1
2. Sejarah dan Budaya Daerah Semanu.
Wonosari dipercaya sebagai daerah pelarian para penghuni istana Mojopahit yang kalah
perang pada saat itu. Selain para selir, para perwira juga melarikan diri dan menjalani kehidupan
baru di sejumlah wilayah di Wonosari. Semanu salah satunya. Warga semanu percaya bahwa
mereka berasal dari satu nenek moyang.
Mereka menyebutnya sebagai “Mbah Jonge”. Menurut legenda, Mbah Jonge merupakan
seorang hulubalang raja Mojopahit yang berhasil melarikan diri dan memulai kehiddupan baru
sebagai seorang petani yang tinggal di wilayah Semanu. Lambat laun mah Jonge beranak pinak
di wilayah tersebut dan lahirlah sebuah generasi baru yang menempati wilayah Semanu
sekarang.
Para warga Semanu juga percaya bahwa Mbah Jonge dimakamkan di desa Candirejo
tepatnya di sebuah tempat yang kini menjadi sebuah telaga bernama telaga Jonge. Telaga yang
terletak di tengah-tengah desa ini digunakan sebagapi tampungan air bagi para warga yang
kekurangan air ketika musim kemarau. Namun karena masuknya PAM ke Semanu, sekarang
telaga Jonge hanya digunakan sebagai tempat refreshing para warga sekitar Semanu.
Mbah Jonge mewaris kan sebuah budaya yang menjadi ciri khas daerah Wonosari.
Kebudayaan tersebut berupa sebuah tarian yang kini dikenal sebagai “ngibing”. Pada awalnya,
tarian ini digunakan sebagai hiburan para warga dari seseorang yang memiliki hajat. Tarian ini
dilakukan oleh beberapa orang wanita muda dengan gaya tarian yang cukup erotis seperti tari
ronggeng di daerah jawa barat.
Tidak ada data akurat untuk membuktikan kebenaran-kebenaran mengenai sejarah
terbentuknya komunitas masyarakat Semanu. Namun berdasarkan pendapat para warga yang
tinggal disana, hal-hal tersebut memang telah menjadi mitos yang dipercaya oleh seluruh warga
masyarakat Semanu sampai sekarang.
3
mengenalkan flora-flora asli gunung kidul yang sudah mulai musnah.
Kelima adalah infrastruktur di Kalisuci. Sampai pada saat ini, Pokdarwis Kalisuci belum
memiliki ruangan khusus yang digunakan sebagai sekretariat. Selain itu karena wisata ini
merupakan wisata minat khusus yang memiliki resiko cedera cukup besar, maka Pokdarwis
Kalisuci merasa sangat membutuhkan poliklinik untuk melakukan pertolongan pertama saat ada
kecelakaan. Lapangan parkir, warung atau toko perlengkapan pribadi dan bebrabagi macam
cendera mata juga sedang digarap oleh Pokdarwis Kalisuci yang sampai pada saat ini sedang
dalam proses perluasan lahan.
5
Di kecamatan Semanu terdapat sekolah dari TK sampai SMA. Hal inilah merupakan faktor
utama adanya kemajuan di bidang pendidikan.
Kawasan Semanu menyimpan potensi wisata yang cukup menarik. Dibawah permukaan
tanah, terdapat gua dan sungaii bawah tanah yang menyimpan keindahan berbeda dibandingkan
keindahan di atas permukaan tanah. Kawasan semanu merupakan salah satu daerah tujuan wisata
karstologi dan geomorfologi di Indonesia.
Adanya gua dan sungai bawah tanah ini pada awalnya digunakan para penduduk untuk
memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Mulai dari air minum sampai air untuk mencuci diambil
dari sungai bawah tanah yang letaknya tersebar di sudut-sudut wilayah Semanu. Masyarakat
tidak menggunakan pompa air untuk mngambil air bawah tanah, melainkan mengambil secara
langsung menggunakan dua ember yang dipikul.
Pada saat ini, masyarakat tidak lagi menggunakan air sungai bawah tanah untuk memenuhi
kebutuhan air sehari-hari. Mereka telah menggunakan PAM sebagai pemenuh kebutuhan air
utama. Gua-gua yang menyimpan air tidak lagi dijaga dan dibiarkan tertutup oleh semak belukar
yang tumbuh liar di mulut goa. Selama lima belas tahun terakhir, mereka mulai melupakan
keberadaan goa dan sungai bawah tanah tersebut.
