Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PROFIL MASYARAKAT DAERAH SEMANU DAN POKDARWIS KALISUCI

A. Gambaran Umum Wilayah Semanu, dan Latar Belakang Budayanya


1. Letak dan Kondisi Geografis
Semanu terletak di 20 Km setelah pusat kota Wonosari. Seperti gambaran umum di
daerah-daerah dalam Gunung Kidul lainnya, Semanu merupakan sebuah kecamatan dengan
tekstur cukup datar dan cukup kering. Sebagian daerahnya berupa sawah dan perkebunan jati.
Semanu terletak di ketinggian antara 100-150 mdpal dan terletak di zona tengah atau sering
disebut dengan zona ledok Wonosari. Sesuai dengan pengelompokan zonanya, Semanu cocok
digunakan sebagai daerah wisata perbukitan, perkebunan, dan wisata Gua.
Semanu terbagi atas lima desa, yaitu Desa Dadapayu, Ngeposari, Pacarejo, Candirejo, dan
Semanu. Keempat wilayah tersebut memiliki ciri-ciri bentuk tanah yang sama. Rata-rata tanah
disana merupakan tanah kapur yang tidak dapat menyimpan air dalam waktu lama, sehingga
kondisi permukaan tanah di wilayah Semanu dapat dikatakan cukup kering.
Dibalik kondisi permukaan tannah yang kering, kondisi bawah tanah daerah Semanu
menyimpan persediaan air yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya sungai-sungai
bawah tanah yang membentang melewati daerah semanu. Sebagian dari sungai bawah tanah ini
tidak pernah surut dan sebagiannya lagi tidak berarir sama sekali namun sering mendapatkan
banjir buangan dari kecamatan lain seperti Ponong dan sekitarnya.
Kondisi wilayah seperti ini membuat tumbhan cukup sulit hidup di wilayah Semanu. Pada
bagian permukaan tanah, sawah—sawah ditanami padi dan tumbuhan palawija.Perkebunan
biasanya penuh dengan pohon Jati dan semak belukar. Tidak banyak daerah yang bisa ditumbuhi
tanaman. hal ini disebabkan oleh adanya dominasi batuan karst di permukaan tanah.
Faktor lain kurangnya tanaman di wilayah ini adalah kurangnya intensitas hujan per tahun.
Hujan tidak sering turun walaupun Indonesia sedang mengalami musim hujan. Kemarau panjang
membuat masyarakat berebut persediaan air dengan tanaman di sekitarnya. Suhu udara pada
siang hari sekitar 32-33 derajat Celcius dan pada malam hari sekitar 25-28 derajat Celcius.

1
2. Sejarah dan Budaya Daerah Semanu.
Wonosari dipercaya sebagai daerah pelarian para penghuni istana Mojopahit yang kalah
perang pada saat itu. Selain para selir, para perwira juga melarikan diri dan menjalani kehidupan
baru di sejumlah wilayah di Wonosari. Semanu salah satunya. Warga semanu percaya bahwa
mereka berasal dari satu nenek moyang.
Mereka menyebutnya sebagai “Mbah Jonge”. Menurut legenda, Mbah Jonge merupakan
seorang hulubalang raja Mojopahit yang berhasil melarikan diri dan memulai kehiddupan baru
sebagai seorang petani yang tinggal di wilayah Semanu. Lambat laun mah Jonge beranak pinak
di wilayah tersebut dan lahirlah sebuah generasi baru yang menempati wilayah Semanu
sekarang.
Para warga Semanu juga percaya bahwa Mbah Jonge dimakamkan di desa Candirejo
tepatnya di sebuah tempat yang kini menjadi sebuah telaga bernama telaga Jonge. Telaga yang
terletak di tengah-tengah desa ini digunakan sebagapi tampungan air bagi para warga yang
kekurangan air ketika musim kemarau. Namun karena masuknya PAM ke Semanu, sekarang
telaga Jonge hanya digunakan sebagai tempat refreshing para warga sekitar Semanu.
Mbah Jonge mewaris kan sebuah budaya yang menjadi ciri khas daerah Wonosari.
Kebudayaan tersebut berupa sebuah tarian yang kini dikenal sebagai “ngibing”. Pada awalnya,
tarian ini digunakan sebagai hiburan para warga dari seseorang yang memiliki hajat. Tarian ini
dilakukan oleh beberapa orang wanita muda dengan gaya tarian yang cukup erotis seperti tari
ronggeng di daerah jawa barat.
Tidak ada data akurat untuk membuktikan kebenaran-kebenaran mengenai sejarah
terbentuknya komunitas masyarakat Semanu. Namun berdasarkan pendapat para warga yang
tinggal disana, hal-hal tersebut memang telah menjadi mitos yang dipercaya oleh seluruh warga
masyarakat Semanu sampai sekarang.

