Anda di halaman 1dari 2

5 TEORI PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA DARI KRASHEN (SECOND LANGUAGE ACQUISITION)

Ada Sembilan hipotesis yang diajukan Stephan Krashen mengenai pemerolehan bahasa kedua (Ghazali, 2000 dan Chaer, 2002), tetapi berikut hanya akan dibahas lima diantaranya yang dianggap paling berpengaruh dalam proses pemerolehan bahasa kedua/target. Kelima hipotesis itu adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Pemerolehan-Pembelajaran (Acquisition-Learning Hypothesis) Hipotesis ini menyatakan bahwa ada dua sistem belajar bahasa kedua, setiap sistem terpisah satu sama lain namun saling terkait. Kedua hal tersebut adalah acquired system dan learned system. Acquired system mengacu ke proses bawah sadar yang dikembangkan oleh seorang anak ketika belajar bahasa pertmanya (native language). Selama proses pemerolehan ini biasanya anak tidak terlalu fokus dengan structure, tetapi lebih pada meaning. Sedangkan learned system mengacu pada usaha anak untuk menguasai structure sederhana bahasa kedua. Biasanya hal ini dilakukan dalam situasi yang formal. 2. Hipotesis Monitor (Monitor Hypothesis) Hipotesis ini menjelaskan bagaimana hubungan anatara acquired system dan learned system tersebut diatas. Acquired system itu akan bertindak sebagai pengambil inisiatif dalam performasi. Sedangkan pengetahuan yang didapat dari learned system berperan sebagai penyunting dan pengoreksi apabila ada kesalahan dalam structure. Tentu saja peran learned system sebagai penyunting akan sukses bila memenuhi tiga macam kondisi berikut: 1). Pemakai bahasa memiliki waktu yang memadai/tidak terburu-buru. 2). Pemakai bahasa memusatkan perhatiannya pada language structure yang diperlukan. 3). Pemakai bahasa mengetahui structure yang diperlukan pada saat ia berinteraksi. 3. Hipotesis Urutan Alamiah (Natural Order Hypothesis) Hipotesis ini menyatakan bahawa dalam proses pemerolehan bahasa anak-anak memperolehan unsur-unsur bahasa menurut urutan tertentu yang dapat diprediksi sebelumnya. Urutan yang dimaksud bersifat alamiah, yaitu, melalui empat tahap: 1. Producing single words.2. Stringing words together based on meaning and not syntax. 3. Identifying the elements that begin and end sentences. 4. Identifying the different elements within sentences and can rearrange them to produce questions. 4. Hipotesis Masukan (Input Hypothesis) Hipotesis ini menerangkan tentang proses pemerolehan bahasa pada pembelajar bahasa kedua. Pemerolehan itu dapat terjadi apabila masukan (input) itu dapat dipahami (comprehensible). Comprehensible input itu bisa didapatkan melalui tuturan dan bacaan yang dapat dipahami maknanya. Untuk memahami input itu pembelajar bisa dibantu dengan penguasaan tatabahasa yang telah diperoleh sebelumnya, pengetahuan tentang dunia, penjelasan atau gambar-gambar dan struktur tersebut dipahami dan bantuan penerjemahan. 5. Hipotesis Saringan Afektif (Affective Filter Hypothesis) Hipetesis ini menekankan akan pentingnya faktor dalam diri pembelajar bahasa (external factors) dalam mensukseskan pemerolehan bahasanya. Faktor-faktor tersebut yaitu: motivasi (motivation), keyakinan diri (self-confidence), dan rasa takut (anxiety). Jika pembelajar memiliki

motivasi dan kepercayaan diri yang tinggi maka ia akan memiliki peluang lebih besar untuk sukses. Sebliknya jika ia masih memiliki rasa takut (anxiety) untuk mengungkapkan sesuatu yang diperolehnya atau melakukan latihan, maka akan terjadi mental block (saluran mental yang buntu) sehingga akan menghambat proses pemerolehan bahasanya. Mental block itu akan menghambat comprehensible input ke dalam Language Acquisition Device. KESIMPULAN Terlepas dari segala bentuk kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing teori diatas, ini merupakan usaha keras para ahli, baik ahli bahasa sendiri maupun ahli psikologi untuk menemukan jawaban terhadap permasalahan berbahasa (language teaching and learning) yang begitu kompleks, yang mana tujuan akhirnya adalah bagaimana mereka menemukan metode pengajaran bahasa yang lebih baik sesuai tuntutan zaman. Tentu saja, setiap teori yang ada memiliki metode dan tempat tersendiri didalam pengajaran bahasa sesuai dengan karakteristiknya masing-masing serta fenomena yang ditemukannya. Namun, dalam pembahasan diatas hanya mengidentifikasi teoriteori seputar pemerolehan bahasa, tidak membahas metode pengajaran bahasa. Teori Behaviorisme lebih banyak menekankan pada Say what I say (imitation, practice, reinforcement, and habit formation). Teori Innetisme mengatakan Its all in your mind (Language Acquisition Device). Sedangkan teori Interaksionis lebih pada aspek sosial there is a little help from your friends (conversational interaction). Kemudian teori Kognitif berusaha menggabungkan kedua teori sebelumnya yaitu teori Behaviorisme dan Innetisme, namun penekanannya dititikberatkan pada aspek kognitif (the power of logical thinking) sesuai dengan pernyataan Jean Piaget yang berunyi logical thinking underlies both linguistic and nonlinguistic developments. Yang terakhir adalah hipotesis pemerolehan bahasa kedua dari Krasen yang bila kita perhatikan waktu kemunculannya adalah setelah teori-teori yang disebutkan diatas yaitu sekitar tahun 1970-an hingga saat sekarang ini masih sangat mendominasi dunia pengajaran bahasa. Krasen menekankan pengajaran, antara lain: fokus pada makna daripada bentuk, ciptakan suasana kelas yang lebih komunikatif dan bermakna, pusatkan pembelajaran pada siswa sehingga meraka merasa bebas mengungkapkan apa yang telah diperoleh tanpa dikoreksi lebih dahulu, dan ciptakan suasana kelas yang membangkitkan motivasi pembelajar untuk memaksimalkan proses pemerolehan bahasa kedua atau bahasa target. Serta hindari segala bentuk hukuman atas kegagalan pembelajar karena itu akan mematikan kreatifitas mereka (performance). DAFTAR PUSTAKA Brown, H. Douglas. 2000. Principles of Language Learning and Teaching. New Yersy: Prentice-Hall, Inc. Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta. Clark, Herbert H.&Clark, Eve V. 1977. Psychology and Language: An Introduction to Psycholinguistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc. Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor. Ellis, Rod. 1990. Instructed Second Language Acquisition. Cambridge: Basil Blackwell, Inc Ghazali, Syukur. 2000. Pemerolehan dan Pengajaran Bahasa Kedua. Jakarta: Dikti Depdiknas. Lightbown, Patsy M&Spada, Nina. 1999. How Language are Learned. Oxford: University Press. Owens, Robert E JR. 1992. Language Development. New York: Macmillan Publishing Company. Electronic Book. 2006. Encarta Encyclopedia

Anda mungkin juga menyukai