Beberapa tahun terakhir muncul sebuah pemikiran untuk memugar gua dan sungai bawah
tanah. Gua dan sungai bawah tanah dilihat memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah
tujuan wisata. Pada awalnya, gua-gua tersebut didatangi oleh para peminat gua seperti para
speolog dan pecinta alam. Dengan belajar dari keduanya, masyarakat mulai membuat gambaran
tentang bagaimana mengolah gua sebagai sebuah kawasan wisata yang menarik.
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat Semanu
bermatapencaharian sebagai petani. Kemudian pada urutan kedua sekitar 355 orang bekerja
sebagai seorang tukang. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai ada
di peringkat tiga dan empat.
Mata pencaharian sampingannya adalah sebagai penjual ternak. Hewan yang diternakkan
antara lain sapi, itik, kambing, domba, ayam, kuda, dan angsa. Ayam kampung paling banyak
dipelihara oleh penduduk karena proses perawatannya yang mudah. Walaupun tidak diberi
makan, ayam-ayam ini dilepas untuk mencari makan sendiri. Sedangkan sapi dan kambing
dipelihara di kandang belakang rumah dan terkadang juga dilepas di ladang ataupun lapangan
rumput.
Pada bulan-bulan tertentu, masyarakat semanu banyak yang pergi ke hutan jati untuk
mencari belalang. Belalang merupakanbahan malanan yang sering dijadikan sebagai lauk bagi
warga masyarakat. Namun, kadang-kadang ada penduduk yang mencari belalang untuk dijual di
pinggiran jalan di sepanjang Wonosari
7
Seperti gambaran masyarakat desa pada umumnya, mereka hidup rukun dan saling
menghargai satu sama lain. Mereka mengakui adanya orang-orang berpengaruh diluar perangkat
desa seperti camat, kades, kadus, polo, jagabaya, dan sebagainya.mereka mengakui adanya orang
yang dituakan secara adat dan sering kali meminta pertimbangan setiap akan melakukan kegiatan
bersama.
Sifat pergaulan masyarakat Semanu komunal yang berarti hubungan batin antar warga
sangat erat, saling menolong dan menghormati satu sama lain. Sikap tolong menolong
diwujudkan pada kegiatan bercocok tanam, mendirikan rumah, hajat keluarga, mengatasi
bencana alam, dll.
Kehidupan masyarakat Semanu damai dan kondisi lingkungannya sangat aman. Segala
masalah dapat diselesaikan dengan mudah atas peranan orang yang berpengaruh pada
masyarakatnya tersebut dengan sistem musyawarah. Pelanggaran yang dilakukan cukup
diselesaikan dengan lurah dan biasanya mereka patuh. Apabila cara ini tidak berhasil, pihak yang
melakukan pelanggaran disatru (tidak diajak bicara dan dikucilkan) oleh seluruh penduduk.
Mereka juga sangat petuh dengan segala peraturan pemerintah yang ada seperti kewajiban
membayar pajak, kerja bakti, dan sebagainya.
Bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Jawa. Mereka menggunakan dua tingkatan
bahasa yaitu ngoko, yang digunakan kepada sebaya, dan krama yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan yang lebih tua atau dihormati. Semenjak kecil, mereka diajari untuk
mengikuti tata cara sopan santun kepada orang tua sehingga pada saat ini telah terjadi sebuah
keteraturan sosial di sana.
Dalam tradisi Semanu, sebuah para wanita dalam sebuah hajatan akan secara sukarela dan
tanpa diundang datang ke rumah pemilik hajat untuk membantu mempersiapkan makanan dan
urusan dapur lainnya. Sedangkan para lelaki secara sigap membantu tuan rumah membangun
tayub atau tenda tradisional untuk melangsungkan acara. dalam hajatan tersebut, tuan rumah
bisanya mengndang tari-tarian tradisional untuk menghibur warga sekitarnya.
Setiap satu bulan sekali masyarakat juga melakukan gotong royong atau kerja bakti untuk
membersihkan lingkungan tempat mereka tinggal. Kegiatan kerja bakti biasanya meliputi
mencabut rumput liar, membersihkan selokan, membersihkan kebun tempat endemi nyamuk, dan
sebagainya. Kerja bakti umumnya dilakukan oleh para laki-laki dari segala usia. Mereka
membawa benda-benda pribadi untuk membersihkan pekarangan seperti sapu, sabit, cangkul,
dan sebagainya.
