang produk tersebut
diperkirakan dari data yang diperoleh dengan melanjutkan
studi stabilitas. Tergantung pada tipe dan keparahan
kondisinya, tidaklah aneh untuk menjaga/mengatur sampel
dalam kondisi stabilitas dipercepat selama satu bulan sampai
satu tahun. Studi seperti itu menunjukkan perkiraan waktu
pakai/tanggal kadaluarsa suatu produk obat (Ansel, 1981).
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1Alat
-Spektrofotometer
-Labu takar
-Pipet volum
-Gelas ukur
-Termometer
-Termostat
-Erlenmeyer
3.2 Bahan

₋Aspirin
₋Asam nitrat 1%
₋Feri nitrat 1%
₋Asam salisilat
₋Air suling
3.3 Prosedur Kerja

Pembuatan kurva Absorpsi


Pembuatan kurva kalibrasi asam
salisilat
Pembuatan larutan aspirin 0,1%
Pementuan konsentrasi aspirin mula-
mula(C0)
Pemanasan larutan aspirin 0,1% pada
berbagai suhu yang dinaikkan
Tentukan konsentrasinya pada setiap
waktu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 PERHITUNGAN
Persamaan regresi dari asam salisilat

No. Konsentras Serapan  XY X2 Y2


i (X) (Y)
1 0,000 0 0 0 0
2 10,000 0.123 1.23 100 0.015129

3 20,000 0.25 5 400 0,062500

4 30,000 0.378 11.34 900 0.142884

5 40,000 0.56 22.4 1600 0,313600

6 50,000 0.619 30.45 2500 0.383161

Jumlah 150 1.93 70.92 5500 0.917274

Rata-rata 25 0,32167      

Y   =  0,012954X – 0,002180  


PERHITUNGAN HARGA KONSENTRASI
AWAL (Co)
• Aspirin yang dibuat 0,1% = 1000 ppm

• Larutan Aspirin yang dibuat, pipet 5 ml, ad-kan hingga 25


ml

[Aspirin] = 200 ppm

• Absorbansi Co = 0,0427 , maka konsentrasi awal = 3,540


ppm

• [  ] Aspirin yang terurai = 4,521 ppm

• Konsentrasi Awal (Co) Aspirin = 2000 ppm – 4,521 ppm =


195,479 ppm 
PERHITUNGAN KONSENTRASI ASAM SALISILAT(C)

Pada Suhu 37o

Perhitungan untuk t = 0,5 jam


 
[  ] Asam salisilat  = 4,248
[  ] Aspirin terurai = 5,5415
[  ] aspirin Sisa      = Co – [ ] Aspirin
terurai = 195,479 – 5,445 = 190,0354 ppm
Log C         = 2,2788 
 
 
Pada suhu 37oC
Waktu Absorbansi [As.Salisilat] [Aspirin log C
sisa]
0,5 0,0519 4.1748 190.0354 2.2788
1 0,0592 4.7383 189.3004 2.2772
1,5 0,0667 5.3172 188.5432 2.2754
2 0,0725 5.765 187.9612 2.2741

Pada suhu 50oC


Waktu Absorbansi [As.Salisilat] [Aspirin sisa] log C
0,5 0,0702 5,587 188,1927 2.2746
1 0,0890 7,0388 186,2995 2.2702
1,5 0,1029 9,6264 182,9242 2.2623
2 0,1083 8,5286 184,3562 2.2657
Pada suhu 70 o C

Waktu Absorbansi [As.Salisilat] [Aspirin log C


sisa]
0,5 0,2059 16,063 174,5289 2,2419
1 0,3381 26,2683 161,2172 2,2074
1,5 0,4310 33,4398 151,8629 2,1816
2 0,5895 45,6755 135,903 2,1322
PERHITUNGAN PERSAMAAN GARIS REGRESI
BARU

SUHU 37O
a = -0,0032
b   = Y – aX = 2,2764 – {-0,0032 (25)} = 2,2804

Maka, Persamaan Regresi :


Y   =  -0,0032X + 2,2804 

 Slope (a)    =  -0,0032


   k  = -ax . 2.303
   k 370           = -(-0,0032) . 2,303= 0,0074 jam-1 
SUHU 50O

No. Waktu (X) log C (Y) X2 Y2 XY

1 0,5 2,2746 0,025 5,1738 1,1373

2 1 2,2702 1 5,1538 2,2703

3 1,5 2,2623 2,25 5,1180 3,3935

4 2 2,2657 4 5,1334 4,5314

Jumlah 5 9.0728 7.5 20.579 11.3324

Rata2 1.25 2.2683      


 a = -0,00688
b = Y – aX = 2,2683 – {-0,00688 (1,25)}
= 2,2769

Maka, Persamaan Regresi :


