Anda di halaman 1dari 82

1.

MIRAGE F1 (DASSAULT-BREGUET)

Mengikuti Mirage F-2 yang merupakan kebangkitan desain sayap-panah berstabiliser, Mirage F-1 adalah pesawat pertahanan dan superioritas udara dengan satu tempat duduk. Kebangkitan ini dapat terjadi kerena perkembangan teknologi yang memungkinkan pembuatan sayap yang ultra-tipis dan sempurna/kuat, memungkinkan penerbangan berkecepatan supersonik yang setara dengan sayap delta . Integritas dari struktur pesawat terbang membuat pesawat dapat membawa bahan bakar secara maksimal. Prototype (purwarupa) Mirage F-1 telah melakukan penerbangan pertama dengan Ren Bigand sebagai pilot pada 23 Desember 1966 di Melun-Villaroche (wilayah Seine-et-Marne, Perancis). Diresmikan oleh AU Perancis pada 1973, dan lebih dari 700 Mirage F-1 terjual ke sekitar 11 negara. Dassault Mirage F-1C merupakan standar figter Perancis sebelum Mirage 2000 diresmikan pada 1984. Sayap-sayapnya terpasang tinggi, tertekuk ke belakang dan runcing. Misil biasanya terpasang di ujung sayap. Terdapat sebuah mesin turbojet di badan pesawat. Terdapat pipa saluran udara berbentuk setengah lingkaran sepanjang samping body pesawat di depan akar sayap. Terdapat sebuah lubang pengeluaran. Badan pesawat panjang, ramping, berhidung runcing dan berekor tumpul. Terdapat dua sirip perut kecil di bawah bagian ekor dan sebuah kanopi gelembung. Ekornya tertekuk ke belakang dan merupakan sirip runcing dengan ujung tumpul. Flatnya terpasang menengah pada badan pesawat, tertekuk ke belakang dan tajam dengan ujung tumpul. Spesifikasi Negara Asal: Perancis Pembuat: Dassault Aviation, SNECMA, Thomson-CSF Fungsi: 1. Mirage F1 CT - Close Air Support (CAS) / attack / fighter, 2. Mirage F1 CR - Tactical reconnaissance / fighter Penerbangan Pertama: November 1981, dan 1992 untuk sistem senjata baru (Versi F1 CT) Diresmikan: 1983 Pesawat Serupa: Super Etendard, Mitsubishi F-1, AV-8B Harrier II, Fantan A Kru: satu, dan dua jika trainer Panjang: 49 kaki (14,94 m) Lebar Sayap: 27 kaki (8,4 m) Tinggi: 4,5 m Berat: 6,1 t (kosong) dan 15,2 t (maksimal saat lepas landas) Mesin Dorong: SNECMA Atar 9K50 jet engine / 4.7 t and 6.8 t with afterburner

Ketinggian Maksimal: 52.000 kaki (20.000 meter) Kecepatan Maksimal: 2,2 Mach Jarak Tempuh: 1160 nm Pengisian Bahan bakar saat Terbang: Ya Bahan bakar Internal: 3.435 kg Kapasitas bahan bakar: 4.100 L internal/6,400 L maksimal/pengisian bahan bakar saat terbang. Payload: 6.300 kg Sensor: Cyrano IVM radar (-200 has IWMR), RWR Drop Tanks: 1160 L drop tank dengan 927kg bahan bakar untuk jarak 157 nm, dan 2.300 L drop tank dengan 1837927kg bahan bakar untuk jarak 310 nm. Senjata: 2 30mm DEFA 553 cannon, 2 Matra Magic R550, free fall and parachute drag bombs Peralatan Spesial: Radar Thomson-CSF Cyrano IV-MR (air-to-air, air-to-ground), inertial navigation system, panoramic camera Omera 40, vertical camera Omera 33, IR thermographic captor Super Cyclope, lateral radar Raphael, electromagnetic emissions detector Astac, photographic pod RP35P, Desire digital video recce pod, electronic counter measures Interoperabilitas NATO: In-flight refuelling by NATO aircraft, armament and ammunitions in accordance with NATO standards Negara Pengguna: Perancis, Yunani, Iran, Irak, Yordania, Kuwait, Libya, Maroko, Qatar, Afrika Selatan dan Spanyol. Jumlah: 740 (termasuk semua tipe Mirage-F1) AU Perancis: 40 pesawat dalam 2 skuadron. Radar Pengintai Mirage-F1 CR Raphael TH: Radar imagenary udara dengan transmisi radio. 600-kg pod untuk imagery radar (SLAR : Side Looking Airborne Radar) sampai 100-km ke dalam garis batas musuh. Astac: ASTAC adalah sebuah sistem ELINT/ESM yang didesain untuk deteksi, identifikasi dan lokalisasi radar dari semua tipe. Radar ini cocok untuk misi pengintaian "altitude stand-off" medium dan tinggi, atau di altitude rendah untuk penetrasi dan peperangan, yang mana dapat mengumpulkan data untuk mencegah atau menghancurkan pertahanan anti-udara (pesawat). Pod analiser sinyal taktis ASTAC adalah pot pod supersonik ringan yang mudah untuk dipasang di bawah pesawat jenis apapun. ASTAC sekarang dipakai pada Mirage F1CR Perancis dan RF-4E Jepang. Desire: Electro-optical reconnaissance demonstrator. Pendular pod for digital video reconnaissance (Thomson-CSF), including 610-mm high-definition stabilised optics. The pod is linked with the ground station SARA and with the multisensors interpretation aid system (SAIM) Super cyclope: Thermographic sensor (infrared wavelength), whose information can be sent in real time or at a later time to a ground station. Pod RP35P: Includes 75, 150, 200 and 600-mm focal length photographic camera Omera 33: Camera taking shots vertically at intermediate altitude (150, 300 and 600-mm focal length) Omera 40: Panoramic camera taking 180 downwards shots.

2.MiG-35 / 1.42 Multirole Front-Line Fighter [MFI]

MiG Multirole Front-Line Fighter [MFI - Mnogofounksionalni Frontovoi Istrebiel ] baru telah dipublikasikan pada 12 Januari 1999. Projeknya telah dikembangkan sejak 1986. Pesawat tempur garis depan multi-fungsi generasi kelima ini dikembangkan oleh MIG (Mikoyan dan Gurevich) aviation scientific dan MAPO. Purwarupa pertama dikirim pada awal 1994 dan pengerjaannya tertunda karena keterbatasan dana. Pesawat tempur dengan berat 35 ton ini mempunyai sebuah saluran udara di bawah badan pesawat dengan dua buah mesin AL41F dengan masing-masing 20 ton mesin dorong, dan dengan kecepatan maksimal lebih dari 2.500km/jam. Planform ekor-kembar duck memungkinkan seluruh pergerakan foreplane tipe canard dengan lebar sayap sekitar 15m dan panjang 20m. MAPO-MiG mengklaim bahwa pesawat ini mampu mengalahkan F-22 Raptor dan sebagian besar pesawat tempur AS. Walaupun misi utama MFI adalah superioritas-udara, tidak seperti F-22, MFI juga dapat melakukan misi penyerangan, dan di dalamnya kedua konsep dan konfigurasi ini setara dengan EFA2000 Eurofigter multi-fungsi. Seperti F-22 Amerika, MFI mempunyai vectoring system mesin dorong yang memungkinkan dilakukannya pembelokan tajam. Pesawat ini juga mempunyai kemampuan

sembunyi yang sama, dengan canard, sayap, dan struktur badan pesawat yang terbuat dari karbonfiber dan meterial komposit polimer. Kemampuan sembunyi lainnya termasuk radar-absorbing covering, screening of radar-visible structure elements, dan pengurangan jejak panas. Pesawat dapat membawa peluru kendali udara-ke-udara dan udara-ke-darat jarak jauh dan dipersenjatai dengan meriam 30mm. Spesifikasi Pembuat: Mig-MAPO Negara: Rusia Fungsi: Pesawat Tempur Multi-Fungsi Kru: 1 Penerbangan Pertama: 1999 Mesin: 2 Lyulka AL-41F vectored-thrust afterburning turbofans, 39,340 lb thrust each Lebar Sayap: 15m Panjang: 19m Tinggi: 6m Bentang Canard: 5m

3.S-37 Berkut

S-37 Berkut [Golden Eagle] (Sukhoi) adalah sebuah tes awal (testbed) untuk pengembangan teknologi untuk pesawat generasi mendatang. Dimensi dan berat dasar dari S-37 Berkut adalah sama dengan

Su-37, walaupun mereka adalah pesawat yang berbeda, sedangkan untuk ekor, hidung dan canopy (langit-langit) sama dengan Su-35. Dua opurwarupa (prototype) pertama sangat jelas mengikuti S-32, dan desain S-37 sebelumnya pernah diaplikasikan ke projek pesawat tempur yang tidak berhubungan untuk pesawat tunggal sayap delta yang lebih kecil yang dibatalkan karena kekurangan dana. S-37 mempunyai sayap tertekuk ke depan, yang menjanjikan keunggulan di bidang aerodinamis pada kecepatan subsonic dan pada sudut tinggi (high angles of) serangan. Sayap yang tertekuk ke depan ini memungkinkan bertambahnya jarak dan manuverabilitas pada altitude yang tinggi. Pesawat ini mempunyai canard besar yang terpasang di samping saluran udara, dekat dengan ujung depan sayap. Penstabil vertikal dipasang di sebelah luar (sedikit di luar, bukan di dalam seperti dugaan sebelumnya), dan dua buah pintu saluran udara tambahan besar yang terlihat di bagian tengah badan pesawat. Sampa saat ini, belum jelas jenis mesin apa yang dipakai dalam pesawat ini. Dugaan saat ini ada dua mesin yang mungkin dipakai, pertama adalah turbojet D-30F6 yang pada umumnya dipakai pada MiG-31M, sedang yang ke dua (yang digunakan pada prototype kedua) adalah turbojet Ljulka AL-37FU dengan thrust vectoring . S-m7 adalah sebuah program eksperimental untuk mengembangkan teknologi pesawat generasi kelima, dan semua keputusan pada produksi serial untuk pesawat ini berada di tangan Menteri Pertahanan di masa yang akan datang. Spesifikasi Negara: Rusia Pembuat: Sukhoi Lebar Sayap: 15,16m 16,7m Panjang keseluruhan: 22,2 m 6,4 m Tinggi keseluruhan: 6,36m 6,4m Berat Kosong: 24.000kg-26.000kg BErat Max: 34.000kg Kecepatan max: 2.500 km/jam (1.350 knots) Kecepatan Max saat S/L : 1.400 km/jam Tinggi Max. yang dapat dijangkau: 18.000m Jarak tempuh max: 1.782 nm (3.300 km) Jumlah persenjataan/misil: 14; 2 di ujung sayap, 6-8 di bawah sayap, 6-4di bawah badan pesawat. Misil udara-ke-udara: R-77, R-77PD, R-73, K-74 Misil udara-ke-permukaan: X-29T, X-29L, X-59M, X-31P, X-31A, KAB-500, KAB-150 Kru: satu Berat : 33,069 lb empty / 44,092 lb max. take off Kecepatan: Altitude: 2.448km/jam dan supercruise 1.224km/jam Persenjataan: Tidak diketahui, yang pasti dari jenis AAMs milik Rusia.

