Anda di halaman 1dari 2

PENGGANTIAN TRAFO, BEBAN NAIK ?

Catatan Bebas Oleh Adabuddin Ada diskusi menarik dari teman-teman KCA yang kebetulan bertemu dengan tem an-teman dari BAS pada tanggal 18 Mei 2011. Topik mereka adalah sering menemukan dalam mutasi trafo terjadi kenaikan beban, maksudnya pada trafo pertama misalny a berbeban 80%, pengukuran pada trafo pengganti menghasilkan beban 90%. Teman-te man menjadi bingung, selain itu pihak petugas/pengawas PLN akan mengklaim bahwa ada manipulasi pada pengukuran beban yang menjadi tanggung jawab Vendor . Ada apa sebenarnya?. Untuk menganalisa hal ini, kita kembali kepada hukum dasar ilmu listrik, yaitu H ukum Ohm yang dikemukakan oleh Georg Simon Ohm. Supaya kelihatan keren, kita kut ip kata-kata aslinya sbb: Ohm's law states that the current through a conductor between two points is dire ctly proportional to the potential difference across the two points, and inverse ly proportional to the resistance between them. Biasanya dalam pelajaran ilmu listrik dasar disebutkan bahwa hukum Ohm adalah AR US BERGANTUNG PADA TEGANGAN, atau dirumuskan menjadi I = V/R , dimana I = aru s listrik (Ampere), V = tegangan listrik (Volt), dan R = hambatan listrik (Ohm ). Inilah kuncinya. Contoh: kalau anda punya lampu pijar dengan spesifikasi yang tertulis pada balon itu: 220 Volt/100 Watt, artinya lampu itu akan menyala 100 Watt jika diberi teg angan 220 V. Pada saat ini arusnya adalah I = 100/220 = 0,45 Ampere. Untuk menge tahui Hambatannya dipakai Rumus R = V2/R = (220)2/100 = 484 Ohm. Kalau tegangan nya diberikan hanya 110 Volt saja, maka bebannya akan turun menjadi 25 Watt (dra stis sekali yah?). Pada saat ini arusnya menjadi 25/220 = 0,11 Ampere. Kalau teg angannya naik sedikit, misalnya 230 V, maka dayanya akan menjadi ? Jawabannya ad alah 109,3 Watt, dan arusnya menjadi 109,3/230 = 0,47 Ampere. Kalau terlalu pusing dengan segala macam cerita di atas, lihat saja angka yang d itulis tebal (bold): Pada saat tegangan 220 Volt, arusnya adalah 0,45 Ampere, te tapi jika tegangannya naik menjadi 230 Volt, arusnya menjadi 0,47 Ampere. Kesimp ulannya jika kita lakukan mutasi trafo dan penggantinya mempunyai tegangan lebih besar dari tegangan trafo yang diganti, maka BEBANnya akan naik. Sebaliknya jik a trafo pengganti lebih jelek tegangannya, maka beban akan turun. Faktor teganga n Trafo ini perlu juga dicermati; kemungkinannya bergantung kepada Fabriknya ata u barangkali bergantung pada Typenya?. Kasus di PLN: Brown-out. Saya itu bolak-balik mencari di kamus apa sebenarnya arti brown-out, ternyata saya tidak mnemukannya. Terus logika berfikir saya menghubungkan black-out dan brown-ou t. Black out kita semua sudah tahu, padam total, kalau dari kamus artinya jatuh ping san. Mungkin ada hubungannya antara black (hitam) dengan brown (coklat). Jadi kalau b lack-out jatuh pingsan, maka mungkin brown-out mendekati jatuh pingsan (he..hehe, ada-ada saja). Kita kembali kepada kasusnya. Jika ada sebuah system kelistrikan, kita ambil saj a contoh Listrik Desa (supaya lebih mudah) yang mempunyai Pembangkit sendiri. Su atu saat terjadi beban sedikit lebih tinggi dari kemampuan Pembangkit. Untuk men yelamatkan supaya tidak terjadi pemadaman, maka dilakukan brown-out, yaitu teganga n diturunkan sedikit, akibatnya beban mengecil sehingga kelebihan beban yang seh arusnya dipadamkan menjadi TIDAK PADAM. Kasus seperti ini sudah sering terjadi, bahkan menjadi SOP (Standing Operation Prosedure) tersendiri. Mengapa hal itu bi sa terjadi? Ini dasarnya adalah Hukum Ohm; Arus bergantung pada tegangan. Impedansi Hubung singkat. Untuk mendapatkan impedansi hubung singkat dilakukan apa yang dinamakan tes beba n kosong disbanding dengan test hubung singkat (beban penuh), hasilnya adalah me mperlihatkan berapa penurunan tegangan trafo dari berbeban Nol ke beban penuh da lam prosen. Contohnya, jika trafo tidak dibebani pengukuran kita di terminal TR 400 Volt. Kalau dibebani penuh sesuai kapasitasnya, maka tegangan di terminal TR akan turun, misalnya 380 Volt. Ini berarti terjadi penurunan tegangan 20 Volt a tau (20/400) x 100 % = 5 %.

Pada trafo Distribusi (sepanjang yang saya ketahui), Impedansi hubung singkatnya ada 5 % dan ada juga 4 %. Dari sisi tegangan menurut anda yang mana yang bagus ? Benar yang 4 % tentunya. Coba kita cari berapa penurunan tegangannya jika tega ngan beban kosong 400 Volt. 4% x 400 = 16 Volt, berarti tegangan pada beban penu h adalah 400 16 = 384 Volt. Kembali kepada kasusu Diskusi di atas. Salah satu kemungkinan kenaikan beban ada lh perbedaan Impedansi hubung singkat antara kedua trafo tersebut. Silahkan dire nungkan! Tap Changer (Off Load Tap Changer) Tap Changer sering diindonesiakan menjadi Pengaturan Sadapan Tegangan. Kemungkin an berikutnya adalah pengaturan Tap Changer. Sepanjang yang saya ketahui, semua trafo Distribusi mempunyai tap 20 kV +/- 5 % atau 19 kV, 20 kV, dan 21 kV. Seba hagian Fabrik Trafo membuat 4 Tap tetapi totalnya tetap +/- 5 % (jadi, 19 kV, 19 ,5 kV, 20 kV, 20,5 kV, dan 21 kV), yang lainnya membuat 3 tap seperti tersebut d i atas. Jadi kalau ada perubahan Tap antara trafo diganti ke trafo pengganti, ma ka pasti terjadi perubahan beban. Ingat di sini berlaku Hukum Ohm. Sedikit tambahan, selain Off load tap changer (dilakukan perubahan pada saat tan pa tegangan), ada juga On Load Tap Changer yaitu tap tegangan dilakuan dalam kea daan bertegangan, contohnya Trafo 150/20 kV di Gardu Induk. Demikian catatan kali ini, semoga menambah wawasan. Makassar, 20 Mei 2011. http://www.kca.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97:penggantian -trafo-beban-naik-&catid=39:opini&Itemid=81 31-5-2011

Anda mungkin juga menyukai