Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG

Menurut Undang – Undang RI No. 10/ 1998, “ Bank adalah sebuah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak “. Baik di kota maupun didesa, masyarakat sudah tidak asing mendengar kata /
istilah bank, karena memang kehidupan didalam masyarakat tidak bisa terlepas dari kegiatan
badan usaha ini. Bank selain berfungsi sebagai lembaga perantara, berperan juga sebagai
pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilitator moneter dan juga sebagai dinamisator
perekonomian di suatu pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan rakyat banyak. Dengan
demikian bank memiliki peran dan andil yang besar bagi perekonomian di Negara kita.
Semenjak adanya deregulasi perbankan di tahun 1980-an, jumlah bank meningkat tajam,
namun krisis ekonomi dan keuangan yang melanda di Indonesia di Tahun 1997 cukup
menguncang industri perbankan sehingga banyak kegiatan bank yang dibekukan akibat
ketidakmampuan bank tersebut dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Sekalipun demikian
tetap saja jumlah bank di Indonesia masih tergolong banyak ( ada sekitar 130 bank dengan 1910
kantor cabang ) dengan kualitas modal yang tidak terlalu kuat. Salah satu tujuan yang hendak
dicapai dengan adanya Arsitektur Perbankan Indonesia yaitu adanya pembatasan jumlah bank
yang ada, diharapkan jumlah bank yang ada di Indonesia dapat dihitung dengan 10 jari dengan
indikasi bahwa bank – bank tersebut adalah bank yang memiliki modal yang kuat dan dapat
diakui di kalangan internasional.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank

Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai analisa tingkat kesehatan bank, maka
penulis akan membahas tentang pengertian lembaga keuangan bank terlebih dahulu, karena
dengan demikian dapat membantu pembaca untuk memiliki gambaran mengenai bank itu sendiri
dan hubungannya dengan tingkat kesehatannya.
Ada beberapa definisi bank yang dapat dikemukakan sesuai dengan tahap perkembangan
bank. Bank merupakan salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan
kredit, baik dengan alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain,
dengan jalan mengedarkan alat – alat pembayaran baru berupa uang giral.

2.2 Jenis – jenis bank


Pengelompokan bank di Indonesia menurut fungsinya terdiri dari Bank Umum, Bank
Pembangunan, Bank Tabungan, Bank Pasar, Bank Desa, Bank Lumbung Desa, dan bank
Pegawai ( Undang – undang No. 14 Tahun 1967 ).Jenis Bank dapat dibedakan menjadi dua jenis
(Berdasarkan Undang – undang Perbankan No. 10 Tahun 1998; Pasal 1 ) yaitu :
1. Bank Umum yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syairah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

Jika Dilihat dari kepemilikannya, bank dapat dibedakan sebagai berikut ( berdasarkan Undang –
undang No. 10 Tahun 1998 ) :
1. Bank Persero yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah pusat.
2. Bank Pemerintah Daerah yaitu bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah.
3. Bank Swasta Nasional yatiu bank yang sahamnya dimiliki oleh swasta / non pemerintah
atau public.
4. Bank Asing yaitu bank yang sahamnya berasal dari modal asing dan membuka cabang di
Indonesia

2.3 Pengertian Kesehatan Bank

Menurut Bank Of Settlement, bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut dapat
melaksanakan control terhadap aspek modal, aktiva, rentabilitas, manajemen dan aspek
likuiditasnya.
Pengertian Kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan Undang–undang RI
No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan Pasal 29 adalah Bank dikatakan sehat apabila bank
tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan aspek Permodalan,
Kualitas Asset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas, Likuiditas, Solvabilitas, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank.

2
Sedangkan menurut peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang
sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Kesehatan bank merupakan hasil penilaian
Kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui
penilain faktor Permodalan, Kualitas Asset, Manajemen, Rentabilitas, Likuiditas, Dan
Sensitivitas terhadap resiko pasar.

