Anda di halaman 1dari 7

KEJANG DEMAM

A. Definisi
 Livingstone, 1963
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu badan
yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial.
 Kejang Demam (IDAI, 2010)
o Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal di atas
38 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau
metabolik lain.
o Kejang disertai demam pada bayi < 1 bulan tidak termasuk kejang demam.

 Kejang demam - Febrile seizures (International League Against Epilepsy, 1993)


o Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas 38.4C tanpa adanya
infeksi SSP atau gangguan elektrolit pada anak di atas usia 1 bulan tanpa
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya
o Umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun
 Febrile seizures plus (FS+) (Brain 1997;120:479-90)
o FS di atas usia 6 tahun, dengan atau tidak adanya kejang tanpa demam (GTC)

B. Klasifikasi

Menurut ILAE, 1993 :

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks


Durasi < 15 menit  15 menit
Sifat Umum Fokal/ parsial 1 sisi kejang umum
didahului kejang fokal
Berulang dalam 24 jam Tidak berulang Berulang
*Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.

Livingston membagi dalam:


1. KD sederhana
2. Epilepsy yang dicetuskan oleh demam
Ciri-ciri KD sederhana:
1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia waktu KD pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam satu tahun
5. EEG normal
KD yang tidak sesuai dengan ciri tersebut diatas digolongkan sebagai epilepsy yang
dicetuskan oleh demam.
Fukuyama juga membagi KD menjadi 2 golongan, yaitu:
1. KD sederhana
2. KD kompleks
Ciri-ciri KD sederhana menurut Fukuyama:
1. Pada keluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun
3. Serangan KD yang pertama terjadi antara usia 6 bulan - 6 tahun
4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20menit
5. Kejang tidak bersifat fokal
6. Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang
7. Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologist atau abnormalitas
perkembangan
8. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat
KD yang tidak sesuai dengan criteria tersebut diatas digolongkan sebagai KD jenis kompleks
Etiologi

3 faktor penyebab kejang demam, yaitu :

1. Imaturitas otak dan termoregulator


2. Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat
3. Predisposi genetik : > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)

Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut,
exantema subitum, bronchitis, dan infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar
susunan syaraf pusat seperti tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT
(pertusis) dan campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.

C. Patogenesis

 Prichard dan Mc Greal th 1958, Teori anoksia relatif :


Suhu ↑ à metabolisme otak ↑(vaskularisasi otak anak umur 3 th ± 65%) à glukosa
& O² otak ↓ à pompa ion Na-K terganggu à gangguan permeabilitas dinding sel à
depolarisasi à kejang
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Pada seorang anak yang
berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, sedangkan pada orang
dewasa hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke
membran sel lainnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga terjadi
kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang
telah terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius. 11
Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel,
dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sel tetangga dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah. 4
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan
gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai
dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan enrgi ontuk kontraksi otot skelet yang
mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.
Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. 4

Rangkaian kejadian di atas adalah factor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak
pada kejang yang lama. Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang
mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan udem
otak serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa
terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama.
Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi. 4