4.Lockheed Martin F-22 Raptor Air Superiority Fighter

F-22 telah memenangi kontes Air Force's Advanced Tactical Fighter melawan Northrop YF-23 pada April 1991. Misi primer pesawat ini masih tetap untuk superioritas udara, untuk ini, pesawat dapat mengangkut sampai 8 misil udara-ke-udara di dalamnya, misi sekunder sebagai fungsi groung-attack juga sudah dikembangkan. Kemampuan ini telah ditandai ketika Raptor dirubah namanya menjadi F/A-

22 pada akhir 2002, walapun didesain lagi sebagai F-22 sejak Desember 2005. F-22 utamanya didesain untuk menambah dan mengganti F-15 dengan menambahkan fitur stealth dan teknologi propulsi terbaru. Pengembangan ini termasuk desain angular, penggunaan material komposit absorbent radar, dan kemampuan supercruise pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan sebuah pembakaran susulan . F-22 juga meningkatkan agilitasnya dengan penggunaan thrust vectoring nozzles dan sistem kontrol fly-by-wire yang canggih. Sistem canggih lain yang terdapat dalam Raptor termasuk sebuah deretan avionic terintegrasi yang dibangun disekitar komputer penerbangan yang canggih dengan kemampuan memori 3 kali lipat dan kecepatan 16 kali lipat dari pada yang dipakai pada F-15. F-22 juga menggunakan sistem nav/attack yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menyaring informasi ke pilot untuk mengurangi beban kerjanya sehingga meningkatkan kewaspadaan situasi. Dua purwarupa dari YF-22 dan YF-23 yang dibuat, satu contoh dari setiap pesawat dilengkapi dengan mesin turbofans Pratt and Whitney F119 dan yang lainnya dengan mesin turbofans General Electric. Kombinasi variasi ini membuat AU dapat emmilih kombinasi terbaik untuk mesinnya. Prototype YF-22 kedua yang dilengkapi dengan mesin Pratt and Whitney melakukan demonstrasi kemampuannya untuk terbang dengan kecepatan 1,58 Macg tanpa pembakaran susulan dan 1,7 mach dengan pembakaran susulan . Kombinasi ini dianggap sebagai yang paling cocok oleh Lockheed dan Pratt & Whitney, sehingga perintah untuk produksi dikeluarkan. Produksi F-22 Raptor dilakukan dengan beberapa modifikasi yang jika dibandingkan dengan prototype YF-22 maka F-22 Raptor mempunyai lebar sayap yang lebih besar, wing sweep yang berkurang, badan pesawat yang lebih pendek, dan kokpit yeng letaknya berubah untuk menambah visibilitas pilot. Walaupun pesawat ini sangat canggih, akan tetapi harganya luarbiasa mahal, sekitar 250 juta dolar AS sebuah. Harga turun dengan perkembangan metode produksinya menjadi 133 juta dolar AS pada 2005. Lockheed Martin juga mengindikasikan bahwa harganya bisa turun di bawah 100 juta dolar pada produksi di masa datang. Akan tetapi, pengurangan biaya ini tidaklah cukup karena kongres di AS terus memotong dana untuk program Raptor. AU AS sebenarnya mengharapkan untuk membuat 750 contoh F-22 dan menyatakan bahwa kebutuhannya mencapai 380 pesawat. Hanya saja, pemotongan dana ini memungkinkan F-22 sebanyak 180 pesawat yang produksinya berakhir hingga 2011. AU tetap berusaha untuk menambah dana agar peningkatan produksi dapat ditingkatkan untuk mengganti F-15 yang sudah terlalu tua. Sampai tahun 2006, sebanya 80 pesawat F-22 Raptor sudah selesai dibuat dari 80 yang dipesan. Konggres AS sampai sekarang menolak ekspor pesawat ini ke negara lain yang sebenarnya bisa dipakai sebagai sumber dana tambahan. Spesifikasi Penerbangan Pertama: 29 September 1990 (YF-22) dan 7 September 1997 (F-22A). Peresmian Pemakaian: 15 Desember 2005 Kru: 1 Pilot Bagian Airfoil: Akar sayap: NACA64A/05.92, Ujung sayap: NACA 64A/04.29 Panjang: 18.92m Lebar Sayap: 13.56m Tinggi: 5m

Luas Sayap: 78 m2 Canard: tidak ada Berat kosong: 15.420kg Berat Takeoff normal: 27.215kg Berat Takeoff maksimal: 28.125kg Kapasitas Bahan Bakar: internal 9.365kg dan eksternal 7.195kg dalam 4 tangki Payload maksimal: internal 1.775 kg dan eksternal 8.635 kg. Mesin: 2 Pratt & Whitney F119-100 afterburning turbofans Daya Dorong: 310kN Kecepatan maksimal: pada altitude: 2,180 km/jam pada ketinggian 9,150 m, 2 Mach [afterburner], 1,725 km/jam pada ketinggian 9,150 m, 1.6 Mach [supercruise]; pada level laut: 1.480 km/jam, 1.2 Mach Tinggi maksimal: 15.240m Jarak tempuh: 3.700km g-Limits: +9.0/-3.0 Meriam: 1 meriam M61A2 Vulcan 20 mm (480 rds) Stations: 4 internal weapons bays and 4 external hardpoints Misil udara-ke-udara: AIM-9M Sidewinder, AIM-120A/C AMRAAM, direncanakan AIM-9X Sidewinder Bom: GBU-32 JDAM, direncanakan GBU-39 Small Diameter Bomb

5.Joint Strike Fighter (JSF)

Joint Strike Fighter (JSF) adalah pesawat tempur multi-fungsi yang dikembangkan untuk fungsi penyerangan udara-ke-daratan, didesain untuk memenuhi kebutuhan AU, AL, Korp Marinir dan aliansi (NATO), dengan peningkatan survivabilitas, kemampuan pengejaran presisi, mobilitas yang perlu untuk operasi bersama (joint operations) di masa datang dan pengurangan biaya life cycle yang dihubungkan dengan lingkungan fiskal di masa datang. JSF akan menguntungkan dari kebanyakan teknologi yang sama yang dikembangkan untuk F-22 dan akan berperan besar pada commonality (penggunaan komponen yang sama) dan modularitas untuk memaksimalkan affordabilitas. Bottom-Up Review (BUR) tahun 1993 memutuskan bahwa sebuah program modernisasi teknologi penerbangan taktis terpisah pada setiap Layanan adalah tidak dapat dilakukan dan membatalkan program Multi-Role Fighter (MRF=Pesawat Tempur Multi-Fungsi) dan Advanced Strike Aircraft (A/F-X). Memahami kebutuhan akan kemampuan dari program-program yang dibatalkan ini yang harus dipenuhi, BUR mengusulkan usaha Joint Advanced Strike Technology (JAST) untuk membuat blok bangunan (kisi-kisi) pada pengembangan yang dapat dilakukan dari sistem senjata penyerangan generasi selanjutnya. Setelah pengkajian program pada Agustus 1995, DoD membuang T dari JAST dan progam JSF muncul dari usaha JAST. Tahun fiscal 1995 legislasi mengeluarkan program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Advanced Short Take-off and Vertical Landing (ASTOVL) dengan program JSF. Aksi ini menarik AL Royal United Kingdom (UK) ke dalam program, memperluas sebuah permulaan kolaborasi di bawah program DARPA ASTOVL Program JSF akan mendemonstrasikan dua konsep sistem senjata yang bersaing untuk tiga jenis fungsi pesawat untuk memenuhi kebutuhan di bawah ini: USAF-pesawat multi peran (terutama udara-ke-darat) untuk menggantikan F-16 dan A-10, dan untuk mendampingi F-22. Varian JSF AU mengajukan tantangan engineering yang terkecil. Pesawat tidak mempunyai criteria hover untuk menyenangkan, dan kualitas karakteristik dan handling yang ada pada pesawat tidak memenuhi criteria. Sebagai konsumen terbesar untuk JSF, AU tidak akan menerima penggantian pesawat tempur multi peran F-16 jika tidak ada perubahan/peningkatan signifikan. USN-pesawat tempur stealth multi peran untuk melengkapi F/A-18E/F. Pesawat memepunyai sayap dan luas kontrol ekor yang lebih besar untuk pengontrolan yang lebih baik pada pendekatan kecepatan rendah. Struktur internal dari varian AL diperkuat agar kuat mengatasi beban dalam kaitannya dengan peluncuran ketapel dan pendaratan terikat ( arrested landing ). Pesawat mempunyai kait ekor yang cocok untuk kapal induk. Roda pendaratan tidak mempunyai stroke lagi dan mempunyai kapasitas beban yang lebih besar. Pesawat mempunyai kapasitas bahan bakar internal dua kali lebih besar dari pada F-18C. Desain juga dikembangkan untuk kemampuan survival (survivabilitas). USMC-pesawat tempur multi peran Short Take-Off & Vertical Landing (STOVL) untuk menggantikan AV-

8B dan F/A-18A/C/D. Varian mariner ini membedakan diri dari varian lain dengan kemampuan takeoff pendek dan pendaratan vertikal. UK-Pesawat STOVL (supersonic) untuk menggantikan Sea Harrier . JSF milik AL UK akan sama dengan varian Marinir AS. Konsep JSF akan dibangun dengan tiga varian utama pada line produksi yang sama menggunakan teknologi manufacturing yang fleksibel. Keuntungan biaya produksi didapat dari penggunaan pendekatan manufacturing fleksibel dan subsistem umum untuk menghasilkan skala ekonomis. Commonalitas biaya diproyeksikan derange sekitar 70-90 persen; commonalitas suku cadang (penggunaan suku cadang yang serupa untuk beberapa produk berbeda) akan lebih rendah, tetapi commonalitas diutamakan pada suku cadang mahal.

Konsep Lockheed Martin X-35 untuk varian pesawat marinir AS dan AL UK menggunakan sistem shaftdriven lift-fan untuk menghasilkan kemampuan STOVL. Pesawat akan dilengkapi dengan sebuah shaftdriven lift-fan milik Rolls-Royce/Allison, roll ducts (saluran/pembuluh gulung), dan tiga mulut pipa mesin utama (a three-bearing swivel main engine nozzle), semua dipasang untuk memodifikasi mesin F119 Pratt & Whitney yang menjadi mesin tiga varian. Varian STOVL JSF Boeing X-32 untuk marinir AS dan AL UK menggunakan sebuah sistem pengangkatan langsung untuk takeoff jarak pendek dan pendaratan vertikal dengan performa up-and-away tidak terkompromi. Tujuan desain kunci dari sistem JSF adalah sebagai berikut: Survivabilitas: Reduksi jejak inframerah/frekuensi radio dan countermeasures on-board untuk survive (selamat) di medan perang masa datang mengungkit (leveraging off) support misi superioritas udara F-22

Latelitas: integrasi sensor on- dan off-board untuk meningkatkan senjata yang presisi di saat ini dan masa datang. Supportabilitas: mengurangi footprint logistic dan meningkatkan tingkat generasi serangan tiba-tiba (sortie generation rate) untuk menghasilkan kekuatan tempur lebih besar dalam waktu singkat. Affordabilitas: focus pada pengurangan biaya produksi, procuring dan pembelian JSF untuk menghasilkan struktur kekuatan yang cukup. Avionik dan stealth terintegrasi milik JSF dimaksudkan agar pesawat ini dapat menembus pertahanan misil darat-ke-udara untuk menghancurkan target. JSF dirancang untuk melengkapi struktur kekuatan (angkatan) termasuk pesawat stealth dan nonstealth, bomber dan asset pengintai.

