Anda di halaman 1dari 3

Di masa lalu adalah wajar jika sejarah dihiasi dengan kisah tentang bela diri, meskipun

akhirnya cerita-cerita itu hanya berakhir menjadi sebuah mitos belaka. Sebagai
contohnya, sebuah kejadian yang terjadi di Cina di masa lampau.

Di sebuah festival yang dipadati banyak pengunjung, saat itu orang-orang sibuk
memadati tenda-tenda pedagang yang berwarna-warni. Mereka asyik melihat barang-
barang yang tengah dijajakan pedagang seperti makanan, pakaian, mainan, perhiasan dan
kembang api. Tiba-tiba sebuah teriakan memecah di tengah keramaian,

“Perkelahian! Ada orang akan berkelahi!”


“Tidak! pasti pertarungan antara orang-orang kenpo itu lagi.”

Orang-orang segera berkumpul demi menyaksikan perkelahian itu. Anak-anak muda


yang penasaran menerobos kerumunan agar bisa melihat keributan itu dari dekat.
Sebaliknya, wanita dan anak-anak yang menangis ketakutan berusaha menjauh dari
tempat itu.

Di tengah kerumunan berdiri satu sosok menakutkan, jenggotnya yang tebal dan hitam
berkilauan diterpa sinar matahari. Wajahnya memancarkan amarah karena pengaruh
minuman arak. Master Yang yang terkenal rupanya sedang mabuk dan membuat masalah
lagi. Dengan amarah yang mendidih, dia tengah mendorong dan menyudutkan seorang
pedagang tua berambut putih yang sedang menjual bawang.

Khawatir dengan nyawa orang tua itu, orang-orang menunggu dan berharap agar ada
seseorang untuk maju dan menyelamatkannya. Namun semua orang sudah tahu jika
Master Yang adalah pemarah yang menutup telinga untuk alasan apapun. Karena itulah
tidak ada seorangpun yang berani maju mendekat. Sambil menonton mereka hanya bisa
berbisik-bisik satu sama lain. Sebagian dari mereka merasa kasihan dengan orang tua itu,
sementara yang lain penasaran apa yang bakal terjadi pada pria tua malang itu. Namun
anehnya pedagang tua itu tampak benar-benar tenang.

Dengan sedikit terhuyung-huyung dan terbatuk-batuk karena sakit asmanya, dia


menyeringai dan berkata,” jika kau merobohkanku sekarang, hal itu tak akan
menyelesaikan apapun. Jika bertarung adalah yang kau inginkan, aku juga tak keberatan.
Kau benar-benar bermulut besar, namun kalau banyak omong saja siapapun juga pandai.
Nah, bisakah kita mulai?”

Pria tua itu terbatuk-batuk sambil meregangkan badannya, menunjukkan kesiapannya


menghadapi lawan yang bertubuh jauh lebih besar. Para penonton hanya terpaku
menyaksikannya.

Mereka berbisik-bisik, “orang tua itu pasti sudah tidak waras! Tidakkah dia tahu tengah
menghadapi Master Yang?”

“Kelihatannya tidak begitu, apalagi dia sudah dengan jelas mengatakan apa yang akan
dilakukannya.”
“Orang tua itu pastilah orang asing dari sekitar sini, setidaknya aku belum pernah
melihatnya sebelum ini.”

Disamping reputasi Master Yang memang buruk, dia sudah terkenal sebagai ahli kenpo
yang juga mahir senjata tongkat dan tombak. Dia mempunyai lebih dari seratus murid,
dan menjadi tokoh utama dalam banyak kisah yang menceritakan kekuatannya. Beberapa
diantaranya mengisahkan bahwa Master Yang pernah merobohkan seekor kuda yang
tengah berlari kencang dengan memberikan pukulan pada hidungnya.

Sementara yang lain menceritakan Master Yang mampu menebas dan mengayunkan
sebilah pedang besar yang beratnya tidak kurang dari 20 kilogram seolah tidak
memegang apapun. Dia juga mampu meremukkan 10 tumpuk genting dengan tangan
kosong. Kesombongan dan kegemarannya minum-minum membuat namanya menjadi
buruk, namun kekuatannya yang besar serta kemahirannya dalam pertarungan
membuatnya ditakuti sekaligus dihormati di seluruh kota.

