Anda di halaman 1dari 15

 


SMA Negeri 5 Depok Perum. Bukit Rivaria Sektor IV

7XJDV$JDPD,VODP X-7

Disusun Oleh : Almira Sulistiyono Alvinna Mazaya Amini Andini Setya Paramitha Avitasya Febryani S Nurhikmah Rahmawaty Wigati Julianti P

BAB II
0

2.1 Kelahiran
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[11], meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[10] Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[9] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd alMuththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina). Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).[10]

2.2 Berkenalan dengan Khadijah


Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.

Seseorang yang telah mendengar tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan keuntungan yang lebih dari biasanya. Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang memiliki gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.

2.3 Memperoleh gelar


Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka'bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya". Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang memiliki arti "yang benar".

2.4 Kerasulan

Gua Hira tempat pertama kali Muhammad memperoleh wahyu Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira' sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan. Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira', Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata: Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)

Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.

Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nms al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya. Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qur n (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi "mereka yang menyerahkan diri kepada Allah", yaitu penganut agama Islam.

2.5 Mendapatkan pengikut


Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan AsSabiqun al-Awwalun. Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.

2.6 Hijrah ke Madinah


Di Mekkah terdapat Ka'bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka'bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyisembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah. Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.

Masjid Nabawi, berlokasi di Medinah, Arab Saudi. Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau "Madinatun Nabi" (kota Nabi). Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat
5

dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.

2.7 Penaklukan Mekkah


Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka'bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.

2.8 Mukjizat
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya. Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad adalah Al-Qur'an, karena pada masa itu bangsa Arab memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri adalah orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil dikarang olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi'raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.

2.9 Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi


Pada awal diturunkannya Islam di Kota Mekkah, Rasulullah menjalankan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, atau lebih dikenal dengan dakwah Marhalah Makiyyah (Fase Mekkah). Pada Marhalah dakwah Makiyyah ini, dakwah nabi Muhammad yang disyariatkan oleh Allah adalah melakukan jihad dengan menahan diri untuk tidak memerangi orang-orang kafir. Hal ini seperti tercantum dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 77, yang berbunyi; Tidakkah Engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat! ketika mereka diwajibkan berperang tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh) seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang pada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi? katakanlah, kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.

2.10 Hikmah Dakwah Sembunyi-Sembunyi


Perintah Allah terhadap metode dakwah nabi yang dilakukan secara sembunyisembunyi memiliki beberapa hikmah nyata dalam kehidupan kaum muslimin kala itu. Strategi ini sekaligus menjadi rujukan bagi pergerakan dakwah Islam yang dilakukan di saat sekarang ini. Sebagaimana fungsi dan peran sebuah siroh nabi, padanya terdapat banyak hikmah dan pelajaran pada ummat manusia yang tidak terbatas pada ruang, waktu dan zaman, selalu dapat diadopsi dan disesuaikan. Adapun beberapa hikmah dan pelajaran tersebut adalah sebagai berikut; 1. Dakwah fase makiyyah merupakan dakwah pada fase persiapan dan pendidikan secara internal. Kaum muslimin ditekankan untuk memperkuat kemampuan diri sendiri terlebih dahulu dalam berbagai segi kehidupan. Tarbiyah yang dilakukan ditujukan untuk mendidik mental-mental tiap individu agar dapat resisten, kuat dan sabar dalam menghadapi sagala macam bentuk ujian dakwah. Dakwah nabi dilakukan secara sembunyi-sembunyi pada fase ini salah satunya didasarkan pada alasan masih sedikitnya jumlah kaum muslimin pada saat itu. Secara logika jumlah yang sedikit akan sangat tidak efektif melakukan perlawanan secara terbuka terhadap kaum kafir yang banyak jumlahnya pada saat itu.
7

2.