6.Lockheed Martin F-35 Lightning II Multi-Role Fighter

Deskripsi: F-35 diumumkan sebagai pemenang kompetisi JSF Departeman Pertahanan AS pada tahun 2001 ketika Lockheed Martin X-35 diputuskan lebih superior dari pada Boeing X-32 (Nyambung dari artikel sebelumnya). Pada 2006, pesawat ini diberi nama dengan Lighning II untuk menghormati pesawat Lockheed P-38 Lightning dan English Electric Lightning yang sukses dan hebat di masa lalu. Tujuan F-35 adalah untuk menghasilkan tiga varian pesawat tempur multi-peran berbeda yang menggunakan airframe umum sebesar 70% dan 90% untuk mengurangi biaya produksi dan perawatan. JSF adalah program bersama AS dan UK, dan beberapa partner internasional yang berpartisipasi pada usaha pengembangan. Konsumen primer yang meminta spesifikasi desain untuk F-35 adalah US Air Force, US Navy, US Marine Corps, UK Royal Air Force, dan UK Royal Navy. Keseluruhan desain dibuat oleh Lookheed dengan Northrop Grumman dan BAE Systems sebagai partner, menyerupai desai F-22, tetapi setiap varian F-35 dirancang (is tailored) spesifik sesuai dengan kebutuhan operator. Model paling simpel dan murah adalah F-35A versi takeoff dan pendaratan konvensonal (CTOL= conventional takeoff and landing) berdasarkan pada X-35A. Dibuat terutama untuk AU AS, tetapi kemungkinan juga akan diekspor ke beberapa negara. Partner level II adalah Italia dan Belanda dan Level III termasuk Australia, Kanada, Denmark, Norwegia dan Turki. Singapura dan Israel juga merupakan partisipan penjualan produk ini. Varian CTOL F-35 akan dioptimalkan untuk tugas penyerangan dengan kemampuan terbatas udara-ke-udara untuk melengkapi F-15 dan F-22. AL AS membutuhkan sebagaian besar kemampuan yang sama pada varian F-35C berdasarkan model X35C. Model ini dibuat untuk mendukung F-18E/F dan memeberikan AL pesawat tempur stealth pertama. Bagaimanapun, F-35C dimodifikasi untuk mengatasi kebutuhan jarak takeoff dan pendaratan yang lebih sempit. Modifikasi yang paling nyata dari varian ini adalah sayap yang lebih lebar (35%) yang memungkinkan kapasitas bahan bakar yang lebih besar dan menghasilkan area sayap yang lebih besar untuk meningkatkan daya angkat pada kecepatan rendah. Perubahan lain pada versi F-35C termasuk sirip (fin) dan permukan elevator yang lebih besar, penambahan aileron (kemudi guling) ke flaperon pada sayap, penambahan permukaan kontrol, sebuah sistem kontrol yang sudah dimodifikasi, roda pendaratan yang sudah diperkuat, palang luncur ketapel pada roda kembar pendaratan, pengait kabel pendaratan dan mekanisme pelipatan sayap. Mungkin, varian F-35 yang paling kompleks, model short/vertical takeoff and landing (STOVL) F-35B yang berdasarkan X-35B. Model ini digunakan untuk menggantikan AV-8B dan GR.5/7 Harrier II yang menua seperti halnya Harrier dan Harrier Laut yang dioperasikan oleh Marinir AS, AU UK dan AL UK. Varian F35B mempunyai ducted lift fan yang berada pada sebuah enlarged spine tepat diburitan kokpit. Kipas ini mengambil tempat sebuah tangki bahan bakar yang dibawa ke dalam model F-35 yang lain dan digunakan untuk menghasilkan keseluruhan daya angkat untuk penerbangan vertikal. Sialnya, kompleksitas model STOVL F-35 juga disebabkan oleh masalah pengembangan pendting dari Program JSF. Desain awal F-35B terbukti terlalu berat dan program ditunda selama lebih dari setahun, sehingga para teknisi berjuang untuk menghasilkan performa maksimal dan ekonomis. Solusi terakhir diadopsikan dengan cara mengurangi ukuran ruang senjata internal jika dibandingkan dengan model F35 yang lain. Sementara varian CTOL dan kapal induk (F-35C) dapat membawa 2000 lb senjata secara internal, senjata sterbesar yang dapat dibawa oleh F-35B secara internal adalah 1000lb, GBU-32 JDAM. Ekor vertikal pada F-35B juga diperpendek untuk mengurangi berat. Desain JSF teah menjadi perhatian terbedar pada konsep dan affordabilitas senjata canggih. Salah satu

fitur yang paling canggih pada model Lightning II adalah core processor terintegrasi yang menyatukan informasi dari semua sensor pesawat, pandangan terkoordinasi (coordinated view) pada medan perang. Di antara sensor-sensor ini terdapat radar active electronically scanned array (AESA) dengan mode mapping radar aperture (lobang kamera) sintetik untuk menghasilkan kemampuan pencarian dan targeting yang jauh lebih presisi bagi pilot dari pada teknologi yang ada pada pesawat tempur sekarang. F-35 juga dilengkapi dengan sebuah sistem infrared search and track (IRST) untuk pertempuran udarake-udara sementara untuk fitur pertempuran udara-ke-darat canggih termasuk sebuah electro-optical targeting system (EOTS) dengan sebuah imager forward-looking infrared (FLIR), sebuah laser targeting, sebuah laser spot tracker dan sebuah kamera CCD TV. Software canggih yang dimiliki F-35 mampu untuk menganalisis informasi yang dihasilkan sensor menggunakan sistem automatic target recognition and classification (ATRC) untuk mengidentifikasi target spesifik. Hal canggih lain yang ada pada Lightning II termasuk sebuah sistem pengenalan suara/kata-kata yang mendeteksi perintah yang diucapkan pilot dan dapat mengoperasikan bermacam-macam sistem tanpa harus memencet tombol maupun saklar. Sementara stealth juga ditekankan dengan penggunakan ruang senjata internal dan teknik pembentukan observable rendah (low obervable shaping techniques), pengorbanan telah dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dan memudahkan perawatan. Hasilnya, F-35 tidak terlalu stealth jika dibandingkan dengan F-22 atau B-2. Selama fase demonstrasi dan pengembangan program saat ini, 14 pesawat F-35 sudah dibuat untuk melakukan ujicoba penerbangan mengawali produksi yang akan dilakukan. Pesawat-pesawat test Lightning II ini termasuk 5 model CTOL, 4 model CV (kapal induk) dan 5 model STOVL. Sebagai tambahan 8 artikel test darat juga akan dibuat untuk test statis, test drop, dan evaluasi jejak radar. Produksi awal kecil akan dimulai pada tahun 2008. Pesanan F-35 masih dalam perdebatan, tetapi rencana saat ini dari US dan UK adalah membeli sekitar 2.600 pesawat. AU AS sebenarnya berencana untuk membeli 2.036 pesawat F-35A, etapi dikurangi menjadi 1.763 pada 1997. Dan saat ini mungkin akan terjadi pengurangan lagi menjadi sekitar 1.0001.300 pesawat. Untuk pesanan F-35B sekirar 250 untuk misi pendukung udara jarak dekat. Pengurangan harga dan peningkatan stabilitas program STOVL harus dilakukan, jika tidak pemesanan mungkin akan dibatalkan. AL dan Marinir AS juga mengurangi pesanan mereka. Marinir pada awalnya memesan 642 buah F-35B, sementara AL 300 buah F-35C. Pada 1997, pesanan ini berkurang menjadi 609 untuk mariner dan 480 untuk AL untuk total 1.089 pesawat F-35. Pada 2004, jumlah totalnya kembali berkurang menjadi 680 pesawat, 350 untuk F-35B dan 330 untuk F-35C. Saat ini belum diputuskan bagaimana pesawat-pesawat tersebut akan dialokasikan, sejak Marinir mungkin akan menerima campuran kedua pesawat itu. Demikian juga, AL UK mungkin akan memisahkan pesanannya antara F-35B dan F-35C, sejak F-35C mempunya potensi untuk digunakan pada kapal induk besar milik UK pada tahun 2010. UK memesan 138, yang tadinya 150 pesawat. Sebagai tambahan dari pesanan AS dan UK, terdapat potensi penjualan ekspor untuk lebih dari 2.000 F35. Partner internasional yang sekarang terlibat dalam program mempunyai rencana untuk memesan 600 pesawat. Italia tertarik untuk memesan sampai 131 pesawat, Australia dan Turki masing-masing 100 pesawat, Belanda 85, Kanada 60, dan Denmark & Norwegia mungkin akan memebeli masing-masing 48. Tidak satupun dari negara-negara ini yang telah memesan secara resmi, tetapi program F-35 berusaha agar partner internasionalnya berkomitmen untuk memesan sesegera mungkin. Meyakinkan partner

mungkin akan mengalami kesulitan, karena adanya penundaan yang meningkatkan harga dan menunda service entry dari 2011 ke 2013. Penundaan ini mungkin membuat partner internasional membeli pesawat pesaing F-35 seperti Gripen dan Eurofighter Typhoon yang sudah dalam fase produksi missal. Norwegia sudah mengancam untuk keluar dari program karana kekhawatiran workshare dan keikutsertaan Israel ditunda untuk beberapa bulan dalam rangka pembalasan kemungkinan transfer teknologi ke China. Dengan mengabaikan hal di atas, penjualan ekspor akan menjadi kuat dan produksi F-35 akan berakhir minimal hingga 2030. SPESIFIKASI: (masih dapat berubah) HISTORY: First Flight -(X-35A) 24 October 2000 -(X-35B) 23 June 2001 -(X-35C) 16 December 2000 -(F-35A) 15 December 2006 -(F-35B) expected 2007 Service Entry -(F-35A) planned for about 2013 -(F-35B) planned for about 2014 -(F-35C) planned for about 2014 CREW: one: pilot ESTIMATED COST: -(F-35A) $45 million [2004$] -(F-35B) $60 million [2004$] -(F-35C) $55 million [2004$] AIRFOIL SECTIONS: Wing Root unknown Wing Tip unknown DIMENSIONS: Length -(F-35A) 50.5 ft (15.4 m) -(F-35B) 50.5 ft (15.4 m) -(F-35C) 50.8 ft (15.5 m) Wingspan -(F-35A) 35.0 ft (10.7 m) -(F-35B) 35.0 ft (10.7 m) -(F-35C) 43.0 ft (13.1 m)

-(F-35C) 29.83 ft (9.1 m) terlipat Height -(F-35A) 15.0 ft (4.6 m) -(F-35B) 15.0 ft (4.6 m) (?) -(F-35C) 15.5 ft (4.7 m) Wing Area -(F-35A) 460 ft (42.7 m) -(F-35B) 460 ft (42.7 m) -(F-35C) 620 ft (57.6 m) Canard Area : not applicable WEIGHTS: Empty -(F-35A) about 22,500 lb (9,980 kg) -(F-35B) about 23,500 lb (10,660 kg) -(F-35C) about 24,000 lb (10,885 kg) Normal Takeoff: unknown Max Takeoff: about 50,000 lb (22,680 kg) Fuel Capacity internal: -(F-35A) 18,500 lb (8,390 kg) -(F-35B) 13,325 lb (6,045 kg) -(F-35C) 19,625 lb (8,900 kg) external: unknown Max Payload -(F-35A) 13,000 lb (5,895 kg) -(F-35B) 11,000 lb (4,990 kg) -(F-35C) 17,000 lb (7,710 kg) Mesin: -Powerplant (F-35A/C) one Pratt & Whitney F135 turbofan; (F-35B) one Pratt & Whitney F135 turbofan and one Rolls-Royce/Allison shaft-driven lift-fan -Thrust (PW) about 35,000 lb (155 kN); (RR) about 18,000 lb (80 kN) PERFORMANCE: Max Level Speed - at altitude: at least Mach 1.5 - at sea level: unknown - Initial Climb Rate unknown - Service Ceiling unknown - Range: (F-35B) 1,080 nm (2,000 km); (F-35C) 1,620 nm (3,000 km); Endurance: unknown

