Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan dan

diminati dalam menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit. Para ahli pendahulu

mencari hubungan antara penyakit tertentu dengan penampilan urine yang sangat tepat.

(Frances K. Widmann,1995).

Urine normal jumlahnya rata-rata 1-2 liter perhari, tetapi berbeda-beda sesuai

dengan asupan air yang dikonsumsi tiap hari. (Evelin C. Pearce, 2006). Kekurangan minum

menyebabkan kepekatan urine meningkat (konsentrasi semua substansi dalam urine

meningkat), sehingga mempermudah pembentukan batu. Akibatnya air minum jenuh

mineral, terutama kalsium berpengaruh besar terhadap pembentukan batu. Komposisi

batu kalsium yang terdapat di dalam urin sebesar 80%, dengan bentuk terbesar yaitu

kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. (Andrean, Crishye, Dhedy, 2008)

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali, beberapa

gas seperti sulfur dioksida (SO2), hydrogen sulfide (H2S), dan karbon monoksida (CO)

selalu dibebaskan oleh udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti

aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, dan kebakaran hutan. Selain

disebabkan oleh polutan alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktifitas

manusia, yaitu adanya proses industri seperti industri kapur. (1,3,4,5)


2

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia.

Kira-kira 99% kalsium terdapat di jaringan keras yaitu pada tulang dan gigi. 1% kalsium

terdapat pada darah dan jaringan lunak. Tanpa kalsium yang ini, otot akan mengalami

gangguan kontraksi. Darah akan sulit membeku, transmisi saraf tergangu dan sebagainya.
(Herisman.blogspot.com, 2008)

Penduduk di desa Garawangi kecamatan Sumberjaya kabupaten Majalengka,

merupakan lokasi yang memiliki banyak pabrik kapur. Industri kapur disana

menghasilkan polutan berupa asap yang mengandung partikel-partikel kasar dan halus

dari batu kapur (CaCO3) Selain itu menghasilkan pula gas-gas berupa karbon monoksida

dan sulfur dioksida yang dikeluarkan sebagai efek dari pemakaian batu bara dan kayu

bakar yang digunakan pada proses pembakaran batu kapur. Polutan yang ada di udara

masuk ke dalam tubuh terutama melalui system pernafasan. Sedangkan partikel yang ada

di air akan masuk melalui mulut dalam bentuk makanan atau minuman.

Pemeriksaan Sulkowitch merupakan salah satu pemeriksaan kalsium urine yang

sering dipakai oleh berbagai laboratorium. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar kalsium

dalam urine yang dikeluarkan oleh ginjal, dengan menggunakan reagen sulkowitch

(asam oxalate, aluminium oxalate, asam asetat glacial, dan aquadest). Untuk pemeriksaan

ini diperlukan urine 24 jam. Reagent Sulkowitch ini mengendapkan kalsium dalam

bentuk kalsium oksalat tanpa kalsium fosfat oleh pH reagens itu. (R.Gandasoebrata,2009).

Dari uraian diatas penulis akan membuat eksperimen dari reagent tersebut dengan

menggunakan berbagai ukuran pH (keasaman). Sehingga diharapkan penulis akan

mendapatkan pH yang tepat, efektif dan efisien untuk pemeriksaan kalsium urine.
3

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1.2.1. Apakah terdapat kalsium urine yang terjadi dengan mengunakan reagent

Sulkowitch standar (tanpa pengaturan pH).

1.2.2. Apakah terdapat perbedaan yang terjadi setelah mengunakan reagent Sulkowitch

yang dibuat dengan berbagai pengaturan pH.

1.2.3. Apakah ada pengaruh pembentukan kalsium urine terhadap perubahan pH

reagent.

1.2.4. Dapatkah ditentukan pH yang optimal dalam penentuan kadar kalsium urine

metode Sulkowitch.

1.3. DEFINISI OPERASIONAL

1.3.1. Analisis berasal dari kata “anulisis” dari bahasa Yunani. Istilah tersebut kemudian

diserap kedalam bahasa latin yang mempunyai arti yaitu “ana” = kembali dan

“luein” = melepas. Berdasarkan kata itulah maka analisis kini diartikan sebagai

upaya pemisahan atau penguraian suatu kesatuan materi bahan menjadi komponen

senyawa-senyawa penyusunnya, sehingga hasil (data) yang diperoleh dapat dikaji

lebih lanjut.Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain

bagi metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan

otot.

1.3.2. Kalsium urine adalah kalsium yang terdapat dalam air seni.
4

1.3.3. pH (keasaman) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai

kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion

hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan

pada perhitungan teoritis. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

1.4. TUJUAN PENELITIAN

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya pengaruh perubahan pH (keasaman) reagent

Sulkowitch pada pemeriksaan kalsium urine.

1.4.2. Tujuan Khusus

Untuk menentukan pH (keasaman) yang tepat pada reagent Sulkowitch agar

dapat dipakai dalam pemeriksaan kalsium urine sebagai pH yang optimal.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1. Menambah wawasan bagi peneliti dalam pemeriksaan urine, khususnya

pemeriksaan kalsium urine dengan mengunakan reagent Sulkowitch.

1.5.2. Mengetahui adanya pengaruh pH (keasaman) reagent Sulkowitch terhadap

pemeriksaan kalsium urine.

1.5.3. Dapat menentukan pH (keasaman) yang tepat untuk pemeriksaan kalsium urine

dengan menggunakan reagent Sulkowitch.

1.5.4. Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan pembaca tentang pengaruh

perubahan pH (keasaman) urine pada reagent Sulkowitch.


5

1.6. KERANGKA KONSEP

Urine yang digunakan dalam penelitian ini adalah urine 24 jam, yaitu urine yang

dikumpulkan selama 24 jam. Diperlukan botol besar bervolume 1,5 liter atau lebihyang

dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.

Modifikasi pH yang digunakan ditentukan setelah penambahan asam asetat glacial

pada reagent Sulkowitch. Normalnya komposisi asam asetat glacial pada reagent tersebut

adalah 5,0 ml. Pada eksperimen kali ini, penulis mencoba menggunakan penambahan asam

asetat glacial : Sulkowitch I = 3,0 ml ; II = 4,0 ml ; III = 5,0 ml dan IV = 6,0 ml.

Diharapkan adanya perbedaan hasil terbentuknya kalsium urin setelah

penambahan Sulkowitch I, II, III, dan IV dengan mengamati kekeruhan yang terjadi.
6

Pre analitis :
- Persiapan alat
- Persiapan reagent
- Uji kualitas reagent
ANALISIS
- Persiapan data
- Pengambilan sampel

SULKOWITCH I
URINE SULKOWITCH II
SULKOWITCH III
SULKOWITCH IV

PENGAMATAN HASIL

PENCATATAN

PELAPORAN

Gambar Skema Kerangka Konsep


7

1.7. HIPOTESIS PENELITIAN

1.7.1. Adanya pengaruh perubahan pH (keasaman) reagent Sulkowitch pada

pemeriksaan kalsium urine.

