Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Recording

Sapi perah merupakan sapi yang memiliki produksi utama susu yang dikonsumsi oleh manusia dan
didapatkan dengan cara pemerahan. Ternak sapi perah memegang peranan penting dalam penyediaan
gizi bagi masyarakat. Pertumbuhan populasi sapi perah dari tahun - ketahun rata-rata meningkat, akan
tetapi peningkatannya tidak setinggi pada ternak unggas. 
Pengembangan sapi perah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produktivitas sapi perah baik dari
segi teknis maupun dari segi ekonomis. Produktivitas ternak sapi perah harus dipacu untuk dapat
ditingkatkan, diantaranya manajemen reproduksi dan manajemen pakan. (Priyono, 2009)
Namun dalam penyeleksian juga perlu dilakukan untuk mendapatkan sapi yang unggul. Salah satu
proses tersebut adalah dengan melakukan penilaian (Recording). Dengan cara ini kita bisa menilai sapi
yang bagus dan kurang bagus dari bermacam segi.
Sehingga dengan alasan tersebut kiranya perlu dilakudilakukan praktikum recording ini guna memberika
pengetahuan kepada mahasiswa bagaimana cara melakukan recording yang bagus.

Pemilihan sapi perah


Kualitas sapi perah semuanya berbeda, ada yang excellent, sangat bagus, lebih bagus, bagus, kurang
bagus, jelek, dan jelek sekali. Hal ini dipengaruhi oleh banyak sekali faktor seperti pakan, kesehatan,
kebersihan, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kualitas sapi perah yang
berkaitan dengan produksinya sendiri.
Sebelum kita mengambil keputusan saat memilih sapi perah, sangat perlu kita memilih dengan teliti,
agar kita mendapatkan sapi yang memiliki kualitas baik dari segi penampilan, ambing, keharmonisan,
serta yang tidak kalah pentingnya adalah jumlah produksi susu, dan masih banyak lagi sisi lain yang
perlu kita perhatikan dalam pemilihan sapi perah. Karena adanya perbedaan antara sapi yang satu
dengan yang lainnya, maka perlu ada pemilihan terhadap sapi tersebut untuk kita gunakan nantinya.
Oleh karena itu praktikum pemilihan sapi perah sangat perlu kita lakukan untuk mendaptakan
pengetahuan cara memilih sapi yang baik sesuai dengan keinginan kita dan mencapai standar yang
tinggi. selain itu, mahasiswa juga dapat membedakan sapi yang baik dan sapi yang jelek dari hasil
pemilihannya. 

Estimasi produksi susu sapi perah


Sementara itu, susu dari hasil pemerahan sapi perah sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia
secara khusus, dan dunia secara umum. Akantetapi di Indonesia susu merupakan makanan yang jarang
dikonsumsi oleh masyarakat, terutama masyarakat kurang mampu sehingga banyak terjadi gizi buruk,
oleh kerena itu pemerintah mengharapkan untuk mengembangkan usaha peternakan sapi perah. 
Di Indonesia mula-mula susu hanya dikonsumsi oleh orang asing, tapi dengan adanya kesadaran dan
ilmu pengatahuan tentang pentingnya susu dalam kehidupan, susu juga dikonsumsi oleh orang
Indonesia. Kesadaran akan susu yang memiliki nilai gizi yang tinggi, yang tidak dapat di jauhkan oleh
manusia. sehingga hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan susu sebagai minuman harian
mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan susu secara Nasional, perkembangan ternak perah, perlu mendapatkan
pembinaan yang lebih mantap dan terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan
susu terencana dari tahun-tahun sebelumnya, karena kebutuhan susu secera Nasional sebagian besar
dipenuhi dari sapi perah. Selain itu peningkatan populasi sapi perah sangat pesat guna menunjang
penyuplaian susu yang dihasilakan dari sapi perah sendiri. 
Sehingga sekarang ini kita perlu melakukan estimasi terhadap produksi susu sapi perah yang dihasilkan
oleh sapi perah sendiri untuk penyuplaian terhadap konsumen. Dengan mengetahui kekurangan atau
kelebihan terhadap produksi susu sapi perah, maka kita bisa untuk memberikan solusi agar kebutuhan
masyarakat terhadap susu bisa terpenuhi. Melihat konsep diatas, maka perlu kita melakukan praktikum
untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang estimasi produksi susu sapi perah per ekor
perhari. 