g-Limits : unknown ARMAMENT: Gun: (F-35A) one 25-mm GAU-12 cannon; (F-35B) one external 25-mm GAU-12 gun pod; (F-35C) one external 25-mm GAU-12 gun pod Stations: four hardpoints in two internal weapon bays plus six external hardpoints Air-to-Air Missile : (internal) AIM-120C AMRAAM, AIM-132 ASRAAM; (external) AIM-9X Sidewinder, AIM-120B/C AMRAAM Air-to-Surface Missile: (internal) AGM-154 JSOW, Brimstone; (external) AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM, AGM-158 JASSM, Storm Shadow Bomb: (internal) up to two GBU-12 Paveway laser-guided, up to two GBU-31/32/38 JDAM, up to two CBU-87/89 cluster, up to two CBU-103/104/105 WCMD; (external) GBU-10/12/16/24 Paveway laserguided, GBU-31 JDAM, Mk 82/83/84 GP, CBU-99/100 Rockeye II cluster Other : various transport pods VARIAN JSF: Joint Strike Fighter designation originally given to the F-35 program JCA: Joint Combat Aircraft designation for the F-35 program used by the United Kingdom X-35: Varian demonstrator Pesawat Tempur yang digunakan untuk test penerbangan dan untuk validasi teknologi yang digunakan pada F-35. F-35A: Pesawat temput conventional takeoff (CTOL) multi-peran yang didasarkan pada model X-35A, tetapi bodi pesawat sedikit diperpanjang dan lebar permukaan ekor dimodifikasi. Dibuat untuk AU AS dan dilengkapi dengan senapan internal, sensor inframerah, dan sebuah laser designator. USAF berencana untuk membeli 1.763 pesawat, tetapi pada 2004 dikurangi F-35B: Pesawat tempur short takeoff and vertical landing (STOVL) multi-peran yang berdasarkan pada model X-35B awalnya dibuat untuk Marinir AS, UK Royal Navy, dan UK Royal Air Force. Dilengkapi dengan fan pengangkat yang terletak dalam enlarged spine di belakang kokpit, sebuah senapan eksternal, ruang senjata internal yang lebih kecil. Marinir AS berencana membeli 350 pesawat, sementara UK sekitar 138. F-35C: Pesawat tempur varian kapal induk (CV) multi-peran berdasar pada model X-35C dan mirip dengan F-35A tetepi mempunyai sayap yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar ditambah dengan ekor horizontal dan permukaan kontrol yang lebih lebar untuk performa pendaratan kecepatan-rendah yang lebih baik, struktur dan roda pendaratan yang diperkuat untuk pendaratan pada kapal induk, dan pembuangan meriam internal dengan tujuan untuk penambahan pod senapan opsional pada centerline station . AL berencana memesan 330 buah. F-35D (?): Model yang diajukan ke USAF, mirip dengan F-35B tetepi menekankan operasi short-takeoff and landing (STOL) daripada STOVL. Akan mempunyai sistem propulsi (mesin) yang direvisi berdasarkan pada mesin F136General Electric dan menggunakan sayap F-35C yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar dan jarak tempuh, juga dilengkapi dengan senapan internal dan sebuah probe pengisian bahan bakar a la AU US. USAF pada awalnya berminat memesan 200 buah, tetapi akhirnya dibatalkan karena meningkatnya biaya produksi F-35B. EA-35 : Proposal Lockheed Martin untuk sebuah varian pesawat tempur elektronik dua tempat duduk.

Tetapi dibatalkan. KNOWN OPERATORS: -United Kingdom (Royal Air Force) -United Kingdom (Royal Navy) -United States (US Air Force) -United States (US Marine Corps) -United States (US Navy) Negara-negara berikut diharapkan membeli F-35: -Australia (Royal Australian Air Force) -Canada (Canadian Armed Forces, Air Command) -Denmark, Kongelige Danske Flyvevbnet (Royal Danish Air Force) -Israel, Tsvah Haganah le Israel - Heyl Ha'Avir (Israeli Defence Force - Air Force) -Italy, Aeronautica Militare Italiana (Italian Air Force) -Netherlands, Koninklijke Luchmacht (Royal Netherlands Air Force) -Norway, Kongelige Norske Luftforsvaret (Royal Norwegian Air Force) -Singapore (Republic of Singapore Air Force) -Turkey, Trk Hava Kuvvetleri (Turkish Air Force)

7.Chengdu J-10, F-10 Multi-Role Fighter

Proyek Pesawat Tempur Jianjiji-10 (J-10) dipercaya dimulai pada 1980an untuk mengembangkan sebuah pesawat tempur pribumi China yang ekuivalen dengan Mirage 2000, dioperasikan oleh Taiwan. Pesawat ini dilaporkan similar dengan F-16 milik AS, sebuah contoh mungkin berasal dari Pakistan untuk studi, dan Lavi (proyek pesawat Israel yang didasarkan pada F-16 yang akhirnya dibatalkan). Walaupun Israel membantah telah mentransfer teknologi yang tidak syah ini, tetapi diketahui bahwa Israel memang telah memberikan beberapa pertolongan dalam pengembangan J-10. Desain yang dihasilkan, secara virtual sama dengan Lavi dari luar, mempunyai sebuah sayap delta atau dua-delta dengan canard yang dipasang di dekat buritan kokpit. J-10 dipercaya mempunyai mesin tunggal dari Rusia, turbofan AL-31F dan sebagian besar teknologinya (termasuk radar) berasal dari Rusia. Pada awalnya, beberapa pembuat skema pesawat menganggap bahwa J-10 mempunyai inlet (ceruk) mesin bergaya F-16, tetapi berdasarkan foto, mengungkap bahwa pesawat ini dilengkapi dengan sebuah inlet rectangular yang mengingatkan pada Eurofighter Typhoon. Desain pesawat ini juga mungkin mengalami revisi termasuk berkaitan dengan fitur stealth J-10 dimimpikan sebagai pesawat tempur multi-peran untuk menggantikan Q-5 dan J-7 yang sudah usang, dan dipersenjatai dengan senjata yang sangat lebih canggih. Dalam peran interceptor udara, J-10 akan mungkin dipersenjatai dengan PL-8, misil jarak dekat kendali inframerah (ditiru dari Python 3 milik Israel) dan misil jarak menengah kendali radar PL-10. Bermacam-macam presisi bom kendali dan misil udara-ke-darat juga diharapkan untuk dipasang untuk mendukung tugas-tugas penyerangan. Walaupun dipercaya bahwa lebih dari 300 J-10 telah dibuat untuk AU dan AL China, keputusan untuk membuat (license build) SU-27 Rusia (aka J-11) memperlihatkan ketidakpercayaan pada kesuksesan dari desain J-10. Jika produksi berlanjut, ada kemungkinan bahwa akan ada varian untuk ekspor yang di sebut F-10. Paling tidak ada 4 purwarupa yang dibuat pada 2001, dan service entry kemungkinan pada 2005. Spesifikasi: (Data terakhir: 14 November 2004) HISTORY: First Flight: 24 March 1998 Service Entry: 2004 or 2005 CREW: 1 pilot DIMENSIONS: Length :47.86 ft (14.57 m) Wingspan/Lebar Sayap: 28.75 ft (8.78 m) Height: 15.75 ft (4.80 m) Wing Area: 355.2 ft2 (33 m2) Canard Area: 58.55 ft2 (5.45 m2) WEIGHTS: Empty : 15,300 lb (6,940 kg)

Typical Load: unknown Max Takeoff : 40,565 lb (18,400 kg) Fuel Capacity: internal: unknown, external: unknown Max Payload: 18,520 lb (8,400 kg) PROPULSION: Powerplant : one Saturn/Lyulka AL-31F afterburning turbofan Thrust: 27,560 lb (122.6 kN) PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: Mach 1.85; at sea level: unknown Initial Climb Rate : unknown Tinggi Max: unknown Jarak Tempuh: 1,000 nm (1,850 km) g-Limits: unknown ARMAMENT: Gun: probably one 23-mm or 30-mm cannon Stations : eleven external hardpoints and two wingtip rails Air-to-Air Missile : PL-8, PL-10 Air-to-Surface Missile: unknown Bomb: unknown KNOWN VARIANTS: J-10 Prototype fighter KNOWN OPERATORS: China

8.Su-27 FLANKER (SUKHOI)

Pada pertengan 1970an, F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon membuat Blok Timur berada pada kesulitan. Peluncuran Su-27 Flanker dan MiG-29 Fulcrum pada pertengahan 1980an, membuat keadaan menjadi berimbang. Didesain sebagai pesawat tempur berperforma tinggi dengan sebuah sistem kontrol fly-by-wire dan kemampuan untuk membawa sampai 10AAM. Su-27 yang mempunyai manuverabilitas hebat merupakan salah satu pesawat yang paling mengesankan yang pernah dibuat. Purwa rupa pertama Flangker-A terbang pada 20 Mei 1977 dan diresmikan sebagai Flanker B pada 1984.

Pengembangan pesawat tempur Su-27 telah selesai pada awal 1980an, dan sesudahnya membuat lebih dari 40 rekor dunia untuk kecepatan altitude dan take-off. Pesawat ini merupakan pelopor dari sebuah jenis/keluarga pesawat termasuk pesawat latih Su-27UB, pesawat tempur Su-33, pesawat multi-misi Su37 dan pesawat spesialis dua tempat duduk Su-32FN. Su-27UB adalah versi Su-27 dengan 2 tempat duduk yang pertama kali terbang pada Maret 1985. Su-27 tidak hanya beroperasi di Rusia dan negara-negara CIS, tetapi juga di China dan Vietnam. Cina juga memebeli lisensi untuk produksi pesawat Su-27 sendiri. Pada 1997 Sukhoi menandatangani kontrak dengan Vietnam seharga $180 juta untuk mensuplai 6 Su-27 (2 Su-27SK dan 4 Su-27UB). Sukhoi mengirim 4 di antaranya oada 1996 dan 2 hancur karena kapal pengangkutnya menabrak blok apartemen di Irkutsk. Diperkirakan Vietnam membeli 24 pesawat tempur Sukhoi dengan harga $800 juta di akhir millennium lalu. Su-27 mempunyai sayap yang dipasang menengah (di bagian tengah badan pesawat) dan berbentuk semidelta dengan ujung kotak. LERX memanjang di bawah dan depan akar sayap. Terdapat dua mesin di dalam badan pesawat. Terdapat air intakes (saluran udara) berbentuk kotak dan diagonally-cut (terpotong secara diagonal), terpasang di bawah sayap sepanjang samping bodi pesawat. Bodi pesawat berbentuk segiempat dari saluran udara sampai ekor pesawat. Hidung meruncing dan terdapat kanopi gelembung. Sirip ekor tertekuk ke belakang, tajam denganujung kotak dan terpasang di luar mesin. Flats -nya dipasang di tengah (mid-mounted), tertekuk ke belakang dan tajam. Mempunyai sistem airbrakes yang dipasang di atas bodi pesawat, di belakang kokpit HISTORY: First Flight : (T10-1) 20 May 1977, (T10-3) 23 August 1979, (T-10S-1) 20 April 1981, (Su-27UB) 7 March 1985 Service Entry : December 1984 []bCREW: one: pilot[/b] ESTIMATED COST: $40 to $70 million DIMENSIONS: Length: 71.92 ft (21.94 m) Lebar Sayap : 48.17 ft (14.70 m) Height : (Su-27S) 19.42 ft (5.92 m); (Su-27UB) 20.83 ft (6.36 m) Wing Area: 667.8 ft2 (62.04 m2) Canard Area : not applicable WEIGHTS: Empty: (Su-27S) 36,115 lb (16,380 kg); (Su-27UB) 38,580 lb (17,500 kg) Normal Takeoff : (Su-27S) 51,015 lb (23,140 kg); (Su-27UB) 53,220 lb (24,140 kg) Max Takeoff: (Su-27S) 62,390 lb (28,300 kg); (Su-27S) 72,750 lb (33,000 kg) [final production lot]; (Su27UB) 67,130 lb (30,450 kg) Fuel Capacity : internal: 20,725 lb (9,400 kg), external: none

Max Payload: 8,820 lb (4,000 kg) normal load; 17,640 lb (8,000 kg) maximum allowable load PROPULSION: Powerplant: two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans Thrust : 33,510 lb (149.06 kN); 55,116 lb (245.18 kN) with afterburner PERFORMANCE: Max Level Speed at altitude: (Su-27S) 1,555 mph (2,500 km/h) at 36,090 ft (11,000 m), Mach 2.35; (Su-27UB) 1,335 mph (2,150 km/h) at 36,090 ft (11,000 m), Mach 2.0 at sea level: 870 mph (1,400 km/h), Mach 1.14 Initial Climb Rate: unknown Tinggi maksimal: (Su-27S) 60,700 ft (19,000 m), (Su-27UB) 57,400 ft (17,500 m) Jarak jangkau: 1,510 nm (2,800 km) ferry: (Su-27S) 2,010 nm (3,720 km), (Su-27UB) 1,620 nm (3,000 km) g-Limits: +9 ARMAMENT: Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (150 rds) Stations : ten external hardpoints: two tandem under the fuselage centerline, two under the air ducts, four under the wings, two on the wingtips Air-to-Air Missile: R-60/AA-8 Aphid, up to six R-27R/T AA-10 Alamo-A/B, up to four R-27ER/ET AA-10 Alamo-C/D, R-73/AA-11 Archer, R-33/AA-9 Amos Air-to-Surface Missile: none Bomb : free-fall, cluster bombs Other: rocket pods, ECM pods KNOWN VARIANTS: T-10 'Flanker-A':Purwarupa original, tidak kuat pada tarikan kuat, struktur lemah, terlalu berat. Dibuat 4 pesawat. T-10S: Redesigned prototype P-42: Purwarupa Su-27S ketiga (T10S-3), dimodifikasi untuk membuat beberapa rekor pendakian (climb) dan altitude. T10-20R: Pesawat test spesial yang digunakan untuk penerbangan supersonic jarak jauh. Su-27 'Flanker-A': Pesawat purwarupa model produksi dan pengembangan. Dibuat 15. Su-27S 'Flanker-B': Model produksi pertama dengan aerodinamis yang telah dipercanggih dan sebuah perluasan radar buritan, model satu-tempat duduk untuk dua peran, pertahanan udara dan misi penyerangan darat. Su-27SK : Versi ekspor dari Su-27S Su-27SKM: Varian yang telah diupdate dari 27S untuk ekspor. Su-27P 'Flanker-B': Identik dengan Su-27S, tetapi didesain sebagai interceptor pertahanan udara dan dilengkapi dengan probe pengisian bahan bakar udara.

