Anda di halaman 1dari 8

Prinsip-Prinsip Penganggaran

1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran


2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja

Anggaran berfungsi sebagai berikut:

• Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.


• Anggaran merupakn cetak biru akivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
• Angggaran sebagai alat komujikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
• Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
• Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapaian visi organisasi.
• Anggaran merupakan instrumen politik.
• Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Karakteristik Anggaran Sektor Publik

Anggaran mempunyai karakteristik:

• Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.


• Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa tahun.
• Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk mencapai sasaran
yang ditetapkan.
• Usulan angggarn ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang lebvih tinggi
adri penyusunan anggaran.
• Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Prinsip Anggaran Sektor Publik

Prinsip-prinsip di dalam anggaran sektor publik meliputi:

• Otorisasi oleh legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

• Komprehensif.

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh


karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.
• Keutuhan anggaran.

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

• Nondiscretionary Appropriation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien
dan efektif.

• Periodik.

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi
tahunan.

• Akurat.

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat
dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.

• Jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

• Diketahui publik.

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

jenis Anggaran

Anggaran Operasional

Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam


menjalankan pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam
anggaran operasional adalah "belanja rutin". Belanja rutin adalah pengeluaran yang
manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau
kekayaan bagi penmerintah. Disebut "rutin" karena sifat pengeluaran tersebut berulang-
ulang ada setiap tahun. Secara umum, pengeluaran yang masuk kategori anggaran
operasional antara lain belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan
pemeliharaan.

[Anggaran Modal/Investasi

Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelnjaan atas aktiva tetap
seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang
besar biasanya dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi / modal
adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran
rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan. Anggaran berfungsi sebagai alat politis
yang digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan pada sektor
tersebut.

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Prisip-prinsip pokok dalam siklus anggaran

• Tahap persiapan anggaran.

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan
adalah sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan
penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah
yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan
pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran

• Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga
harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai.
Integritas dan kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.
Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai
kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala
pertanyaan-pertanyaan dan bantahan- bantahan dari pihak legislatif.

• Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.

Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer
keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen.

• Tahap pelaporan dan evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak
masalah.

Tujuan Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

• Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar


bagian dalam lingkungan pemerintah.
• Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan
jasa publik melalui proses pemrioritasan.
• Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
• Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR
atau MPR dan masyarakat.

PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


Prinsip-prinsip anggaran sector public meliputi:

a. Otorisasi oleh legislative


Anggaran public harus mendapatkan otorisasi dari legislative terlebih dahulu sebelum
eksekutif
dapat membelanjakan anggaran tersebut.

b. Komprehensif
Anggaran harus menunjukan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh
karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang
bersifat komprehensif.

c. Keutuhan anggaran
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum (general
fund).

d. Nondiscretionary Appropriation
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislative harus termanfaatkan secara ekonomis,
efisien, dan efektif.

e. Periodik
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik , dan bersifat tahunan maupun multi
tahunan.

f. Akurat
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukan cadangan yang tersembunyi (hidden
reserve) yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan inefisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculya underestimate pendapatan dan
overestimate pengeluaran.

g. Jelas
Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan.

h. Diketahui publik
Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Membedah APBN 2010 (4-Habis) MENUNGGU REALISASI ANGGARAN
PENDIDIKAN Oleh : Dr. Ir. Wayan Koster,

NIAT baik untuk mewujudkan kualitas manusia Indonesia diapresiasikan dengan cara
melipatgandakan alokasi anggaran pendidikan pada APBN 2010 hingga mencapai 20
persen. Bagaimana implementasi dan kontribusi anggaran ini mampu mendongkrak
sumber daya manusia Indonesia ?. Berikut pendapat anggota DPR-RI Dr. Ir. Wayan
Koster, MM.

SALAH satu pokok-pokok kebijakan belanja negara dalam APBN 2010 adalah
mempertahankan rasio anggaran pendidikan minimal 20% dari APBN. Total belanja
negara adalah sebesar Rp 1.047,6 triliun sehingga anggaran pendidikan mencapai Rp
209,5 triliun. Anggaran pendidikan yang dikelola melalui belanja pusat adalah sebesar Rp
83,1 triliun dan yang dikelola melalui belanja daerah (transfer ke daerah) sebesar Rp
126,3 triliun. Untuk belanja negara di pusat, anggaran pendidikan yang dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional sebesar Rp 54,7 triliun, Departemen Agama sebesar Rp
23,6 triliun, dan kementerian/lembaga lain yang menangani fungsi pendidikan sebesar Rp
4,8 triliun. Ada 7 program prioritas bidang pendidikan yang ditetapkan dalam APBN
2010 yaitu: (1) melanjutkan pemberian bantuan operasional sekolah (BOS), (2)
pemberian beasiswa, (3) percepatan peningkatan kualifikasi akademik guru/dosen, (4)
percepatan sertifikasi guru/dosen, (5) perluasan akses pendidikan dasar dan menengah,
(6) peningkatan mutu pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, dan (7) peningkatan
profesionalisme dan kesejahteraan guru/dosen.

