Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKHIR MPPH

( Metode Penelitian dan Penulisan Hukum)

Oleh:
Heliana Komalasari
NPM: 0906519690

Dosen Pembimbing:
Dian Pudji Simatupang S.H., M.H.

Fakultas Hukum Universitas Indonesia


2011
I. Pendahuluan

I.1 Latar belakang masalah

Peningkatan/penurunan perdagangan internasional Indonesia dalam sektor


ekspor dan impor komoditi Indonesia merupakan salah satu faktor penentu
peningkatan/penurunan perekonomian Indonesia. Dalam sektor perdagangan,
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia membaginya dalam dua lingkup,
yakni lingkup internasional dan nasional. Dalam hal tersebut, makalah ini hanya
mengkaji lingkup internasional, khususnya sektor ekspor dan impor Indonesia
sebagai faktor penentu perekonomian Indonesia.
Sebagai indikator ekonomi Indonesia, berdasarkan data Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia, dapat dilihat bahwa pada tahun 1996, total
ekspor Indonesia (dalam nilai juta USD) adalah 996 49.814 yang terdiri dari
Migas 90 11.722,00 dan Non Migas 38.092,90 dengan perincian pada sektor
pertanian 2.912,70, industri 32.124,80, tambang 3.019,80,dan lainnya 35,60,
sedangkan pada akhir November 2010, total ekspor Indonesia adalah 15.633,30
yang terdiri dari Migas 2.816,40 dan Non Migas 12.816,90 dengan perincian pada
sektor pertanian 413,80, industri 9.562,00, tambang 2.840,50, dan lainnya 0,60.
Hal ini menunjukkan penurunan yang signifikan atas jumlah ekspor perdagangan
Indonesia.
Sementara itu, kondisi impor perdagangan Indonesiapun mengalami hal
serupa. Berdasarkan data Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, pada
tahun 1996, total impor Indonesia (dalam nilai juta USD) adalah 1996 42.928,50
dengan perincian barang konsumsi 2.805,90, bahan baku penolong 30.469,70, dan
barang modal 9.652,90, sedangkan pada akhir November 2010, total impor
Indonesia adalah 13.007,60 dengan perincian barang konsumsi 989,20, bahan
baku penolong 9.568,90, dan barang modal 2.449,50.
Makalah ini mengkaji penyebab penurunan ekspor dan impor perdagangan
Indonesia dari tahun 1996 sampai dengan 2010. Penyebab penurunan ekspor dan
impor tersebut dapat digunakan dalam merumuskan upaya untuk meningkatkan
kuantitas sektor perdagangan internasional Indonesia. Penyebab penurunan ekspor
dan impor tersebut dikhususkan kepada perilaku organisasi dalam keberlakuan
teori Strategi Samudera Biru serta kepastian hukum Indonesia yang mengatur
praktik perdagangan internasional Indonesia.
Hal yang telah diketahui adalah kuantitas ekspor dan impor perdagangan
Indonesia yang kian turun sejak tahun 1996 sampai dengan penghujung tahun
2010, teori Strategi Samudera Biru, serta kepastian hukum Indonesia yang
mengatur perdagangan internasional baik hukum nasional maupun ratifikasi
hukum internasional. Sementara itu, hal yang belum diketahui dan makalah ini
akan kaji adalah pengaruh teori Strategi Samudera Biru dan kepastian hukum
Indonesia atas penurunan kuantitas ekspor dan impor perdagangan Indonesia
dalam upaya peningkatkan kuantitas sektor perdagangan internasional Indonesia.

I.2 Pokok Masalah

1. Bagaimanakah peningkatan/penurunan kuantitas perdagangan internasional


Indonesia yang dikhususkan dalam sektor ekspor dan impor komoditi
Indonesia?
2. Bagaimanakah kepastian hukum dalam praktik perdagangan internasional
Indonesia?
3. Bagaimanakah keberlakuan teori Strategi Samudera Biru dalam praktik
perdagangan internasional Indonesia?

II. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui peningkatan/penurunan kuantitas perdagangan internasional


Indonesia yang dikhususkan dalam sektor ekspor dan impor komoditi
Indonesia
2. Mengetahui pengaruh kepastian hukum Indonesia dan teori Strategi Samudera
Biru dalam peningkatan/penurunan kuantitas perdagangan internasional
Indonesia
3. Mengetahui upaya yang dapat dilakukan terkait tinjauan kepastian hukum dan
teori Strategi Samudera Biru dalam meningkatkan kuantitas perdagangan
internasional Indonesia
III. Tinjauan Pustaka

1. Data Kementrian Perdagangan Republik Indonesia atas


peningkatan/penurunan kuantitas sektor ekspor dan impor dalam perdagangan
internasional Indonesia

Perkembangan Ekspor-Impor Indonesia


EKSPOR
Tahun Non Sektor
Total Migas
Migas Pertanian Industri Tambang Lainnya
1996 49.814,90 11.722,00 38.092,90 2.912,70 32.124,80 3.019,80 35,60

15.633,30 15.633,30 15.633,30 15.633,30 15.633,30 15.633,30 15.633,30


2010

IMPOR
Tahun Bahan Baku
Total Barang Konsumsi Barang Modal
Penolong
1996 42.928,50 2.805,90 30.469,70 9.652,90

2010 13.007,60 989,20 9.568,90 2.449,50

2. Data Kementrian Perdagangan Republik Indonesia atas neraca perdagangan


Indonesia
(Nilai : Juta US$)

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA TOTAL

TREND(%) PERUB.(%)
NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010 Januari 2010 Januari 2011*)
06-10 11/10

I EKSPOR 100.798,6 114.100,9 137.020,4 116.510,0 157.779,1 9,60 11.595,9 14.454,5 24,65

- MIGAS 21.209,5 22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 4,17 2.344,9 2.518,2 7,39

- NON MIGAS 79.589,1 92.012,3 107.894,2 97.491,7 129.739,5 10,91 9.251,0 11.936,3 29,03

II I M P O R **) 61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.829,2 135.663,3 20,43 9.490,5 12.548,7 32,22

- MIGAS 18.962,9 21.932,8 30.552,9 18.980,7 27.412,7 6,10 1.936,9 2.971,8 53,43

- NON MIGAS 42.102,6 52.540,6 98.644,4 77.848,5 108.250,6 25,63 7.553,6 9.576,9 26,79

III TOTAL 161.864,1 188.574,3 266.217,7 213.339,3 293.442,4 14,03 21.086,4 27.003,2 28,06

- MIGAS 40.172,4 44.021,4 59.679,2 37.999,0 55.452,3 5,10 4.281,8 5.490,0 28,22

- NON MIGAS 121.691,7 144.552,9 206.538,6 175.340,2 237.990,1 16,59 16.804,6 21.513,2 28,02

IV NERACA 39.733,2 39.627,5 7.823,1 19.680,8 22.115,8 -17,07 2.105,4 1.905,8 -9,48

- MIGAS 2.246,6 155,7 -1.426,6 37,6 626,9 0,00 408,0 -453,6 -211,18

- NON MIGAS 37.486,6 39.471,7 9.249,7 19.643,2 21.488,9 -16,56 1.697,4 2.359,4 39,00
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan
Keterangan:
*) Angka sementara
**) Impor Termasuk Kawasan Berikat

3. Undang-Undang No.8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal, Undang-Undang No.


40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pajak, Undang-
Undang No.30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa, UCP 600, serta undang-undang dan konvensi internasional lain yang
terkait dengan pembatasan hukum dalam praktik perdagangan internasional
Indonesia
4. Teori Strategi Samudera Biru dalam buku Blue Ocean Strategy (Strategi
Samudera Biru) oleh W. Chan kim dan Renee Mauborgne
- Teori Samudera Merah : merupakan semua industri yang ada saat ini,
merupakan ruang pasar yang sudah dikenal
- Teori Samudera Biru : merupakan industri-industri yang belum ada saat
ini, merupakan ruang pasar yang belum dikenal

IV. Hipotesis

Selanjutnya, dari uraian latar belakang dan pokok masalah, tujuan


penelitian, serta tinjauan pustaka di atas, maka dalam penelitian akan didapat
suatu hipotesis sebagai berikut :
Ada pengaruh pengaruh teori Strategi Samudera Biru dan kepastian hukum
Indonesia terhadap penurunan kuantitas ekspor dan impor perdagangan Indonesia.