Su-27UB 'Flanker-C' : Pesawat latih dua-tempat duduk (yang dapat dipakai saat pertempuran=two-seat combat-capable trainer) dengan sebuah radar yang telah dikembangkan pada hidung pesawat yang lebih panjang. Su-27PU 'Flanker-C' : Purwarupa Su-30 fighter bomber Su-27K 'Flanker-D' : Purwarupa Su-33 navalized fighter, juga dikenal sebagai T-10K Su-27KU or Su-27IB: Purwarupa Su-34 bomber Su-27M 'Flanker-E': Purwarupa Su-35 fighter J-11: Varian Su-27SK milik Cina J-11B : Versi Su-27SK yang telah dikembangkan oleh China dengan upgrade utama termasuk sebuah radar baru dan sistem tracking dan pencarian inframerah, selain itu juga cocok dengan senjata China. [/b]KNOWN COMBAT RECORD: Eritrean-Ethiopian War (Ethiopia, 1998-2000)[/b] KNOWN OPERATORS: Angola, Fora Area Popular de Angola (Angolan People's Air Force) Belarus, Voyenno Vozdushnyye Sily (Belarus Air Force) China, Zhongkuo Shenmin Taifang Tsunputai (People's Liberation Army Air Force) Ethiopia, Ye Ityopya Ayer Hayl (Ethiopian Air Force) Indonesia, Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (Indonesian Air Force) Kazakhstan (Kazakhstan Air Force) Mexico, Aviacin de la Armada de Mexico (Mexican Naval Air Arm) Russia, Voyenno Vozdushniye Sili (Russian Air Force) Syria, Al Quwwat al-Jawwiya al Arabiya as-Souriya (Syrian Air Force) Ukraine, Voyenno Vozdushnyye Sily (Ukraine Military Air Forces) Union of Soviet Socialist Republics, Voyenno Vozdushniye Sili (Soviet Air Force) Uzbekistan (Uzbek Air Force) Vietnam, Khong Quan Nhan Dan Viet Nam (Vietnam People's Army Air Force)

9.J-11 [Su-27 FLANKER]

Diberi kode nama Flanker (Pengapit) oleh NATO, J-11 (Su-27) adalah bomber figter multi-peran yang dapat juga digunakan untuk peran penyerangan maritime. Flanker mempunyai radius operasional 1.500km dan mempunyai fasilitas refuelling udara, menambah radius operasional sejauh 500km. Walaupun dikonfigurasikan secara normal untuk operasi konvensional, J-11 dapat memuaskan China dengan pesawat tempur serangan-nuklir berperforma-tinggi. Akuisisi Su-27 dilakukan setelah China mencoba selama bertaun-taun untuk membangun pesawat J-10 dengan teknologi yang ekuivalen untuk menunjukkan fungsi similar, menunjukkan ketidakpercayaan dalam kemampuan produksi dalam negeri. Pada 1991 China membeli 24 SU-27 untuk sekitar $1 miliar yang dikirim pada akhir 1992 ke Wuhu Air Base, 250km barat Shanghai. Pada 1995 China melakukan pembelian kedua, 24 Su-27 lagi, dan dikirimkan pada April 1996 ke Suixi Air Base di Cina Selatan. 48 Pesawat tersebut termasuk 36 Su-27SK satu tempat duduk yang dibuat di Komsomolsk-on-Amur dan 12 Su-27UB dua tempat duduk yang dibuat di Irkutsk, dengan harga total $1,7 miliar. Pada Februari 1996 Moscow dan Beijing mencapai perjanjian senilai $2.2 miliar untuk co-produksi Sukhoi Su-27 di Cina. Dengan perjanjian itu, Cina akan memproduksi sampai 200 pesawat (tanpa hak untuk menjual ke negara lain) dari komponen yang dibuat oleh Rusia selama 3 sampai 5 tahun. Dari biaya perjanjian tersebut, termasuk di dalamnya $650 juta untuk dokumen teknis dan $850 juta untuk suku cadang, instrument dan peralatan disiapkan oleh Komsomolsk-on-Amur Aviation Enterprise imeni Yuriy Gagarin [KnAAPO], yang akan mengirimkan 30% dari semua suku cadang untuk 200 pesawat Su27SK China. Rusia memberikan hak untuk co-produksi Su-27 ke Shenyang Aircraft Company yang mampu meproduksi sekitar 15-20 pesawat per tahun. Pada periode 1998-2000, Shenyang berencana untuk

merakit hanya 15 pesawat Su-27SK dari total 200 yang diijinkan pada kontrak. Dua pesawat pertama yang berhasil dirakit di Shenyang, terbang pada akhir 1998. Secepatnya, Cina mungkin akan membuat sekitar 300 Su-27. Akan tetapi integrasi Su-27 ke AU Cina mengalami kesulitan, terutama sekali untuk masalah latihan dan biaya perawatan. Rusia mengirim suku cadang dan pemasangan untuk 2 pesawat tempur, yang dirakit pada 1998, membuat China mempunyai total 50 pesawat. Akan tetapi, airframe-nya mengecewakan, dan tidak ada produksi tambahan yang diselesaikan pada akhir 1999. Tetapi pada akhir 2000, pengiriman direncanakan untuk suku cadang dan perakitan 15 pesawat baru. Pada Maret 1996, PLA Air Force dan elemen PLA yang lain melakukan latihan bersama di selat Taiwan. Selama latihan bersama ini J-11 menembakan bermacam-macam roket udara-ke-darat dan juga menjatuhkan 4 bom deceleration yang similar dengan US MK82 Snake-Eye, pertama kalinya jenis bom tersebut diperlihatkan ke umum. Latihan ini jelas-jelas memperlihatkan kelemahan kemampuan pengeboman J-11, menuntut pengembangan radar dan software komputer untuk kemampuan penyerangan udara-ke-darat, yang dikombinasikan dengan peralatan dan fungsi kontrol penembakan dari Su-35 untuk menghasilkan akurasi tinggi pada penembakan/pengeboman. Pada akhir 1999, Irkutsk aviation industrial association mengirimkan 28 training dan combatant untuk Su-27UB ke cina. Pengiriman ini akan diimplementasikan untuk membayar kerugian negara, dan 8 pesawat dikirimkan pada tahun 2000, 10 pada 2001 dan 10 lagi pada 2002.

27.Grumman E-2 Hawkeye Airborne Early Warning And Control Aircraft

Deskripsi: Walaupun AL AS sudah mempunyai keinginan sangat lama untuk platform pengintaian dan survey udara, ternyata membutuhkan waktu yang lama untuk mewujudkan sebuah pesawat pengintai yang dapat beroperasi pada kapal induk. Meskipun demikian, diperlukan beberapa tahun lagi agar komputer mempunyai kekuatan yang cukup sehingga mampu mencari (tracking) dan memproses lebih dari satu target pada satu waktu. Keinginan ini akhirnya terwujud ketika Grunman dinyatakan sebagai pemenang kontrak AL untuk membuat pesawat peringatan awal dan kontrol udara (airborne early warning and control=AWACS).

Desain Grumman terdapat mesin turboprop kembar yang dipasang di bawah sayap yang dipasangtinggi. Bodi pesawat yang panjang dapat diawaki oleh lima orang, termasuk tiga spesialis misi. Terdapat radom berputar besar yang dipasang pada tiang di atas juncture sayap. Untuk mengatasi aliran udara di sekitar radome , pada ekornya terpasang empat sirip pada ekor horizontal dengan dihedral signifikan. Desain ini pertama kali terbang pada 1960, awalnya dikenal sebagai W2F-1, tetapi kemudian diberi nama E-2A Hawkeye sebelum mulai beroperasi. AL menerima 59 pesawat E-2A pada 1967, tetapi segera diupgrade menjadi E-2B standar dengan pemasangan komputer prosesing yang lebih kuat dan peralatan pengisian bahan bakar udara. Tak berapa lama kemudian, Grumman mulai memproduksi model E-2C baru yang termasuk di dalamnya sustem avionic yang jauh lebih canggih dan mesin yang lebih bertenaga. Pesawat-pesawat ini terus diupgrade secara kontinu dengan radar dan sensor baru, sistem avionic yang lebh canggih, peralatan processing yang lebih baik dan upgrade software yang memungkinkan pesawat ini untuk melakukan tracking terhadap 250 target dan mengkontrol 30 pesawat interceptor pada waktu bersamaan. Dalam rangka untuk melindungi armada AS, E-2 juga digunakan oleh agen badan hukum untuk melacak peredaran narkoba. E-2 juga popular di AL Prancis dan beberapa negara lain. Sekitar 150 pesawat E-2C Hawkeyes sedang dibuat dengan produksi berkecepatan rendah (low-rate production). Sebuah varian baru yang disebut E-2D dengan peralatan elektronik baru juga sedang dalam proses pengembangan.

HISTORY: First Flight: (W2F-1) 21 October 1961, (E-2C) 20 January 1971 Service Entry: (E-2A) 19 January 1964; (E-2C) November 1973 CREW: 2 pilots, 1 radar operator, 1 air control officer, 1 combat information center officer ESTIMATED COST: $51 million AIRFOIL SECTIONS:

Wing Root: NACA 63A216 Wing Tip: NACA 63A414 DIMENSIONS: Length: 57.56 ft (17.54 m) Wingspan: 80.58 ft (24.56 m) Height: 18.31 ft (5.58 m) Wing Area: 700.0 ft2 (65.03 m2) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: 37,945 lb (17,210 kg) Normal Takeoff: unknown Max Takeoff: 51,815 lb (23,505 kg) Fuel Capacity: 19,015 lb (8,625 kg) Max Payload: unknown PROPULSION: Powerplant: two Allison T56-425 turboprops Thrust: 9,820 ehp (7,322 kW) PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 390 mph (625 km/h); at sea level: unknown cruise speed: 310 mph (500 km/h) Initial Climb Rate: unknown Service Ceiling: 36,955 ft (11,275 m) Range: typical: 1,500 nm (2,780 km); ferry: 1,540 nm (2,850 km) Endurance: 6 hr 15 min g-Limits: unknown . ARMAMENT: None KNOWN VARIANTS: W2F-1: Original designation for the E-2 E-2A: Initial production model; 59 built TE-2A: E-2 trainers modified from E-2A airframes; 2 converted E-2B: Designation for upgraded E-2A airframes modified with an improved computer and inflightrefueling capability E-2C: Improved model with far more capable avionics; over 150 built by 2000 TE-2C: Trainer model based on the E-2C; 2 built E-2C+: Upgrade currently being applied to US aircraft including improvements to the radar, software updates, and installation of more powerful engines