1.7.2. Dapat menentukan pH optimal pada reagent Sulkowitch untuk dapat digunakan

dalam pemeriksaan kalsium urine.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kalsium

2.1.1. Pengertian Kalsium

Kalsium adalah mineral yang amat penting bagi manusia, antara lain bagi

metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja jantung, dan pergerakan otot.

Berikut beberapa manfaat kalsium bagi manusia:

 Mengaktifkan saraf

 Melancarkan peredaran darah

 Melenturkan otot

 Menormalkan tekanan darah

 Menyeimbangkan tingkat keasaman darah

 Menjaga keseimbangan cairan tubuh

 Mencegah osteoporosis (keropos tulang)

 Mencegah penyakit jantung

 Menurunkan risiko kanker usus

 Mengatasi kram, sakit pinggang, wasir, dan reumatik

 Mengatasi keluhan saat haid dan menopause

 Meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui

 Membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi


9

 Mengatasi kering dan pecah-pecah pada kulit kaki dan tangan

 Memulihkan gairah seks yang menurun/melemah

 Mengatasi kencing manis (mengaktifkan pankreas)

Setelah umur 20 tahun, tubuh manusia akan mulai mengalami kekurangan kalsium

sebanyak 1% per tahun. Dan setelah umur 50 tahun, jumlah kandungan kalsium dalam tubuh

akan menyusut sebanyak 30%. Kehilangan akan mencapai 50% ketika mencapai umur 70

tahun dan seterusnya mengalami masalah kekurangan kalsium.

Gejala awal kekurangan kalsium adalah seperti lesu, banyak keringat, gelisah, sesak

napas, menurunnya daya tahan tubuh, kurang nafsu makan, sembelit, berak-berak, insomnia,

kram, dan sebagainya.

2.2. Kalsium Urin

Kadar kalsium urine dapat mencerminkan asupan diet kalsium, kadar kalsium

serum dan efek keseluruhan penyakit (hipo atau hiperparatiroidisme, myeloma multiple,

kanker tulang, dsb.) Hiperkalsiuria atau peningkatan kalsium dalam urine biasanya

menyertai kadar pemeriksaan kalsium dalam serum.Ekskresi kalsium berfluktuasi dan yang

paling rendah berlangsung pada pagi hari, sementara kadar yang tertinggi terjadi setelah

makan. Pada hiperparatiroidisme, dan gangguan osteolitik, ekskresi kalsium urine biasanya

meningkat., sementara pada keadaan hipoparatiroidisme, kadarnya menurun. Diet dan

mengkonsumsi obat yang mengandung Natrium dan Magnesium dapat mempengaruhi

hasil pemeriksaan urine. (Joyce Lefever kee, 2008).

Pada pria dewasa kebutuhan kalsium sangat rendah, sekitar 300 – 400 mg setiap

hari. Sebaliknya pada wanita pascamenopause kalsium yang dibutuhkan tinggi, berkisar
10

antara 1200 – 1500 mg setiap hari. Hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya absorpsi

kalsium secara bertahap akibat usia lanjut. (Robert E. Olson, 1998). Menurunnya absorbsi kalsium

mengakibatkan kalsium dari aliran darah larut dalam urine, dan dapat mempengaruhi berat

jenis urine. Berat jenis urine tergantung dari jumlah yang larut didalam urine atau terbawa

didalam urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1,010. Bila ginjal memekatkan

urine (sebagaimana fungsinya) maka berat jenis urine diatas 1,010. Daya pemekatan ginjal

diukur menurut berat jenis tertinggi yang dapat dihasilkan yang seharusnya dapat lebih dari

1,025. (Evelin C. Pearce, 2006).

Pengukuran berat jenis urine dipengaruhi oleh adanya zat-zat bermolekul besar

yang terlarut dalam urine. Zat-zat tersebut dapat berasal dari dalam tubuh (endogenous)

misalnya glukosa, protein atau kalsium atau yang senaja dimasukkan dari luar (exogenous)

yang nantinya akan keluar bersama urine, misalnya kontras X (ray atau dextran).
(Pusdiknakes, 1998).

Pria dan wanita yang sudah lanjut usia adalah orang yang rentan terhadap

osteoporosis, kalsium yang berkurang dari tulang semakin meningkat, dan biasanya

kalsium dalam urine menjadi tinggi. Peningkatan kalsium urine biasanya disebabkan

karena meningkatnya penyerapan gastrointestinal dan juga menurunnya absorbsi kalsium

atau peristiwa lain yang mengurangi penyerapan tulang. Sehingga penyerapan tulang

seperti istirahat dalam waktu panjang, yang dapat meningkatkan pelepasan kalsium ke

aliran darah yang kemudian dikeluarkan melalui urine. (Nancy E. Lane, 1999).

Banyaknya kalsium yang dikeluarkan melalui urine menyebabkan urine tersebut

menjadi pekat. Pekatnya urine memberikan kesan bahwa berat jenis urine tersebut tinggi.

2.3. pH (keasaman)
11

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma

aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat

diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis.

Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar

yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0.

Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH

lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting

dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia seperti

kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan

oseanografi. Tentu saja bidang-bidang sains dan teknologi lainnya juga memakai

meskipun dalam frekuensi yang lebih rendah.

pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam

larutan berpelarut air. pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah bahwa aH

dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektroda ion selektif yang merespon

terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas

yang mengukur perbedaan potensial E antara elektroda yang sensitif dengan aktivitas ion
12

hidrogen dengan elektroda referensi. Perbedaan energi pada elektroda gelas ini idealnya

mengikuti persamaan Nernst:

dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektroda standar, R tetapan gas, T

temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron yang

ditransfer. Potensial elektroda E berbanding lurus dengan logartima aktivitas ion

hidrogen.

Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen merupakan hasil

kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien aktivitas ion hidrogen tunggal

tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk mengatasinya, elektroda dikalibrasi

dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.

Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional ISO

31-8 sebagai berikut: Untuk suatu larutan X,

pertama-tama ukur gaya elektromotif EX sel galvani,

elektroda referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt

dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada

penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-nya

(standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya


13

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya pada

perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari pengukuran

potensial dengan elektroda yang dikalibrasikan terhadap satu atau lebih pH standar. Suatu

pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran untuk suatu larutan standar adalah

sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk berbagai larutan standar S diberikan oleh

rekomendasi IUPAC. Larutan standar yang digunakan sering kali merupakan larutan

penyangga standar. Dalam prakteknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau

lebih larutan penyangga standar untuk mengijinkan adanya penyimpangan kecil dari

hukum Nerst ideal pada elektroda sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul

pada persamaan di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.

Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang sangat

asam, memerlukan prosedure khusus. Kalibrasi elektroda pada kasus ini dapat digunakan

menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-nya dihitung menggunakan

parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.

pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen

dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan menggunakan

fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya dihitung menggunakan fungsi

keasaman Hammett, H0.

Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang

berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.
14

Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter

yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas suatu larutan.

Menurut definisi asli Sørensen, p[H] didefinisikan sebagai minus logaritma

konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi

pH. Adalah mungkin untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen secara langsung apabila

elektroda yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah satu

caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang konsentrasinya diketahui

dengan larutan alkali kuat yang konsentrasinya juga diketahui pada keberadaan

konsentrasi elektrolit latar yang relatif tinggi. Oleh karena konsentrasi asam dan alkali

diketahui, adalah mudah untuk menghitung ion hidrogen sehingga potensial yang terukur

dapat dikorelasikan dengan kosentrasi ion. Kalibrasi ini biasanya dilakukan

menggunakan plot Gran. Kalibrasi ini akan menghasilkan nilai potensial elektroda

standar, E0, dan faktor gradien, f, sehingga persamaan Nerstnya berbentuk

Persamaan diatas dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi ion hidrogen

dari pengukuran eksperimental E. Faktor gradien biasanya lebih kecil sedikit dari satu.

Untuk faktor gradien kurang dari 0,95, ini mengindikasikan bahwa elektroda tidak

berfungsi dengan baik. Keberadaan elektrolit latar menjamin bahwa koefisien aktivitas

ion hidrogen secara efektif konstan selama titrasi. Oleh karena ia konstan, maka nilainya

dapat ditentukan sebagai satu dengan menentukan keadaan standarnya sebagai larutan
15

yang mengandung elektrolit latar. Dengan menggunakan prosedur ini, aktivitas ion akan

sama dengan nilai konsentrasi.

Perbedaan antara p[H] dengan pH biasanya cukup kecil. Dinyatakan bahwa :

pH = p[H] + 0,04. Pada prakteknya terminologi p[H] dan pH sering dicampuradukkan

dan menyebabkan kerancuan.

pOH

pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran konsentrasi ion hidroksida

OH−. pOH tidaklah diukur secara independen, namun diturunkan dari pH. Konsentrasi

ion hidroksida dalam air berhubungan dengan konsentrasi ion hidrogen berdasarkan

persamaan :

[OH−] = KW /[H+]

dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:

pOH = pKW − pH.

Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan ini tidaklah selalu berlaku

pada keadaan khusus lainnya.

Beberapa macam gambar pH meter yang sering digunakan :


16

1. 2. 3.

3. 4.
17

5. 6.

7. 8.

2.4. Pemeriksaan Laboratorium Urine

Pemeriksaan urin tidak hanya memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan

saluran urin, tetapi juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti : hati ,

saluran empedu, pancreas, cortex adrenal, dan lain-lain.

Dalam memilih sampel urin, penting sekali untuk memilih sampel sesuai

dengan tujuan pemeriksaan :

A. Urin sewaktu

Untuk bermacam-macam pemeriksaan dapat digunakan urine sewaktu,

yaitu urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan

khusus.
18

B. Urin pagi

Urin pagi ialah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari

setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan siang

hari, jadi baik untuk pemeriksaan sediment urin, berat jenis, protein, dan lain-

lain dan baik juga untuk test kehamilan ( HCG = Human Chorionic

Gonadoptropin ).

C. Urin postprandial

Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glukosuria, ini

merupakan urin yang pertama kali dilepaskan 1½ - 3 jam sehabis makan. Urin

pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring terhadap adanya glukosuria.

D. Urin 24 jam

Apabila diperlukan penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urin, urin

sewaktu sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses

metabolic dalam badan. Agar analisa dapat diandalkan, biasanya dipakai urin

24 jam. Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume

1 ½ liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus bersih dan

biasanya memerlukan sesuatu zat pengawet. Cara mengumpulkan

umpamanya sebagai berikut : jam 7 pagi penderita mengeluarkan urinnya,

urine ini dibuang. Semua urine yang dikeluarkan kemudian, termasuk urine

jam 7 pagi esok harinya, harus ditampung dalam botol urine yang tersedia dan

isinya dicampur.
19

Demikian dikenal juga time specimen jenis lain. Seperti urin siang 12 jam,

urin malam 12 jam, urin 2 jam, dan sebagainya. Urin siang 12 jam

umpamanya dikumpulkan dari jam 7 pagi sampai jam 7 malam. Sedangkan

urin malam 12 jam ialah yang dari jam 7 malam sampai jam 7 pagi. Cara

mengumpulkan sesuai seperti diterangkan diatas.

Adakalanya urin 24 jam ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol

dengan maksud tertentu. Hal itu dapat dilakukan pada diabetes mellitus untuk

melihat banyaknya glukosa yang dikeluarkan dari santapan saatu hingga

santapan berikutnya. Sampel pertama ialah urin dari makan pagi sampai

makan siang, sampel kedua dari makan siang sampai makan malam pagi esok

harinya.

2.4.1. Makroskopis

a. Kejernihan

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna. Nyatakanlah

pendapat dengan salah satu dari : jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh.

Sebab-sebab urin keruh dari awal : Fosfat amorf dan karbonat dalam

jumlah besar, bakteri-bakteri, unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar, chylus

dan lemak, benda-benda koloid.