3. Potensi wisata Semanu


Seperti yang telah dipaparkan di atas, Semanu memiliki berbagai potensi budaya. Dari
sisi budaya, terdapat hal yang menarik terkait dengan cikal bakal masyarakat Semanu yang
dihubungkan dengan adanya sebuah telaga Jonge. Disamping itu, terdapat banyak hasil
kebudayaan dari masyarakat seperti tarian adat, sistem kemasyarakatan, dan sebagainya.
Kebudayaan lain terkait dengan kepercayaan orang tentang adanya batu kerikil di dalam telaga
yang dapat membuat orang kebal pun menjadikan daerah Semanu lebih dikenal masyarakat luas.
Dari sisi geografis, Semanu memiliki banyak potensi alam. Gua-gua bawah tanah
menjadikan daerah Semanu seperti memiliki dunia kedua di bawah tanah. Dikawasan semanu
masih banyak gua yang belum ditelusuri. Menurut beberapa ahli speologi yang mendampingi
pengembangan wisata di Semanu, gua menyimpan keindahan alam yang jarang dilihat orang.
Hal ini akan menjadikan goa memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Sebagai daerah yang memiliki potensi wisata berbeda dengan daerah lainnya, masyarakat
harus peka terhadap potensi mana yang harus dikembangkan. Goa-goa yang adalah sebuah
potensi besar bagi semanu. Salah satu diantaranya adalah goa Kalisuci. Goa dengan panjang
sekitar 800 meter ini memiliki pemandangan yang luar biasa. Pada bagian luar terdapat mulut
goa yang dialiri air bawah tanah. Di tempat yang cukup luas ini, wisatawan dapat bermain air
yang jernih, lalu wisatawan dapat masuk ke dalam goa dengan mengikuti aliran air dengan
pelampung atau ban. Sembari berenang, wisatawan dapat melihat indahya bentukan stalagtit dan
stalagmit yang mengisi perut goa.
Agar menjadi objek wisata yang layak dikunjungi, Pokdarwis kalisuci sebagai
pengemban tugas pengembangan objek wisata ini telah membuat beberapa rencana
pengembangannya. Pertama adalah pengembangan obyek wisata itu sendiri. Dalam hal ini,
Pokdarwis akan memikirkan bahwa Kalisuci akan dikemas sebagai bentuk wisata ekstrim atau
wisata minat khusus yang bernama cave tubing. Kedua, Pokdarwis akan mengembangkan tata
ruang yang sesuai dengan tidak mengesampingkan lingkungan hidup di sekitar obyek wisata.
Ketiga, mengenai akomodasi. Jauhnya obyek wisata kalisuci dengan beberapa pusat kota seperti
Yogyakarta dan Solo menjadi salah satu hambatan bagi para wisatawan yang berminat datang ke
Kalisuci. Oleh sebab itu, Pokdarwis berusaha mencari kebutuhan wisatawan tersebut dengan
mencarikan route transportasi dan membuat penginapan atau semacam homestay.
Keempat mengenai atraksi wisata. Atraksi disini lebih kepada hiburan apa saja yang akan
ditawarkan kepada para wisatawan selain obyek wisata itu sendiri. Sampai pada saat ini, bekerja
sama dengan HIKESPI, Pokdarwis Kalisuci telah memasang lintasan flying fox dan memiliki
route perjalanan jelajah hutan purba. Flying fox sendiri sebenarnya merupakan jalan pintas
menuju mulut goa yang cukup jauh menurun dari batas lapangan parkir. Dengan adanya flying
fox, diharapkan wisatawan tidak lelah dahulu sebelum sampai mulut goa sekaligus memberikan
atraksi selamat datang yang menarik. Sedangkan jelajah hutan purba sendiri bermaksud untuk

3
mengenalkan flora-flora asli gunung kidul yang sudah mulai musnah.
Kelima adalah infrastruktur di Kalisuci. Sampai pada saat ini, Pokdarwis Kalisuci belum
memiliki ruangan khusus yang digunakan sebagai sekretariat. Selain itu karena wisata ini
merupakan wisata minat khusus yang memiliki resiko cedera cukup besar, maka Pokdarwis
Kalisuci merasa sangat membutuhkan poliklinik untuk melakukan pertolongan pertama saat ada
kecelakaan. Lapangan parkir, warung atau toko perlengkapan pribadi dan bebrabagi macam
cendera mata juga sedang digarap oleh Pokdarwis Kalisuci yang sampai pada saat ini sedang
dalam proses perluasan lahan.

B. Kehidupan Sosial Kemasyarakatan Masyarakat Semanu


1. Pola Perkampungan
Pada awalnya masyarakat daerah Semanu tinggal mengelompok di tiap desanya. namun
saat ini seiring pembangunan infrastrutur yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat
mulai tinggal menyebar mengikuti alur jalan raya, merapat ke sekolah-sekolah dan sebagainya.
Perumahan dibuat permanen dan modern. Walaupun daerah mereka cukup kesulitan air,
mereka tidak berpikir untuk membangun rumah di daerah sekitar tampungan air. Hal ini
disebabkan oleh adanya pasokan air dari PAM yang mulai berlaku sekitar awal tahun 1990.
Tidak ada ciri khusus pada bentuk-bentuk rumah yang ada. Seperti daerah perkotaan, mereka
dapat mendesain rumah mereka sesuai dengan yang mereka inginkan. Model rumah yang ada
pun bermacam-macam, walaupun didominasi oleh rumah pemanen, namun masih banyak pula
rumah yang terbuat dari kayu dan anyaman pilah bambu. Bentuk rumah yang permanen maupun
tidak bukan merupakan takaran bahwa orang tersebut terpandang atau tidak menurut bagus atau
tidaknya rumah yang mereka miliki.
Bangunan rumah di sana biasanya luas sebab pada umumnya dihuni oleh beberapa
keluarga secara bersamaan. Bukan hal yang janggal ketika seorang pria yang baru saja menikah
akan tinggal bersama mertuanya. Pembangunan sebuah rumah diawali dengan selamatan,
demikian pula apabila bangunan telah selesai akan diadakan selamatan lagi. Pada setiap
bangunan yang sedang dikerjakan selalu terdapat sesajen yang digantungkan pada tiang-tiang
berupa makanan, ketupat, lepet, pisang raja, dll.
Tiang dan dinding rumanya kebanyakan terbuat dari kayu atau bata merah dan atapnya
terbuat dari bambu yang dibelah. Setelah bahan itu sulit diperoleh, masyarakat berganti
kebiasaan dengan menggunakan atap seng, papan atau genteng.