V. Kerangka teori dan konsep

1. Teori peningkatan/penurunan kuantitas sektor ekspor dan impor dalam


perdagangan internasional Indonesia terhadap nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah.
Seiring dengan menyatunya perekonomian nasional kedalam tatanan
ekonomi dunia, maka iklim ketidakpastian yang menjadi ciri dalam dinamika
perekonomian globalpun harus dihadapi oleh perekonomian Indonesia. Iklim
ketidakpastian tersebut terutama yang berkaitan dengan peningkatan dan
penurunan kuantitas sektor ekspor dan impor dalam perdagangan
internasional Indonesia terhadap perubahan pada nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah yang tercermin sebagai ketidakpastian perubahan harga
barang dalam masyarakat.
Data Kementrian Perdagangan Republik Indonesia1 atas
peningkatan/penurunan kuantitas sektor ekspor dan impor dalam
perdagangan internasional Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 1996,
total ekspor Indonesia (dalam nilai juta USD) adalah 996 49.814 yang terdiri
dari Migas 90 11.722,00 dan Non Migas 38.092,90 dengan perincian pada
sektor pertanian 2.912,70, industri 32.124,80, tambang 3.019,80,dan lainnya
35,60, sedangkan pada akhir November 2010, total ekspor Indonesia menjadi
15.633,30 yang terdiri dari Migas 2.816,40 dan Non Migas 12.816,90 dengan
perincian pada sektor pertanian 413,80, industri 9.562,00, tambang 2.840,50,
dan lainnya 0,60. Hal ini menunjukkan penurunan yang signifikan atas
jumlah ekspor perdagangan Indonesia. Sementara itu, kondisi impor
perdagangan Indonesiapun mengalami hal serupa dimana pada tahun 1996,
total impor Indonesia (dalam nilai juta USD) adalah 1996 42.928,50 dengan
perincian barang konsumsi 2.805,90, bahan baku penolong 30.469,70, dan
barang modal 9.652,90, sedangkan pada akhir November 2010, total impor
Indonesia menjadi 13.007,60 dengan perincian barang konsumsi 989,20,
bahan baku penolong 9.568,90, dan barang modal 2.449,50.
Data tersebut menujukkan penurunan kuantitas ekspor dan impor
Indonesia ke negara lain. Penurunan tersebut berdasarkan data Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia, turut mempengaruhi aspek lain sebagai
indikator ekonomi Indonesia, salah satunya nilai tukar mata uang asing
terhadap rupiah.

1
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, “Perkembangan Ekspor Impor Indonesia”
http://www.kemendag.go.id/statistik_perkembangan_ekspor_impor_indonesia/ , diunduh 20 Mei 2011.
Menurut Sawaldjo Puspopranoto, definisi kurs adalah “Harga dimana
mata uang suatu negara dipertukarkan dengan mata uang negara lain disebut
nilai tukar (kurs)2.”
Nilai tukar atau kurs merupakan faktor yang yang paling berperan
dalam lalu lintas perdagangan dan transaksi keuangan internasional.
Kestabilan kurs mata uang merupakan aspek yang teramat penting dalam
mewujudkan iklim perekonomian yang sehat dan kondusif bagi suatu negara.
Gejolak yang terjadi di dalam negeri berupa perubahan tingkat harga hingga
tingkat suku bunga yang diakibatkan oleh peningkatan dan penurunan
kuantitas sektor ekspor dan impor dalam perdagangan internasional
Indonesia terhadap perubahan pada nilai tukar mata uang asing, jelas
mempengaruhi perekonomian Indonesia. Perubahan - perubahan ini akan
berdampak pada produktivitas industri didalam negeri, aliran modal yang
masuk dan yang keluar negeri serta tingkat inflasi di Indonesia. Dalam upaya
peningkatkan kuantitas sektor perdagangan internasional Indonesia, maka
akan dibahas pula dalam penelitian ini teori Strategi Samudera Biru dan
kepastian hukum Indonesia terhadap penurunan kuantitas ekspor dan impor
perdagangan Indonesia