Sedangkan anggaran pendidikan yang dikelola melalui belanja daerah terdiri dari : (1)
Dana Bagi Hasil untuk pendidikan sebesar Rp 617,0 miliar; (2) Dana Alokasi Khusus
Pendidikan (DAK Pendidikan) sebesar Rp 9,3 triliun; (3) Dana Alokasi Umum
Pendidikan (DAU Pendidikan) sebesar Rp 95,9 triliun yang mencakup DAU non-gaji
sebesar Rp11,3 triliun dan DAU gaji guru sebesar Rp 84,5 triliun; (4) DAU untuk
tunjangan perbaikan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) sebesar Rp
5,8 triliun; (5) DAU untuk tunjangan profesi guru sebesar Rp 10,9 triliun; (6) Dana
Otonomi khusus pendidikan (untuk Provinsi Nangro Aceh Darussalam dan Provinsi
Papua) sebesar Rp 2,3 triliun; dan (7) DAU penyesuaian insentif pendidikan untuk
pemerintah kabupaten/kota tertentu sebesar Rp 1,3 triliun.

Pemberian alokasi DAU untuk tunjangan perbaikan penghasilan guru PNSD adalah guna
menjamin para guru PNS Daerah mulai dari guru yang pangkat golongannya paling
rendah agar memperoleh penghasilan minimum Rp 2 juta perbulan. DPR-RI bersama
pemerintah juga telah menetapkan bahwa pemberian tunjangan profesi guru yang semula
melalui Departemen Pendidikan Nasional, mulai tahun 2010 pemberian tunjangan profesi
guru disalurkan melalui DAU Kabupaten/kota. Namun kebijakan ini hanya berlaku untuk
guru yang telah lulus program sertifikasi tahun 2007, tahun 2008, dan awal 2009 yang
databasenya sudah lengkap (nama, alamat, tempat tugas, dan nomor rekening) sehingga
dapat diserahkan penyalurannya melalui pemerintah kabupaten/kota. Tetapi bagi guru
yang lulus program sertifikasi pada pertengahan sampai akhir tahun 2009, maka
tunjangan profesinya pada tahun 2010 akan disalurkan melalui Departemen Pendidikan
Nasional. Pada tahun berikutnya penyaluran tunjangan profesi mereka akan dilaksanakan
oleh pemerintah kabupaten/kota. Total tunjangan profesi guru yang disalurkan melalui
DAU tunjangan profesi guru pada pemerintah kabupaten/kota adalah sebesar Rp 10,9
triliun.

DPR-RI bersama pemerintah juga sepakat untuk melanjutkan pemberian tambahan


anggaran pendidikan melalui DAU Otsus pendidikan untuk 2 provinsi yang menjadi
otonomi khusus (Otsus) yaitu Provinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD) dan Provinsi
Papua. Alokasi anggaran ini digunakan untuk percepatan perluasan akses dan
peningkatan mutu pendidikan di dua provinsi tersebut.

Selain itu, DPR-RI bersama pemerintah memutuskan kebijakan baru dalam APBN 2010
yaitu pemberian tambahan anggaran pendidikan sebagai insentif kepada pemerintah
kabupaten/kota tertentu melalui DAU penyesuaian insentif pendidikan. Kebijakan
pemberian tambahan anggaran pendidikan tersebut diberikan kepada pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota dengan kriteria sebagai berikut: pertama, memiliki kinerja keuangan
baik yang mencakup lima indikator yaitu (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) meningkat
diatas rata-rata nasional; (2) penetapan APBD tepat waktu; (3) hasil pemeriksaan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan kategori wajar tanpa pengecualian (WTP)
atau minimum wajar dengan pengecualian (WDP) dan tidak boleh mengalami penurunan
kategori; (4) memiliki kemampuan fiskal daerah (KFD) dibawah rata-rata nasional; dan,
(5) memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) diatas rata-rata nasional. Kedua,
memiliki kinerja ekonomi dan kesejahteraan baik yang mencakup empat indikator yaitu:
(1) pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional; (2) memiliki persentase pengurangan
angka kemiskinan penduduk diatas rata-rata nasional; (3) memiliki persentase
pengurangan angka pengangguran diatas rata-rata nasional; dan (4) memiliki angka
inflasi dibawah rata-rata nasional. Pemberian insentif ini dimaksudkan untuk menghargai
dan mendorong pemerintah daerah kabupaten/kota agar memiliki komitmen tinggi dalam
membangun perekonomian di daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat
sekaligus mampu mengelola APBD dengan baik. Ada sekitar 20 pemerintah provinsi dan
65 pemerintah kabupaten/kota yang dikaji oleh Departemen Keuangan untuk diberikan
insentif tersebut. Untuk provinsi Bali, hanya Kabupaten Badung dan Kota Denpasar yang
memenuhi kriteria tersebut, sehingga akan memperoleh insentif berupa tambahan
anggaran pendidikan antara Rp 20 miliar sampai 30 miliar. Terkait dengan adanya
kebijakan tersebut, kami menghimbau pemerintahan daerah provinsi maupun
kabupaten/kota (eksekutif dan legislatif) di Bali untuk lebih giat membangun di
daerahnya dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat dengan memiliki
rencana untuk mencapai target yang dijadikan kriteria dalam pemberian insentif
tambahan anggaran tersebut.