2. Pendidikan dan Mobilitas Penduduk


Mobilitas penduduk yang berumur lebih dari 35 tahun relatif rendah, hanya beberapa
orang yang melakukan aktivitas perdagangan. Sebagian bekerja sebagai petani dan bekerja
sebagai buruh. Namun banyak pemuda yang bekerja keluar daerah seperti Jakarta, Kalimantan,
dan Sumatra.
Warga masyarakat Semanu yang sudah berumur 40 tahun keatas kebanyakan telah
mengenyam pendidikan sampai tingkat SD. Sebagian dari mereka bahkan telah melewati jenjang
SMP dan sedikit yang memiliki ijazah SMA. Namun dalam kurun waktu 10 tahun ini, banyak
pemuda yang telah menyelesaikan pendidikan SMA. Walaupun sebagian penduduk merasa
bahwa pendidikan kurang membantu mereka dalam mencari pekerjaan, namun sebagian mereka
menyadari bahwa pendidikan sampai SMA dianggap sebagai sebuah bekal untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik.
Tidak sedikit dari mereka yang putus sekolah. Mereka bekerja di ladang dan bekerja
sebagai buruh kasar walaupun dalam usia yang masih sangat muda. Hal ini membuat kebanyakan
dari mereka memilih untuk menikah muda karena sudah tidak lagi menempuh bangku sekolah.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Semanu


Menurut Tingkat Pendidikan Th. 2000

Jenjang Pendidikan Jumlah Orang


TK 266
SD 863
SLTP 381
SLTA/ Sederajat 239
Akademi 17
Sarjana (S1-S3) 27
Sumber : Monografi kecamatan Semanu Tahun 2000
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan di Semanu telah
mengalami peningkatan. Dalam tabel tersebut, anak-anak tidak ada yang putus sekolah dan anak
usia 5-6 tahun telah mengenyam pendidikan di tingkat taman kanak-kanak, Hal ini dipengaruhi
oleh adanya beberapa sekolah yang mempunyai kualitas pengajaran dan pendidikan yang baik.

5
Di kecamatan Semanu terdapat sekolah dari TK sampai SMA. Hal inilah merupakan faktor
utama adanya kemajuan di bidang pendidikan.

3. Sistem Mata Pencaharian


Tanah Semanu kurang cocok untuk tanaman padi. Oleh sebab itu, sedikit sekali petani yang
menggunakan ladangnya untuk media tanam padi. Kebanyakan petani semanu menggarap
ladangnya untuk ditanami tumbuhan-tumbuhan palawija seperti singkong, jagung, ketela, dan
sebagainya. Petani menjual hampir seluruh hasil panennya kepada tengkulak untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Para pemuda tidak lagi tertarik pada pertanian. Mereka cenderung memilikih untuk pergi
ke kota untuk mencari nafkah sebagai baby sitter, tukang, pedagang, pembantu rumah tangga,
dan sebagainya. Banyak dari mereka yang cukup sukses meraup uang di kota metropolitan. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya penduduk yang mudik saat lebaran menggunakan mobil-mobil
mewah.

Kawasan Semanu menyimpan potensi wisata yang cukup menarik. Dibawah permukaan
tanah, terdapat gua dan sungaii bawah tanah yang menyimpan keindahan berbeda dibandingkan
keindahan di atas permukaan tanah. Kawasan semanu merupakan salah satu daerah tujuan wisata
karstologi dan geomorfologi di Indonesia.
Adanya gua dan sungai bawah tanah ini pada awalnya digunakan para penduduk untuk
memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Mulai dari air minum sampai air untuk mencuci diambil
dari sungai bawah tanah yang letaknya tersebar di sudut-sudut wilayah Semanu. Masyarakat
tidak menggunakan pompa air untuk mngambil air bawah tanah, melainkan mengambil secara
langsung menggunakan dua ember yang dipikul.
Pada saat ini, masyarakat tidak lagi menggunakan air sungai bawah tanah untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari. Mereka telah menggunakan PAM sebagai pemenuh kebutuhan air
utama. Gua-gua yang menyimpan air tidak lagi dijaga dan dibiarkan tertutup oleh semak belukar
yang tumbuh liar di mulut goa. Selama lima belas tahun terakhir, mereka mulai melupakan
keberadaan goa dan sungai bawah tanah tersebut.
Beberapa tahun terakhir muncul sebuah pemikiran untuk memugar gua dan sungai bawah
tanah. Gua dan sungai bawah tanah dilihat memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah
tujuan wisata. Pada awalnya, gua-gua tersebut didatangi oleh para peminat gua seperti para
speolog dan pecinta alam. Dengan belajar dari keduanya, masyarakat mulai membuat gambaran
tentang bagaimana mengolah gua sebagai sebuah kawasan wisata yang menarik.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kecamatan Semanu