E-2D: New build model equipped with an improved radar system, new workstations, better satellite communications gear, and advanced cockpit displays; 75 to be built from 2009 to 2020 E-2T: Former E-2B aircraft upgraded for use by Taiwan; 6 converted C-2 Greyhound: Ship-to-shore transport aircraft derived from the E-2 airframe KNOWN COMBAT RECORD: Vietnam War (USN, 1965-1972) Lebanon (Israel, 1982) Libya - Operation El Dorado Canyon (USAF, 1986) Iraq - Operation Desert Storm (USN, 1991) Bosnia - Operation Deliberate Force (USAF, 1995) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USN, 2001-present) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USN, 2003-present) KNOWN OPERATORS: Egypt, Al Quwwat al Jawwiya il Misriya (Egyptian Air Force) France, Aronautique Navale (French Naval Air Arm) Israel, Tsvah Haganah le Israel - Heyl Ha'Avir (Israeli Defence Force - Air Force) Japan, Nihon Koku-Jieitai (Japan Air Self Defence Force) Singapore (Republic of Singapore Air Force) Taiwan, Chung-Kuo Kung Chuan (Republic of China Air Force) United States (US Navy)

28.General Dynamics (now Lockheed Martin) F-16 Fighting Falcon Multi-Role Fighter

Deskripsi: Dianggap oleh kebanyakan orang sebagai pesawat tempur tebaik pada masanya, F-16 merupakan salah satu desain pesawat tempur paling popular di dunia. F-16 pada awalnya dibuat di bawah program

Pesawat Tembur Berbobot Ringan (Light Weight Fighter=LWF) pada awal 1970an yang mencari suku cadang yang lebih murah bagi F-15 untuk meningkatkan manuverabilitas dab misi serang taktis. Terangsang oleh ketertarikan negara lain pada produksi model ini, LWF dirubah menjadi program Air Combat Fighter (ACF) dan menjadi kompetisi fly-off antara General Dynamics YF-16 dan Northrop's YF17. General Dinamics kemudian menjadi pemenang kompetisi itu pada 1975 dan mendapatkan kontrak untuk memproduksi F-16. AU AS berencana untuk membeli sampai 650 pesawat sebagai pengganti F105 dan sebagian F-4, sementara beberapa sekutu NATO membeli F-16 sebagai pengganti F-104. Walaupun sebenarnya pesawat ini dirancang sebagai pesawat serang darat (ground attack) dengan kemampuan sekunder pertahanan udara, ternyata F-16 kemudian diluncurkan sebagai pesawat multiperan. Desainnya menggunakan sayap ruang variable (variable chamber wings) dan leading edge strakes untuk menghasilkan daya angkat yang lebih tinggi dan menghindari root stall walaupun pada high angles of attack . Sebagai tambahan, penggunaan sistem kontrol fly-by-wire yang dapat membelokkan permukaan kontrol jauh lebih cepat dari pada pilot membuat F-16 mempunyai manuverabilitas yang luar biasa. F-16 juga dilengkapi dengan peralatan avionic canggih dan beban persenjataan yang besar. F-16 sampai sekarang tetap mengalami update dan pengembangan pada model produksinya. Evolusi bertahap pada kemampuan pesawat ditunjukkan dengan sebuah seri blok numbers yang melakukan upgrade software, sistem persenjataan, struktur dan sistem lain untuk menggantikan peralatan yang usang. Model produksi F-16A/B awal terdiri dari Blok 10 dan 15 yang menampilkan pengembangan struktur, radar baru dan penambahan daya angkut senjata. Pengembangan besar juga terjadi dengan peluncuran F-16C/D yang mencakup seri Blok 25, 30/32 dan 40/42. Upgrade dalam model ini termasuk mesin baru, radar yang lebih baik dengan kemampuan serangan malam presisi, dan kompabilitas dengan peralatan canggih yang selalu berkembang seperti senjata pintar . Model akir pesawat ini yang dibeli oleh AS menggunakan Blok 50/52 dengan pengembangan untuk melakukan tekanan hebat (suppression) pada misi pertahanan udara musuh. Walaupun tidak ada lagi produksi untuk AS, F-16 terus dibuat untuk model ekspor. Model terbarunya adalah F-16E/F Block 60 yang dibuat untuk Uni Emirat Arab. Seri ini mempunyai radar AESA dan kapasitas bahan bakar yang lebih besar untuk meningkatkan jarak jangkau dan daya tahan (endurance). Vesatilitas, kemampuan dan harganya yang relative rendah membuat F-16 menjadi pesawat yang dipakai secara luas di dunia barat sejak F-86. Lebih dari 4.000 F-16 telah dibuat untuk 24 negara. F-16 telah mengalami banyak pertempuran, paling terkenal yaitu di Timur Tengah ketika F-16 bertempur di atas Lebanon dan Irak. F-16 milik Pakistan juga telah disibukkan dengan menembak jatuh beberapa pesawat Soviet selama Perang Afghan 1980an dan sering kali bertempur dengan pesawat milik India. Produksi berlanjutan dan usaha upgrade terus-menerus menjamin F-16 tetap beroperasi dengan baik pada abad ke-21. AS berencana memakai F-16 sampai 2025, hingga pesawat ini digantikan oleh F-35 (JSF). Sebagian besar konsumen F-16 juga diharapkan akan mengganti F-16 mereka menjadi F-35 pada dua dekade mendatang.

HISTORY: First Flight: (YF-16) 2 February 1974; (F-16A) 8 December 1976 Service Entry: 17 August 1978 CREW: (F-16A/C) one: pilot; (F-16B/D) two: pilot, instructor ESTIMATED COST: (F-16A/B) $14.6 million [1998$]; (F-16C/D) $18.8 million [1998$] AIRFOIL SECTIONS: Wing Root: NACA 64A204 Wing Tip: NACA 64A204 DIMENSIONS: Length: 49.33 ft (15.03 m) Wingspan: 31.00 ft (9.45 m) Height: 16.33 ft (5.09 m) Wing Area: 300.0 ft (27.88 m) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: 18,725 lb (8,495 kg) Normal Takeoff: 23,765 lb (10,780 kg) Max Takeoff: 37,500 lb (17,010 kg) Fuel Capacity: internal: 7,160 lb (3,255 kg); external: 6,950 lb (3,160 kg) in two 370 gal (1,400 L) and one 300 gal (1,135 L) tanks; 8,015 lb (3,645 kg) in two 600 gal (2,270 L) tanks Max Payload: 17,200 lb (7,800 kg) [normal]; 20,450 lb (9,275 kg) [theoretical limit] PROPULSION: Powerplant: one General Electric F100-100 or one Pratt & Whitney F100-220 afterburning turbofan Thrust: 29,100 lb (129.4 kN) with afterburner

PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 1,350 mph (2,175 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 2.05; at sea level: 915 mph (1,460 km/h), Mach 1.2 Initial Climb Rate: 50,000 ft (15,239 m) / min Service Ceiling: 50,000 ft (15,239 m) Range: typical: 540 nm (1,000 km); ferry: 2,100 nm (3,890 km) g-Limits: +9.0 ARMAMENT: Untuk melihat daya angkut senjata lengkap F-16 klik di sini Gun: one 20-mm M61A1 Vulcan cannon (511 rds) Stations: seven to nine external hardpoints and two wingtip rails Air-to-Air Missile: AIM-7 Sparrow/Skyflash, AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM, Magic II, MICA, Python 3 Air-to-Surface Missile: AGM-45 Shrike, AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon, AGM-88 HARM, AGM-119 Penguin, Wasp, AS.30L Bomb: GBU-10/12/24 Paveway laser-guided, GBU-15, B43 nuclear, Mk 82/83/84 GP, Mk 20 Rockeye, BLU-107 Durandal, CBU-52/58/71/87/89/97 cluster, BL-755, BLU-109, Mk 36 Destructor Other: ECM pods, navigation pods, targeting pods, rocket pods, gun pods, autonomous free-flight dispenser system KNOWN VARIANTS: YF-16: Purwarupa untuk pengujian program Light Weight Fighter; 2 built F-16 FSD: Pesawat purwarupa yang telah dikembangkan secara penuh; 6 single-seat and 2 two-seat models built F-16A: Model pesawat untuk produksi yang memkai Blok seri 1 sampai 20; 674 built for USAF F-16B: Pesawat model 2-tempat duduk untuk trainer; 121 built for USAF Block 1/5/10: Blok produksi awal dari F-16A/B dengan perbedaan struktur yang kecil diantara mereka.; 94 Block 1, 197 Block 5, and 312 Block 10 planes built Block 15: F-16A/B yang diupdate dengan penambahan dua "pylons" di bawah sayapnya, sistem komunikasi baru dan stabiliser horizontal yang lebih lebar; 983 built Block 15 OCU: Operational Capability Upgrade dengan mesin baru, penambahan berat takeoff, pengembangan kokpit, sistem avionik yang lebih canggih, kompabilitas dengan misil Maverick, Penguin dan AMRAAM; 214 built and some Block 10 airframes converted F-16 ADF: Air Defense Fighter berdasar pada Blok 15 tetapi didesain untuk unit US Air National Guard dengan radar yang telah diupgrade dan sistem avionik yang telah dipercanggih; 270 converted Block 20: F-16A/B Block 15 OCU planes purchased by Taiwan but updated with a new radar, better mission compuyers, and incororating most of the Block 50/52 improvements; 150 converted F-16/79: Proposed reduced-cost, reduced-capability version of the F-16A/B intended for export, marketed to several countries but its rejection led to the decision to sell the standard F-16 abroad; 1 built F-16A: F-16A aircraft of the Netherlands and Belgium modified to carry tactical reconnaissance pods

RF-16A: F-16A aircraft of Denmark modified to carry reconnaissance pods; 10 converted F-16 MLU F-16AM/F-16BM: Series of Mid Life Update programs to upgrade the software and avionics of F-16A/B airframes bringing them to a near F-16C/D Block 50/52 standard, applied to the fleets of Belgium, Chile, Denmark, Jordan, the Netherlands, Norway, Pakistan, and Portugal A-16: Proposed close air support derivative with structural improvements to carry a 30-mm cannon and 7.62-mm minigun pods on the wing seen as a replacement for the A-10; 2 prototypes converted from Block 15 airframes F/A-16: F-16A/B Block 10 airframes modified to carry a 30-mm GAU-13 cannon in a centerline pod but the vibrations from the cannon were so severe as to make aiming impractical; 24 converted F-16C: Upgraded one-seat fighter model with improved ground attack capability provided by a LANTIRN system and new ECM equipment, includes Blocks 25 through 50/52 F-16D: Two-seat trainer based on the F-16C Block 25: Introduced a new radar with precision night-attack capability as well as an enhanced engine, new computer systems, cockpit displays, and other avionics improvements; 209 built Block 30/32: Block 30 carries General Electric F110 engines while Block 32 is fitted with the Pratt & Whitney F100, introduced the LITENING targeting pod, compatibility with HARM and AMRAAM missiles, better navigation systems F-16C++: Unofficial designation used for the final Block 30/32 aircraft F-16 Recce: US airframes modified to carry multi-sensor reconnaissance pods on the centerline, usually fitted to Block 25 and 30 aircraft of the US Air National Guard F-16N TF-16N: Based on the F-16C/D Block 30 and used by the US Navy for adversary training; 22 one-seat F16N and 4 two-seat TF-16N built Block 40/42: Improved day-night/all-weather attack variant based on the Block 30/32 but compatible with night vision systems, the LANTIRN pod, and GPS weapons like JDAM, JSOW, and WCMD; 615 built F-16CD/F-16DG Night Falcons: Unofficial designations for the single-seat and two-seat Block 40/42 aircraft Block 50/52: Introduced a new GPS/INS navigation system, updated engines, a helmet-mounted cueing system, and weapon system improvements Block 50D/52D: Block 50/52 models adapted for Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) missions using Shrike or HARM missiles F-16CJ/F-16DJ: Unofficial designations for the single-seat and two-seat Block 50D/52D aircraft Block 50/52 Plus: Introduced conformal fuel tanks along the upper wing strakes and an enlarged spline for avionics; purchased by Greece, Poland, Pakistan, and Singapore KF-16: F-16C/D Block 52 models purchased by South Korea and compatible with Harpoon missiles, built under license by Korean Aerospace Industries; 140 built F-16I Sufa: Model for Israel based on the Block 50/52 Plus but with removable conformal fuel tanks and Israeli avionics; 102 to be built F-16E/F: New production model incorporating conformal fuel tanks, an AESA radar, new engines, an enlarged spline for avionics, and other advanced upgrades, purchased by the United Arab Emirates GF-16: Ground instruction model used to train maintenance personnel