Sebab-sebab urin menjadi keruh setelah dibiarkan : Nubecula (kekeruhan

ringan ang terjadi karena lendir), urat-urat amorf, fosfat amorf dan karbonat, dan

karbonat.

b. Berat jenis
20

Penetapan berat jenis urin biasanya cukup teliti dengan menggunakan

urinometer. Apabila volume urin kecil , sebaikna memakai refraktometer untuk

tujuan itu. Berat jenis urin sangat erat berhubungan dengan dieresis, makin besar

dieresis, makin rendah berat jenis dan sebalikna. Berat jenis urin normal biasanya

berkisar antara 1,016 – 1,022 ( lazim ditulis 1016 – 1022 saja dengan meniadakan

koma ). Tingginya berat jenis urin memberi kesan pekatnya urin. Jadi bertalian

dengan faal pemekat ginjal.

c. Bau urin

Meskipun tidak disebut sebagai pemeriksaan penyaring, baik selalu

diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal. Bau urin yang normal

disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap.

d. Derajat keasaman

Penetapan reaksi atau pH tidak banyak berarti dalam pemeriksaan

penyaring. Akan tetapi pada gangguan keseimbangan asam-basa penetapan itu

dapat memberi kesan tentang keadaan dalam tubuh, apalagi jika disertai

penetapan jumlah asam ang diekskresikan dalam waktu tertentu, jumlah ion NH 4,

dan sebagainya.

e. Carik celup

Pemeriksaan yang memakai carik celup (dip-and-read test strip) biasanya

sangat cepat, mudah dan spesifik.

f. Protein
21

Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam urin

bardasarkan kepada timbulnya kekeruhan.

g. Glukosa

Pemeriksaan terhadap glukosa dalam urin termasuk pemeriksaan

penyaring. Diantara banyak macam reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan

adanya reduksi yang mengandung garam cupri lah yang banyak digunakan.

h. Zat-zat keton

Zat-zat keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton, asam aceto-

Acetat dan asam beta-hidroksibutirat. Karena aceton merupakan zat yang

terpenting diantara benda-benda keton bersifat mudah menguap, maka urin yang

diperiksa harus segar. Kalau urin dibiarkan asam aceto-acetat berubah menjadi

aceton, begitu pula asam beta hidroksibutirat yang lebih dulu menjadi asam aceto-

acetat, sehingga zat-zat itu juga menghilang dari urin.

i. Bilirubin

Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urin.

Jika urin dibiarkan sebagian kecil daripada bilirubin itu berubah menjadi

biliverdin oleh oksidasi, perubahan itu bertambah cepat oleh adanya sinar

matahari.
22

j. Urobilinogen

Urobilinogen dan beberapa macam zat lain yang mungkin terdapat dalam

urin bereaksi dengan reagens Ehrlich menyusun zat warna yang merah. Bilirubin

mengganggu percobaan ini karena akan membentuk zat hijau dengan reagens

Ehrlich, jika ada, ia harus dibuang dulu dengan cara mengocok urin dengan

calcium hidroksida padat kemudian disaring. Filtrat kemudian digunakan untuk

pemeriksaan urobilinogen.

k. Urobilin

Dalam urin segar, praktis tidak ada urobilin. Zat itu kemudian timbul oleh

oxidasi urobilinogen. Jika ada bilirubin dalam urin zat itu harus dibuang dulu

dengan menambah calsiumhidroksida padat kepada urin dan menyaringnya,

pakailah filtrat untuk percobaan.

l. Darah samar

Test ini menggunakan sifat hemoglobin sebagai peroksidase yang

memecah hydrogen peroksida dan mengoksidasi benzidin atau guajac menjadi zat

berwarna biru.

m. Calsium
23

Pemeriksaan calcium ini, merupakan pemeriksaan urin ang akan penulis

coba lakukan. Yaitu dengan menggunakan reagens Sulkowitch. Percobaan

menurut Sulkowitch ini berguna dalam kelainan faal ginjal, parathyreoidea dan

gangguan metabolismus calcium pada umumnya.

n. Chlorida

Penetapan jumlah chloride dalam urin 24 jam secara cepat dilakukan

menurut Fantus. Pada cara ini dilakukan titrasi memakai perak nitrat dengan ion

chromat sebagai indicator.

2.4.2. Mikroskopis

Evaluasi mikroskopis dari sedimen urin seringkali menghasilkan

informasi berharga bgi dokter untuk membuat diagnosis yang lebih spesifik

atau penilaian terapi yang tidak bisa didapat  hanya dengan pemeriksaan

fisikokimia urin.  Prosedur urine mikroskopis cukup sederhana dan memerlukan

sedikit peralatan, yaitu, centrifuge, tabung sentrifus, mikroskop  binocular,  

object + cover glass.,   dan sarana untuk memastikan bahwa prosedur QA yang

ketat telah diikuti.    Konstituen dalam sedimen bisa bervariasi, dan interpretasi

akurat sering tergantung pada pengalaman sebelumnya. Beberapa praktisi telah

menganjurkan untuk tidak dilakukan pemusingan air seni ketika melakukan

pemeriksaan mikroskopis (praktik umum di Inggris), Penulis mengikuti praktek

standar di Amerika Serikat yaitu dengan Sentrifugasi 10 atau 12 mL urin   selama


24

5 menit dan gaya sentrifugal relatif (RCF) 400 sampai 500 (4.000-5.000 rpm)

untuk memperoleh sedimen   di bagian bawah tabung centrifuge.   Selanjutnya,

sediment yang diperoleh dicampur dengan air kencing sehingga alikuot   dapat

dituang dan  dilihat dengan mikroskop   Sebagai contoh, jika volume awal urin 12

mL dan volume supernatan yang tersisa setelah sentrifugasi urin   adalah 1 mL,

berarti konsentrasi sedimen yang dihasilkan adalah  1 : 12.  Dengan mengetahui

volume konstan urin yang digunakan,   unsur-unsur sedimen yang dilihat  dapat

dihitung berdasarkan volume (yakni, angka per mililiter) bukan sebagai angka per

lapangan mikroskopis.  Penggunaan sistem standar untuk pemeriksaan ini

memungkinkan konsistensi jauh lebih besar dalam pelaporan hasil.

Sentrifugasi pada RCF 400 sampai 500 selama 5 menit menghasilkan

sedimen terkonsentrasi di mana semua unsur dapat dengan mudah ditemukan dan

tidak terdistorsi.  Centrifuge modern dapat menyesuaikan putaran per menit (rpm)

tapi tidak untuk RCF.  Rumus berikut  mempertimbangkan radius kepala centrifuge

untuk menentukan  RCF = 1,118 × 10 -3 × radius kepala sentrifus (dalam cm ×

rpm 2)

Sedimen normal urin

Pengamatan sedimen tergantung pada  "mata yang baik," tahu apa yang

ada dalam urin normal, dan bisa mendefinisikan secara akurat dan membandingkan

antara bentukan  normal dengan abnormal. Munculnya beberapa partikel atau

elemen dalam urin mungkin normal. Ini dapat berupa sel-sel darah, sel-sel yang

melapisi saluran kencing, sekresi kelenjar lendir, partikel protein silinder yang telah
25

terbentuk di nefron (gips), kristal yang terbentuk dalam urin, dan sel asing

(misalnya, spermatozoa pada seorang wanita), mikroorganisme, atau kontaminan.

Masing-masing konstituen akan dibahas secara terpisah.