Menurut Mata Pencaharian Th. 2000

Jenis pekerjaan Jumlah orang


Karyawan (PNS,TNI/POLRI, Swasta) 397
Wirausaha/ pedagang 262
Petani 3450
Tukang 355
Buruh tani 27
Pensiunan 64
Jasa 58
Pemulung 3
Sumber : Monografi Kecamatan Semanu Tahun 2000

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Semanu
bermatapencaharian sebagai petani. Kemudian pada urutan kedua sekitar 355 orang bekerja
sebagai seorang tukang. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai ada
di peringkat tiga dan empat.
Mata pencaharian sampingannya adalah sebagai penjual ternak. Hewan yang diternakkan
antara lain sapi, itik, kambing, domba, ayam, kuda, dan angsa. Ayam kampung paling banyak
dipelihara oleh penduduk karena proses perawatannya yang mudah. Walaupun tidak diberi
makan, ayam-ayam ini dilepas untuk mencari makan sendiri. Sedangkan sapi dan kambing
dipelihara di kandang belakang rumah dan terkadang juga dilepas di ladang ataupun lapangan
rumput.
Pada bulan-bulan tertentu, masyarakat semanu banyak yang pergi ke hutan jati untuk
mencari belalang. Belalang merupakanbahan malanan yang sering dijadikan sebagai lauk bagi
warga masyarakat. Namun, kadang-kadang ada penduduk yang mencari belalang untuk dijual di
pinggiran jalan di sepanjang Wonosari

4. Sistem Sosial Kemasyarakatan

7
Seperti gambaran masyarakat desa pada umumnya, mereka hidup rukun dan saling
menghargai satu sama lain. Mereka mengakui adanya orang-orang berpengaruh diluar perangkat
desa seperti camat, kades, kadus, polo, jagabaya, dan sebagainya.mereka mengakui adanya orang
yang dituakan secara adat dan sering kali meminta pertimbangan setiap akan melakukan kegiatan
bersama.
Sifat pergaulan masyarakat Semanu komunal yang berarti hubungan batin antar warga
sangat erat, saling menolong dan menghormati satu sama lain. Sikap tolong menolong
diwujudkan pada kegiatan bercocok tanam, mendirikan rumah, hajat keluarga, mengatasi
bencana alam, dll.
Kehidupan masyarakat Semanu damai dan kondisi lingkungannya sangat aman. Segala
masalah dapat diselesaikan dengan mudah atas peranan orang yang berpengaruh pada
masyarakatnya tersebut dengan sistem musyawarah. Pelanggaran yang dilakukan cukup
diselesaikan dengan lurah dan biasanya mereka patuh. Apabila cara ini tidak berhasil, pihak yang
melakukan pelanggaran disatru (tidak diajak bicara dan dikucilkan) oleh seluruh penduduk.
Mereka juga sangat petuh dengan segala peraturan pemerintah yang ada seperti kewajiban
membayar pajak, kerja bakti, dan sebagainya.
Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Jawa. Mereka menggunakan dua tingkatan
bahasa yaitu ngoko, yang digunakan kepada sebaya, dan krama yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan yang lebih tua atau dihormati. Semenjak kecil, mereka diajari untuk
mengikuti tata cara sopan santun kepada orang tua sehingga pada saat ini telah terjadi sebuah
keteraturan sosial di sana.
Dalam tradisi Semanu, sebuah para wanita dalam sebuah hajatan akan secara sukarela dan
tanpa diundang datang ke rumah pemilik hajat untuk membantu mempersiapkan makanan dan
urusan dapur lainnya. Sedangkan para lelaki secara sigap membantu tuan rumah membangun
tayub atau tenda tradisional untuk melangsungkan acara. dalam hajatan tersebut, tuan rumah
bisanya mengndang tari-tarian tradisional untuk menghibur warga sekitarnya.
Setiap satu bulan sekali masyarakat juga melakukan gotong royong atau kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan tempat mereka tinggal. Kegiatan kerja bakti biasanya meliputi
mencabut rumput liar, membersihkan selokan, membersihkan kebun tempat endemi nyamuk, dan
sebagainya. Kerja bakti umumnya dilakukan oleh para laki-laki dari segala usia. Mereka
membawa benda-benda pribadi untuk membersihkan pekarangan seperti sapu, sabit, cangkul,
dan sebagainya.