9
untuk mendapatkan pengetahuan tambahan di luar jam kuliah. Hal ini didukung oleh adanya
ekstrakurikuler komputer di sekolah dimana didalamnya termasuk mengajari para siswanya
tentang penggunaan internet. Sedangkan media konvensional seperti koran dan majalah biasanya
dikonsumsi bersamaan. Koran-koran lokal biasanya dipasang di papan khusus di depan kantor
kelurahan sehingga masyarakat dapat mengkonsumsi secara bersamaan.
Selain ada di papan koran bersama, beberapa penduduk ada yang berlangganan koran
baik bulanan maupun harian. Koran-koran yang masuk di Semanu antara lain adalah Kompas,
Kedaulatan Rakyat, dan Radar Solo. Sedangkan majalah yang dikonsumsi adalah majalah-
majalah wanita dan olahraga.
11
penggiat gua seperti speolog dan mapala untuk ikut masuk dan mendatangi gua-gua yang ada di
daerah Semanu. Karena mulai banyak kegiatan yang diikuti oelh para anggota organisasi ini dan
merasa bahwa Semanu memiliki potensi sebagai daerah wisata, maka wacana untuk membuat
organisasi yang lebih berkarakter pun kembali mencuat.
Setelah mengumpulkan warga dan bermusyawarah mengenai bentuk organisasi yang akan
dibuat, maka pada tanggal 4 Oktober 2009, dibentuklah organiasasi yang akan secara langsung
menangani obyek-obyek yang berpotensi sebagai tempat wisata. Obyek itu berupa gua dan
sungai bawah tanah.
Pada tangggal pengukuhan adanya organisasi ini, diadakan pula sebuah rapat untuk
membentuk pengurus Pokdarwis yang dihadiri oleh Karangtaruna Jetis Wetan, Jetis Kulon,
Tegal Sari, Kepala Dusun Jetis Wetan, jetis Kulon, dan beberapa tokoh masyarakat. Dalam rapat
tersebut dicapailah dua buah kesepakatan yaitu mengenai terbentuknya Pokdarwis yang akan
mengelola kalisuci yang terletak di dusun Jetis dan Tegalsari, dan membentuk pengurus
Pokdarwis yaitu Muslam Winarto sebagai ketua I, Warsito sebagai ketua II, Maryadi sebagai
sekertaris I, Edi Kuwat Wahyudi sebagai sekretaris II, Suyanto sebagai bendahara I, Sudirman
sebagai bendahara II, dan seksi-seksi yang lainnya meliputi seksi humas, pengembangan
jaringan, usaha, kegiatan, lingkungan hidup, dokumentasi, dan keamanan.
Pada akhirnya, Pokdarwis akan menangani sebuah tempat yaitu Kalisuci yang dirasa
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata. Didampingi oleh sebuah
organiasasi speologi Hikespi (Himpunan Kegiatan Speologi Indonesia) maka Pokdarwis akan
membuat berbagai kegiatan guna menunjang perkembangan Kalisuci sebagai sebuah obyek
wisata.
Sampai pada saat ini, belum ada penggantian pengurus. Hal ini disebabkan tidak adanya
aturan tentang periode kepengurusan. Pegurus akan diganti apabila pengurus tersebut dinilai
tidak mampu lagi bertanggung jawab pada tugasnya atau mengusulkan untuk mengundurkan diri
secara resmi. Sedangkan penambahan anggota diperoleh dari kaum muda yang berminat untuk
bergabung dalam tiap seksi. Penggabungan ini bersifat terbuka. Maksudnya, para pemuda bebas
masuk ke dalam seksi apa saja dengan menghubungi tiap koordinator seksinya.
2. Lokasi
Sekretariat Kelompok Sadar Wisata Kalisuci terletak di Dusun Jetis, desa Pacarejo,
Semanu Gunungkidul, Yogyakarta
4. Struktur Organisasi
Sebuah organisasi pastilah memiliki struktur organisasi. Hal inilah yang menjadi dasar
pemikiran para pendiri Pokadrwis Kalisuci ketika organiasasi ini telah dikukuhkan. Dalam
struktur ini, pengurus terbagi atas dua bagian. Pertama adalah pengurus inti yaitu ketua,
sekretaris, dan bendahara. Kedua disebut sebagai pengurus harian, yaitu terdiri dari seksi humas,
pengembangan jaringan, usaha, kegiatan, ligkungan hidup, dokumentasi, dan keamanan. Dalam
menjalankan fungsinya, pengurus inti berkoordinasi dengan para penasehat kemudian memberi
komando kepada para seksi dalam menjalankan kegiatan yang akan dilakukan.