TABEL  1. KONSTITUEN SEDIMEN URINE NORMAL

SEL KRISTAL GIPS LAIN-LAIN


Sel darah Asam urin Hening Lendir Sperma

Sel darah merah Amorf Granular Mikroorganisme

Sel darah putih Asam urat Bakteri

Sel epitel Kalsium oksalat Jamur

Skuamosa Hippuric asam Kontaminan

Urothelial Alkalin urine Serbuk sari

Renal tubular Triple fosfat

Ammonium biurate

Kalsium karbonat

Sel darah

Eritrosit (sel darah merah) dan leukosit (sel darah putih) dapat ditemukan dalam

jumlah kecil di sedimen normal.   Sel-sel ini dapat melewati glomerulus dan masuk ke

aliran urin. Penghitungan sel-sel ini selama periode waktu, misalnya 12 jam, sekarang

jarang dilakukan karena  perbedaan  ekskresi selular dari orang ke orang dan adanya

kesulitan yang berhubungan dengan pengumpulan urin dan teknik penghitungan


26

(menggunakan hemositometer Addis count) . Seorang individu sehat dapat melepaskan

sebanyak 750.000 1.750.000 sel darah merah dan leukosit melalui urine dalam 12 jam.

Sel darah merah

Pada sedimen urin normal sejumlah 0 - 5  sel eritrosit per LP dapat ditemukan

Jumlah lebih besar dari lima per LP harus diselidiki secara menyeluruh dan penyebab

hematuria harus dicari. Mikroskopik sel darah merah terlihat mirip dengan yang

ditemukan dalam darah perifer, yaitu   dobel disk cekung yang memiliki warna oranye

samar pucat yang menyatakan kadar hemoglobin mereka ( Gambar  .2. ). Dalam urin

hipertonik, sel darah merah mungkin crenated dan dalam urin hipotonik mereka

mungkin membengkak, menjadi bola, dan, pada waktunya, pecah, hanya menyisakan

membran  atau sel  "hantu"  yang terlihat seperti tetesan kecil minyak.   Tetesan minyak

dapat dibedakan dari sel darah merah berdasarkan ukurannya yang bervariasi, tidak

adanya hemoglobin, dan berbentuk bulat.

 
27

GAMBAR 9. sel darah merah. (Sel darah merah) dan bakteri dalam sedimen urin. Tampak sebaran  sel

darah merah dan bentuk bacillary.  Dua leukosit juga tampak di tengah lapangan pandang.

(mikroskop cahaya × 160)

  

GAMBAR  10. Neutrofil PMN dan sel-sel darah merah   dalam urin. Tampak  jelas sel darah merah

bikonkav dan inti multilobe  serta sitoplasma granular dari neutrofil. Beberapa sel darah merah sedikit

crenated. ( mikroskop, × 200.)  

Leukosit

Leukosit sering ditemukan pada sedimen urin normal, tetapi sedikit dan tidak boleh

melebihi lima per LP   Walaupun semua jenis WBC yang muncul dalam darah perifer juga dapat

ditemukan dalam urin (yaitu, limfosit, monosit, eosinofil), saat ini sel yang paling umum adalah

PMN.  PMN memiliki fungsi fagositosis, motil secara aktif, dan bergerak secara ameboid dengan
28

pseudopodia. Leukosit ukuran diameter 10 sampai 20 pM,  . PMN dalam urine dapat segera

diketahui   karena inti multisegmented  dan sitoplasma granular.

Pewarnaan sedimen memungkinkan pengamat untuk mengidentifikasi PMN lebih mudah karena

inti multilobe tampak jelas dan dapat mengurangi kebingungan dengan sel nonleukocytic,

seperti sel-sel RTE.   Pewarnaan Wright atau Giemsa  merupakan sarana akurat mengidentifikasi

berbagai leukosit lainnya, seperti limfosit dan eosinofil.

Sel epitel

Urin normal berisi tiga varietas utama sel epitel: tubular ginjal, transisi (urothelial), dan

skuamosa  Sel-sel ini melapisi saluran kemih, tubulus dan nefron.   Beberapa fitur yang

membedakan masing-masing jenis sel epitel dapat dilihat pada table 2.

TABEL  2.   SEL Epitel DARI URINE

Renal Tubular Urothelial Skuamosa


Asal Nefron Pelvis ginjal, saluran Pekencingan terminal

kencing, kandung Vagina

kemih, pekencingan

proksimal

Ukuran (pM) 15-25 20-30 30-50

Bentuk Polyhedral Polyhedral, “kecebong”, rata

Bulat

Lainnya Mikrovili jika dari


29

tubulus proksimal
                                                                   

                          

Sel Epitel Renal Tubular

Sel RTE  jarang ada dalam sedimen urin  orang normal (nol sampai satu per lima LP). Bila

ada,   biasanya dalam bentuk tunggal tetapi juga dapat ditemukan   berpasangan. Jika ada  batas

microvillus, berasal dari  tubulus proksimal.   Identifikasi imunohistokimia dengan cara

pewarnaan fosfatase asam dapat dilakukan bila diperlukan, karena sel-sel RTE memiliki

kandungan enzim intraselular yang tinggi.      Bentuk   paling sering adalah polyhedral, tetapi

mungkin agak datar, menunjukkan bahwa mereka berasal dari lengkung Henle. inti mereka

biasanya eksentrik tetapi mungkin sentral; tampak jelas seperti bola dengan nukleolus   jika

tidak ada perubahan autolytic.  

RTE sel biasanya ditemukan dalam air seni karena proses  pembaharuan dan regenerasi

sel tubular. Pada biopsi ginjal, sel-sel lapisan tubular sering menunjukkan aktivitas mitosis, sel-

sel yang lebih tua lepas ke aliran urin dan   dapat dilihat dalam sediment.  Jenis regenerasi sel

terjadi pada  nefron proksimal daripada  distal,.

Sel Epitel Transisi


30

Sel ini (juga disebut sel urothelial) merupakan lapisan epitel pada sebagian besar saluran

kemih dan sering tampak di sedimen (nol sampai satu per LP). Bentuknya bertingkat-tingkat dan

biasanya beberapa lapisan sel tebal.  Ada  tiga bentuk utama: bulat ( Gambar 3. ), polyhedral,

dan "kecebong." , sel Transisi memiliki karakteristik yang khas yaitu mudah menyerap air dan

dengan demikian membengkak sampai dua kali ukuran aslinya.. Sel transisi Polyhedral sulit

dibedakan dari sel RTE jika mereka tidak memiliki permukaan microvillus dan memiliki inti di

pusat. Sitoplasma sel transisional tidak mengandung jumlah besar fosfatase asam.  Sel urothelial

berbentuk kecebong sering tampak dalam urin. Mereka mungkin berasal dari lapisan

pertengahan    epitel transisi.  Sel Transisi kecebong muncul dalam kelompok-kelompok atau

pasangan, serta tunggal,  inti biasanya di pusat, dan mereka memiliki sitoplasma berbentuk

fusiform      Peningkatan jumlah sel Transisi dalam urin biasanya menandakan  inflamasi pada

saluran kemih.