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa


glukosa yang didapat dari proses metabolisme.4 Sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran
yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. 11
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali
Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na
rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion di dalam dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut ‘Potensial
Membran Sel Neuron’.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim
Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran sel
dipengaruhi oleh:
- Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
- Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor keturunan.
C. Diagnosis
o Anamnesis :
 Kejang
- Apakah benar kejang?
- Kapan terjadi kejang?
- Berapa frekuensi dan lamanya kejang?
- Sifat kejang : apakah kejang bersifat tonik, klonik, umum, atau
fokal?
- Apakah kejang baru pertama kali atau sebelumnya sudah pernah?
- Bila sudah pernah, berapa kali & waktu anak umur berapa?
- Lama serangan?
- Interval antara dua serangan?
- suhu sebelum/saat kejang,
- keadaan pasca kejang
 Penyebab demam diluar infeksi SSP :
o ISPA, ISK, OMA, dll..
 Riwayat perkembangan
 Riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga
 Singkirkan penyebab kejang lain :
o Diare/muntah  gangguan elektrolit
o Sesak  hipoksemia
o Asupan kurang  hipoglikemi
o Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum/Kesadaran : penurunan kesadaran?
 Tanda vital
suhu  demam ?
 TRM : kaku kuduk, brudzinki I dan II, Kernique, Laseque
 Tanda peningkatan TIK
Ubun-ubun besar (UUB) menonjol, papil edema
 Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, ISK, OMA
 Pemeriksaan neurologi :
o Tonus, motorik, refleks fisiologis dan patologis, nervus kranialis
 Data antroprometrik : status gizi pasien.
o Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam atau kejang.
o DPL
o Gula darah
o Elektrolit (natrium, kalium)
o Urinalisis
o Biakan darah urin / feses
o Lumbal Pungsi : untuk menengakan / menyingkirkan kemungkinan meningitis
- Bayi < 12 bulan : sangat dianjurkan
- Bayi 12 – 18 bulan : dianjurkan
- Bayi > 18 bulan : tidak rutin dilakukan
o CT-SCAN atau MRI kepala. Hanya jika ada indikasi :
- Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis)
- Kemungkinan adanya lesi struktural otak (mikrosefali, spasitisitas)
- Terdapat peningkatan TIK (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB
menonjol, paresis n.VI, edema papil)
o EEG (elektroensefalografi) : curiga epilepsi, kejang demam yang tidak khas
misalnya kejang demam kompleks ada anak berusia > 6 tahun atau kejang demam
fokal.
D. Terapi
1. Profilaksis intermiten, pada saat demam yaitu :
o Antipiretik
 Parasetamol 10-15 mg/KgBB/x diberikan 4x/hari, tidak lebih dari 5 x
 Ibuprofen 5-10 mg/kgbb/x diberikan 3-4x/hari
o Anti Kejang
 Diazepam oral (Dosis : 0,3 mg/kgBB/ setiap 8 jam)
 Diazepam rektal (Dosis : 0,5 mg/kgbb/setiap 8 jam saat suhu tubuh >38,5 C).
Terdapat ES : ataksia, iritabel, sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
2. Jangka panjang/rumatan
Hanya diberikan jika kejang demam menunjukan ciri sebagai berikut (salah satu) :
o Kejang lama > 15 menit
o Kelainan neurologi yang nyata sebelum/setelah kejang : hemiparesis, paresis
todd, palsi serebral, retardasi mental, hidrosefalus
o Kejang fokal
Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan bila, :
o Kejang berulang 2x/lebih dalam 24 jam
o Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
o Kejang demam ≥ 4 / tahun
Obat jangka panjang :
Efektif dalam menurunkan resiko berulangnya kejang. Diberikan selama 1 tahun
bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.
 Fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgbb/hari, dibagi 1-2 dosis) atau
 Asam valproat (dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis)
Faktor resiko berulang kejang demam :
- Riwayat kejang dalam keluarga
- Usia < 12 bulan
- Temperatur yang rendah saat kejang
- Cepatnya kejang setelah demam
*jika seluruh faktor ada, kemungkinan berulang kejang demam adalah 80%, sedangkan
bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulang hanya 10-15%.
*kemungkinan berulang kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor resiko terjadi epilepsi :
- Kelainan neurologis/perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
- Kejang demam kompleks
- Riwayat epilepsi keluarga

Indikasi Rawat :
• Kejang demam pertama kali
• Kejang demam pada usia < 1 tahun
• Kejang demam kompleks
• Hiperpiraksia ( suhu di atas 40 0C)
• Pasca kejang anak tidak sadar atau lumpuh (Tod’s paresisi)
• Permintaan orangtua

ALGORITME PENANGANAN KEJANG AKUT & STATUS KONVULSIF 3


Diazepam 5-
Prehospital 10mg/rekt max 2x 0-10 mnt
jarak 5 menit

Hospital/ED Diazepam 0,25-0,5mg/kg/iv/io Monitor


Airway 10-20 mnt
(kec 2mg/mnt, max dosis 20mg) Tanda vital
Breathing, O2
Circulation atau EKG
Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Gula darah
atau Elektrolit serum
NOTE : JIKA DIAZ RECTAL 1X PRE
HOSPITAL BOLEH RECTAL 1X Lorazepam 0,05-0,1mg/kg/iv (Na, K, Ca, Mg, Cl)
(rate <2mg/mnt) Analisa Gas Darah
KEJANG (-) Koreksi kelainan
5 – 7 mg/kg
12 jam kemudian Fenitoin Pulse oxymetri
20mg/kg/iv
20-30 mnt Kadar obat darah
ICU/ED Note : Aditional (20mnt /50ml NS)
5-10mg/kg/iv Max 1000mg

KEJANG (-) Phenobarbitone


4 – 5 mg/kg 30-60 mnt
20mg/kg/iv
12 jam kemudian
(rate >5-10min; max 1g)

ICU Refrakter

Midazolam 0,2mg/kg/iv bolus Pentotal - Tiopental Propofol 3-5mg/kg/infusion


Dilanjut infus 0,02-0,4 mg/kg/jam 5 – 8 mg/kg/iv

Anda mungkin juga menyukai