2. Perundang-undangan yang terkait dengan pembatasan hukum dalam praktik


perdagangan internasional Indonesia.
Perundang-undangan tersebut antara lain Undang-Undang No.8
Tahun 1985 tentang Pasar Modal, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, Undang-Undang Pajak, Undang-Undang No.30 tahun
1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa, UCP 600.
Perundang-undangan merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi
perubahan baik peningkatan maupun penurunan kuantitas ekspor dan impor
perdagangan Indonesia. Perkembangan perekonomian suatu negara, terutama
negara berkembang, sangat ditentukan oleh pertumbuhan penanaman modal
asing. Arus penanaman modal asing itu sendiri bersifat fluktuatif, tergantung
dari iklim investasi negara yang bersangkutan. Bagi negara penanam modal,
sebelum melakukan investasi terlebih dahulu akan melakukan penilaian aspek-

2
Sawaldjo Puspopranoto, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep Teori dan Realita, cet.2, (Jakarta:
LP3ES, 2004), hlm. 212.
aspek yang turut mempengaruhi iklim penanaman modal, yaitu kesempatan
ekonomi, stabilitas politik, dan kepastian hukum3. Berdasarkan hal itulah
faktor kepastian hukum di dalam negeri sangat mempengaruhi perekonomian
Indonesia, baik perdagangan internasional, investasi langsung maupun tidak
langsung, hingga pemilihan dalam penyelesaian sengketa. Penyelesaian
sengketa tersebut salah satunya adalah arbitrase, dimana arbitrase memiliki
pengaturan yang berbeda dengan sistem peradilan nasional
“unlike normal court procedures, international commercial proceedings often
may be decided entirely on written submissions without even the opportunity
or need for oral argument. In such cases, the written submissions are the only
opportunity to advocate on behalf of the client”4

3. Teori Strategi Samudra Biru


Dalam era globalisasi, banyak negara yang menghadapi suatu
lingkungan yang dinamis dan berubah sehingga menuntut agar negara tersebut
menyesuaikan diri. Seperti halnya Indonesia, sebagai negara berkembang,
“Berubah atau mati!” adalah teriakan yang harus dilaksanakan untuk
membawa Indonesia kearah yang lebih baik5.
Konsep terminologi samudra merah dan biru kemudian hadir untuk
menandakan semesta pasar. Sebagai suatu konsep penyelesaian permasalahan
dalam perdagangan, terminologi samudra merah dan biru ada untuk
menandakan semesta pasar. Cirque du Soleil membagi semesta pasar kedalam
dua samudera, yaitu samudera merah dan samudera biru6. Teori Samudera
Merah merupakan semua industri yang ada saat ini, merupakan ruang pasar
yang sudah dikenal, sedangkan teori Samudera Biru merupakan industri-
industri yang belum ada saat ini, merupakan ruang pasar yang belum dikenal.
Selama ini, negara-negara melakukan perdagangan dalam samudera merah,
sedangkan dalam teori ini, untuk berjaya dimasa depan, negara-negara harus

3
Pancras J. Nagy, “Country Risk, How to Asses, Quantify, and Monitor” dalam Hukum Investasi dan
Pembangunan, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum, 2011), hlm.37.
4
Thomas R.Ghoin, “Legal Writing in International Arbitration” dalam Arbitrase dalam praktik, (Jakarta: O.C
Kaligis & Associates, 2004), hlm.295.
5
Stephen Robbins, “Dinamika Organisasi, Perubahan Organisasi dan Manajemen Stres,” dalam Perilaku
organisasi versi bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Prenhallindo, 2002), hlm.278.
6
Chan Kim dan Renee Mauborgne, Strategi Samudera Biru [Blue Ocean Strategy], diterjemahkan oleh Satrio
Wahono, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006, hlm.20.
berhenti bersaing satu sama lain dan memulai memenangkan kompetisi
perdagangan dengan memulai industri-industri baru yang belum dikenal
(samudera biru). Hal ini disebabkan oleh keuntungan-keuntungan yang
ditawarkan oleh teori Strategi Samudera Biru dibanding teori Samudera Merah
yang selalu dilakukan oeh negara-negara dalam mengembangkan perdagangan
internasionalnya7, yaitu :
- Samudera merah bersaing didalam ruang pasar yang sudah ada, sedangkan
samudra biru menciptakan ruang pasar yang tidak ditentang.
- Samudera merah mengalahkan kompetisi sedangkan, samudra biru
membuat kompetisi menyimpang.
- Samudera merah memanfaatkan kesempatan yang ada,sedangkan samudra
biru menciptakan dan merebut permintaan baru
- Samudera merah membuat nilai/biaya tukar tambah mewariskan sitem
keseluruhan, sedangkan samudra biru menghilangkan nilai/budaya tukar
tambah
- Samudera merah dari aktifitas perusahaan dengan pilihan pembedaan yang
strategis atau biaya rendah, sedangkansamudra biru membariskan system
keseluruhan dari aktivitas perusahaan dengan pilihan pembedaan yang
strategis atau biaya rendah.