Oleh sebab itu fokus pertama yang harus dilakukan adalah memperbanyak jumlah kaum muslimin terlebih dahulu, memberikan nilai-nilai tarbiyah dan pendidikan Islam terhadap kaum muslimin yang ada. 3. Metode dakwah nabi secara damai kala itu ternyata lebih mengena di hati masyarakat kaum Quraisy yang terkenal memiliki harga diri dan izzah yang cukup disegani dibandingkan kabilah-kabilah masyarakat arab lainnya kala itu. Diantara kaum kafir Quraisy yang saat itu tidak menyukai dakwah nabi yang membawa risalah Allah, ternyata dikemudian hari sebagian orang-orang tangguh diantara mereka akan menjadi tokoh-tokoh tangguh yang berkomitmen dalam membantu dan menjalankan dakwah Islam. Banyak tokoh-tokoh kafir Quraisy yang tadinya memusuhi Islam, namun dengan kelemah lembutan dan kemuliaan akhlak dakwah yang dilakukan nabi, tokoh-tokoh ini akhirnya menjadi tokoh-tokoh terdepan yang membantu gerakan dakwah Islam itu sendiri. Menghindari terjadinya peperangan dan pembunuhan yang bisa saja terjadi ditingkat keluarga secara luas. Pembunuhan ini bisa dipicu oleh anggota keluarga tersebut yang nekat memeluk Islam tanpa izin dari anggota keluarga lainnya. Jumlah kaum muslimin yang masih sedikit kali itu akan sulit menangani hal ini. Kebutuhan yang diperlukan pada saat itu adalah peningkatan kualitas belum pada kuantitas. Artinya belum ada kebutuhan mendesak untuk melakukan ajakan masuk Islam secara terang-terangan hingga melibatkan aktifitas fisik berperang.

4.

5.

6.

7.

2.11 Dakwah Secara Terbuka


Setelah beberapa lama dakwah dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Yaitu dengan turunnya surat Asy-syura ayat 214 yang berbunyi : " Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat ". Langkah pertama yang beliau lakukan adalah dengan menyeru dan mengundang kerabat-kerabatnya dari Bani Hasyim. Beliau berkata : '' Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertologan, percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tiada ilah selain Dia. Demi Allah kalian akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan
8

dibangkitkan lagi layaknya bangun tidur. Kalian akan dihisab terhadap apapun yang kalian perbuat, lalu disana ada surga yang abadi dan neraka yang abadi pula". Kemudian Rasulullah mengajak kepada Bani hasyim untuk mendukung dakwahnya tetapi mereka menolak kecuali Abu Thalib, bahkan Abu lahab berkata : " Demi Allah ini adalah buruk. Ambillah tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya".( lihat Fiqhus-sirah Ibnu-atsir hal 77-78). Setelah beliau menyeru keluarganya, dan mendapatkan dukungan dari Abu Thalib, kemudian beliau mengajak masyarakat Arab, hal ini dilakukan dalam rangka melaksanakan perintah Allah dalam surat Al-Hijr ayat 94 yang berbunyi : " Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik ". Imam Bukhari meriwayatkan sebagian dari kisah ini dari Ibnu Abbas, dia berkata : "Tatkala turun ayat , ""Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatnya yang terdekat ". maka Rasulullah naik ke bukit Shafa lalu berseru , " Wahai Bani Fihr, wahai Bani 'Ady .... !". Yang ditujukan kepada semua suku Quraisy sehingga mereka berkumpul. Kemudian beliau bertanya : " Apa pendapat kalian jika kukabarkan bahwa dilembah ini ada pasukan kuda yang mengepung kalian, apakah kalian percaya kepadaku ?". Mereka menjawab : " Benar, kami tidak pernah mempunyai pengalaman bersama engkau kcuali kejujuran". Beliau bersabda : " Sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum datangnya adzab yang pedih ". Lalu Abu Lahab berkata : " Celakalah engkau untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami ?". Kemudian Allah menurunkan Ayat : " Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan Sesungguhnya Dia akan binasa ". (Q.S Al-Lahab : 1). Langkah dakwah selanjutnya yang diambil oleh Rasulullah adalah menyeru masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada Islam dengan terangterangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekah, kemudian penduduk negeri-negeri lain. Di samping itu, ia juga menyeru orang-orang yang datang ke Mekah, dari berbagai negeri untuk mengerjakan haji. Kegiatan dakwah dijalankannya tanpa mengenal lelah. Dengan usahanya yang gigih, hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut Nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya. Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja. Setelah dakwah dilakukan secara terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi semakin

keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Dalam beberapa sumber menyebutkan ada beberapa faktor mengapa kaum Quraisy menghalangi dakwah Nabi, diantaranya : 1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini sangat tidak mereka inginkan. 2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya. Hal ini tidak disukai Quraisy. 3. Para pemimpin Quraisy dan kaum bangsawan tidak bisa menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. 4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang telah mengakar pada bangsa Arab. 5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