F-16/101: Test aircraft modified from the first F-16 FSD airframe and used to evaluate the GE F101 engine for the production F-16 F-16 CCV: Control-Configured Vehicle modified from the YF-16 prototype and used to test advanced control systems; 1 converted F-16 AFTI: Advanced Fighter Technology Integration aircraft built to expand on the F-16 CCV program and test a new digital flight control system as well as other advanced technologies like a voice controlled sytem and helmet-mounted targeting system, many of the systems tested have become standard on newer fighters; 1 converted from F-16 FSD airframe F-16 Agile Falcon: Proposed low-cost version of the AFTI model featuring a larger wing and enhanced control systems; cancelled but later inspired Japan's F-2 NF-16D VISTA: Variable Stability Inflight Test Aircraft used to test advanced control systems F-16 MATV: VISTA airframe modified with a Multi Axis Thrust Vectoring axisymmetric nozzle F-16 SFW: Swept Forward Wing proposed to test forward-swept wing technology; not built in favor of the X-29 F-16XL or F-16E/F: Advanced test aircraft modified with a large cranked delta wing and developed as a tactical strike aircraft prototype, the enormous wing held 27 hardpoints and nearly doubled the payload of a standard F-16, the F-16E was to be a production single-seat model and the F-16F a two-seat model but the program was cancelled after the USAF selected the F-15E and the two prototypes were later transferred to NASA for drag-reduction research; 1 single-seat and 1 two-seat models converted from F16 FSD airframes F-16AT Falcon 21: Proposed low-cost alternative to the F-22 based on the F-16XL but with a more conventional wing F-16X Falcon 2000: Proposed F-16 variant with a lengthened fuselage and wing similar to the F-22 to nearly double fuel capacity F-16U: Early proposal to United Arab Emirates combining features of the F-16XL with the wing of the F16X; cancelled in favor of the F-16E/F F-16 ES: Enhanced Strategic model designed as an extended range F-16C/D with conformal tanks and an internal FLIR system to reduce drag, offered to Israel as an alternative to the F-15I and to the United Arab Emirates; 1 prototype converted from a Block 30 airframe F-16 GCAS: Block 25 airframe modified to test Ground Collision Avoidance System technologies; 1 converted F-16 LOAN: Low-Observable Asymmetric Nozzle demonstrator that tested a nozzle to reduce radar and infrared cross sections and improve maintenance; 1 converted from F-16C airframe to test technology for the Joint Strike Fighter F-16IN: Proposed model for India's Medium Multi-Role Combat Aircraft contract featuring an AESA radar, infrared seach and track system, and electronic warfare systems; 18 would be built in the US and another 108 license built in India FS-X or F-2: Fighter loosely based on the F-16 built by Mitsubishi for Japan KNOWN COMBAT RECORD: Iraq - Osirak nuclear reactor strike (Israel, 1981) Lebanon Civil War (Israel, 1982)

Soviet-Afghan War - shot down 3-4 Su-22, 2 MiG-23, 1 Su-25, 1 An-26 (Pakistan, 1986-1988) Iraq - Operation Desert Storm (USAF, 1991) Iraq - Operation Northern Watch (USAF, 1991-2003) Iraq - Operation Southern Watch (USAF, 1991-2003) Venezuela Coup (Venezuela, 1992) Bosnia - Operation Deliberate Force (USAF, Netherlands, 1995) Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999) Kargil War (Pakistan, 1999) Israeli-Palestinian conflict (Israel, 2000-present) US Homeland Security - Operation Noble Eagle (USAF, 2001-present) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, Belgium, Denmark, Netherlands, Norway, 2001present) shot down Indian Searcher-II UAV (Pakistan, 2002) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003-present) Greece-Turkey skirmish (Greece, Turkey, 2006) Second Lebanon War (Israel, 2006) Syria - nuclear strike (Israel, 2007) KNOWN OPERATORS: Bahrain, Bahrain Amiri (Royal Bahraini Air Force) Belgium, Belgishe Luchtmacht/Force Arienne Belge (Belgian Air Force) Chile, Fuerza Area de Chile (Chilean Air Force) Denmark, Kongelige Danske Flyvevbnet (Royal Danish Air Force) Egypt, Al Quwwat al Jawwiya il Misriya (Egyptian Air Force) Greece, Elliniki Polimiki Aeroporia (Hellenic Air Force) Indonesia, Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (Indonesian Air Force) Israel, Tsvah Haganah le Israel - Heyl Ha'Avir (Israeli Defence Force - Air Force) Italy, Aeronautica Militare Italiana (Italian Air Force) Jordan, Al Quwwat al-Jawwiya al-Malakiya al-Urduniya (Royal Jordanian Air Force) Morocco, Al Quwwat al Jawiyya al Malakiya Marakishiya (Royal Moroccan Air Force) Netherlands, Koninklijke Luchmacht (Royal Netherlands Air Force) Norway, Kongelige Norske Luftforsvaret (Royal Norwegian Air Force) Oman, Al Quwwat al-Jawwiya al-Sultanat Oman (Royal Oman Air Force) Pakistan, Pakistan Fiza'ya (Pakistani Air Force) Poland, Polska Wojska Lotnicze i Obrony Powietrznej (Polish Air Defense and Aviation Force) Portugal, Fora Area Portuguesa (Portuguese Air Force) Singapore (Republic of Singapore Air Force) South Korea, Han-guk Kong Goon (Republic of Korea Air Force) Taiwan, Chung-Kuo Kung Chuan (Republic of China Air Force) Thailand, Kongtap Agard Thai (Royal Thai Air Force) Turkey, Trk Hava Kuvvetleri (Turkish Air Force) United Arab Emirates (United Arab Emirates Air Force) United States (US Air Force) United States (US Air Force Reserves)

United States (US Air National Guard) United States (US Navy) United States (NASA) Venezuela, Fuerza Area Venezolana (Venezuelan Air Force)

29.McDonnell Douglas(now Boeing)/ Northrop F/A-18 Hornet Multi-Role Fighter

Deskripsi: F-18 Hornet dibuat berdasarkan purwarupa Northrop YF-17 Cobra. YF-17 dikembangkan untuk berkompetisi dengan F-16 pada Lightweight Fighter Competition AU AS pada 1970an. Walaupun akhirnya AU AS lebih memilih F-16, AL AS merasa bahwa konsep YF-17 menawarkan potensi yang lebih besar sebagai pengganti dari pesawat tempur A-7 Corsair. Northrop dan McDonnell Douglas setuju untuk melakukan produksi bersama versi F-18 untuk AL dan sebuah varian serang A-18 untuk marinir, tetapi kemudian keduanya dikombinasikan menjadi pesawat multi-misi F/A-18 Hornet. Untuk menjaga tujuannya sebagai pesawat multi-peran, pada jantung F-18 terdapat radar Hughes multimode yang mempunyai efektifitas yang sama dalam misi udara-ke-udara dan udara-ke-darat. Dikombinasikan dengan sistem avionic canggih, display kokpit, mesin yang kuat, excellent high angle-of attack aerodynamics dan persenjataan jarak-jauh, F-18 melampaui harapan AL dan Marinir AS dalam hal akurasi, manuverabilitas, dan efektifitas keseluruhan. F-18 berhasil beroperasi dengan AL dan Korps Marinir pada pertengahan 1980an sebagai pengganti A-7 dan F-4 Phantom II. Produksi kemudian berubah untuk mengupgrade model F/A-18C tempat duduk-tunggal dan F/A-18D tempat duduk-ganda. Walaupun secara eksternal tidak dapat dibedakan, dua varian baru F-18 mempunyai beberapa pengembangan pada sistem avionic untuk meningkatkan kemampuan serang malam hari. Sementara F-18B hanya merupakan pesawat trainer, kursi belakang pada F-18D dilengkapi dengan display multi-fungsi dan stik-samping kontroler senjata yang membuat F-18 dapat berperan sebagai kontroler udara depan yang membimbing pesawat lain ke target pada pertempuran. Model F/A-18C/D dihentikan produksinya pada akhir 1990an, digantikan oleh F/A-18E dan F/A-18F Super Hornet. Rencana saat ini, F-18A/B akan tetap beroperasi dengan AL AS sampai sekitar 2015, sementara F-18C/D akan dipensiunkan pada 2020. F-18 juga membuat beberapa konsumen dari berbagai AU asing.

HISTORY: First Flight: (F-18A) 18 November 1978; (F-18C) 3 September 1986; (F-18D) 6 May 1988 Service Entry: (F-18A) 7 January 1983; (F-18D) November 1989 CREW: (F-18A/C) one: pilot; (F-18D) two: pilot, weapon systems officer

ESTIMATED COST: $35 million [2003$] AIRFOIL SECTIONS: Wing Root: NACA 65A005 mod Wing Tip: NACA 65A003.5 mod DIMENSIONS: Length: 56.00 ft (17.07 m) Wingspan: 37.50 ft (11.43 m) Height: 15.25 ft (4.66 m) Wing Area: 400 ft2 (37.16 m2) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: 23,050 lb (10,455 kg) Normal Takeoff: 36,710 lb (16,6500 kg) [fighter mission]; 49,225 lb (22,330 kg) [attack mission] Max Takeoff: 56,000 lb (25,400 kg) Fuel Capacity: internal: 10,860 lb (4,925 kg); external: 6,730 lb (3,055 kg) Max Payload: 15,500 lb (7,030 kg) PROPULSION: Powerplant: two General Electric F404-400 afterburning turbofans Thrust: 32,000 lb (142.4 kN) with afterburner PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 1,190 mph (1,915 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 1.8; at sea level: unknown Initial Climb Rate: 45,000 ft (13,715 m) / min Service Ceiling: 50,000 ft (15,240 m) Endurance: unknown Range: fighter mission: 800 nm (1,480 km); attack mission: 1,150 nm (2,130 km) ferry: 1,800 nm (3,335 km) g-Limits: unknown ARMAMENT: Gun: one 20-mm M61A1 Vulcan cannon (570 rds) Stations: seven external hardpoints and two wingtip rails Air-to-Air Missile: AIM-7 Sparrow, AIM-9 Sidewinder, AIM-120 AMRAAM, AIM-132 ASRAAM Air-to-Surface Missile: AGM-45 Shrike, AGM-62 Walleye, AGM-65 Maverick, AGM-84 Harpoon, AGM-84 SLAM, AGM-84 SLAM-ER, AGM-88 HARM, AGM-123 Skipper, AGM-154 JSOW

Bomb: GBU-10/12/24/51 Paveway laser-guided, GBU-15 EO-guided, GBU-29/30/31/32/35 JDAM, B57/61 nuclear, Mk 82/83/84 GP, Mk 20 Rockeye, BLU-107 Durandal, CBU-59 cluster Other: ECM pods, rocket pods KNOWN VARIANTS: YF-17 Cobra: Northrop's entry in the USAF Lightweight Fighter competition, although not selected, US Navy evaluation of the design led to the F/A-18 Hornet F/A-18A: First production model; 371 built AF-18A: One-seat fighter purchased by Australia, based on the F-18A but currently being upgraded to F18C standard to serve until at least 2011; 57 built ATF-18A: Two-seat trainer for Australia, very similar to the F-18B; 18 built CF-18A or CF-188A: One-seat fighter purchased by Canada, based on the F-18A but fitted with a spotlight for identifying targets at night, a new ILS, and able to carry LAU-5003 rocket pods, Canada plans to keep its aircraft in service until 2017; 98 built EF-18A or C-15: One-seat fighter purchased by Spain, based on the F-18A but being upgraded to near F18C standard; 60 built RF-18A: Reconnaissance model, few built and most transferred to research duties with the US Navy and NASA F/A-18B or TF/A-18A: Two-seat trainer; 40 built CF-18B or CF-188B: Two-seat trainer for Canada; 40 built EF-18B or CE-15: Two-seat trainer for Spain; 12 built F/A-18C: Upgraded one-seat model able to carry the AIM-120 AMRAAM and AGM-65 Maverick, also upgraded with new avionics, a new ejection seat, and small strakes on the LERXs to reduce buffet on the tailfins; 355 built KF-18C: One-seat fighter purchased by Kuwait, based on the F-18C; 32 built F/A-18D: Two-seat night attack fighter for the US Marines, includes the same avionic upgrades as the F18C KAF-18D: Two-seat trainer for Kuwait; 8 built F/A-18E/F: Significantly upgraded Super Hornet models with lengthened fuselage and enlarged wings Hornet 2000: MDD proposal for an advanced Hornet with enlarged wing and tail surfaces, longer fuselage, new engines, and an improved cockpit; presumably led to Super Hornet 'E' and 'F' models KNOWN COMBAT RECORD: Libya - Operation El Dorado Canyon (USN, 1986) Iraq - Operation Desert Storm (USN, USMC, Canada, 1991) Iraq - Operation Southern Watch (USN, USMC, 1991-2003) Bosnia - Operation Deliberate Force (USN, USMC, Canada, Spain, 1995) Iraq - Operation Desert Fox (USN, 1998) Kosovo - Operation Allied Force (USN, Canada, Spain, 1999) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USN, USMC, 2001-present) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USN, USMC, Australia, 2003-present)