3
2.4 Manfaat pentingnya Penilaian Kesehatan Masyarakat.

Menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang
mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, Penilaian tingkat kesehatan bank
sangat penting dan bermanfaat karena merupakan tolok ukur bagi manajemen bank untuk
menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan ketentuan perbankan yang sehat
dan juga sebagai tolok ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank baik
secara individual maupun secara perbankan.

2.5 Penyebab menurunnya Kinerja Bank

Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi
dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi
dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Permasalahan
perbankan di Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah.
Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit
kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap
resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun.

Dalam Seminar Restrukturisasi Perbankan di Jakarta 1998 (Etty M. Nasser & Titik Aryati
: 2000) menyimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja bank; antara lain;
1. Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan
2. Dampak likuidasi bank-bank 1 Nopember 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara
besar-besaran
3. Semakin turunnya permodalan bank-bank dan bahkan diantaranyanegative net worth,
karena adanya kebutuhan pembentukan cadangan, negative spread, unprofitable, dan
lainlain
4. Banyak bank tidak mampu menutup kewajibannya terutama karena menurunnya nilai tukar
rupiah
5. Pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit)
6. Modal bank atau CapitalAdequacy Ratio (CAR) belum mencerminkan kemampuan riil
untuk menyerap berbagai resikokerugian
7. Manajemen tidak professional
8. Moral hazard.

Penurunan kinerja bank dapat menurunkan pula kepercayaan masyarakat. Pengertian bank
dalam PSAK 31 salah satunya yaitu Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya
mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara.
Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga
bankxv, dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan
simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin
penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu
lintas pembayaran. Disamping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh

4
kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan
kepadanya serta keamanan atas uang atau asset lainnya yang dititipkan pada bank.
Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank
adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan
bank. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan adanya aturan
tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan
merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Aturan tentang kesehatan bank
yang diterapkan oleh Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari
penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Totok Budisantoso dan
Sigit Triandaru: 2006). Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko
pasar, yang dikenal dengan CAMELS.
Menurut Biro Riset Infobank laba perbankan per Desember 2005 mengalami penurunan
-23,56%atau turun menjadi Rp. 22,65 triliun selama 2005 dari Rp. 29,64 triliun selama 2004.
Padahal, sejak1999, tren laba perbankan terus mengalami kenaikan hingga akhir 2005. Selain
laba, non performingloans (NPL) atau kredit bermasalah turut menghantui sektor keuangan ini.
Angka NPL perbankan mengalami peningkatan selama 2005 lalu. Menurut Biro Riset Infobank,
rata-rata NPL bank umum ditanah air mencapai 7,56% selama 2005. Padahal, pada 2004 hanya
4,50%. Hal tersebut diatas dapat mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap dunia
perbankan. Untuk itu sangat penting bagi masyarakat umum maupun investor dan kreditor
mengetahui kondisi bank dimana mereka menanamkan dana.
Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan.
Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para
pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 Tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Bank wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari:
1. Laporan Tahunan;
2. Laporan Keuangan PublikasiTriwulanan;
3. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan
4. Laporan Keuangan Konsolidasi.

Laporan keuangan yang diterbitkan diharapkan mencerminkan kinerja bank tersebut yang
sebenarnya. Dari informasi yang bersifat fundamental tersebut dapat dilihat apakah bank tersebut
telah mencapai tingkat efisiensi yang baik, dalam arti telah memanfaatkan, mengelola dan
mencapaikinerja secara optimal dengan menggunakan sumber-sumber dana yang ada. Bank yang
memilikitingkat kesehatan yang baik dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik pula. Dengan
memiliki kinerjayang baik masyarakat pemodal akan menanamkan dananya pada saham bank
tersebut. Hal inimenunjukkan adanya kepercayaan masyarakat bahwa bank tersebut dapat
memenuhi harapannya.
Bank yang memperoleh dana dari masyarakat akan secara sadar bahwa memiliki
tanggung jawab untuk mengelola aktiva serta sumber-sumber dana yang dimiliki secara
professional. Investor yang mengandalkan informasi fundamental maka sumber informasi yang