Y   =  -0,00688X + 2,2769

Slope (a)   =  -0,00688


   k       = -ax . 2.303
   k             = -(-0,00688) . 2,303
   k500         = 0,0158 jam-1 
 

SUHU 70O

No. Waktu (X) log C (Y) X2 Y2 XY

1 0,5 2,2419 0,025 5,0261 1,1210


2 1 2,2079 1 4,8736 2,2074
3 1,5 2,1816 2,25 4,7594 3,2724
4 2 2,1332 4 4,5505 4,2664
Jumlah 5 8,7641 7.5 19,2086 10,8672

Rata2 1.25 2,1910      


a = -0,07032
 b  = Y – aX = 2,1910 – {-0,07032 (1,25)} =
2,2789
 
Maka, Persamaan Regresi :
 Y   =  -0,07032X + 2,2789

Slope (a)   =  -0,07032


   k       = -ax . 2.303
   k             = -(-0,07032) . 2,303
   k             = 0,1619 jam-1 
PERHITUNGAN PLOT ARRHENIUS
No 1/T x 106 log k+3 (Y) X2 Y2 XY
(X)
1 3225,81 0,8692 10305856,1 0,7551 2803,87
6
2 3095,98 1,1987 9585092,16 1,4369 3711,15
3 2915,45 2,2092 8499848,70 4,8806 6440,81
Jumlah 9237,24 4,2771 28490791,0 7,0726 12955,83
2
Rata2 3079,08 1,4257      

 a = -1,24 x 10-3
b   = Y – aX = 1,4257 + 4,3980(3079,08) = 13546,3861

Maka, Persamaan Regresi :


Y   =  -4,3980X + 13546,3861 
PERHITUNGAN T90

K28  => X =  3322,6

Y = (1,24 X 10-3) (3322,6) + 0,4665   


  = 0,8159
      
Log (k+3) + 3 = 0,8159
             Log K28   = -2,1845
              K28   = 0,0065 

      T90 = 2.303/ k log C/Co


  = 2,303/ 0.0065 log 100/90

             
                    =16,21 jam
REAKSI PERCOBAAN
 PEMBAHASAN
      T90 adalah waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk menjadi 90% dari
konsentrasi awalnya. Berdasarkan hasil percobaan, T 90 larutan Aspirin 1% yang
diuji adalah 16,21 jam, artinya shelf-time(masa pakai) larutan tersebut hanya
16,21 jam sejak larutan itu dibuat. Atau dengan kata lain setelah 16,21 jam,
larutan tersebut sudah kadaluarsa karena kadarnya menjadi kurang dari  90%
konsentrasi awalnya.
      Dari metode analisis dipercepat dapat diperoleh K 28o yang digunakan untuk
memperoleh stabilitas obat pada kondisi penyimpanan biasa dalam sehari. T 90
larutan uji sangat kecil, yakni hanya 16,21 jam. Ini menunjukkan bahwa Aspirin
sangat tidak stabil dalam air karena mudah terhidrolisa secara bertahap menjadi
air menjadi asam asetat dan asam salisilat(Depkes RI,1995).
      Berdasarkan pertimbangan terhadap ketidakstabilan Aspirin dalam air, dapat
disimpulkan bahwa Aspirin tidak cocok dibuat dalam bentuk larutan dalam air.
Aspirin stabil bila dibuat dalam bentuk kering yakni dalam bentuk tablet, ataupun
serbuk yang baru dilarutkan saat ingin diminum (contoh sediaan di pasaran:
B.M.Tan produksi Yahi Utama). Selain dalam bentuk kering, aspirin juga dapat
dibuat dalam bentuk emulsi ganda a/m/a di mana aspirin dilarutkan dalam fase
minyak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
 Harga T90 Larutan Aspirin 1% yang diuji
dengan metode analisis dipercepat adalah 16,21
jam.
5.2. SARAN
Untuk percobaan berikutnya, agar digunakan
metode analisa dipercepat lainnya.
Untuk percobaan berikutnya, agar pengujian
stabilitas dilakukan pada sediaan/obat lainnya
juga (agar lebih bervariasi) . 
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C.(1981). INTRODUCTION TO PHARMACEUTICAL DOSAGE FORMS.

Third Edition. Philadelphia: Lea&Febiger. Pages 83-88

Depkes RI.(1995). FARMAKOPE INDONESIA. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Hal: 31

Dirjen POM.(1979). FARMAKOPE INDONESIA. Edisi Ketiga. Jakarta: Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makana. Hal: 43-44

Rang, H. P., MM. Dale, J. M. Ritter.(1999). PHARMAKOLOGY. China: Churchili living

stone. Pages: 229,232,235

Trevor, A. J., Betram G. Katzung dan Susan B Masters.(2008). PHARMACOLOGY

EXAMINATION & BOARDREVIEW. Eight Edition. Page: 160 


TERIMAKASIH…..^_^

Anda mungkin juga menyukai