Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN TEOLOGI RASIONAL DALAM

MENGEMBANGKAN BELAJAR DAN MENUNTUT ILMU


PENGETAHUAN

Tugas Makalah Ilmu Kalam

Disusun Oleh:

Ryan Zeini Rohidin


4715101542

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
2011

0
PENERAPAN TEOLOGI RASIONAL DALAM BELAJAR DAN MENGEMBANGKAN
ILMU PENGETAHUAN

==============================================================
A. Pendahuluan

Ilmu adalah sesuatu yang esensial dalam pandangan Islam. Tentang urgensi
ilmu, sampai-sampai perintah yang pertama dalam wahyu Allah adalah membaca.
Karena dengan membacalah seseorang akan memperoleh pengetahuan pemahaman.
Dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad SAW, tersebar banyak nash
yang menunjukkan betapa pentingnya ilmu. Dalam sebuah ayat al-Qur’an disebutkan
bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan.
Dalam hadits, banyak sekali ajuran-anjuran Nabi agar umat Islam rajin menuntut dan
mengembangkan ilmu, bahkan sampai mewajibkan. Dalam hadits juga disebutkan
bahwa kebaikan dan kemulian dunia dan akherat itu dengan perantaraan ilmu. Orang
yang ingin selamat dunia dan akherat juga disyaratkan untuk menguasai ilmu
pengetahuan. Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa ilmu menduduki posisi
yang sangat strategis. Lalu dalam memeproleh ilmu seseorang tiada lain diharuskan
untuk belajar, berkaca pada hal tersebut, penulis mencoba untuk memaparkan tentang
Penerapan Teologi Rasional dalam Belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

B. Tujuan

Utamanya tulisan ini bertujuan untuk menerapkan teologi rasional dalam


belajar dan mengembangkan ilmu, lalu menjelaskan pada pembaca akan pentingnya
seseorang memiliki ilmu pengetahuan, dan untuk meraihnya seseorang harus belajar
untuk mendapatkan ilmu tertentu yang dihasilkan, dan tentunya jika ilmu tersebut
dapat bermanfaat untuk orang lain khususnya dirinya sendiri, selain itu maksud dari
tulisan ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dari mata kuliah Ilmu Kalam atau
Teologi Islam.

1
C. Permasalahan

Melihat pada penjelasan sebelumnya, disini saya akan mengemukakan beberapa


masalah yang terkait dengan hal tersebut, beberapa diantaranya adalah,

1. Apa yang dimaksud dengan Teologi?

2. Apa yang dimaksud dengan Teologi Rasional?

3. Cara peberapan Teologi Rasional dalam belajar dan mengembangkan ilmu


pengetahuan?

D. Pembahasan

1. Teologi

Istilah teologi lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah, teologi berasal dari
bahasa Yunani, berarti ilmu ketuhanan. Akan tetapi, pengertian menurut
Steenbrink dianggap kurang cocok karena teologi memang tidak bermaksud
membicarakan permasalahan tentang ketuhanan, baik wujud, sifat, maupun
perbuatan-Nya, yang dalam tradisi Islam disebut ilmu kalam. Dalam hal ini,
teologi tidak identik dengan ilmu kalam yang berusaha mempertahankan
keyakinan seputar masalah ketuhanan dari serangan-serangan pihak luar dengan
menggunakan pendekatan filsafat atau dalil-dalil aqli.

Encyclopedia of Religion and Religions, menyebutkan bahwa teologi adalah


ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta,
namun kerapkali diperluas mencakup seluruh bidang agama. Teologi, dengan
demikian, memiliki pengertian luas dan identik dengan ilmu agama itu sendiri.
Pengertian inilah yang kemudian secara umum dipakai di kalangan Kristen.
Dalam diskursus ilmiah, istilah teologi biasanya mempunyai arti khusus, yaitu
refleksi orang beriman tentang bagaimana bentuk atau nilai-nilai kualitas iman
yang dimilikinya. Menurut Anselmus, teologi adalah iman yang mencari

2
pengertian. Dengan pemaknaan yang hampir sama, Muslim Abdurrahman
mengatakan bahwa teologi adalah interpretasi berdasarkan keimanan.

