Anda di halaman 1dari 10

NAMA DEMY ALLAM S.

NO 06

Kelas 8F

CAHAYA
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang
sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3]

Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.

Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-
masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis
(en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu
serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar
katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig
Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai
model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi
yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori
dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan
efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas
yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada
tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak
ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann,
Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.

Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat
cahaya yang lain yaitu difusi dan
SIFAT CAHAYA

Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat kita lihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut.
Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat
terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut
sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki
sifat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan.

1. Cahaya Merambat Lurus

Pernahkah kamu melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah atau jendela yang ada di
rumahmu? Bagaimana arah rambatan cahaya tersebut? Cahaya yang masuk melalui celah-celah jendela
merambat lurus.

2. Cahaya Menembus Benda Bening

Mengapa kaca jendela rumahmu merupakan kaca yang bening? Bagaimana jika kaca tersebut ditutup
dengan triplek atau kertas karton? Apakah cahaya matahari dapat masuk? Cahaya dapat masuk ke dalam
rumahmu selain melalui celah-celah juga melalui kaca jendela yang ada di rumahmu. Kaca yang bening
dapat ditembus oleh cahaya matahari. Apabila kamu menutup kaca jendela rumahmu dengan
menggunakan karton maka cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumahmu. Hal ini menunjukkan bahwa
cahaya hanya dapat menembus benda yang bening.

3. Sifat-sifat Cahaya Apabila Mengenai Cermin Datar dan Cermin Lengkung(Cekung dan
Cembung)

Sifat-sifat cahaya yang dihasilkan oleh cermin tentunya berbeda-beda sesuai dengan bentuk permukaan
cermin tersebut. Berdasarkan permukaannya, cermin dikelompokkan menjadi tiga, yaitu cermin datar,
cermin cekung, dan cermin cembung. Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar.
Contohnya cermin yang ada di meja rias. Cermin cekung adalah cermin yang pemukaan pantulnya berupa
cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam dari bola. Contohnya bagian dalam lampu senter dan lampu
mobil. Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa cembungan. Cembungan ini
seperti bagian luar suatu bola. Contohnya spion pada mobil dan motor.

a. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar

Hampir setiap hari tentunya kamu berkaca di depan cermin yang ada di kamarmu. Untuk mengetahui
sifat-sifat bayangan yang dibentuk oleh cemin datar,

Dari kegiatan yang kamu lakukan tersebut, kita dapat mengetahui sifatsifa bayangan yang dibentuk oleh
cermin datar. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bayangan benda tegak dan semu. Bayangan semu adalah bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin,
tetapi di tempat bayangan tersebut tidak terdapat cahaya pantul.

2) Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda sebenarnya.
3) Jarak benda dengan cermin sama dengan jarak bayangannya.

4) Bagian kiri pada bayangan merupakan bagian kanan pada benda dan sebaliknya.

b. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung

Pemantul cahaya pada lampu mobil danlampu senter menggunakan cermin cekung.Bagaimanakan sifat
bayangan yangdibentuk oleh cermin cekung?

c. Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cembung

Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai benda yang menggunakan cermin cembung, yaitu cermin pada
kaca spion kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor. Pada kendaraan bermotor, kaca spionnya
menggunakan cermin cembung dengan tujuan agar pengemudi lebih mudah mengendarai kendaraannya,
ketika melihat kendaraan dan benda lain yang ada di belakangnya. Apabila kamu memperhatikan
kendaraan yang ada di belakang motor atau mobil yang sedang kamu naiki maka bayangan mobil di
cermin terlihat lebih kecil dari aslinya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah semu,
tegak dan diperkecil.

Apabila kamu memperhatikan kendaraan yang ada di belakang motor atau mobil yang sedang kamu naiki
maka bayangan mobil di cermin terlihat lebih kecil dari aslinya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh
cermin cembung adalah semu, tegak dan diperkecil. Dari hasil kegiatan yang dilkukan olehmu, pensil
yang berada di gelas yang beisi air terlihat bengkok. Selain itu, uang logam yang dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air terlihat lebih dangkal. Kedua peristiwa ini merupakan contoh peristiwa pembiasan
cahaya. Apabila cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda kerapatannya maka cahaya akan
mengalami pembelokan atau pembiasan.

Image:gelas.jpg

Udara memiliki kerapatan yang lebih kecil daripada air. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat
ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Akan tetapi apabila cahaya
merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis
normal. Garis normal merupakan garis yang tegak lurus pada bidang batas kedua permukaan.
Image:jalan sinar.jpg

Kecepatan cahaya
Merupakan sebuah konstanta yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk
dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan".