5
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah bersumber dari laporan keuangan, selain
informasi nonfundamental yang lainnya. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan
merupakan suatubentuk komunikasi dari manajemen kepada para owner. Dari laporan keuangan
tersebut owner dapat menilai kinerja dari manajemen. Dari banyak penelitian, salah satu variable
yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga saham adalah laporan keuangan yang bagus.
Dimana indikator baik tidaknya laporan keuangan salah satunya adalah laba. Bagi para analis
bisnis, analisis keuangan digunakan untuk menganalisis posisi dan kinerja keuangan perusahaan
dengan menggunakan informasi laporan keuangan. Investor akan menganalisis laporan keuangan
tersebut dengan rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan. Adalah suatu hal yang penting bagi
investor untuk menganalisis posisi dan kinerja perusahaan saat ini untuk dapat memprediksi
kondisi perusahaan tersebut di masa mendatang.
Kriteria penilaian kinerja perbankan yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan
kriteria yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Penilaian kesehatan bank versi Bank Indonesia
mengacu pada unsur-unsur Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity dan
Sensitivity,sedangkan dalam penelitian ini menerapkan rasio- rasio keuangan yang umum
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank. Penelitian ini tidak mencantumkan unsur
manajemen suatu bank karena hal ini tidak bisa dilihat dari luar. Alasan dipilihnya Return On
Assets (ROA) sebagai variable dependen dengan alasan bahwa ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin
besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return)
semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan
perputaran aktiva. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap
penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa
jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.
Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan
meningkat.
Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian di sektor riil. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sector moneter tidek bekerja dengan baik.
Penelitian mengenai analisis pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja bank telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Agus Suyono (2005), Basran Desfian (2005) dan Wisnu
Mawardi (2005). Penelitian ini merupakan replikasi dari ketiga penelitian ketiga tersebut diatas.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, pemilihan variabel independen
yang digunakan serta periode penelitian. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan variabel yang menurut penelitian sebelumnya paling berpengaruh terhadap kinerja
bank.
Variabel-variabel tersebut antara lain yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi
disbanding Pendapatan Operasi (BOPO), Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan
(NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Oleh karena itu perlu diuji kembali konsistensi dari
variable-variabel tersebut dalam mempengaruhi kinerja bank. Kebijakan perbankan yang
dikeluarkan dan dilaksanankan oleh BI pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan
memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Yang
menjadi pertanyaan selanjutnya adalah seperti apakah bank yang disebut sehat itu?

6
2.6 Ciri Bank Sehat
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi,
dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam
melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi-
fungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta
bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang
cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan
berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya
setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang
telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-
prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.

2.7 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity).
Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan
penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang
baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian
faktor-faktor yang diperhitungkan dalam system baru ini nantinya adalah CAMEL. Kelima
faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu
bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank
mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut
akan mengalami kesulitan.

Sebagai contoh, suatu bank yang mengalami masalah likuiditas (meskipun bank tersebut
modalnya cukup, selalu untung, dikelola dengan baik, kualitas aktiva produktifnya baik) maka
apabila permasalahan tersebut tidak segera dapat diatasi maka dapat dipastikan bank tersebut
akan menjadi tidak sehat. Pada waktu terjadi krisis perbankan di Indonesia sebetulnya tidak
semua bank dalam kondisi tidak sehat, tetapi karena terjadi rush dan mengalami kesulitan
likuiditas, maka sejumlah bank yang sebenarnya sehat menjadi tidak sehat

Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot
masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada
pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian
bank adalah penilaian bank umum dan BPR.

Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

7
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan
kuantifikasi atas komponen dari masing-masing factor tersebut. Faktor dan komponen tersebut
selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.

Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan system kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai
kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain
yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas,


selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang
secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya,
akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat,
Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat.