5. Sarana Komunikasi dan Teknologi Masyarakat


Dapat dikatakan bahwa Semanu merupakan daerah yang terjamah dunia modern. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi modern seperti ponsel, internet, dan telepon
dapat dijamah oleh sebagian besar warga masyarakat Semanu. Telepon seluluer bukan lagi
merupakan barang mewah. Banyak penduduk dari rentan usia 15-50 tahun memiliki dan dapat
mengoperasikannya.
Meskipun kebanyakan handphone yang digunakan masih mempunyai fitur yang sederhana,
tidak jarang juga dijumpai pemilik handphone yang bisa fiturnya sudah canggih dilengkapi
dengan kamera, music player, radio maupun sampai dilengkapi dengan fasilitas internet. Tetapi
karena letaknya sedikit terpencil, penggunaan handphone dipengaruhi oleh sinyal. Hanya
beberapa sinyal dari provider yang dapat ditangkap di daerah ini.
Walaupun mereka telah mengenal alat komunikasi modern, para penduduk tidak
melupakan alat komunikasi tradisional seperti kenthongan. Mereka masih menggunakannya
sebagai isyarat adanya tanda bahaya seperti adanya pencuri, kebakaran, dan gempa bumi.
Tingkat pendidikan masyarakat juga dipengaruhi oleh adanya media massa yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Di Semanu terdapat beberapa media massa yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Media massa tersebut antara lain radio, televisi, internet,koran, dan majalah.
Sebagian besar masyarakat Semanu telah memiliki pesawat televisi di rumahnya. Hal ini tidak
dapat dibuktikan secara statistik, namun hal ini dapat dilihat dari banyaknya antena TV yang ng
menjulang di atas rumah-rumah warga. Menurut Muslam Winarto, ketua Pokdarwis Kalisuci
tingkat konsumsi televisi di Semanu meningkat dari tahun ke tahun dan kebanyakan dari mereka
banyak mengonsumsi sinetron dan acara-acara hiburan lainnya.
Sedangkan radio juga masih banyak digunakan oleh warga, khususnya bagi mereka yang
belum memiliki pesawat televisi. Muslam memaparkan bahwa radio mulai ditinggalkan sejak
populernya televisi sekitar tahun 1995. Masyarakat dahulu menggunakan radio sebagai media
hiburan utama karena belum banyak yang memiliki televisi di Semanu. Saat ini radio banyak
dikonsumsi masyarakat hanya sebagai pengisi waktu luang saja.
Berbeda dengan masyarakat yang dewasa, kaum muda di Semanu sudah mulai mengenal
internet. Para pemuda mengonsumsi internet selain sebagai media hiburan juga sebagai media

9
untuk mendapatkan pengetahuan tambahan di luar jam kuliah. Hal ini didukung oleh adanya
ekstrakurikuler komputer di sekolah dimana didalamnya termasuk mengajari para siswanya
tentang penggunaan internet. Sedangkan media konvensional seperti koran dan majalah biasanya
dikonsumsi bersamaan. Koran-koran lokal biasanya dipasang di papan khusus di depan kantor
kelurahan sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi secara bersamaan.
Selain ada di papan koran bersama, beberapa penduduk ada yang berlangganan koran
baik bulanan maupun harian. Koran-koran yang masuk di Semanu antara lain adalah Kompas,
Kedaulatan Rakyat, dan Radar Solo. Sedangkan majalah yang dikonsumsi adalah majalah-
majalah wanita dan olahraga.

6. Pemimpin sebagai pemuka pendapat


Secara administratif, Semanu dipimpin oleh seorang camat dan ddibawahnya terdapat
lima kepala desa. Pada setiap desa, penduduk bukan hanya mengakui kepala desa sebagai
pemimpinnya, namun terdapat individu-individu yang dituakan (Kami Tua) sehingga di mata
masyarakat desa, keduanya memiliki pengaruh yang sama. Namun yang membedakan hanyalah
tugas dan perannya saja.
Adapun beberapa tugas dan peranan kepala desa adalah a) memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa, b) membina kehidupan masyarakat desa, c) membina perekonomian, d)
memelihara ketentraman dan ketertiban masyrakat desa, e) mendamaikan perselisihan
masyarakat desa, dan f) mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk
kuasa hukum (Undang-Undang Otonomi Daerah, 2000: 48).
Wewenang dan tanggung jawab Kepala Desa adalah menjalankan tugas dan
kewajibannya dalam mengarahkan perencanaan pembangunan desa dan mendorong partisipasi
masyarakat (Purwasito, 2003: 208). Partisipasi yang dimaksud adalah membangun anggota
masyarakatnya agar memiliki kepribadian, jujur, berdedikasi serta berorientasi oada
pembangunan yang kesemaunya itu memerlukan usaha-usaha pemantapan struktur dan aparatur
pemerintah desa.
Sebagaimana yang dipaparkan di atas, bahwa selain Kepala Desa sebagi tokoh panutan,
orang yang dituakan juga merupakan tokoh informal yang mempunyai pengaruh kuat dan
berperan dalam berbagai kegiatan di desa tersebut. Kepala Desa dan Kami Tua, keduanya
merupakan pemuka pendapat dalam aliran informasi pada masyarakat di Semanu. Para pemuka
pendapat dengan pengaruh pribadi mereka dapat dianggap sebagai salah satu mekanisme penting
dalam sistem komunikasi, karena bisa memberikan informasi-informasi dan pesan yang relatif
baru. Kepala Desa dan Kami Tua merupakan sumber informasi bagi masyarakat. Sebagai
pemuka pendapat, Kepala desa dan Kami Tua senantiasa menafsirkan berbagai informasi yang
datang dari luar seperti surat kabar, majalah, teevisi ataupun orang asing dan kemudian
disebarkan kepada anggota masyarakatnya dalam rangka menjaga kestabilan social.
Kepala desa dan Kami Tua menjadi sumber (tempat) bertanya dan meminta nasihat
anggota masyarakat lainnya tentang urusan-urusan tertentu baik yang menyangkut masalah
pemerintahan desa maupun masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Mereka
memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk bertindak dalam cara-cara tertentu.
Kepala desa dan Kami Tua sebagai pemuka pendapat memainkan peranan penting dalam proses
penyebaran inovasi ke dalam suatu sistem kemasyarakatan. Dengan demikian, Kepala desa dan
Kami Tua bisa dikatakan sebagai pemuka pendapat dalam arus informasi masyarakat daerah
Semanu.