2. Teologi Rasional

Sebelumnya, kata rasional diambil dari bahasa inggris rational yang


mempunyai definisi yaitu dapat diterima oleh akal dan pikiran dapat ditalar sesuai
dengan kemampuan otak. Hal-hal yang rasional adalah suatu hal yang di dalam
prosesnya dapat dimengerti sesuai dengan kenyataan dan realitas yang ada.
Dengan demikian, Metode berfikir dalam teologi rasional ini memiliki prinsip-
prinsip sebagai berikut :

a. Hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas dan tegas disebut dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah yakni ayat yang qoth’i ( teks yang tidak di
interprestasikan lagi kepada arti lain selain arti harfiyah ).

b. Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta


memberikan daya yang kuat kepada akal.

c. Fokus dalam prinsip berpikir rasional adalah lebih dominannya peran akal
sehingga harus lebih ekstra keras berupaya untuk memahamkan suatu ajaran
atau konsep kepada orang lain

Jadi Dominannya aspek rasionalisme dalam ilmu kalam akhirnya menjadikan


pemikiran ini jatuh ke wilayah pemikiran metafisika yang lebih bersifat spekulatif
dan melampaui batas-batas kemampuan dan daya serap pikiran manusia biasa.
Adapun ciri dari Teologi Rasional itu adalah sebagai berikut,

a. Akal mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, karenanya dalam memahami


wahyu, aliran ini cenderung mengambil arti majazi
b. Manusia bebas berbuat dan berkehendak. Karena akal kuat, manusia mampu
berdiri sendiri, mempunyai kebebasan dalam kemauan dan kehendak serta
mampu berpikir secara mendalam,

3
c. Keadilan Tuhan, menurut paham ini, terletak pada adanya hukum alam
(sunatullah) yang mengatur perjalanan alam ini

Aliran teologi yang sering disebut-sebut memiliki cara berfikir rational adalah
“ Mu’tazilah “ , oleh karena itu Mu’tazilah lebih dikenal sebagai    “ aliran
yang bersifat rational dan liberal “.

3. Cara Penerapan Teologi Rasional dalam belajar dan mengembangkan Ilmu

Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah


beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut dan mengembangkan ilmu, agar mereka tergolong
menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut
dan mengembangkan ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik
dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.

Islam mewajibkan kita menuntut dan mengembangkan ilmu-ilmu dunia


yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut dan mengembangkan kita
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap
muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam
batas-batas yang diridhai Allah swt.

Rasulullah Saw., bersabda:

َ ‫ٍمطَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِري‬


‫ْضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم‬

“Menuntut dan mengembangkan ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang


Islam”

(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin
Malik)

4
Kita telah ketahui sebelumnya bahwa dalam teologi, ada beberapa
golongan atau paham yang bersifat rasional yaitu golongan Mutazilah yang
menganut paham qadariah (bisa disebut juga sebagai golongan) dan golongan
Maturidiah, sebelumnya Maturidiah ini terbagi menjadi dua paham, Samarkand
dan Bukhara. Dan yang lebih condong dalam pemikiran yang mengutamakan
rasio adalah Maturidiah Samarkand. Mutazilah khususnya, menurut aliran ini
segala ilmu dan pengetahuan dapat diketahui dengan perantaraan akal.

Selain itu, qadariah adalah paham yang dianut golongan Mutazilah yang
mana semua manusia itu bebas untuk berbuat dengan apa yang mau ia lakukan
sebebas mungkin, entah itu hal baik ataupun buruk, tetapi bagaimanapun juga
kembali pada akal yang dapat mengetahui apakah ini baik atau buruk, jika
seseorang memiliki keinginan untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan mulia
disisi-Nya, karena sudah diberi kebebasan memilih, dengan rasio yang sehat
tentulah ia akan menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain untuk mendapatkannya (derajat yang
tinggi dan kemuliaan disisi Allah).

E. Kesimpulan

Islam mewajibkan kita menuntut dan mengembangkan dan mengembangkan


ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut dan
mengembangkan kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di
dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni
dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.
Allah telah memberi potensi kepada manusia saat dia lahir. Jadi, manusia itu
punya kebebasan dalam menentukan hidupnya. Apakah ia ingin memiliki kemuliaan
atau justru kehinaan, dan itu kembali pada diri masing-masing untuk menentukan
pilhan tersebut.

5
6
DAFTAR PUSTAKA

Nasution,Harun.Teologi Islam.Jakarta:UI-Press.1989.
Rachmat,Noor. Ilmu Akidah Kalam.Jakarta:FikraPublika.2011.

Sumber Lain:
http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html
http://adji-anginkilat.blogspot.com/2010/10/rasional-dan-tradisional-dalam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Rasional

Anda mungkin juga menyukai