 
31

GAMBAR  11.  Sel Transisi. (panah) dan sel darah putih serta sel darah  merah dalam urin. Perhatikan

bentuk bola dan inti di pusat sel ini. (  mikroskop cahaya, × 160.)  

Sel epitel skuamosa

Sel epitel skuamosa adalah yang termudah dari semua sel epitel, dan mudah  dikenali

dan sering dijumpai dalam urin karena bentuknya yang besar, datar,  ( Gambar  4. ).      Spesimen

urine porsi tengah paling baik digunakan.    Sejumlah sel skuamosa   dalam urin dari seorang

pasien wanita biasanya menunjukkan kontaminasi vagina.


32

GAMBAR  12. Sekelompok sel epitel skuamosa dalam urin. Sel-sel yang besar dan datar dan memiliki

beberapa butiran dalam sitoplasma mereka. Inti di pusat  besarnya sekitar ukuran limfosit  .

(  mikroskop cahaya, × 160.)

Kristal

Pembentukan kristal berkaitan dengan konsentrasi berbagai garam  di urin yang

berhubungan dengan metabolisme makanan pasien dan asupan cairan serta dampak dari

perubahan yang terjadi dalam urin setelah koleksi sampel (yaitu perubahan pH dan suhu, yang

mengubah kelarutan garam dalam air seni dan menghasilkan pembentukan kristal). Karena

ginjal memainkan peran utama dalam ekskresi metabolit dan pemeliharaan homeostasis,

produk akhir dari metabolisme ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam urin, dan ini

cenderung untuk mengendapkan   kristal ( 10 ). PH urin normal bervariasi  dan beberapa kristal

dikaitkan dengan pH asam dan basa. atau netral, dan siswa dengan baik disarankan untuk

menyadari berbagai bentuk morfologis dan karakteristik mereka.   Beberapa jenis kristal ada

yang dianggap abnormal.

Kristal  Asam urat 

Asam urat, suatu produk metabolisme dari pemecahan protein, ada di urin dalam

konsentrasi yang tinggi dan umumnya menghasilkan berbagai macam struktur kristal.   Amorf

urate dapat digambarkan sebagai granular, birefringent, kristal tidak berwarna sampai kuning

mereka tampak sebagai butiran halus ketika diamati dengan pembesaran 10 x atau 40 ×

( Gambar 5. ). Kristal ini sering terjadi ketika urin didinginkan.  Kristal ini membentuk sedimen
33

warna merah muda di bagian bawah tabung centrifuge. Kebanyakan amorf urate larut ketika

ditambahkan larutan alkali   ke sedimen atau bila urin dihangatkan  setelah pendinginan.

GAMBAR  13. Kristal Amorf urat dalam urin. ( mikroskop cahaya, × 160.) 

Kristal asam urat adalah   pleomorfik dibanding semua kristal urin, mereka ada dalam

berbagai bentuk, seperti batang, kubus ( Gambar 6.  ), mawar enam sisi, piring, rhombi, dan

seperti batu asahan. Mereka sangat birefringent dan   bervariasi dalam ukuran. Kristal asam urat

larut dalam larutan alkali dan tidak larut dalam asam. Mereka biasanya tidak berwarna sampai

berwarna   kuning pucat,  pink atau coklat. Kristal asam urat sering dikaitkan dengan batu ginjal,

tetapi keberadaan mereka di urin  orang normal adalah sangat umum.


34

GAMBAR  14. Kristal asam urat (panah) dan sel skuamosa.  Dalam gambar, kristal urat bentuk genjang (a)

dan tampak anisotropism di bawah sinar terpolarisasi (B). (mikroskop  cahaya, × 80)  

Dalam garam asam urat  mungkin membentuk kristal lain , yaitu natrium   dan   kalium

urate. Hal ini dapat dilihat sebagai tidak berwarna, berbentuk kristal jarum dan spherules

kecoklatan. Penambahan setetes asam asetat glasial menunjukkan hasil spheroids . 

Kalsium Oksalat

Kristal kalsium oksalat   yang paling sering diamati pada  urine asam dan   netral (

Gambar 7. ). Varian yang umum   adalah bentuk dihidrat, sebuah oktahedral, kristal

berwarna mirip bentuk amplop.  Kristal jenis ini ditemukan dalam   urin   normal,
35

terutama setelah menelan asam askorbat dalam dosis besar atau makanan yang kaya akan

asam oksalat seperti tomat atau asparagus.   Bentuk lainnya adalah monohidrat, berbentuk

seperti halter  atau  elips tergantung pada apakah posisi datar atau miring ( Gambar.  8 ).

GAMBAR 15. Kristal kalsium oksalat  , bentuk dihidrat. berbentuk persegi seperti "bintang," atau
"envelope ",  penampilan yang khas. (  mikroskop cahaya, × 160.) 
36

GAMBAR .16.   Kristal kalsium oksalat, bentuk monohidrat. Catatan penampilan oval ketika berbaring
datar, bentuk halter ketika miring. Dari urin pasien   penyakit kuning. (  mikroskop cahaya, × 160.)

Kristal Asam Hippuric  

Kristal asam hippuric   terkait dengan pH netral. Kristal ini biasanya   tidak

berwarna, prisma memanjang dengan ujung piramida,   juga bisa tipis dan berbentuk

jarum. Mereka birefringent dan terkait dengan diet tinggi buah-buahan dan sayuran yang

mengandung sejumlah besar asam benzoat.   


37

Kristal  Amorf  Fosfat

Kristal   fosfat adalah kristal yang paling sering diamati terkait dengan urin alkali.

Yang paling sering dijumpai adalah kristal amorf fosfat., ini tidak dapat dibedakan dari

kristal amorf urat dalam urin asam.   Kristal   menghasilkan endapan putih di dasar

tabung centrifuge.  .

Kristal  Triple   Fosfat

Triple fosfat (amonium-magnesium fosfat)   adalah kristal birefringent bentuknya

mirip sebuah "peti mati-tertutup"  ( Gambar  9 ),  birefringent dan sangat bervariasi dalam

ukuran. Kristal juga dapat ditemukan dalam urin netral dan larut dalam asam asetat.
38

GAMBAR  .17. kristal  Fosfat Triple  dalam urin dengan  latar belakang Gips hialin (panah)    . (  
mikroskop cahaya, × 160)  

Kadang-kadang ditemukan dalam urin basa biasanya berbentuk "bintang"  

Kristal Amonium Biurate   

Kristal Amonium   biurate memiliki bentuk "duri apel"  ( Gambar 10. ) Berwarna

coklat kekuningan dan sering menunjukkan striations radial atau konsentris di   pusat

seperti "senjata" atau spikula. Mereka biasanya ditemukan di dalam urin dengan pH

netral dan larut dalam natrium hidroksida. Mereka jarang ditemui pada urin normal. 
39

GAMBAR  18. kristal Amonium biurate   dalam urin.Berbentuk  "kepiting ",  spiculated kristal
merupakan ciri khas dan berkaitan dengan urin alkali. (  mikroskop cahaya, × 400.) 