2.8 Penjelasan Camel

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 Tujuan
penilaian dari masing – masing komponen CAMELS adalah

1. Capital ( Modal )
Penilaian tehadap faktor permodalan ini dilakukan mengingat kecukupan modal sangat
diperlukan guna kelangsungan operasional bank sehari – hari. Dimana modal digunakan
sebagai penyangga apabila sedang mengalami kerugian.

2. Asset ( Aktiva )
Penilaian tehadap faktor ini dilakukan karena Kualitas asset merupakan salah satu aspek
terpenting yang mempengaruhi pasar pendapatan bunga. Pengelolaan asset yang baik
meliputi tata cara pemberian kredit yang dapat dipercaya dan penerapan pengendalian kredit.
3. Management ( Manajemen )
Penilaian terhadap faktor manajemen ini dilakukan untuk melihat bagaimana peran Direksi
dan Komisaris dalam menetapkan kebijakan manajemen resiko, mengawasi pelaksanaannya,
kualitas sistem Informasi Manajemen, sistem Pengawasan internal, strategi jangka pendek,
menengah dan panjang, masalah kepemimpinan termasuk upaya penyediaan kader
pemimpin. Penilaian manajemen cenderung bersifat subjektif dan kualitatif dan perlu
dicarikan kesepakatan untuk mengurangi terjadinya beda pandang antara pemeriksa dan
objek yang diperiksa.
4. Earnings ( Rentabilitas )
Penilaian terhadap faktor rentabilitas ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank untuk
menetapkan harga yang mampu untuk mengcover seluruh biaya. Laba memungkinkan bank
tumbuh. Selain besar laba yang dihasilkan, kualitas dan sumber laba juga menjadi objek
penelitian. Laba yang dihasilkan secara stabil dan tumbuh secara konsisten memberi nilai
tambah.
5. Liquidity ( Likuiditas )

8
Penilaian terhadap faktor likuiditas ini dilakukan mengingat aktiva bank kebanyakan bersifat
secara tidak liquid dengan sumber dana dengan jangka waktu lebih pendek. Oleh sebab itu
likuiditas digunakan untuk mengukur kapabilitas bank dalam memenuhi kewajibannya
terutama jangka pendek dan jangka panjang.
6. Sensitivity to Market Risk ( Sensitivitas terhadap resiko pasar )
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap resiko pasar ini dilakukan untuk melihat
bagaimana pergerakan faktor pasar dalam hal ini suku bunga dan nilai tukar yang akan
memperngaruhi perolehan NIM dan nilai modal ekonomis, dimana penilaian ini bukan
hanya sekedar berdasarkan data yang lalu tapi juga memperhatikan kondisi yang akan
datang.

Penilaian dari masing – masing komponen CAMELS yang terdiri dari Capital, Assets,
Management, Earning, Liquidity, Sensitivy to Market Risk dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut ( Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 ) :
1. Permodalan ( Capital )
Penilaian terhadap faktor permodalan meliputi penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut :
a. Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap
ketentuan yang berlaku
Penilaian dilakukan untuk menilai kecukupan tingkat modal yang dimiliki bank untuk
menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegagalan usaha bank Sentral untuk
memenuhi ketentuan yang berlaku. Semakin besar rasio mengidentifikasikan bahwa
bank semakin Solvable.
b. Komposisi Permodalan
Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Modal Inti (tier1) dengan
Modal Pelengkap (tier 2 ) dan Modal tambahan (tier 3). Semakin besar modal inti
7