Kecepatan cahaya dalam sebuah ruang hampa udara didefinisikan saat ini pada 299.792.458 meter per
detik (m/s)[1]atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau
670.616.629,38 mil per jam (mil/h), yang ditetapkan pada tahun 1975 dengan toleransi kesalahan
sebesar 4×10−9.[2] Pada tahun 1983, satuan meter didefinisikan kembali dalam Sistem Satuan
Internasional (SI) kemudian ditetapkan pada 17th Conférence Générale des Poids et Mesures sebagai ...
the length of the path travelled by light in vacuum during a time interval of 1⁄299.792.458 of a second[3][4][5][6] ,
sehingga nilai konstanta c dalam meter per detik sekarang tetap tepat dalam definisi meter, sebagai
jarak yang ditempuh oleh cahaya dalam ruang hampa pada 1⁄299.792.458 detik[7][8][9]. Pembiasan cahaya

Cahaya dibiaskan apabila bergerak miring melalui medium yang berbeda seperti dari udara ke

kaca lalu melewati air. Keadaan ini disebut sebagai pembiasan cahaya. Hal ini karena cahaya bergerak

lebih cepat di medium yang kurang padat. Namun cahaya yang datang dengan sudut datang 90 derajat,

(tegak lurus) melalui medium yang berbeda tidak dibiaskan. Contoh hal pembiasan dalam hal sehari-hari

adalah seperti pada kasus sedotan minuman yang kelihatan bengkok dan lebih besar di dalam air, atau

pada kasus dasar kolam kelihatan lebih cetek dari kedalaman sebenarnya.

Pantulan cahaya bergantung kepada jenis permukaan

Citra dapat dilihat di dalam cermin karena ada pantulan cahaya. Pantulan cahaya itu lebih baik

dan teratur pada permukaan yang rata. Pantulan cahaya agak kabur pada permukaan yang tidak rata.

Cermin dan permukaan air yang jernih serta tenang adalah pemantul cahaya yang baik. Ini membuat kita

dapat melihat wajah dan badan kita di dalam cermin.


Gelombang Cahaya
Transmisi dalam Sistem Telekomunikasi.

Informasi yang dikirimkan dapat berupa gambar, suara, atau informasi tertentu. Pada penerapan
teknisnya, informasi ini diubah kedalam bentuk sinyal. Sinyal akan memudahkan proses
pengiriman dari suatu pemancar ke penerima. Keseluruhan proses ini memerlukan suatu media
transmisi, yang disebut kanal transmisi, dalam mengirimkan informasi tadi hingga dapat diterima
di tujuan.

Pada sistem telekomunikasi ada 3 bagian penting yang saling berhubungan yaitu, pengirim
(transmitter), media transmisi (kanal transmisi) sampai penerima (receiver). Informasi yang
dikirim oleh transmitter dapat berupa sinyal suara, gambar, atau sinyal data/pesan. Informasi ini
disalurkan melalui sebuah media (kanal) transmisi dapat berupa dengan kabel (wire) atau tanpa
kabel (wireless). Informasi yang tersalur dalam kanal lalu diterima oleh sebuah penerima
(receiver). Pada pengembangan lebih lanjut, media yang digunakan serat optik untuk yang
terbaru, media tanpa kabel dapat digunakan satelit luar angkasa, cahaya bahkan wi-fi. Pengguna
(subscriber) banyak memanfaatkan media transmisi dengan cahaya.

Cahaya dianggap sebagai kanal transmisi alternatif yang mumpuni, dikarenakan cahaya dapat
menyalurkan dengan cepat informasi yang disisipkan dalam transmitter hingga cahaya sebagai
media yang tepat dengan kecepatan ? 3.108 m/s. Cahaya merupakan energi yang berkuanta.
Cahaya memiliki muatan didalamnya, muatan ini dikenal foton. Foton-foton ini saling
berinteraksi satu sama lain hingga menghasilkan bentuk energi (Rustam, 2005). Karena cahaya
merupakan energi, ia dikelompokkan klasifikasi tertentu (spketrum) yang mendasari
karakterisitik dari beberapa bentuk energi tersebut. Pada cahaya pembagian ini dikenal dengan
Spektrum Cahaya. Spektrum ini dikelompokkan berdasarkan akrakteristik tertentu pada cahaya
yang bervariasi.

Pada cahaya tampak yang memiliki panjang gelombang (350nm-680nm) dapat dimanfaatkan
dalam beberapa aplikasi bidang ilmu. Beberapa diantaranya, pemanfaatan sinar LASER untuk
mendeteksi penyakit hingga digunakan dalam tata cahaya suatu pertunjukkan, kemudian serat
optik mulai digunakan sebagai media transmisi jarak telekomunikasi dengan mengganti peranan
kabel. Light Emiited Diode (LED) dapat digunakan dalam media trasnmisi, konteks ini
telekomunikasi. Media ini memiliki panjang gelombang yang relative kecil (± 700 nm), tetapi
media ini memiliki intensitas energi (± 20 mW/A). Untuk itu perlu diketahui, karakteristik dari
LED.

