Anda di halaman 1dari 4

DISKRIMINASI SEKOLAH NEGERI DAN SWASTA

Pada dasarnya baik sekolah negeri dan swasta bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan
bangsa ,namun demikian pada kenyataannya dilapangan banyak sekolah swasta yang tidak dapat
perhatian dari pemerintah hal ini dapat dibuktikan bahwa pemerintah menanggung 100%
anggaran sekolah negeri sedangkan sekolah swasta hanya mendapat bantuan BOS dan dana
subsidi pendidikan gratis.Tunjangan untuk guru negeri yang belum sertifikasi 250.000/bulan
sedangkan untuk guru swasta 100.000/bulan ,dana itupun pembayarannya kurang jelas.Pelatihan
pengembangan kompetensi Guru hanya untuk guru di sekolah negeri saja dan sangatlah langka
pelatihan yang dapat melibatkan sekolah swasta.

Pada Pasal 55 Ayat 4 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada ayat tersebut disebutkan, lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh
bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan
atau pemerintah daerah.Kata dapat disini menunjukan bahwa pemerintah sama sekali tidak acuh
terhadap sekolah swasta.Kebijakan yang diskriminatif ini menjadikan eksistensi sekolah swasta
yang kian tidak menjanjikan bagi masa depan.Sebagian masyarakat justru berbondong-bondong
untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri dibanding kesekolah swasta,perbandingan yang
mereka utamakan adalah masalah keuangan karena sekolah negeri lebih murah daripada swasta
dan bahkan bisa gratis.Apalagi sekarang ada sekolah negeri yang berlomba-lomba menjadikan
sekolahnya sebagai SBI dimana mereka melakukan start lebih awal dalam melakukan
penerimaan siswa barunya sehingga sekolah swasta yang pendanaannya kurang kuat akan
kekurangan murid ,bisa jadi justru tidak diminati .

Sekolah swasta yang pendanaannya lebih kuat dan biaya tinggi banyak juga diminati
terutama oleh anak-anak orang tuanya cukup mapan dan berduit.Orang tuapun tak segan-segan
merogoh kocek untuk menyekolahkan anaknya disekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan
guru-guru yang lebih professional.Hal-hal yang demikianlah justru pendidikan dinegeri ini akan
terkotak-kotak dimana anak-anak orang kaya akan bersekolah disekolah yang memiliki fasilitas
lengkap dan guru yang baik ,dengan kata lain yang kaya dapat bersekolah yang miskin walaupun
pandai tidak bisa sekolah.Demikian juga sekolah negeri yang sudah berstatus SBI juga butuh
mengeluarkan biaya yang cukup mahal sehingga banyak anak pandai yang orang tuanya tidak
mampu secara financial engan untuk bersekolah disekolah ini.Kalau kita melihat kenyataan
seperti ini berati sejak awal pola kebijakkan pendidikan kita sudah mengkotak-kotakkan anak
didik dimana anak orang kaya dan anak orang miskin tidak bisa bersekolah disekolah yang
memiliki fasilitas yang sama.Walaupun ada kebijakan beasiswa untuk anak miskin tapi hanya
siswa tertentu saja yang betul-betul pandai yang bisa sekolah disekolah tersebut.Pada proses
awal penerimaan siswa baru anak-anak miskin sudah kalah duluan dalam persaingan,karena
mereka menyadari bila disekolah SBI atau sekolah yang berkualitas bagus orang tuanya jelas
tidak mampu membiayai.

Di Indonesia yang mayoritas penduduknya dibawah garis kemiskinan mereka justru


berlomba-lomba untuk menyekolahkan anaknya disekolah negeri yang biayanya murah dan
kalau bisa gratis.Pemerintah tidak bisa lepas tangan didalam pengelolaan pendidikan baik itu
untuk kalangan sekolah swasta ataupun sekolah negeri dan perlu kebijakan yang adil terhadap
keduanya.Karena tidak mungkin bahwa sekolah swasta yang ada dinegeri ini juga banyak dan itu
pun bertujuan untuk mencerdaskan bangsa ini.Oleh karena itu perlu adanya kebijakan
pemerintah yang lebih solutif terhadap sekolah negeri dan sekolah swasta tidak setiap ganti
menteri ganti aturan baru yang terkadang tidak melanjutkan dengan kebijakan sebelumnya.

Misalkan saja kebijaksanaan pemerintah yang tidak adil yaitu membunuh sekolah swasta
secara sistematis adalah pelaksanaan pendirian SD inpres dipelosok negeri mereka tidak
memperhatikan disitu telah ada SD swasta sehingga banyak sekali SD swasta yang gulung tikar
waktu itu .Seharusnya desa yang telah memiliki SD swasta tidak perlu didirikan SD Inpres tetapi
diberi bantuan untuk pengembangannya.Hal sama juga dilakukan dengan mendirikan Unit
Sekolah Baru (USB) untuk tingkat SMP dan SMA dimana didirikan didekat sekolah Swasta hal
yang demikian juga mematikan keberadaan sekolah Swasta karena tidak mungkin siswa lebih
berminat disekolah negeri yang notabene biaya lebih murah.Seharusnya yang perlu dilakukan
adalah mendirikan USB yang jauh dari sekolah Swasta dan memberikan subsisdi kepada sekolah
swasta.Demikian juga pada pada Kementerian pendidikan /Dinas pendidikan Kabupaten harus
memiliki dierektur/sesi khusus yang menangani sekolah swasta sehingga memeiliki induk yang
jelas bila memiliki masalah.Persoalan yang baru adalah kebijakan dengan menarik guru PNS
dimana kebanyakan mereka yang mengabdi disekolah swasta dan sudah senior.Selain itu juga
menarik guru calon PNS ke sekolah negeri .Tampaknya pemimpin kita lupa akan sejarah bangsa
ini bahwa keberadaan sekolah swasta baik itu dibawah naungan Muhammmadiyah,Nahdlatul
Ulama,Tamansiswa ,yayasan Kristen ,Katolik maupun lainya telah ada jauh sebelum Indonesia
merdeka.Kelahirannya pun merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan .Perguruan
Tamansiswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara (1922), misalnya, sebagai sarana untuk
perjuangan politik mewujudkan Indonesia merdeka. Kelak, setelah merdeka, banyak lulusan
Perguruan Tamansiswa yang turut mengisi kemerdekaan secara positif.

Oleh karena itulah para pengambil kebijakan perlu lebih memperhatikan sejarah ,keadilan
dan keberlangsungan pendidikan seutuhnya,karena pada dasarnya pendidikan adalah tiang dari
Negara.Dan semua kebijakan tidak perlu memetingkan salah satu pihak karena pada dasarnya
kecerdasan adalah untuk penerus bangsa,karena negeri ini sebenarnya masih banyak yang
membutuhkan pendidikan ,banyak sekali anak-anak yang dipelosok desa kurang mengenyam
pendidikan terkadang sekolah swasta saja yang didirikan tapi banyak juga pondok-pondok
pesantren yang didirikan perorangan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dimana perhatian
pemerintah tidak dapat menjangkau anak-anak sekolah yang ada dipelosok desa ataupun di
daerah-daerah terpencil,oleh karena itulah perlu kerjasama dari semua pihak dalam
mencerdaskan bangsa ini dan tak luput juga bagi pemegang kebijakan untuk memberikan
kebijakan yang lebih adil dibidang pendidikan yang tidak hanya dalam mengambil keputusan
melihat daerah di Jawa saja atau di kota-kota besar tapi perlu juga didaerah tertinggal dan
dipelosok-pelosok desa yang sulit transportasinya.

Anda mungkin juga menyukai