9
dibandingkan dengan modal pelengkap mengindikasikan bank memiliki buffer ( real
capital ) yang lebih kuat untuk menyerap potensi kerugian.
c. Trend ke depan / proyeksi KPMM
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah ekspansi usaha bank yang antara lain
dicerminkan oleh pertumbuhan eksposur risiko (ATMR) yang didukung oleh tingkat
kecukupan modal bank. Sejalan dengan tujuan umum perbankan yaitu bank ingin
mengembangkan produk dan jasanya guna ekspansi perusahaan. Salah satu produk
utama perbankan adalah penyaluran kredit dengan memperbanyak jumlah kredit yang
diberikan sejalan dengan pertumbuhan Aktiva Produktif yang mempunyai risiko juga
naik. Hal ini akan memberi dampak kepada laba bank.
d. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan modal bank dalam mengcover
kerugian akibat dari memburuknya penanaman dana bank pada Aktiva Produktif.
Memburuknya Aktiva Produktif ini dikarenakan adanya penggolongan kolektibilitas
kredit. Pengukuran terhadap penggolongan Aktiva Produktif antara lain adalah
ketetapan pembayaran kembali pokok dan bunga bank serta kemampuan debitur baik
ditinjau dari usaha maupun nilai agunan kredit.
e. Kemampuan bank memelihara kebutuhan penanaman modal yang berasal dari
keuntungan ( Laba ditahan )
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur tingkat kemampuan penambahan
modal bank yang berasal dari hasil usaha ( self generating funds ).
f. Rencana Permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur apakah rencana ekspansi usaha bank yang
antara lain dicerminkan oleh pertumbuhan volume usaha ( total aset ) yang didukung
oleh rencana pertumbuhan modal.
g. Akses kepada sumber permodalan
Penilaian ini dilakukan untuk menilai tingkat kemudahan baik dalam memperoleh
modal dari sumber – sumber permodalan atau melalui pasar modal.
h. Kinerja Keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank
Penilaian ini dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan pemegang saham bank
dalam meningkatkan permodalan bank. Penilaian ini juga meliputi komitmen
pemegang saham terutama dalam rangka meng-excerase letter of comfort
sebagaimana diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku.

2. Kualitas Asset ( Assets )


Penilaian terhadap faktor aset meliputi penilaian terhadap komponen – komponen sebagai
berikut :
a. Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibandingkan dengan total Aktiva Produktif.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui tingkat permasalahan Aktiva
Produktif yang dihadapi bank termasuk kinerja manajemen risiko kredit.
b. Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat konsentrasi pemberian kredit
kepada debitur tertentu.

10
c. Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah / non performing asset dibandingkan
dengan Aktiva Produktif.
8

11
Penilaian pada komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan kinerja Aktiva
Produktif bermasalah selama 12 bulan terakhir. Hal ini juga berkaitan dengan kinerja
manajemen bank yang tidak optimal dalam mengelola Aktiva Produktifnya. Hal yang
perlu diperhatikan bank adalah menjaga kualitas Aktiva Produktifnya agar terhindar
dari kelompok Aktiva Produktif yang bermasalah agar dapat menjalankan proyek
perbankan yang sehat.
d. Tingkat Kecukupan Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kecukupan Penyisihan Pengapusan Aktiva
Produktif (PPAP) yang telah dibentuk guna menutup kemungkinan kerugian yang
ditimbulkan oleh Aktiva Produktif.
e. Kecukupan kebijakan dan Prosedur Aktiva Produktif
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan dan penerapan kebijakan
dan prosedur Aktiva Produktif bank dalam menunjang kegiatan usaha bank.
f. Sistem Kaji Ulang (review) internal terhadap Aktiva Produktif
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan konsistensi penerapan
sistem kaji ulang internal bank, serta kecukpan cakupan cakupan laporan yang
dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari hasil ini diharapkan bank memiliki sistem kaji
ulang yang memadai, komprehensif, dilakukan secara berkala dan konsistensi oleh
pihak yang independent yang ditunjuk serta menghasilkan laporan yang informative
agar bisa ditindak lanjuti hasil laporan tersebut secara konsisten.
g. Dokumentasi Aktiva Produktif
Penilaian komponen in dilakukan untuk menilai kecukupan sistem dokumentasi bank
dalam mendukung kegiatan usaha bank. Hal ini sangant penting dalam kegiatan usaha
bank karena data dokumen tersebut merupakan bukti dilakukannya transaksi,
pemberian kredit, dan hal – hal lain dalam kegiatan usaha perbankan.
h. Kinerja Penanganan Aktiva Produktif (AP) bermasalah.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja work out unti dalam
memperkecil potensi kerugian bank dari risiko audit. Apabila terjadinya indikasi
adnya AP bermasalah bank seharusnya melakukan tindakan restrukturas, agar AP
bermasalah tersebut kembali pulih sehingga dapat dikategorikan kembali ke dalam
golongan kolektibilitas lancar.
3. Manajemen ( Management )
Penilaian terhadap faktor manajamen meliputi penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut :
a. Manajemen Umum
Penilaian komponen manajemen umum ini dilakukan untuk melihat apakah bank
telah melakukan praktek Good Corporate Governance.
b. Penerapan sistem manajemen risiko
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko
dalam rangka pengendalian terhadap risiko – risiko yang dihadapi oleh bank.
c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank
Indonesia atau pihak lain.
9