VI. Metode Penelitian

Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data empiris untuk
mengetahui mengenai peningkatan/penurunan kuantitas perdagangan
internasional Indonesia yang dikhususkan dalam sektor ekspor dan impor
komoditi Indonesia. Data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data
sekunder runtun waktu (time series) dari tahun 1996 sampai dengan 2010 yang
diambil dari data yang diterbitkan oleh Kementrian Perdagangan Republik
Indonesia.
Selain itu metode yang dipergunakan adalah metode yuridis-normatif
dengan studi pustaka dimana penulis menggunakan pendekatan yuridis-normatif
dalam mengetahui pengaruh kepastian hukum Indonesia dan teori Strategi

7
Ibid, hlm.78.
Samudera Biru dalam peningkatan/penurunan kuantitas perdagangan
internasional Indonesia.

VII. Kegunaan teori praktik

Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi Kementrian Perdagangan Republik Indonesia agar dapat


melakukan respon kebijakan yang tepat sasaran sebagai upaya untuk meningkatkan
kuantitas perdagangan internasional Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi atau studi perbandingan untuk penelitian-penelitian


sejenis.

3. Sebagai bahan literatur bagi mereka yang tertarik dengan hukum bisnis dan
hukum internasional atau yang ingin mengetahui permasalahan dan upaya yang
dapat dilakukan terkait tinjauan kepastian hukum dan teori Strategi Samudera
Biru dalam meningkatkan kuantitas perdagangan internasional Indonesia, atau
bagi mereka yang tertarik dengan bidang-bidang perdagangan internasional
Indonesia, investasi, maupun indikator perekonomian Indonesia seperti nilai
tukar mata uang asing terhadap rupiah, serta juga berguna bagi mereka yang
ingin mengetahui bagaimana cara untuk menyelesaikan sengketa dalam
perdagangan internasional.

VIII. Biaya

Dana yang kami butuhkan antara lain

1. penelusuran literartur: RP 10.500.000,00


2. transportasi RP 5.500.000,00
3. Alat tulis dan bahan habis pakai RP 1.500.000,00
4. Dana cadangan RP 5.000.000,00
RP 22. 500.000,00
DAFTAR PUSTAKA

Ghoin, Thomas R. “Legal Writing in International Arbitration” dalam Arbitrase dalam


praktik. Jakarta: O.C Kaligis & Associates, 2004.

Kim, Chan dan Renee Mauborgne. Strategi Samudera Biru [Blue Ocean Strategy],
diterjemahkan oleh Satrio Wahono. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2006.

Nagy, Pancras J. “Country Risk, How to Asses, Quantify, and Monitor” dalam Hukum
Investasi dan Pembangunan. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum, 2011.

Puspopranoto, Sawaldjo. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep Teori dan
Realita. Cet.2. Jakarta: LP3ES, 2004.

Robbins, Stephen. “Dinamika Organisasi, Perubahan Organisasi dan Manajemen Stres,”


dalam Perilaku organisasi versi bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo, 2002.

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. “Perkembangan Ekspor Impor Indonesia”


http://www.kemendag.go.id/statistik_perkembangan_ekspor_impor_indonesia/ .
Diunduh 20 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai