Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Siswa Kelas VII
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh
menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi, selain itu
pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak SDM
berada pada titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada
di kelas agar terlihat lebih aktif. Untuk menunjang tugas tersebut diperlukan
pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi atau konsep yang akan
diajarkan (pembenahan gaya mengajar guru). Model pembelajaran yang dipakai guru
akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa, yang mana setiap siswa
keahliannya sebagai guru di depan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah
menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan
ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik,
melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri
dalam mengaplikasikan matematika kedalam situasi kehidupan riil. Hal lain yang
menyebabkan sulitnya matematika karena kurang begitu bemakna. Bila anak belajar
matematika terpisah dari pengalaman sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan
belakang meja saja, dimana anak biasanya harus menghadapi setumpuk buku dan
dimana kreatifitas anak diharapkan untuk dapat tumbuh dan berkembang sehingga
menjadi manusia yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta inisiatif dan
penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
lebih banyak dibanding pelajaran lain, pelajaran matematika dalam pelaksanaan
pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar
sampai jenjang perguruan tinggi, khususnya jurusan yang mempunyai mata kuliah
diusahakan menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan sejak siswa masih
duduk di bangku SD. Selain itu guru diharapkan dapat memberikan motivasi belajar
penerima yang pasif yang banyak membutuhkan pengawasan itu, tetapi harus
diarahkan sebagai anak yang aktif bertindak, berfikir, merasa yang harus dibantu
untuk dapat merealisasikan segala potensi – potensi warisan yang ada padanya,
yang tidak hanya mampu secara materi saja, tetapi juga mempunyai kemampuan
mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Sifat dan sikap
demikian tersebut akan membentuk pribadi yang berhasil dan menghadapi tantangan
tentu sebuah metode yang efektif dan mampu mendorong minat belajar siswa
khususnya, sehingga tercipta ketertarikan untuk belajar matematika. Mengingat
sistem pembelajaran yang digunakan di kelas VII B SMP Negeri 2 Liliriaja masih
terpusat pada guru dengan metode konvensial yang mengesampingkan daya cipta
kreasi dan potensi siswa untuk mampu mencari cara lain didalam pengajaran
soal-soal terapannya.
Salah satu model pembelajaran yang menarik dan dapat diterapkan dalam
bertujuan untuk melatih keaktifan, serta melatih siswa untuk dapat bekerja sama
adalah Jigsaw II. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, kelas dikondisikan
dalam bentuk kelompok-kelompok atau dibuat tim, dimana setiap anggota dalam
Semua siswa dengan bagian materi pelajaran yang sama belajar bersama dalam
terlibat lebih jauh dengan kata lain aktif dalam proses belajar mengajar secara
efektif sehingga siswa terdorong untuk memahami setiap materi yang diajarkan
guru. Dengan kata lain model Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang "
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
D. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini yaitu metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Dengan metode ini diharapkan keaktifan
E. Tujuan Penelitian
pembelajaran koperatif tipe Jigsaw II pada siswa kelas VII B SMP Negeri 2
Liliriaja.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan
b. Bagi penulis
c. Bagi guru
pembelajaran di kelas.
G. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
menemukan sesuatu yang baru tentang sesuatu hal, seseorang, atau kita
luar. Apa yang sedang terjadi dalam diri seorang yang sedang belajar, tidak
1
Sahabuddin, Mengajar dan Belajar (Cet III; Makassar: Badan Penerbit UNM, 2007), h. 78.
2
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Cet IX; Yogyakarta: Media Abadi, 2007), h. 58.
Menurut Gage:
Menurut Skinner:
Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
Menurut Gagne:
Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan
situasi tadi.5
2. Pengertian Pembelajaran
rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa
pembelajarn merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Cet VIII; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 13.
4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet 9; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 90
5
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Cet XX; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 84.
didik, di mana anatara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan
"An active process and suggests that teaching involves facilitating active
dalam posisi proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan
terjadinya pembelajaran.7
3. Keaktifan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar
dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar
aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat
6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Cet II; Jakarta: Kencana, 2010), h.
17.
7
Isjoni, Cooperative Learning (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 50.
8
Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Cet II; Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 44.
aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk
Menurut Thorndike:
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru
dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu
“Keaktifan memiliki kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau
berusaha”. Keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja yang dilakukan
9
Ibid, h. 45
10
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Cet III; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 119.
kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik persiapan, proses dan kelanjutan
pembelajaran.12
maupun kegiatan belajar, siswa dituntut selalu aktif memproses dan mengolah
belajarnya secara efektif pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual
11
I Wayan Gde Wiradana, http://www.disdikklungkung.net. Powered by Disdik Kab Klungkung.
Diakses pada tanggal 25 April 2010.
12
Ilham, Mengembangkan Keaktifan Belajar Siswa. http://abangilham’s Blog. Diakses pada
tanggal 25 April 2010.
13
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran (Cet.I; Jakarta: Kencana, 2009), h. 76.
Sedangkan Johnson mengemukakan, “Cooperanon means working
seek outcoms that are beneficial to all other groups members. Cooperative
learning is the instructional use of small groups that allows students to work
learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam
dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli
pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan
14
Ibid.
15
Ibid, h. 16.
Artzt dan Newman menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling
hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam
pembelajaran kooperatif.
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, kemampuan jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling
kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses
berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan
Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat
memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis
belakangnya.
lain.
Ide dari teori ini, siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri. Otak
pelajar dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari duania luar
3. GI (Group Investigation)
5. Tipe Jigsaw II
17
Ibid, h. 67.
Metode pengajaran dengan Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson
khusus. Bentuk adaptasi Jigsaw yang lebih praktis dan mudah, yaitu Jigsaw II,
Ada perbedaan mendasar antara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau
pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
diskusi dengan teman segrupnya. Pada tipe II ini setiap siswa memperoleh
Jigsaw II biasanya terdiri dari empat atau lima orang. Semua anggota
18
Robert E. Slavin, Cooperative Learning. Dialihbahasakan oleh Lita, Cooperative Learning (Cet.
III; Bandung: Nusa Media, 2009), h. 236.
19
Trianto, op. cit., h. 75.
kembali ke tim masing-masing dan membantu anggota lain dari timnya untuk
mempelajari materi.20
Dalam Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para
siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan
diberikan "lembar ahli" yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus
Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda
mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam "kelompok ahli" untuk
mendiskusikan topik mereka sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut
kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman
satu timnya mengenai topik mereka. Yang terkhir adalah, para siswa
menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis akan menjadi
skor tim.21
H. Kerangka Fikir
Pada dasarnya keaktifan merupakan hal yang sangat penting dalam proses
paham dengan pelajaran yang diberikan. Untuk mengaktifkan siswa, hal yang
perlu ada dalam diri siswa adalah minat, motivasi, serta media yang digunakan
yang dipelajari akan bertambah. Dalam hal kegiatan pembelajaran siswa selalu
20
John W. Santrock, Educational Psychology, dialihbahasakan oleh Tri Wibowo B.S., Psikologi
Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2007), h. 399.
21
Robert E. Slavin, op. cit., h. 237.
dituntut aktif untuk memproses dan mengolah perlahan belajarnya. Untuk dapat
untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Serta bagaimana mereka
berinteraksi, bekerjasama dan saling membantu dengan siswa yang lain untuk
dalam pembelajaran matematika, dimana semua siswa belajar dengan aktif karena
teman kelompoknya. Baik siswa aktif dalam kelompok ahli maupun aktif dalam
kelompok asalnya.
I. Hipotesis Tindakan
"Jika model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada siswa kelas
VIIB SMP Negeri 2 Liliriaja Kab. Soppeng maka keaktifan siswa dalam
a. Subjek penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP
b. Waktu
c. Lama Tindakan
3 kali putaran.
d. Lokasi
e. Desain penelitian
Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Perencanaan
Pengamatan
n
Perencanaan
f. Prosedur penelitian
siklus (3x putaran). Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
Siklus I
1. Perencanaan
c. Menyusun materi/soal
2. Tindakan
22
Suharsimi Arikunto,dkk., Penelitian Tindakan Kelas (Cet. IX; Jakarta: Bumi Aksara,
a. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen
(4 atau 5 siswa).
3. Observasi
b) Keaktifan siswa
4. Refleksi
a) Hasil observasi.
b) Hasil evaluasi.
2) Mendiskusikan hasil refleksi yang telah dibuat bersama dengan guru
berikutnya.
pemberian tindakan.
Siklus II
1. Perencanaan
tertinggi.
2. Tindakan
3. Observasi
untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus II. Penulis menyiapkan angket
observasi.
4. Refleksi
Siklus III
1. Perencanaan
2. Tindakan
3. Observasi
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengadakan pendataan ulang
observasi.
4. Refleksi
Guru menganalisis semua tindakan pada siklus I, II, dan III. Pada akhir
siklus III, guru melakukan refleksi dengan adanya penerapan tipe Jigsaw
2. Kuantitatif, yaitu data mengenai keaktifan siswa dilihat dari hasil belajar
matematika siswa diambil dari tes akhir siklus I dan siklus II.dengan
dengan melihat hasil tes tiap siklus yang akan dikelompokkan dalam kategori
K. Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Cet. IX; Jakarta: Bumi
Aksara,
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2009.
Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
23
Nurdin, Peningkatan Penguasaan Rumus Matematika melalui Pemberian Latihan Soal Bervariasi
pada Siswa Kelas II-7 SMU Negeri 1 Makassar
http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/075/j75_02.pdf. Diakses pada tanggal 6 Mei 2010.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Cet. XX; Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Cet. VIII; Bandung: Alfabeta,
2010.
Sahabuddin. Mengajar dan Belajar. Cet. III; Makassar: Badan Penerbit UNM,
2007.