1. Penjaringan donor
a. edukasi resipien tentang donasi donor hidup dan jenazah
b. anamnesis riwayat keluarga dan penjaringan calon donor
c. konfirmasi kesamaan golongan darah ABO calon donor dengan calon
resipien
d. pemeriksaan tissue typing dan cross match calon donor yang golongan
darahnya sama dengan calon resipien
e. pilih calon donor yang paling sesuai, bersama calon resipien dan
keluarga
f. edukasi calon donor tentang proses evaluasi dan donasi
2. Evaluasi Donor
a. anamnesis dan pemeriksaan fisis lengkap
b. pemeriksaan laboratorium:
darah lengkap, kimia darah, HBsAg, anti-HCV, CMV, VDRL, HIV, tes
toleransi glukosa (jika ada riwayat diabetes dalam keluarga),
hemostasis, tes kehamilan
urinalisis, kultur urin, tes klirens kreatinin, ekskresi protein dalam urin
24 jam
foto toraks, elektrokardiografi, tes treadmill (usia > 50 tahun),
pielografi intravena
c. evaluasi psikiatrik
d. arteriografi ginjal
e. tes crossmatch sebelum transplantasi
Transplantasi donor hidup dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada donor
jenazah. Tetapi donor jenazah akan lebih menguntungkan jika dilihat dari sisi lain
bahwa transplantasi ini tidak akan memberikan risiko pada pendonor dan ginjal
donor dapat diberikan kepada resipien yang paling sesuai.
sumber: Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.