C. Profil kelompok Sadar Wisata Kali Suci


1. Sejarah Terbentuknya
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kali Suci pada awalnya hanyalah terdiri dari
beberapa orang yang sadar akan kebersihan lingkungan. Sekitar tahun 2003 beberapa orang
tersebut mengumpulkan orang-orang yang berpikir bahwa dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan, Semanu dapat lebih dikenal oelh daerah di sekitarnya. Pada saat itu muncul sebuah
ide untuk membentuk sebuah organisasi sadar lingkungan dengan kegiatan awal adalah
membersihkan daerah-daerah yang menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit lainnya.
Namun hal tersebut dibantah oleh salah seorang Kami Tua. Yang dibutuhkan saat itu
bukanlah sebuah bentuk organisasi, namun lebih kepada niat dan komitmen warga untuk ikut
andil dalam menjaga kebersihan lingkungan. Sekitar empat tahun berjalan, wacana pembentukan
organisasi sebagai wadah kegiatan masyarakat mengenai lingkungan sekitarnya semakin gencar.
Lalu diputuskanlah beberapa orang yang mengurus pengadaan kegiatan tersebut. Pada tahun
2007 inilah cikal bakal organisasi mulai muncul.
Organisasi yang belum bernama ini kemudian bukan hanya mengurusi kebersihan
lingkungan saja, namun beberapa orang secara tidak sengaja juga memandu orang-orang

11
penggiat gua seperti speolog dan mapala untuk ikut masuk dan mendatangi gua-gua yang ada di
daerah Semanu. Karena mulai banyak kegiatan yang diikuti oelh para anggota organisasi ini dan
merasa bahwa Semanu memiliki potensi sebagai daerah wisata, maka wacana untuk membuat
organisasi yang lebih berkarakter pun kembali mencuat.
Setelah mengumpulkan warga dan bermusyawarah mengenai bentuk organisasi yang akan
dibuat, maka pada tanggal 4 Oktober 2009, dibentuklah organiasasi yang akan secara langsung
menangani obyek-obyek yang berpotensi sebagai tempat wisata. Obyek itu berupa gua dan
sungai bawah tanah.
Pada tangggal pengukuhan adanya organisasi ini, diadakan pula sebuah rapat untuk
membentuk pengurus Pokdarwis yang dihadiri oleh Karangtaruna Jetis Wetan, Jetis Kulon,
Tegal Sari, Kepala Dusun Jetis Wetan, jetis Kulon, dan beberapa tokoh masyarakat. Dalam rapat
tersebut dicapailah dua buah kesepakatan yaitu mengenai terbentuknya Pokdarwis yang akan
mengelola kalisuci yang terletak di dusun Jetis dan Tegalsari, dan membentuk pengurus
Pokdarwis yaitu Muslam Winarto sebagai ketua I, Warsito sebagai ketua II, Maryadi sebagai
sekertaris I, Edi Kuwat Wahyudi sebagai sekretaris II, Suyanto sebagai bendahara I, Sudirman
sebagai bendahara II, dan seksi-seksi yang lainnya meliputi seksi humas, pengembangan
jaringan, usaha, kegiatan, lingkungan hidup, dokumentasi, dan keamanan.
Pada akhirnya, Pokdarwis akan menangani sebuah tempat yaitu Kalisuci yang dirasa
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata. Didampingi oleh sebuah
organiasasi speologi Hikespi (Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia) maka Pokdarwis akan
membuat berbagai kegiatan guna menunjang perkembangan Kalisuci sebagai sebuah obyek
wisata.
Sampai pada saat ini, belum ada penggantian pengurus. Hal ini disebabkan tidak adanya
aturan tentang periode kepengurusan. Pegurus akan diganti apabila pengurus tersebut dinilai
tidak mampu lagi bertanggung jawab pada tugasnya atau mengusulkan untuk mengundurkan diri
secara resmi. Sedangkan penambahan anggota diperoleh dari kaum muda yang berminat untuk
bergabung dalam tiap seksi. Penggabungan ini bersifat terbuka. Maksudnya, para pemuda bebas
masuk ke dalam seksi apa saja dengan menghubungi tiap koordinator seksinya.

2. Lokasi
Sekretariat Kelompok Sadar Wisata Kalisuci terletak di Dusun Jetis, desa Pacarejo,
Semanu Gunungkidul, Yogyakarta

3. Visi dan Misi


Kelompok Sadar Wisata Kalisuci memiliki visi untuk menciptakan Semanu sebagai sebuah
kawasan tujuan wisata Gua dan sungai bawah tanah.
Sedangkan misi yang diemban oleh forum komunikasi ini antara lain:
1.) Menciptakan Semanu yang bersih dan tertata
2.) Mengenalkan masyarakat mengenai arti penting sebuah warisan budaya
3.) Memperkuat kearifan lokal dengan cara mengembangkan potensi-
potensi yang telah
ada.