Secara keseluruhan, struktur organiasasi Pokdarwis Kalisuci terdiri atas 39 orang. Setiap
jabatan dalam kepengurusan inti terdiri atas dua orang anggota, sedangkan untuk tiap seksi
dalam pengurus harian dipimpin oleh seorang koordinator yang masing-masing membawahi
empat anggota. Penasehat Pokdarwis sendiri terdiri atas lima orang anggota yaitu dukuh Jetis
Wetan dan Kulon, serta tiga orang Kami
Dalam struktur kepengurusan organisasi Pokdarwis Kalisuci diatas dapat dilihat bahwa
Muslam Winarto dan Warsito sebagai ketua I dan II berkoordinasi dengan para penasehat yaitu
Dukuh Jetis Wetan, Dukuh Jetis Kulon, Kardi, Wasiman, dan Ngali membawahi seluruh posisi
dalam struktur organisasi Pokdarwis. Jabatan sekretaris diduduki oleh Maryadi dan Edi Kuwat
Wahyudi, sedangkan Bendahara diduduki oleh Suyanto dan Sudirman.
Seperti organisasi lainnya, setiap posisi dalam kepengurusan Pokdarwis mempunyai tugas
13
dan wewenang sendiri-sendiri. Ketua Pokdarwis mempunyai tugas menjadi penanggung jawab
umum dalam pelaksanaan program kerja organisasi, bertanggung jawab secara keseluruhan
mengenai aktivitas organisasi dan memegang kebijaksanaan umum organisasi baik ke dalam
maupun ke luar organisasi, mempersatukan seluruh anggota organisasi dan kerjasama dengan
orang-orang yang ada di luar organisasi, serta mengkoordinir para seksi-seksi berdasar tugas
pokok dan fungsi masing-masing. Sedangkan wakil ketua hanya berfungsi sebagai pengganti
ketua apabila berhalangan hadir dalam rapat.
Sekretaris dalam Pokdarwis mempunyai tiga tugas pokok antara lain: membantu
perencanaan program, mengurus administrasi organisasi, dan mengkomunikasikan antara
pengurus dan anggota Pokdarwis. Sekretaris Pokdarwis mempunyai wakil yang bertugas untuk
membantu sekretaris dalam menjalankan segala tanggung jawabnya.
Di samping sekretaris, terdapat posisi yang juga memeran penting dalam menjamin
kelangsungan aktivitas organisasi yaitu bendahara. Tugas pokok bendahara adalah mengelola
keuangan organisasi yang berasal dari sumbangan-sumbangan yang tidak mengikat, donatur,
maupun usaha-usaha lain yang sah. Bendahara selalu membuat laporan keuangan organisasi
terkait dengan pengeluaran dan pemasukan. Bendahara juga dibantu oleh seorang wakil
bendahara dalam pengelolaan keuangan.
Seksi-seksi yang resmi dalam Pokdarwis Kalisuci berjumlah tujuh seksi. Seksi humas
mempunyai tugas untuk membuat berbagai macam informasi untuk disalurkan kepada orang lain
di luar anggota Pokdarwis terkait dengan pengembangan objek wisata dan kegiatan organisasi.
Seksi pengembangan jaringan bertugas untuk ikut ambil bagian dalam pengembangan objek
wisata dengan mencari sumber daya dari luar organisasi untuk meningkatkan kualitas kerja para
anggota Pokdarwis. Seksi usaha bertugas untuk mencari wisatawan yang ingin berwisata ke
obyek wisata Kalisuci sekaligus melakukan berbagai macam promosi dengan berbagai media
yang dimiliki.
Seksi kegiatan bertugas untuk mengembangkan dan merancang atraksi wisata yang dapat
dilakukan di area Kalisuci. Seksi lingkungan hidup bertugas untuk melestarikan lingkungan
sekitar wilayak Kalisuci dan mencatat flora dan fauna yang ada di Kalisuci seperti hewan-hewan
yang ada di dalam gua dan tumbuhan purba asli Gunungkidul yang masih ada untuk dijadikan
ensiklopedia. Seksi dokumentasi bertugas sebagai pengambil gambar kegiatan yang berlangsung
dan bekerja sebagai juru gambar ketika ada wisatawan yang berkunjung ke sana. Sedangkan
seksi keamanan bertugas untuk memantau debit air yang masuk di Kalisuci dan mengamankan
wisatawan dari berbagai ancaman dari luar.