Light Emitted Dioe (LED)

Light Emitted Diode (LED) ialah alat aplikatif dari cahaya tampak yang bersifat monokromatik. 
Cara bekerja alat ini dengan mengubah electron menjadi foton. Elektron yang dialiri oleh sumber
tegangan (panjar maju) akan mengalami medan elektromagnetik hingga menimbulkan arus
listrik. Arus listrik ini kemudian akan meng”hidup”kan dioda (LED) hingga foton dalam LED
akan memancarkan energi dalam bentuk cahaya LED ( Lizuka,  2008). Berikut gambaran
mengenai prinsip kerja dari LED.
Dalam LED, dapat dipandang sebagai sebuah kristal. Kristal ini terdiri dari lubang (hole) dan
elektron (ion), setiap elektron akan mengisi lubang yang kosong dalam rekombinasi ini
disebabkan oleh hantaran arus listrik dari sumber tegangan (panjar maju). Ketika elektron telah
berekombinasi dengan lubang tadi, menyebabkan elektron terlepas dari energi ikatnya.
Rekombinasi ini menghasilkan energi yang terlepas dari elektron. Energi yang terlepas inilah
digunakan untuk memancarkan foton (rekombinasi radiaktif), sebagaian lain digunakan untuk
memanaskan partikel-partikel kristal (rekombinasi non-radiaktif). Pancaran cahaya ini
merupakan cahaya sebuah LED.
NAMA PUNGKI S

NO 25

Kelas 8F

CAHAYA
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang
sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3]

Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.

Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-
masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis
(en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu
serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar
katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig
Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai
model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi
yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori
dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan
efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas
yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada
tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak
ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann,
Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.

Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat
cahaya yang lain yaitu difusi dan
NAMA SYAHRUL R

NO 27

Kelas 8F

CAHAYA
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang
sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3]

Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.

Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-
masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis
(en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu
serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar
katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig
Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai
model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi
yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori
dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan
efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas
yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada
tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak
ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann,
Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.

Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat
cahaya yang lain yaitu difusi dan
NAMA SINGGIH D R

NO 1

Kelas 8F

CAHAYA
Cahaya adalah energi berbentuk gelombang elekromagnetik yang kasat mata dengan panjang gelombang
sekitar 380–750 nm.[1] Pada bidang fisika, cahaya adalah radiasi elektromagnetik, baik dengan panjang
gelombang kasat mata maupun yang tidak. [2][3]

Cahaya adalah paket partikel yang disebut foton.

Kedua definisi di atas adalah sifat yang ditunjukkan cahaya secara bersamaan sehingga disebut "dualisme
gelombang-partikel". Paket cahaya yang disebut spektrum kemudian dipersepsikan secara visual oleh
indera penglihatan sebagai warna. Bidang studi cahaya dikenal dengan sebutan optika, merupakan area
riset yang penting pada fisika modern.

Studi mengenai cahaya dimulai dengan munculnya era optika klasik yang mempelajari besaran optik
seperti: intensitas, frekuensi atau panjang gelombang, polarisasi dan fasa cahaya. Sifat-sifat cahaya dan
interaksinya terhadap sekitar dilakukan dengan pendekatan paraksial geometris seperti refleksi dan
refraksi, dan pendekatan sifat optik fisisnya yaitu: interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi. Masing-
masing studi optika klasik ini disebut dengan optika geometris (en:geometrical optics) dan optika fisis
(en:physical optics).

Pada puncak optika klasik, cahaya didefinisikan sebagai gelombang elektromagnetik dan memicu
serangkaian penemuan dan pemikiran, sejak tahun 1838 oleh Michael Faraday dengan penemuan sinar
katoda, tahun 1859 dengan teori radiasi massa hitam oleh Gustav Kirchhoff, tahun 1877 Ludwig
Boltzmann mengatakan bahwa status energi sistem fisik dapat menjadi diskrit, teori kuantum sebagai
model dari teori radiasi massa hitam oleh Max Planck pada tahun 1899 dengan hipotesa bahwa energi
yang teradiasi dan terserap dapat terbagi menjadi jumlahan diskrit yang disebut elemen energi, E. Pada
tahun 1905, Albert Einstein membuat percobaan efek fotoelektrik, cahaya yang menyinari atom
mengeksitasi elektron untuk melejit keluar dari orbitnya. Pada pada tahun 1924 percobaan oleh Louis de
Broglie menunjukkan elektron mempunyai sifat dualitas partikel-gelombang, hingga tercetus teori
dualitas partikel-gelombang. Albert Einstein kemudian pada tahun 1926 membuat postulat berdasarkan
efek fotolistrik, bahwa cahaya tersusun dari kuanta yang disebut foton yang mempunyai sifat dualitas
yang sama. Karya Albert Einstein dan Max Planck mendapatkan penghargaan Nobel masing-masing pada
tahun 1921 dan 1918 dan menjadi dasar teori kuantum mekanik yang dikembangkan oleh banyak
ilmuwan, termasuk Werner Heisenberg, Niels Bohr, Erwin Schrödinger, Max Born, John von Neumann,
Paul Dirac, Wolfgang Pauli, David Hilbert, Roy J. Glauber dan lain-lain.

Era ini kemudian disebut era optika modern dan cahaya didefinisikan sebagai dualisme gelombang
transversal elektromagnetik dan aliran partikel yang disebut foton. Pengembangan lebih lanjut terjadi
pada tahun 1953 dengan ditemukannya sinar maser, dan sinar laser pada tahun 1960.

Era optika modern tidak serta merta mengakhiri era optika klasik, tetapi memperkenalkan sifat-sifat
cahaya yang lain yaitu difusi dan

Anda mungkin juga menyukai