Orang-orang yang memadati tempat itu benar-benar terkesan dengan reaksi berani dari
pedagang bawang yang sudah tua itu. Master Yang sendiri merasa terkejut, namun sesaat
kemudian kemarahan sudah menguasainya lagi.

“Dasar orang tua bodoh! sebelumnya aku berpikir akan mengampuni nyawamu, namun
pikiranku telah berubah. Persiapkan dirimu. Aku, Master Yang akan mengirimkan
mayatmu ke kuburan!”

Dengan sebuah kiai (teriakan) yang sangat keras, dia segera melayangkan tinjunya ke
kepala orang tua itu. Tenaga dan kemarahan serangannya mirip dengan amukan Raja
Deva yang bertubuh raksasa. Orang-orang yang berkerumun hanya bisa menahan napas,
menunggu hancurnya tulang kepala orang tua itu.

Dengan gerakan yang perlahan, orang tua itu menghindar ke kiri, berdiri dengan tenang
dan sedikit menyeringai seolah tidak terjadi apa-apa.

Master Yang kehilangan keseimbangan karena serangannya sendiri dan jatuh terjerembab
dengan wajahnya mendarat lebih dulu di tanah. Dia segera bangkit dengan kebingungan
dan wajah yang menakutkan. Dia kembali melayangkan tinju yang mampu
menghancurkan rumah dengan perut lawan sebagai sasarannya. Beberapa penonton
menutupi matanya, hingga tidak mampu melihat pemandangan didepannya.

Namun wajah pria tua itu seakan tak peduli seiring diterimanya pukulan yang penuh
tenaga itu. Ini terlihat dari mimik mukanya yang sama sekali tidak berubah walaupun
sejenak. Dia tetap berdiri di tempatnya, tetap menyeringai dan tersenyum lebar di
mulutnya.

Master Yang ketakutan melihat tinjunya masih tertahan di perut lawannya. Akibat tidak
mampu memukul lebih dalam atau menarik kembali tinjunya, dia terlihat mirip dengan
seekor lalat yang terperangkap di perekat. Mengepakkan sayapnya demi berusaha
melepaskan diri. Penonton yang menyaksikan hal itu hanya memandang dengan kagum.
Mereka tidak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya.

Jika dilihat lebih dekat, terlihatlah tinju Master Yang yang besar itu dijepit dalam lipatan
perut orang tua itu. Master Yang dengan kekuatan yang tidak terkalahkan, berdiri dengan
keringat bercucuran. Tinjunya ditangkap, wajahnya berubah merah dibakar amarah, dia
berusaha melawan dan meronta-ronta demi mencari kesempatan.

Sampai akhirnya, Master Yang si pemabuk yang terkenal angkuh berhasil ditundukkan
dalam rasa malunya. Terjatuh pada kedua lututnya, dia bersujud berkali-kali sambil
berkata,” Master! aku telah gagal menyadari ada seorang ahli seperti Anda, hingga aku
bertindak begitu bodoh. Mulai sekarang aku akan lebih berhati-hati dan menghormati
orang lain. Aku sungguh-sungguh memohon ampun padamu.”

Melihat lawannya penuh penyesalan, orang tua itu berkata,”baiklah jika kau sudah benar-
benar mengerti. Kau sudah terkenal sebagai seorang yang sombong dan pembual. Jangan
lupa dunia ini begitu luas. Berhati-hatilah dengan dirimu, berhati-hati dalam ucapan dan
tindakanmu.”

Orang tua itu meregangkan kembali otot-otot perutnya dan Master Yang terduduk di
tanah dengan beratnya. Orang tua itu lalu melangkah dan mengambil karungnya yang
berisi bawah putih. Sambil terbatuk-batuk diapun pergi meninggalkan lingkaran penonton
yang mengerumuninya.

Anda mungkin juga menyukai