15
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara
tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan
kelompok.
Dalam sebuah rapat anggota, seluruh anggota Pokdarwis Kalisuci melakukan
tugasnya masing-masing. Muslam Winarto sebagai ketua Pokdarwis bertugas sebagai pemimpin
rapat sedangkan sekretaris bekerja sebagai notulen. Seeblum melakukan rapat, sekretaris
menyebarkan undangan resmi kepada seluruh anggota Pokdarwis. Rapat kemudian dimulai
dengan pelemaran isu dan perkembangan obyek wisata Kalisuci, sedangkan anggota lainnya
khususnya seksi-seksi melaporkan perkembangan tiap bidangnya.
Kadang-kadang rapat hanya membahas mengenai hal-hal yang mendesak seperti
rapat persiapan penilikan dinas pariwisata Gunungkidul, rapat persiapan penyambutan tamu-
tamu penting, dan rapat mengenai pengembangan salah satu bidang seperti lingkungan hidup.
Berdasarkan isu-isu yang dilontarkan ketua rapat, anggota lain menyampaikan pendapatnya
secara bergantian. Ketua rapat yang juga bertindak sebagai mediator mengatur jalannya proses
komunikasi agar dapat berjalan lancar.
Komunikasi lain yang terjadi seperti rapat pengumuman tentang adanya lomba
pengembangan obyek pariwisata. Dalam rapat ini, ketua rapat mengundang seluruh anggota
kemudian menginformasikan kegiatan yang akan diikuti. Berdasarkan rapat tersebut, biasanya
beberapa anggota akan ditunjuk sebagai wakil dari Pokdarwis Kalisuci untuk mempresentasikan
obyek wisata Kalisuci.
Komunikasi yang terjadi dalam Pokdarwis biasanya terjalin dalam sebuah rapat atau
pertemuan. Diadakannya pertemuan ini tidak pasti waktu dan tempatnya. Biasanya rapat atau
pertemuan diadakan di salah satu rumah pengurus Pokdarwis dan bergilir di tingkat desa.
Pemberitahuan perihal rapat atau pertemuan adalah melalui undangan. Undangan akan
diantar ke rumah para pengurus. Undangan dibuat secara resmi oleh sekretaris dengan
melampirkan agenda rapat. Dengan mengantarkan undangan ke rumah masing-masing, maka
komunikasi tatap muka akan lebih sering terjadi dan hal itu menyebabkan rasa kekeluargaan
dengan masyarakat lainnya semakin meningkat.
Dengan pemberitahuan menggunakan undangan bukan menandakan bahwa para pengurus
dan anggota Pokdarwis gagap teknologi. Untuk beberapa kesempatan, mereka juga
menggunakan handphone untuk berbagi informasi mengenai organisasi maupun hanya sekedar
berbincang-bincang ringan.
Selain rapat, komunikasi juga terjadi dalam forum-forum kecil di luar rapat. Pada pukul
20.00 BBWI sampai 22.00 BBWI biasanya apra anggota Pokdarwis berkumpul di pos ronda dan
membahas secara lisan mengenai isu-isu pengembangan obyek wisata kalisuci. Masing-masing
dari mereka telah memahami fungsi dan jabatan masing-masing namun jenjang jabatan tersebut
terlihat bias bahkan tidak nampak sama sekali.
Rapat inilah yang sering kali dapat mengeluarkan ide mengenai penngembangan obyek
wisata Kalisuci. Berdasarkan forum-forum kecil ini, ide yang layak untuk dibahas bersama lalu
diangkat ke dalam sebuah rapat anggota. Menurut pengakuan beberapa anggota, forum-forum
kecil seperti ini lebih efektif dibandingkan dengan rapat besar. Hal ini disebabkan oleh adanya
banyak hambatan seperti munculnya tanggapan-tanggapan yang seringkali menyimpang dari
pembahasan, munculnya jalan keluar yang malah membingungkan, dan sebagainya.
Daftar pustaka
Rogers, Everett M dan Lawrence Kincaid. 1981. Communication Network: Toward a New
Paradigm for Research. New York: The Free Press.
Littlejohn, Stephen W., 1999, Theories of Human Communication, sixth ed., California:
wadsworth, Belmont
17