12
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat kapatuhan bank terhadap
ketentuan yang berlaku serta komitmen pengurus bank terhadap Bank Indonesia serta
otoritas lainnya.
4. Rentabilitas ( Earnings )
Penilaian terhadap faktor Rentabilitas meliputi penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut :
a. Return on Asset (ROA)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur keberhasilan manajemen atas
seluruh aktivitasnya dalam menghasilkan laba.
b. Return on Equity (ROE)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur peranan tingkat laba terhadap
modal bank. Rasio ini semakin besar mengindiksikan kemampuan modal dalam
menghasilkan laba bagi pemegang saham semakin baik.
c. Net Interest Margin (NIM)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui margin bunga atau kemampuan
pendapatan bunga menutupi beban bunga, pembentukan cadangan sekaligus return
terhadap rata –rata total asset.
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan Operasional (BOPO).
Penilaian ini dilakukan utnuk mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam
menutupi biaya operasional.
e. Perkembangan laba Operasional
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai perkembangan laba operasional
selama 12 bulan terakhir guna mengukur kinerja bank dalam menghasilkan laba
perusahaan.
f. Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan Diversifikasi pendapatan.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kesesuaian antara komposisi Aktiva
Produktif bank dengan komposisi pendapatannya.
g. Penerapan prinsip Akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai konsistensi dan kesesuaian antara
penerapan sistem akuntansi yang telah dilakukan bank dengan standar akuntasi yang
berlaku.
h. Prospek Laba Operasional
Penilaian komponen ini dilakukan agar dapat menilai bank dalam memproyeksikan
laba operasional dalam kurun waktu tertentu di masa depan, melalui rencana bisnis
yang telah dibuat. Bank membuat rencana bisnis selama 3 tahun ke depan dengan
memperhatikan aspek makro dan mikro seperti kondisi ekonomi, trend bisnis
perbankan dan faktor penunjang lainnya.
5. Likuiditas ( Liquidity )
Penilaian terhadap faktor likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen sebagai
berikut :
a. Aktiva Liquid kurang dari 1 bulan dibandingakn dengan pasiva liquid kurang dari 1
bulan
10