Kristal  Kalsium Karbonat  

kristal karbonat kalsium berbentuk spherules-halter  kecil   ditemukan dalam urin

basa ( Gambar.  11 ). Karena ukurannya yang kecil, mereka sering disangka bakteri.

Bakteri tidak birefringent. Kristal-kristal larut dalam asam asetat  . 


40

Gambar  19. berbentuk halter kalsium karbonat. Kristal yang ditampilkan di sini dengan kristal  triple
fosfat kecil (mikroskop, × 160 ). 

CAST / SILINDER

Didefinisikan sebagai struktur mikroskopis silinder yang terbentuk di nefron

distal dan terjadi dalam urin normal  ataupun bila ada penyakit.  Protein spesifik ini

berbentuk "silinder"    yang  diproduksi hanya di tubulus distal dan duktus colleductus

nefron,   protein ini larut  dan membentuk pita protein tipis yang kemudian  menyatu

atau  menjadi gips. Dalam keadaan normal, hanya ada dua varietas gips muncul dalam

sedimen urin: hialin gips dan granular cast. Setiap bentuk baru harus dianggap

"abnormal" dan terkait dengan penyakit ginjal metabolik umum atau intrinsik. Setiap

jenis   dibahas secara terpisah.  

 
41

TABEL  .3. KLASIFIKASI  CAST

Aselular Cellular
Normal Normal

Hening Tak satupun

Granular Tak satupun

Abnormal Abnormal

Hening Sel darah merah

Granular Leukosit

Lunak Epitel (RTE)

Pigmen Lemak/lemak tubuh oval

Berlemak Bakteri/jamur

RBC, sel-sel darah merah, WBC, sel darah putih; RTE, epitel tubular ginjal.

Pada orang normal,   sejumlah kecil hialin atau granular  satu atau dua per 10 LP

(obyektif 10 x) pada urin sering ditemukan dan tidak   selalu berarti terkena penyakit

ginjal.  Kedua bentuk gips memiliki indeks bias rendah dan karena itu agak sulit untuk

dilihat dengan mikroskop cahaya biasa kecuali kontras ditingkatkan. Menutup diafragma

iris  sambil menurunkan kondensor dan mengatur intensitas cahaya   akan menghasilkan

kontras yang optimal untuk pengamatan.   Scan slide mikroskopik secara menyeluruh

untuk menemukan adanya Hialin atau Granular, dan jika ditemukan, lakukan  identifikasi

dengan menggunakan lensa   40 ×.


42

Cast hialin

Ini adalah yang paling sering diamati dalam urin. Bentuknya yang transparan

(indeks bias yang rendah) menyebabkan agak sulit untuk dilihat. Bila diteliti  tampak

perimeter luar halus dan sebuah matrik yang   halus atau bergelombang ( Gambar .12. )

Sesekali butiran inklusi  mungkin ada dalam matriks, dan kadang-kadang sel satu atau

dua juga mungkin terlihat. Cor mungkin memiliki bentuk  "ekor" atau titik.  

Di masa lalu,   gip dengan ekor disebut  cylindroid, istilah ini dianggap kuno dan tidak

umum digunakan saat ini ( Gambar  13. ). 

GAMBAR  .20. Hialin cast,   struktur protein bening (panah) sering ditemukan pada

sedimen urin normal


43

GAMBAR  21. Urine cylindroid, gip hialin dengan ekor.   Cylindroid, istilah kuno.

( mikroskop, × 160.)

Ketika seorang pasien mengalami stres fisik atau emosional dalam 24 jam

sebelumnya, ditemukannya cylindruria tidak harus dianggap patologis., jika situasi stres

atau latihan fisik telah berhenti  urin kembali ke keadaan normal dalam waktu 24 hingga

48 jam.    

Granular Cast

Cast ini juga dapat diamati dalam jumlah meningkat di urin jika pasien telah

terlibat dalam situasi stres emosional atau telah menjalani latihan fisik berat

Dibandingkan dengan gips hialin, granular gips ditemukan dalam rasio sekitar empat

hialin per satu granular. Pada penghentian stres atau latihan, jumlah butiran gips di urin

kembali normal dalam waktu 24 hingga 48 jam. Alasan peningkatan produksi terkait stres
44

atau latihan tidak diketahui. Juga tidak diketahui alasan mengapa granular gips kadang

muncul dalam urin pasien pada pola makan yang kaya karbohidrat.

Granular   memiliki indeks bias lebih tinggi daripada  hialin dan karena itu lebih mudah

ditemukan. Mereka juga silindris,  walaupun beberapa mungkin memiliki "ekor," dan

memiliki perimeter.  Umumnya, pada orang normal, butir menutupi permukaan cor kecil

dan teratur ( Gambar.  14 ). Asal-usul butiran dalam orang normal   sebagian berasal dari

partikel lisosomal  intraseluler yang dikeluarkan ke dalam urin sebagai produk metabolik

dari epitel tubular ginjal  . Ketika dalam aliran urin, butiran lisosomal  masuk  ke dalam

matriks cast hialin   dan dengan demikian mengubah dari yang sebelumnya mulus ( cast

hialin)  menjadi kasar (cast granular).

GAMBAR  ,22. Granular cast   Dalam contoh yang ditunjukkan di sini (panah), butiran-

butiran tidak menutupi seluruh permukaan cor tetapi relatif merata. (  mikroskop cahaya,

× 160.)  
45

Lendir

Diperkirakan bahwa berbagai kelenjar  saluran genitourinari, seperti yang di

uretra,  prostat dan kandung kemih mengeluarkan   mucopolysaccharide ke dalam urin.

Studi imunologi baru-baru ini menunjukkan bahwa setidaknya beberapa  lendir di urin

sebenarnya THP, sebuah immunoprotein tertentu secara eksklusif  disekresi oleh tubulus

distal dan lapisan sel-sel duktus   ke nefron   Signifikansi klinis THP dalam urin tidak

diketahui.   Sekresi vagina dapat mencemari spesimen.