2.12 Kaum Quraisy mengirim utusan kepada Abu Thalib


Awalnya mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada perlindungan dan pembelaan Abu Thalib yang amat disegani itu. Karena itu mereka menyusun siasat untuk melepaskan hubungan Nabi dengan Abu Thalib, mereka mengancamnya dengan mengatakan : " Kami minta Anda memilih satu di antara dua: Memerintahkan Muhammad berhenti dari dakwahnya atau Anda menyerahkannya kepada kami. Dengan demikian, Anda akan terhindar dari kesulitan yang tidak diinginkan ". Nampaknya Abu Thalib cukup terpengaruh dengan ancaman tersebut sehingga ia mengharapkan Muhammad menghentikan dakwahnya. Namun, Nabi menolak dengan mengatakan : " Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini, walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak saudara akan mengucilkan saya ". Abu Thalib sangat terharu mendengar jawaban kemenakannya, kemudian berkata: "Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membelamu". Merasa gagal dengan cara ini, kaum Quraisy kemudian mengutus Walid ibn Mughirah dengan membawa Umarah ibn Walid, seorang pemuda yang gagah dan tampan untuk ditukar dengan Nabi Muhammad. Walid bin Mughirah berkata kepada Abu Thalib: " Ambillah dia menjadi anak Saudara, tetapi serahkan Muhammad kepada kami untuk kami bunuh ". Usul ini tentu saja ditolak keras oleh Abu Thalib.

10

2.13 Utusan Quraisy kepada Nabi Muhammad


Tahap selanjutnya mereka mendatangi langsung Nabi Muhammad. Mereka mengutus Utbah ibn Rabiah, seorang ahli retorika, untuk membujuk Nabi. Mereka menawarkan tahta, wanita, dan harta asalkan Nabi Muhammad bersedia menghentikan dakwahnya. Semua tawaran itu ditolak Muhammad dengan mengatakan : " Demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini, hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya ". Setelah cara-cara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Tindakan kekerasan itu lebih intensif dilaksanakan setelah mereka mengetahui bahwa di lingkungan rumah tangga mereka sendiri sudah ada yang masuk Islam. Budak-budak yang selama ini mereka anggap sebagai harta, sekarang sudah ada yang masuk Islam dan mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan tuan mereka. Budakbudak itu disiksa tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy juga mengharuskan setiap keluarga untuk menyiksa anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.

2.14 Beberapa cara untuk menghadang dakwah


Kaum Quraisy berupaya sekuat tenaga untuk menghalangi dakwah Rasulullah dengan berbagai cara, diantaranya : 1. Ejekan, penghinaan, olok-olokan dan penertawaan. Hal ini mereka maksudkan untuk melecehkan orang-orang muslim dan menggembosi mental mereka. Mereka mengejek dan menuduh Nabi sebagai orang gila, sebagaimana firman Allah : " mereka berkata: " Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila ". (QS. Al-Hir : 6). Mereka juga menuduh Nabi sebagai pendusta, tukang sihir dan ejekan-ejekan yang lainnya. 2. Mencela ajaran yang dibawa oleh Rasulullah, membangkitkan keragu-raguan, menyebarkan anggapan bahwa ajaran-ajaran beliau berasal dari diri beliau. Diantaranya mereka mengejek Al-Quran sebagaimana Firman Allah : " dan orangorang kafir berkata: "Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diadaadakan oleh Muhammad dan Dia dibantu oleh kaum yang lain. Maka Sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan Dusta yang besar. Dan mereka berkata:
11

"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, Maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya Setiap pagi dan petang.". (QS AL-Furqan : 4-5) 3. Melawan Al-Quran dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu. 4. Menyodorkan beberapa bentuk penawaran sehingga dengannya mereka berusaha untuk mempertemukan Islam dan Jahiliyyah di tengah jalan. 5. Siksaan kepada Rasulullah dan para Shahabat.