13
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan aktiva lancar dalam
memenuhi kewajiban lancar yang segera jatuh tempo
b. 1 month maturity mismatch ratio
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kinerja Asset an Liabilities
management/ALMA dalam mengelola asset dan kewajibannya dilakukan dengan
memonitor ada tidaknya mismatch terhadap asset dan kewajiban bank.
c. Loan to Deposito Ratio (LDR)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kredit yang diberikan
yang dibiayai oleh dan pihak ketiga.
d. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan bank dalam
pengelolaan cash in dan cash out guna pengelolaan likuiditas bank.
e. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai tingkat ketergantungan pendanaan
bank
f. Kebijakan dan pengelolaan Likuiditas (Asset and Liabilities management / ALMA ).
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kebijakan yang telah dibuat oleh
manajemen dalam pengelolaan terhadap risiko asset perbankan.
g. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal atau
sumber – sumber pendanaan lainya.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan bank
dalam memperoleh akses sumber pendanaan di pasar baik jangka pendek maupun
jangka panjang, kemudian track record bank dalam pasar tersebut.
h. Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
selam 1 tahun periode yang berhasil dihimpun oleh bank, dan kecenderungan
pergerakan dana pihak ketiga yang ada di bank.
6. Sensitivitas terhadap resiko pasar ( Sensitivity To Market Risk )
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap
komponen – komponen sebagai berikut :
a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga
dibandingkan dengan Potensial Loss sebagai akibat fluktuasi (adversi movement)
suku bunga.
Penilaian komponen ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank dalam
menutup kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari perubahan suku bunga dalam
berbagai kondisi perekonomian yang ada.
b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar
dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat (adversi movement) nilai tukar.
Penilaian ini dilakukan untuk mengukur kemampuan modal bank dalam menutup
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan nilai tukar.
c. Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar
Penilaian komponen ini dilakukan untuk menilai kecukupan sistem manajemen risiko
pasar termasuk penerapannya untuk mengendalikan eksposur risiko pasar yang ada
pada bank.

14
11

15
2.1.5.2 Metode CAMEL

Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Bank Indonesia telah mengeluarkan surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No. 26/5/BPPP tanggal 29
Mei 1993 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, dengan
menggunakan metode CAMEL yang berisikan langkah – langkah yang dimulai dengan
menghitung besarnya masing – masing rasio pada komponen – komponen sebagai berikut :
1. Capital : Untuk rasio kecukupan modal
2. Asset : Untuk rasio kualitas Asset
3. Management : untuk menilai kualitas manajemen
4. Earning : Untuk rasio rentabilitas bank
5. Liquidity : Untuk rasio laikuiditas bank

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity).
Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan
penyempurnaan. Saat ini BI tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang
baru, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau risiko pasar. Dengan demikian
faktor-faktor yang diperhitungkan dalam system baru ini nantinya adalah CAMEL. Kelima
faktor tersebut memang merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu
bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank
mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut
akan mengalami kesulitan.
Berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, Bank Indonesia telah
mengeluarkan surat Keputusan Direksi Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No.
26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang mengatur tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank, dengan menggunakan metode CAMEL yang berisikan langkah – langkah yang dimulai
dengan menghitung besarnya masing – masing rasio pada komponen – komponen sebagai
berikut :
1. Capital : Untuk rasio kecukupan modal
2. Asset : Untuk rasio kualitas Asset
3. Management : untuk menilai kualitas manajemen
4. Earning : Untuk rasio rentabilitas bank
5. Liquidity : Untuk rasio laikuiditas bank

3.2 Saran

Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank
adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk
memperoleh pendapatan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan
bank. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik
dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan adanya aturan
tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan
merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Aturan tentang kesehatan bank
yang diterapkan oleh Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari
penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Totok Budisantoso dan
Sigit Triandaru: 2006). Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko
pasar, yang dikenal dengan CAMELS.
Dalam menilai sehat atau tidaknya suatu bank, penilaian tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan faktor CAMELS dianggap lebih mampu memberikan gambaran kesehatan bank
secara menyeluruh dan komprehensif. Sehingga bagi setiap nasabah bank yang hendak
menginvestasikan dananya pada suatu bank tertentu, dapat menggunakan penilaian faktor

17
CAMELS ini sebagai bahan acuan untuk melihat kondisi kesehatan bank tersebut sebelum
memutuskan akan berinvestasi atau tidak.
Bila dilihat dari hasil perhitungan dan analisis tingkat kesehatan bank dengan menggunakan
faktor CAMELS,

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Dikutip dari : Hernawan Rachmanto, “ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK


SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL”, UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA, YOGYAKARTA, 2006
2.

19

Anda mungkin juga menyukai