Anda di halaman 1dari 2

MENGAPA KITA HARUS BERDOA ?

Bismillahirahmanirahim

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Ketika Nabi Muhammad Saw. Datang dengan membawa islam, beliau mendapati
manusia, baik di jazirah Arab maupun di pusat-pusat peradaban besar seperti Romawi dan
Persia, sedang berada dalam potongan sejarahnya yang paling kelam. Manusia-manusia zaman
itu kehilangan arah dan tersesat dibelantara kehidupan. Mereka tidak lagi memahami makna dan
hakikat kehidupan, dan kemuara mana bahtera kehidupan sedang menuju.
Saat beliau melihat itu semua, segeralah beliau menjelaskan misi kehidupan manusia dengan
membacakan firman Allah swt.,

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(Adz-Dzariyat: 56)
Ibadah. Inilah misi kehidupan kita. Ibadah, secara harfiah, adalah ketundukan dan
penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Maka, makna yang paling hakiki dari ibadah adalah
menjadikan semua gerak kita, baik gerak fisik maupun gerak jiwa dan fikiran, senantiasa
mengarah kepada apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah Swt.
Kemudian, dalam makna itu, ibadah mencakup seluruh gerak kita, dalamsegenap ruang
dan waktu kehidupan kita. Hasilnya, seluruh fikiran, seluruh perasaan, seluruh ucapan, dan
seluruh tindakan kita, baik ketika kita hanya berhubungan dengan Allah (ibadah mahdhah)
maupun ketika kita berhubungan dengan sesama manusia (ibadah ghairu mahdhah) ,
semuanya hanya bergerak menuju satu titik: Allah Swt. Begitulah akhirnya kita berikrar dengan
sadar,

“Katakanlah, ‘sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.” (Al-An’am:162)
Ibadah dalam makna itu tentulah hanya mungkin lahir dari keyakinan bahwa kita adalah
ciptaan Allah; bahwa kita adalah milik-Nya; bahwa dengan begitu, selamanya, kita ini bukanlah
apa-apa. Selamanya, kita butuh kepada-Nya. Maka, datanglah kita bersimpuh diharibaan-Nya,
dengan dorongan rasa butuh yang sangat kepada-Nya, rasa takut yang dalam akan kemungkinan
tertolak dari wilayah rahmat-Nya serta terdampar dalam wilayah siksa-Nya.
Jadi, kebutuhanlah yang mendorong kita melangkahkan kaki keharibaan-Nya dating dengan
menyerahkan segenap jiwa dan raga kita kepada-Nya. Maka, dasar dari ibadah kita adalah
berikut ini,
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia-lah Yang Mahakarya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (fathir:15)
Sesungguhnya, rasa butuh yang sangat itulah yang terwakili dengan sempurna saat kita
berdoa; saat kita duduk bersimpuh dengan khusyu’, menghadap kiblat, menengadakan wajah dan
jiwa ke langit, mengangkat dengan penuh harap kedua tangan kita sambil melantunkan puji-
pujian untuk-Nya, berdoa untuk Nabi-Nya, Muhammad saw., kemudian memohon segala-Nya
kepada-Nya. Tiada yang dapat mewakili dan mengungkap perasaan butuh, seperti tampilan
hamba yang sedang berdoa dengan penuh haru-biru.
Maka, ketika seorang sahabat selalu langsung meninggalkan masjid setelah setelah shalat
tanpa berdoa, Nabi pun menegurnya dengan pertanyaan,”Apakah sama sekali tidak punya
kebutuhan kepada Allah?” sahabat itu pun terperanjat dan mulai memahami arti doa. Maka,
ia pun terus berdoa. “Bahkan,” katanya di kemudian hari, garam pun ku minta kepada Allah
swt.”
Demikianlah, akhirnya kita memahami mengapa Nabi kita, Muhammad saw., menyatakan
bahwa,

“Doa itu adalah ibadah”. (h.r. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Hadits hasan shahih)

Anda mungkin juga menyukai