Penentuan umur sapi perah


Penentuan umur sapi perah sangat perlu dilakukan, baik sapi yang kita inginkan untuk dijadikan sebagai
induk muda (pertama melahirkan) atau umur sapi yang akan kita afkirkan. Karena produksi sapi juga
berpengaruh terhadap umur dari ternak sapi itu sendiri. 
Produksi susu sapi perah akan memuncak pada saat berumur 7 – 8 tahun dan selebihnya itu produksi
susu akan menurun sahun dan selebihnya itu produksi susu akan menurun secara perlahan. Sehingga
semakin tua umur sapi perah, maka produksi susu akan semakin rendah. Pada saat demikian, untuk
tidak menghabiskan biaya, maka lebih baik kita jual atau kita ganti dengan ternak yang muda dengan
produksi susu yang tinggi.
Oleh karena itu penentuan umur sapi sangat perlu kita praktikan kepada mahasisiwa. Agar mahasisiwa
bahwa penentuan umur terhadap sapi juga berpengaruh terhadap produksi sapi terutama sapi perah.
Mahasiswa akan mendapatkan pelajaran langsung dari praktiknya sehingga pemahaman mahasiswa akan
lebih cepat terserap.

Penentuan masa laktasi


Masa laktasi adalah masa produksi susu setiap kali melahirkan, yang terjadi selama 10 bulan dengan
hitungan bulanan. Masa laktasi ini bisa kita ketahui dengan menghitung produksi laktasi per hari dan
dikalikan dengan jumlah hari selama sebulan tersebut.
Masa laktasi ini dipengaruhi oleh banyak sekali factor, sehingga untuk mengetahui factor-factor
tersebut perlu kita lakukan praktikum untuk mengetahuinya.

Pengaturan pemerahan dan perkwinan


Sapi pada umumnya diperah dalam dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari tetapi dapat juga
diperah iga kali sampai mepat kali, hal ini tergantung dair kemampuan produksi sapli yang
berangkutan, makanan dan pemeliharaan. 
Makin sering sapi diperah maka produksinya akan tambah menigkat bahkan sapi yang berproduksi
rendah pun dengan peningkatan frekuensi pemerahan dapat meningkatakan produksi susunya.
Melihat begitu pentingnya pengaturan terhadap pengaturan perkawinan serta pemerahan, maka sangat
perlu kita melakukan praktikum. Selain berguna untuk diterapkan, mahasiswa juga mampu untuk
memprediksi kapan waktu yang cocok untuk dikawin dan diperah.

Tujuan Dan Kegunaan Praktikum


Acara I. Pembuatan catatan (Recording) pada sapi perah
Adapun Tujuan dan Kegunaan dari pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Catatan silsilah 
Tujuan :
a. Untuk mengetahui asal-usul ternak.
b. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai sapi-sapi perah yang ada di BIB Banyu Mulek.
c. Untuk mengetahui ternak mana yang bagus untuk dijadikan bibit.
Kegunaan : 
a. Catatan silsilah ini sangat bermanfaat bagi peternak ataupun masyarakat dalam melangsungkan
usahanya. 
2 Reproduksi atau perkawinan ternak ( Breeding Record )
Tujuan : . Meningkatkan jumlah sapi yang beranak.
b. Meningkatkan calving interval
Kegunaan : 
a. Untuk mendiagnosa ternak-ternak yang infertil untuk segera di culling atau dikeluarkan.
4. Catatan Produksi susu ( Milk Production Record )
Tujuann : 
a. Untuk mengetahui kemampauan ternak dalam menghasilkan air susu.
b. Untuk mengetahui tinggi rendahnya produksi susu.
c. Untuk mengetahui tingkat produksi susu yang dihasilkan oleh seekor ternak perhari.
Kegunaan : 
a. Dengan catatan produksi susu kita dapat mengetahui ternak-ternak yang produktif atau tidak
produktif.
b. Dengan mengetahui tinggi rendahnya produksi susu kita mudah untuk menyesuaikan pemberian
jumlah ransumnya.
c. Dapat dengan cepat mengetahui ternak yang sakit,sehingga segera dapat diobati. 
4. Catatan kesehatan ( Health Record )
Tujuan: 
a. Untuk mengetahui ternak-ternak mana saja yang sakit.
Kegunaan :
a. Untuk membantu peternak dalam menghambat tersebarnya penyakit.
b. Untuk mengetahui ternak mana saja yang sehat dan tidak pernak atau terjangkit oleh penyakit
5. Catatan Pemberian Pakan ( Feeding Record )