Pengamat berpengalaman kadang-kadang dibingungkan antara lendir dengan cast hialin

karena koalesensi pita   pada kesan pertama muncul sebagai objek silinder. Lendir

memiliki indeks bias yang rendah dan tidak birefringent. Kadang-kadang sel-sel atau

mikroorganisme mungkin akan terperangkap di dalamnya.

2.5. Pemeriksaan Kalsium Urine

Metode : Sulkowitch

Prinsip : Kalsium yang terdapat dalam urine akan diendapkan oleh reagent sulkowitch

dalam bentuk calsiumoksalat tanpa calsiumfosfat oleh pH ( keasaman )

reagent tersebut.

Cara Kerja : - Masukkan 3 ml urine ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi.

Tabung reaksi kedua hanya digunakan sebagai control.

- Tambahkan kepada tabung pertama 3 ml reagent sulkowitch, campur

dan biarkan selama 2 – 3 menit.

- Bacalah hasil secara semikuntitatif :


46

 Negatif : tidak ada kekeruhan

 Positif 1+ : kekeruhan halus

 Positif 2+ : kekeruhan sedang

 Positif 3+ : kekeruhan agak berat yang timbul dalam waktu

kurang dari 20 detik

 Positif 4+ : kekeruhan berat yang terjadi seketika

Urine normal menghasilkan positif 1 + jika hasil test ini negative,

pendapat itu dipertalikan denganhypocalsemia yang kurang dari 7,5 mg%. Pada

hypercalsemia (hyperparathyteoidie) exkresi kalsium bertambah besar dan hasil

test ini menjadi 3+ atau 4+.


47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

3.1.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat ekperimen dimana peneliti melakukan kegiatan

pengumpulan data, melakukan percobaan kemudian mengambil data dari hasil

pengamatan, mengolah dan menganalisis data tersebut.

3.1.2. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah membandingan terbentuknya kalsium

urin dalam endapan/sedimen dari reaksi antara urin dengan reagens Sulkowitch

yang memiliki modifikasi 4 (empat) pH yang berbeda.

Perlakuan Hasil

Kelompok Eksperimen :
Sulkowitch I (standar). pH Kalsium urin
- Sulkowitch I yang terbentuk diukur dengan yang terbentuk
- Sulkowitch II pHmeter. Sulkowitch II, III, akan memiliki
- Sulkowitch III IV, sebagai kelompok jumlah dan
- Sulkowitch IV eksperiment ditambahkan bentuk yang
sejumlah asam asetat glacial berbeda setelah
yang berbeda sehingga direaksikan dan
menghasilkan pH yang diamati dibawah
berbeda mikroskop

Reagens Standar Sulkowitch I Kalsium urin


yang terbentuk
diamati dan
dilihat dibawah
mikroskop
48

3.3 Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi dalam penelitian ini adalah kalsium urin yang terbentuk dari reaksi

antara urin dengan reagens Sulkowitch, pada seluruh karyawan yang bekerja di

pabrik kapur di Desa Garawangi Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka.

3.2.2. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 sampel urine pada penduduk di sekitar

pabrik kapur di Desa Garawangi Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka.

3.4 Lokasi dan Waktu penelitian

3.4.1. Lokasi penelitian adalah di UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten

Majalengka.

3.4.2. Waktu penelitian, dilakukan pada bulan April 2011.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1. Alat-Alat :

- Botol besar bervolume 1,5-2 liter

- Tabung reaksi

- Rak tabung

- Pipet volume
49

3.5.2. Bahan-Bahan :

- Sampel urine karyawan pabrik kapur

- Reagent Sulkkowitch : I, II, III, dan IV

3.6. Cara Kerja

3.6.1. Cara Pengambilan Sampel

- Urine karyawan yang bekerja di pabrik kapur di tampung dalam botol besar yang

bervolume 1,5-2 liter selama 24 jam.

- Urine dari botol besar dihomogenkan dengan mengocoknya.

- Tuang urine ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml.

- Bawa urine dalam tabung reaksi dengan menggunakan tas yang berisi coolpack ke

laboratorium.

3.6.2. Cara Pemeriksaan Kalsium Urine

- Masukkan 3 ml urine ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi.

Tabung reaksi kedua hanya digunakan sebagai control.

- Tambahkan kepada tabung pertama 3 ml reagent sulkowitch, campur dan biarkan

selama 2 – 3 menit.

- Bacalah hasil secara semikuntitatif.

3.7. Analisis Data


50

Data yang diperoleh diolah secara statistic dengan menggunakan metode one-way-

ANOVA.

3.8. Jadwal Kegiatan

No Jenis kegiatan Bulan


Pebruari Maret April Mei

1. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Penelitian
4. Penyusunan Skripsi
5. Sidang Tugas akhir

3.9. Rencana Biaya Penelitian

1. Penyusunan Proposal : Rp. 200.000,-

2. Penelitian : Rp. 900.000,-

3. Penyusunan skripsi : Rp. 300.000,-

Total Biaya : Rp. 1.400.000,-

3.10. Sistematika Penulisan

BAB. I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
51

2. Perumusan Masalah

3. Definisi Operasional

4. Tujuan Penelitian

5. Manfaat Penelitian

6. Kerangka Konsep

7. Hipotesa Penelitian

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

2. Desain Penelitian

3. Populasi dan Saampel

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

5. Instrumen Penelitian

6. Cara Kerja

7. Analisis Data

BAB IV. HASIL PENELITIAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

R. Gandasoebrata.(1984). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat


52

GanongW.F (1997). Fisiologi Kedokteran Edisi Sepuluh. Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Guyton Arthur C (1997). Fisiologi Kedokteran Edisi Lima. Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Imantri. (2009). Metabolisme Kalsium. (online). Tersedia :

http://imantri.wordpress.com/2009/11/20/pentingnya-metabolisme-kalsium-htm

(15 Agustus 2010)

Pearce, EC, (1997). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sacher, Ronald A & Mc Pherson, Richard A. (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan

Laboratorium, Jakarta : EGC Buku Kedokteran

Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. Penerjemah : Dr. Peter Anugerah. (1995).

PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Jakarta : EGC Buku

Kedokteran.

Frances K. Widman. Penerjemah : Siti Boedina Kresno, R. Gandasoebrata, dan J. Latu.(1989).

Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9. Jakarta : EGC Buku

Kedokteran

Wikipedia Bahasa Indonesia Ensiklopedia Bebas. (online). Tersedia :

http://id.wikipedia.org/wiki/kalsium

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1992). Petunjuk Praktek Laboratorium yang

Benar, Direktorat Laboratorium Kesehatan.


53

Anonim.(2009). Pengaruh Makanan dan Minuman pada Pembentukan Batu Ginjal

(online). Tersedia :

http://info.g-excess.com/page/id/5/475.info

(5 Desember 2009)

Anda mungkin juga menyukai