4. Struktur Organisasi
Sebuah organisasi pastilah memiliki struktur organisasi. Hal inilah yang menjadi dasar
pemikiran para pendiri Pokadrwis Kalisuci ketika organiasasi ini telah dikukuhkan. Dalam
struktur ini, pengurus terbagi atas dua bagian. Pertama adalah pengurus inti yaitu ketua,
sekretaris, dan bendahara. Kedua disebut sebagai pengurus harian, yaitu terdiri dari seksi humas,
pengembangan jaringan, usaha, kegiatan, ligkungan hidup, dokumentasi, dan keamanan. Dalam
menjalankan fungsinya, pengurus inti berkoordinasi dengan para penasehat kemudian memberi
komando kepada para seksi dalam menjalankan kegiatan yang akan dilakukan.
Secara keseluruhan, struktur organiasasi Pokdarwis Kalisuci terdiri atas 39 orang. Setiap
jabatan dalam kepengurusan inti terdiri atas dua orang anggota, sedangkan untuk tiap seksi
dalam pengurus harian dipimpin oleh seorang koordinator yang masing-masing membawahi
empat anggota. Penasehat Pokdarwis sendiri terdiri atas lima orang anggota yaitu dukuh Jetis
Wetan dan Kulon, serta tiga orang Kami
Dalam struktur kepengurusan organisasi Pokdarwis Kalisuci diatas dapat dilihat bahwa
Muslam Winarto dan Warsito sebagai ketua I dan II berkoordinasi dengan para penasehat yaitu
Dukuh Jetis Wetan, Dukuh Jetis Kulon, Kardi, Wasiman, dan Ngali membawahi seluruh posisi
dalam struktur organisasi Pokdarwis. Jabatan sekretaris diduduki oleh Maryadi dan Edi Kuwat
Wahyudi, sedangkan Bendahara diduduki oleh Suyanto dan Sudirman.
Seperti organisasi lainnya, setiap posisi dalam kepengurusan Pokdarwis mempunyai tugas

13
dan wewenang sendiri-sendiri. Ketua Pokdarwis mempunyai tugas menjadi penanggung jawab
umum dalam pelaksanaan program kerja organisasi, bertanggung jawab secara keseluruhan
mengenai aktivitas organisasi dan memegang kebijaksanaan umum organisasi baik ke dalam
maupun ke luar organisasi, mempersatukan seluruh anggota organisasi dan kerjasama dengan
orang-orang yang ada di luar organisasi, serta mengkoordinir para seksi-seksi berdasar tugas
pokok dan fungsi masing-masing. Sedangkan wakil ketua hanya berfungsi sebagai pengganti
ketua apabila berhalangan hadir dalam rapat.
Sekretaris dalam Pokdarwis mempunyai tiga tugas pokok antara lain: membantu
perencanaan program, mengurus administrasi organisasi, dan mengkomunikasikan antara
pengurus dan anggota Pokdarwis. Sekretaris Pokdarwis mempunyai wakil yang bertugas untuk
membantu sekretaris dalam menjalankan segala tanggung jawabnya.
Di samping sekretaris, terdapat posisi yang juga memeran penting dalam menjamin
kelangsungan aktivitas organisasi yaitu bendahara. Tugas pokok bendahara adalah mengelola
keuangan organisasi yang berasal dari sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat, donatur,
maupun usaha-usaha lain yang sah. Bendahara selalu membuat laporan keuangan organisasi
terkait dengan pengeluaran dan pemasukan. Bendahara juga dibantu oleh seorang wakil
bendahara dalam pengelolaan keuangan.
Seksi-seksi yang resmi dalam Pokdarwis Kalisuci berjumlah tujuh seksi. Seksi humas
mempunyai tugas untuk membuat berbagai macam informasi untuk disalurkan kepada orang lain
di luar anggota Pokdarwis terkait dengan pengembangan objek wisata dan kegiatan organisasi.
Seksi pengembangan jaringan bertugas untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan objek
wisata dengan mencari sumber daya dari luar organisasi untuk meningkatkan kualitas kerja para
anggota Pokdarwis. Seksi usaha bertugas untuk mencari wisatawan yang ingin berwisata ke
obyek wisata Kalisuci sekaligus melakukan berbagai macam promosi dengan berbagai media
yang dimiliki.
Seksi kegiatan bertugas untuk mengembangkan dan merancang atraksi wisata yang dapat
dilakukan di area Kalisuci. Seksi lingkungan hidup bertugas untuk melestarikan lingkungan
sekitar wilayak Kalisuci dan mencatat flora dan fauna yang ada di Kalisuci seperti hewan-hewan
yang ada di dalam gua dan tumbuhan purba asli Gunungkidul yang masih ada untuk dijadikan
ensiklopedia. Seksi dokumentasi bertugas sebagai pengambil gambar kegiatan yang berlangsung
dan bekerja sebagai juru gambar ketika ada wisatawan yang berkunjung ke sana. Sedangkan
seksi keamanan bertugas untuk memantau debit air yang masuk di Kalisuci dan mengamankan
wisatawan dari berbagai ancaman dari luar.