2.15 Substansi Dakwah Rasulullah SAW


Diantara tugas utama Rasulullah SAW adalah untuk mengubah wajah dunia dari kegelapan (jahiliyah) kepada terang benderang dengan adanya petunjuk-petunjuk dari Allah SWT. Beberapa hal penting yang beliau sampaikan diantaranya adalah: a. Menanam akidah tauhid dikalangan umatnya. Inilah yang menjadi perbedaan besar antara Islam dengan agama lainnya. Pengertian ajaran tauhid ialah suatu kewajiban meyakini bahwa alam ini bukanlah Tuhan, dan bukan pula makhluk yang diciptakallah tanpa tujuan. Mengajarkan tentang persamaan hak. Manusia di muka bumi ini mempunyai hak dan kebebasan yang sama, tidak ada golongan yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Keutamaan manusia yang yangsatu melebihi yang lain disadari atas tingkat kualitas ketaqwaannya Kebebasan dan kemerdekaan berfikir. Beberapa ayat dalam al-quran mendorong manusia agar menggunakan asal pikirannya, menuntut ilmu dan mengkajinya Menyatukan antara kehidupan dunia dan akhirat. Ajaran yang dibawa nabi Muhammad SAW sangat jelas, bahwa antara agama dan keduniaan tidak terdapat kesenjangan. Islam mengajarkan barang siapa menginginkan kesenangan di akhirat maka ia harus banyak berbuat kebajikan di dunia. Dan barang siapa ingin memperoleh keselamatan di dunia maka ia harus banyak mengingat akhirat.

b.

c. d.

12

2.16 Strategi Dakwah Rasulullah

Strategi dakwah Rasullah saw. Selama dalam periode Mekah terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama ; dakwa dilakukan secara diam-diam, dimulai dari keluarga setelah turunnya wahyu kedua Q.S Al.Muddatsir ayat dua. Tahap kedua ; dakwa dilakukan dengan terang-terangan.setelah turunya Q.S Al. Hijr ayat 94.

13

BAB III

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan kelompok kami mengenai pembahasan makalah ini tentang sejarah perkembangan dakwah,yaitu : Rasulullah dalam memulai dakwahnya tidak langsung dimulai secara terbuka melainkan secara sembunyi-sembunyi dikarenakan pada zaman tersebut masyarakat Arab masih berada dalam masa jahiliyah. Selain itu penolakanpenolakan terhadap ajarab Agama Islam berasal dari kerabat terdekat Nabi yaitu pamannya Pada dakwah sembunyi-sembunyi tersebut Nabi berhasil mengislamkan 7 orang pertamg yang di kenal dengan sebutan assabiqunal awwalun. Namun karena dianggap progress dari dakwah secara sembunyi-sembunyi tergolong cukup lambat maka Allah memerintahkan Rasulullah untuk melakukan dakwah secara terang-terangan (terbuka). Usaha dakwah seperti inilah yang sampai saat ini masih terus dilakukan oleh umat Islam

3.2 Saran

Saran kelompok kami terhadap perkembangan dakwah Islam adalah : 1. Umat Islam hendaknya bersatu dalam menyebarkan dakwah-dakwah Islam 2. Sesama umat muslim hendaknya saling menghargai perbedaan metode maupun aliran yang diajarkan selama aliran tersebut tidak menyimpang dari inti ajaran Islam 3. Sebaiknya dalam menyampaikan dakwah, konteks materi dakwah hendaknya di sesuaikan dengan keadaan realita yang factual. Namun dalam penyampaiannya tidak terkesan menuduh atau menghina ajaran agama lain.

14

Anda mungkin juga menyukai

  • Bahagia
    Bahagia
    Dokumen2 halaman
    Bahagia
    Amanda Fajrina Fitri
    Belum ada peringkat
  • KSHP
    KSHP
    Dokumen63 halaman
    KSHP
    Amanda Fajrina Fitri
    Belum ada peringkat
  • Proposal PPL
    Proposal PPL
    Dokumen18 halaman
    Proposal PPL
    Amanda Fajrina Fitri
    Belum ada peringkat
  • Filpend
    Filpend
    Dokumen15 halaman
    Filpend
    Amanda Fajrina Fitri
    Belum ada peringkat
  • Bedah Mitos Dan Tahayul
    Bedah Mitos Dan Tahayul
    Dokumen7 halaman
    Bedah Mitos Dan Tahayul
    Amanda Fajrina Fitri
    Belum ada peringkat