Catatan produksi susu…

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kurva produksi susu dan korelasi antara produksi susu
305 hari sebenarnya dengan dugaan produksi susu 305 hari yang menggunakan pendekatan kurva
persamaan Ali-Schaeffer berdasarkan pencatatan Test Day. Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BPPTU-SP) Baturraden, Purwokerto Jawa Tengah dengan jumlah
catatan Test Day yang digunakan dalam analisis sebanyak 348 catatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurva produksi susu laktasi I dari model persamaan regresi Ali-
Schaeffer hampir mendekati bentuk kurva produksi susu laktasi I sebenarnya. Nilai korelasi dengan
produksi sebenarnya sebesar 0,983, dan produksi koreksi 305 hari sebesar 0,953 sehingga dapat
disimpulkan bahwa catatan Test Day yang dikombinasikan dengan persamaan regresi Ali-Schaeffer, dapat
digunakan untuk menduga produksi susu 305 hari sapi perah dengan ketepatan yang sangat tinggi.
The research addressed to know the shape of lactation curve and correlation between 
Tujuan tulisan ini untuk mereview perkembangan evaluasi genetik pada sapi perah berdasarkan produksi
susu, yang meliputi: perkembangan sistem pencatatan produksi susu, model kurva produksi susu,
parameter genetik, dan model evaluasi nilai pemuliaan. Sistem pencatatan produksi susu yang efisien
adalah dengan menggunakan catatan test day atau hari uji, karena pencatatan dapat dilakukan dengan
lebih sederhana tetapi cukup akurat untuk digunakan dalam pendugaan kurva produksi ataupun nilai
pemuliaan. Kurva pendugaan produksi susu yang akurat adalah kurva persamaan Ali-Schaeffer, karena
kurva ini bisa menduga puncak produksi susu dan produksi total dengan lebih tepat (r>0,99), dan kurva
ini juga dapat digunakan untuk analisis pendugaan parameter genetik. Pendugaan nilai pemuliaan dengan
menggunakan model regresi tetap (MRT) atau random (MRR), akan memberikan banyak manfaat dalam
program peningkatan mutu genetik sapi perah. Hal ini dimungkinkan karena dengan menggunakan model
analisis tersebut waktu test dapat dilakukan satu hari untuk seluruh peternakan walaupun tingkat laktasi
antar sapi berlainan dan mampu menduga nilai pemuliaan total dari catatan tidak lengkap atau catatan
yang pendek. Untuk aplikasi dilapangan MRT lebih diunggulkan karena tidak terdapat masalah numerik
dan analisisnya lebih mudah untuk dilakukan.
This paper is aimed to review the development of genetic evaluation on the milk production in dairy
cattle, including recording system, mathematical model of the milk curve, genetic parameters, and genetic
model for predicting breeding values. Test day was the best system to record milk yield as it can be used
to predict lactation curve and genetic parameters. Ali-Schaeffer curve was the best

Catatan pengunaan susu….

Pesatnya perkembangan industri susu segar dalam negeri selama periode 1979-1996
tidak terlepas dari berbagai kebijaksanaan yang kondusif. Pada tahun 1983 pemerintah
mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Pertanian,
Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi. Dalam SKB tersebut
Industri Pengolah Susu diwajibkan menyerap susu segar dalam negeri sebagai
pendamping dari susu impor untuk bahan baku industrinya. Proporsi penyerapan susu
segar dalam negeri ditetapkan dalam bentuk rasio susu, yaitu perbandingan antara
pemakaian susu segar dalam negeri dan susu impor yang harus dibuktikan dalam
bentuk bukti serap.