5. Komunikasi dalam Pokdarwis


Dalam lingkup organisasi, terdapat beberapa bentuk komunikasi yang terjadi. Bentuk
komunikasi yang paling menojol antara lain komunikasi antarpersonal dan komunikasi massa.
Dalam prosesnya, para anggota pokdarwis kalisuci sering mengadakan rapat baik formal maupun
informal.
Komunikasi organisasi yang terjadi dalam Pokdarwis Kalisuci dapat berupa
komunikasi horizontal dan vertikal. Komunikasi horizontal biasanya terjaddi di kalangan seksi-
seksi ketika mereka membahas mengenai kegiatan yang akan berlangsung di kalisuci.
Pembahasan mengenai kemasan wisata dalam menjamu wisatawan yang khusus datang ke
Kalisuci guna melakukan studi banding juga sering dilakukan menjelang kedatangan para tamu
tersebut.
Sedangkan komunikasi vertikal biasanya terjadi ketika terdapat beberapa koordinasi
antara ketua sebagai salah satu contact person obyek wisata Kalisuci kepada para seksi-seksi
yang dibutuhkan dalam sebuah kegiatan yang akan dilangsungkan. Komunikasi vertikal juga
terjadi ketika penasehat berkoordinasi dengan ketua ketika terdapat beberapa hal yang perlu
dibenahi mengenai kinerja para pengurus. Selain kedua hal tersebut, komunikasi vertikal lebih
banyak ditemukan ketika para anggora sedang mengadakan rapat guna membahas perkembangan
obyek wisata Kalisuci secara umum.
Pada rapat informal, yang sering terjadi adalah komunikasi antarpersonal.
Komunikasi interpersonal yang didefinisikan sebagai proses komunikasi yang dilakukan oleh
dua orang (Little John, 1999) terjadi ketika dua anggota Pokdarwis Kalisuci bertemu dan
melakukan proses komunikasi. Hal ini sering kali terjadi mengingat tempat tinggal tiap anggota
saling berdekatan. Komunikasi antarpersonal biasanya digunakan para anggota untuk mendekati
anggota lain agar mendapatkan masukan tentang ide yang terpikirkan oleh salah satu anggota
sebelum ide tersebut diangkat ke rapat anggota.
Sedangkan pada rapat formal seperti rapat anggota, komunikasi yang terjadi adalah
komunikasi kelompok. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi
kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang

15
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara
tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan
kelompok.
Dalam sebuah rapat anggota, seluruh anggota Pokdarwis Kalisuci melakukan
tugasnya masing-masing. Muslam Winarto sebagai ketua Pokdarwis bertugas sebagai pemimpin
rapat sedangkan sekretaris bekerja sebagai notulen. Seeblum melakukan rapat, sekretaris
menyebarkan undangan resmi kepada seluruh anggota Pokdarwis. Rapat kemudian dimulai
dengan pelemaran isu dan perkembangan obyek wisata Kalisuci, sedangkan anggota lainnya
khususnya seksi-seksi melaporkan perkembangan tiap bidangnya.
Kadang-kadang rapat hanya membahas mengenai hal-hal yang mendesak seperti
rapat persiapan penilikan dinas pariwisata Gunungkidul, rapat persiapan penyambutan tamu-
tamu penting, dan rapat mengenai pengembangan salah satu bidang seperti lingkungan hidup.
Berdasarkan isu-isu yang dilontarkan ketua rapat, anggota lain menyampaikan pendapatnya
secara bergantian. Ketua rapat yang juga bertindak sebagai mediator mengatur jalannya proses
komunikasi agar dapat berjalan lancar.
Komunikasi lain yang terjadi seperti rapat pengumuman tentang adanya lomba
pengembangan obyek pariwisata. Dalam rapat ini, ketua rapat mengundang seluruh anggota
kemudian menginformasikan kegiatan yang akan diikuti. Berdasarkan rapat tersebut, biasanya
beberapa anggota akan ditunjuk sebagai wakil dari Pokdarwis Kalisuci untuk mempresentasikan
obyek wisata Kalisuci.
Komunikasi yang terjadi dalam Pokdarwis biasanya terjalin dalam sebuah rapat atau
pertemuan. Diadakannya pertemuan ini tidak pasti waktu dan tempatnya. Biasanya rapat atau
pertemuan diadakan di salah satu rumah pengurus Pokdarwis dan bergilir di tingkat desa.
Pemberitahuan perihal rapat atau pertemuan adalah melalui undangan. Undangan akan
diantar ke rumah para pengurus. Undangan dibuat secara resmi oleh sekretaris dengan
melampirkan agenda rapat. Dengan mengantarkan undangan ke rumah masing-masing, maka
komunikasi tatap muka akan lebih sering terjadi dan hal itu menyebabkan rasa kekeluargaan
dengan masyarakat lainnya semakin meningkat.
Dengan pemberitahuan menggunakan undangan bukan menandakan bahwa para pengurus
dan anggota Pokdarwis gagap teknologi. Untuk beberapa kesempatan, mereka juga
menggunakan handphone untuk berbagi informasi mengenai organisasi maupun hanya sekedar
berbincang-bincang ringan.
Selain rapat, komunikasi juga terjadi dalam forum-forum kecil di luar rapat. Pada pukul
20.00 BBWI sampai 22.00 BBWI biasanya apra anggota Pokdarwis berkumpul di pos ronda dan
membahas secara lisan mengenai isu-isu pengembangan obyek wisata kalisuci. Masing-masing
dari mereka telah memahami fungsi dan jabatan masing-masing namun jenjang jabatan tersebut
terlihat bias bahkan tidak nampak sama sekali.
Rapat inilah yang sering kali dapat mengeluarkan ide mengenai penngembangan obyek
wisata Kalisuci. Berdasarkan forum-forum kecil ini, ide yang layak untuk dibahas bersama lalu
diangkat ke dalam sebuah rapat anggota. Menurut pengakuan beberapa anggota, forum-forum
kecil seperti ini lebih efektif dibandingkan dengan rapat besar. Hal ini disebabkan oleh adanya
banyak hambatan seperti munculnya tanggapan-tanggapan yang seringkali menyimpang dari
pembahasan, munculnya jalan keluar yang malah membingungkan, dan sebagainya.

Daftar pustaka

Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Rogers, Everett M dan Lawrence Kincaid. 1981. Communication Network: Toward a New
Paradigm for Research. New York: The Free Press.
Littlejohn, Stephen W., 1999, Theories of Human Communication, sixth ed., California:
wadsworth, Belmont

17

Anda mungkin juga menyukai