APBN 2010 Tentang Pendidikan


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 47 TAHUN 2009
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
TAHUN ANGGARAN 2010
Pasal 21
(1) Anggaran pendidikan adalah sebesar Rp.209.537.587.275.000,00 (dua ratus sembilan
triliun lima ratus tiga puluh tujuh miliar lima ratus delapan puluh tujuh juta dua ratus
tujuh puluh lima ribu rupiah).
(2) Persentase anggaran pendidikan adalah sebesar 20,0% (dua puluh koma nol persen),
yang merupakan perbandingan alokasi anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terhadap total anggaran belanja negara sebesar Rp.1.047.666.042.990.000,00
(satu kuadriliun empat puluh tujuh triliun enam ratus enam puluh enam miliar empat
puluh dua juta sembilan ratussembilan puluh ribu rupiah).

PENJELASAN :
Anggaran pendidikan sebesar Rp.209.537.587.275.000,00 (dua ratus sembilan triliun
lima ratus tiga puluh tujuh miliar lima ratus delapan puluh tujuh juta dua ratus tujuh
puluh lima ribu rupiah), terdiri atas:

(dalam rupiah)
Anggaran Pendidikan melalui Belanja Pemerintah Pusat 83.170.009.475.000,00
1.Departemen Pendidikan Nasional 54.704.324.253.000,00
2.Departemen Agama 23.663.565.732.000,00
3.Kementerian Negara/Lembaga lainnya 4.802.119.490.000,00

Anggaran Pendidikan melalui Transfer ke Daerah 126.367.577.800.000,00


(1) DBH Pendidikan 617.048.800.000,00
(2) DAK Pendidikan 9.334.882.000.000,00
(3) DAU Pendidikan 95.923.070.400.000,00
(4) Tambahan Tunjangan Guru PNSD 5.800.000.000.000,00
(5) DAU Tambahan untuk Tunjangan Profesi Guru 10.994.892.500.000,00
(6) Dana Insentif Daerah 1.387.800.000.000,00
(7) Dana Otonomi Khusus Pendidikan 2.309.884.100.000,00

TOTAL DANA APBN 2010 Bidang Pendidikan : 209.537.587.275.000,00

Keterangan :
1. Dana bagi hasil, selanjutnya disingkat DBH, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka persentase
tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
2. Dana alokasi umum, selanjutnya disingkat DAU, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi, sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah.
3. Dana alokasi khusus, selanjutnya disingkat DAK, adalah dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

4. Dana otonomi khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan
otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2008 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
menjadi Undang-Undang dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Pemerintahan Aceh.

Anggaran Pendidikan APBN 2010 Rp195,6 Triliun


25-06-2009
JAKARTA--MI: Pemerintah merencanakan anggaran pendidikan dalam APBN 2010
mencapai Rp195,6 triliun. Pagu indikatif anggaran 2010 tersebut terdiri atas komponen
anggaran pendidikan melalui pemerintah pusat Rp82,5 triliun dan transfer ke daerah
sebanyak Rp113,1 triliun, kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang
Sudibyo, di Jakarta, Rabu (24/6).
Menurut Mendiknas, dari rencana anggaran pendidikan tersebut sekitar 54 persen lebih
atau sekitar Rp113,109 triliun diperuntukkan pendukung program wajib belajar sembilan
tahun secara gratis. "Rencana anggaran pendidikan 2010 itu mengalami penyusutan
dibanding 2009 sebanyak Rp207,4 triliun," katanya.
Dana anggaran melalui transfer daerah, antara lain terbesar dana alokasi umum (DAU)
pendidikan untuk membayar gaji guru mencapai Rp93,31 triliun, dana alokasi khusus
Rp9,33 triliun, dan dana bagi hasil (DBH) mencapai Rp423,2 miliar.
Anggaran tambahan DAU dan dana otonomi khusus pendidikan masing-masing sebesar
Rp7,94 triliun dan Rp2,1 triliun. Dana untuk Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) mencapai 57,5 triliun dan Departemen Agama Rp22 triliun. (Ant/OL-04)

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/06/06/81875/88/14/Anggaran-Pendidikan-
APBN-2010-Rp1956-Triliun

Anda mungkin juga menyukai