Untuk mendukung perkembangan produksi susu segar dalam negeri, selain menjamin
pemasaran, pemerintah juga mengupayakan bibit sapi perah unggul melalui impor.
Selama periode 1979 sampai 1995, pemerintah telah mengimpor sebanyak 87.885
ekor bibit sapi perah. Sapi perah impor tersebut disalurkan kepada peternak melalui
koperasi primer dalam bentuk kredit. Peternak mengangsur kredit tersebut dengan
sebagian dari hasil penjualan susu. Namun demikian, usaha peternakan sapi perah di
Indonesia masih belum efisien, sehingga harga susu segar dalam negeri relatif lebih
mahal dari pada susu impor. Akibatnya, sekitar 70 persen dari kebutuhan bahan baku
IPS masih diimpor. Penelitian ini mendalami dampak krisis ekonomi terhadap
peternakan sapi perah.

Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-zat
makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan
vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga menyebabkan
susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk pertumbuhan dan
perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak
dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar..
Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam,
berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran dan
transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses
pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu dibidang tekologi
pangan. Dengan demikian semakin lama akan semakin banyak jenis produk susu yang
dikenal. Hal ini sangat menggembirakan dan merupakan langkah yang sangat tepat untuk
mengimbangi laju permintaan pasar.
http://mantrihewan.blogspot.com/2010/05/teknologi-pengolahan-susu-dan-pembuatan.html

Evaluasi genetik produksi susu pada sapi perah biasanya berdasarkan atas catatan

305 hari. Penggunaan catatan ini tentunya sangat menarik karena mengarah

langsung kepada tujuan pemuliaan, yaitu untuk meningkatkan produksi susu

kumulatif, tetapi penggunaan catatan ini mempunyai kelemahan yang harus

diperbaiki oleh para breeder yaitu mahal dan tidak fleksibel. Dikatakan mahal

karena produksi harus dicatat tiap hari dan dikatakan tidak fleksibel karena

menyangkut perbedaan biologis ternak pada masa laktasi yang sangat bervariasi

dan sangat berpengaruh terhadap keakuratan catatan. Karena keragaman sifat

biologis ini produksi harus dikoreksikan, misalnya terhadap panjang laktasi, umur

setara dewasa, dan lain-lain. Dilain pihak faktor koreksi sangat spesifik untuk

setiap populasi, sehingga penggunaan faktor koreksi dari suatu populasi mungkin

tidak tepat digunakan untuk populasi lain. Kelemahan lain dari penggunaan
catatan ini adalah ternak selama laktasi harus berada dilingkungan yang sama, dengan kata lain apabila
pada suatu masa laktasi dipindahkan ke lingkungan yang

berbeda, maka harus dilakukan pengkodean faktor lingkungan. Demikian juga

dengan waktu evaluasi yang dilakukan, kita harus menunggu sampai ternak

tersebut selesai laktasi. Para pemulia sekarang telah beralih ke penggunaan catatan Test Day (TD).

Dengan metode ini, performans ternak hanya diukur satu hari pada interval waktu

tertentu selama laktasi. Pengukuran bisa setiap 15 hari, 30 hari, dan seterusnya.

Penggunaan catatan ini tentunya lebih murah dibandingkan dengan catatan

kumulatif 305 hari, karena produksi ternak tidak perlu dicatat setiap hari. Ada dua

cara menganalisis catatan TD: (1) catatan TD dianggap sebagai sifat yang berbeda

dan (2) catatan TD dianggap sebagai sifat yang sama dan dianalisis sebagai

catatan berulang. Cara pertama biasanya dianalisis dengan menggunakan

multivariate, sedangkan cara ke dua dianalisis dilakukan dengan univariate

dengan mempertimbangkan suatu persamaan regresi kurva laktasi sebagai

kovariat. Kovariat dapat dipertimbangkan secara umum untuk kelompok ternak 3

sebagai regresi tetap (Fixed regression Model) dan atau spesifik untuketiap

ternak (Random Regression Model).

Riview ini akan membahas kemungkinan pendugaan nilai pemuliaan untuk

produksi susu berdasarkan catatan kumulatif 305 hari, model multivariate, model

regresi tetap, dan model regresi random yang berdasarkan Animal Model Best

Anda mungkin juga menyukai