KNOWN OPERATORS: Australia (Royal Australian Air Force) Canada (Canadian Armed Forces, Air Command) Finland, Suomen Ilmavoimat (Finnish Air Force) Kuwait, al-Quwwat al-Jawwiya al-Kuwaitiya (Kuwaiti Air Force) Malaysia, Tentera Udara Diraja Malaysia (Royal Malaysian Air Force) Spain, Ejrcito del Aire Espaola (Spanish Air Force) Switzerland, Schweizer Luftwaffe (Swiss Air Force) United States (US Marine Corps) United States (US Navy) United States (NASA)

30.Aurora Strategic Reconnaissance (Pesawat Pengintai)

Deskripsi: Nama Aurora pertama kali muncul pada sebuah dokumen anggaran tahun 1985 yang menyebutkan proyek ini akan menerima $80 juta pada tahun fiscal 1986 dan $2,2 miliar tahun fiscal 1987. Setelah nama tersebut muncul tepat setelah TR-1, banyak orang menyimpulkan bahwa program tersebut merupakan program pesawat berkecepatan tinggi untuk menggantikan SR-71. Pada awal 1979, AU AS mulai mempelajari sebuag pesawat yang berkecepatan 4Mach dan mampu beroperasi pada ketinggian 200.000 kaki yang dapat mengikuti pesawat pengintaian strategis Lockheed SR-71 pada tahun 1990an . AU, NASA dan beberapa kontraktor pesawat terbang mulai mendesain pesawat yang mampu terbang dengan kecepatan 5 Mach pada sekitar awal dan pertengahan 1980an, kemungkinan akan mensuplai informasi untuk pengembangan konsep pesawat ini. Kesulitan utama pada proyek ini adalah pengembangan mesin pesawat yang mampu memberikan kekuatan yang dapat menghasilkan kecepatan 5 Mach dan pengembangan struktur pesawat yang mampu bertahan pada suhu tinggi akibat kecepatan yang sangat tinggi. Jika informasi di atas tidak ada, maka Auora akan seperti pesawat berkecepatan 3 Mach XB-70 Valkyrie atau National Aerospace Plane (NASP) X-30 milik NASA yang dibatalkan programnya. Kedua pesawat itu mempunyai bentuk segitiga dengan sayap delta. Keduanya melawan panas akibat kecepatan tinggi itu dengan mensirkulasi bahan bakar sepanjang permukaaan. Sementara XB-70 dilengkapi dengan mesin jet konvensional, X-30 memakai mesin ramjet atau scramjet canggih yang menggunakan bahan bakar cryogenic untuk dapat beroperasi pada kecepatan sampai 5 Mach. Dengan perkembangan teknologi avionic ini dan adanya dana dari AS, banyak orang menganggap bahwa AU AS telah dapat mengembangkan, membuat dan menguji pesawat besar berkecepatan tinggi ini pada awal 1990an. Segera setelahnya, laporan mengenai ledakan sonic keras dan penampakan pesawat aneh di atas Inggris dan Kalifornia Selatan mulai muncul permukaan. Beberapa orang menganggap beberapa laporan ini adalah bukti keberhasilak AU AS membuat pesawat berkecepatan sangat tinggi ini yang menggunakan suatu mesin exotic . Pemerintah AS sampai sekarang masih menyangkal keberadaan pesawat yang bernama Aurora atau

sejenisnya ini untuk menggantikan pesawat SR-71. Setelah bukti-bukti yang mendukung keberadaan Aurora hanya merupakan dugaan kosong, hanya ada sedikit alasan untuk membantah pernyataan pemerintah AS. HISTORY: First Flight: possibly late-1980s Service Entry: existence unconfirmed CREW: possibly two: pilot and systems officer DIMENSIONS: Length: 115 ft (35 m) Wingspan: 65 ft (20 m) Height: 19 ft (6 m) Wing Area 3,200 ft2 (300 m2) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: 65,000 lb (29,480 kg) Typical Load: unknown Max Takeoff: 157,000 lb (71,215 kg) Fuel Capacity: internal: 88,000 lb (39,920 kg); external: not applicable Max Payload: 4,000 lb (1,815 kg) PROPULSION: Powerplant: possibly turbofan engines for subsonic flight and ramjets, scramjets, or pulse detonation engines for supersonic flight Thrust: unknown PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: possibly Mach 5 to Mach 8 (some suggest up to Mach 20); at sea level: unknown Initial Climb Rate: unknown Service Ceiling: 131,000 ft (40,000 m) Range: 8,000 nm (15,000 km) g-Limits: unknown ARMAMENT: Gun: none Stations: none Air-to-Air Missile: none (although some suggest a long-range AAM like the AIM-54 Phoenix might be carried)

Air-to-Surface Missile: none Bomb: none Other: cameras, IR sensors, other recon sensors KNOWN VARIANTS: Aurora: Possible high-speed advanced reconnaissance platform KNOWN COMBAT RECORD: existence unconfirmed KNOWN OPERATORS: United States (US Air Force)

23.LockheedSR-71 Blackbird Strategic Reconnaissance

DESKRIPSI: Sr-71 yang luar biasa secara resmi masih merupakan pesawat bertenaga jet tercepat di dunia, bahkan setelah 40 tahun dari penerbangan pertamanya. Desain Blackbird dimulai pada akhir tahun 1950an sebagai interseptor altitude-tinggi dengan kecepatan 3 Mach dan platform penyerangan. Setelah CIA sadar bahwa pesawat ini jauh lebih baik jika dipakai untuk peran pengintaian dari pada pertempuran, maka konsep dirubah pada 1958, dengan mengurangi vunerabilitas pesawat dan meningkatkan kecepatan hingga lebih dari 3 Mach dan ketinggian maksimal yang dicapai hingga 85.000 kaki (25.930 m). Akan tetapi, performa seperti itu membutuhkan lompatan yang besar dalam desain dan metode konstruksinya. Titanium pun dipakai pada airframe agar mampu bertahan pada suhu yang sangat tinggi pada kecepatan luar biasa. Kesulitan juga dialami pada pengembangan mesin dan sistem hidrolis untuk dapat beroperasi pada kecepatan tinggi tersebut, sehingga diperlukan bahan khusus. Kebutuhan untuk penerbangan jarak jauh juga mengharuskan prinsip aerodinamis tingkat tinggi termasuk penggunaan sebuah sayap delta yang highly-swept dengan chamber didepannya untuk mengurangi induced drag . Sebagai tambahan, SR-71 dilengkapi dengan teknik stealth terbaru yang didesain untuk meminimalisasi detektabilitas oleh radar. Beberapa metode stealth yang digunakan termasuk hidung yang ditajamkan, canted vertical tails dan cat yang didesain untuk menghamburkan gelombang radar. Model pertama yang dibuat A-12 sebanyak 15 yang didesain baik untuk misi pengintaian maupun penyerangan. Pesawat satu-tempat duduk ini dikirim ke CIA pada awal 1962, tetapi satu di antaranya

dimodifikasi menjadi dua-tempat duduk dan dua lagi dijadikan dua-tempat duduk untuk untuk peluncuran drone tanpa awak D-21. Pesawat-pesawat model awal ini mampu membawa pod berisi bom nuklir 1-megaton atau drone D-21 yang dilengkapi dengan kamera, sensor inframerah dan peralatan lain. 3 pesawat 2-tempat-duduk baru juga dibuat sebagai interseptor kecepatan-tinggi YF-12A, tetapi secara primer pesawat ini dibangun untuk riset NASA. Pesawat A-12 diterbangkan oleh AU AS atas nama CIA sampai model terbaru ditemukan, SR-71, model yang didekasikan untuk misi pengintaian yang beroperasi penuh pada 1968. SR-71 mempunyai airframe yang telah dikembangkan, kapasitas bahan bakar yang ditingkatkan, dan performa aerodinamis yang lebih baik tetapi ruang persenjataan dikurangi jika dibandingkan model sebelumnya. SR-71 dilengkapi dengan kemampuan pengisian bahan bakar di udara untuk menangani masalah desain yang konsumsi bahan bakar-nya tinggi dan untuk memperjauh jarak jangkau. Walaupun banyak kemampuan SR-71 tidak diketahui, saat ini dipercaya bahwa pesawat dapat membawa nuklir 1-megaton atau kamera canggih, sensor dan peralatan pengintaian. SR-71 mampu melakukan survey sampai 80.000 mil persegi (207.000 km persegi) per jam. Produksi pesawat ini dipercaya mencapai 31 pesawat termasuk 29 model pengintai SR-71A, dua trainer SR-71B dan trainer SR-71C yang dibuat ulang dari YF-12. Walaupun pesawat ini mempunyai kemampuan pengintaian yang sangat berharga selama Perang Dingin, pesawat ini sangat mahal biaya perawatan dan operasionalnya. Bertambahnya biaya perawatan dan pengurangan budget, membuat AU AS menghentikan penggunaan pesawat ini pada 1990. 3 pesawat yang dipensiunkan ini disimpan di Lockheed's Palmdale, yang jika diperukan dapat diaktifkan kembali. Sementara 3 pesawat lain masih dioperasikan oleh NASA untuk riset kecepatan tinggi. Akan tetapi, banyak orang menganggap bahwa SR-71 masih digunakan pada Gulf War tahun 1991. Opini ini membuat kongres memerintahkan beberapa pesawat ini dioperasika kembali pada 1994. Karena pesawat-pesawat yang disimpan rusak, maka NASA meminjamkan ketiga pesawatnya (2 model satutempat duduk dan 1 model 2-tempat duduk) ke AU. Pesawat yang mempunyai satu-tempat-duduk diperbarui oleh Lockheed antara 1995 dan 1996 dan diupgrade dengan penambahan Advanced Synthetic Aperture Radar System (ASARS), sebuah kamera Itek yang mempunyai cakupan penuh horizon, dan dua kamera resolusi-tinggi. Sebagai tambahan, pesawat dilengkapi dengan sebuah link data untuk mentransmit gambar radar secara real time. Akan tetapi akhirnya tika pesawat ini dipensiunkan kembali pada 1998 oleh AU. Ketiga pesawat ini masih dipakai secara terbatas oleh NASA sampai 2001 yang akhirnya benar-benar dipensiunkan. Dari 50 A-12s, YF-12s, dan SR-71s yang dibuat, 20 diantaranya hancur dalam berbagai kecelakaan. Sebagian besar pesawat yang masih ada didonasikan ke museum di seluruh AS. HISTORY: First Flight: (A-12) 26 April 1962; (SR-71A) 22 December 1964 Service Entry: (A-12) November 1965; (SR-71) January 1966 Retirement: (A-12) 8 May 1968; (SR-71) 18 January 1990, 3 December 1998 CREW:: (A-12) 1 pilot; (M-21) 1 pilot and 1 drone launch control officer; (YF-12) 1 pilot and 1 weapons systems officer; (SR-71) 1 pilot and 1 reconnaissance systems officer ESTIMATED COST: $34 million [1966$]

DIMENSIONS: Length: (A-12) 102.25 ft (31.19 m); (M-21) 102.25 ft (31.19 m); (YF-12) 101.67 ft (30.02 m); (SR-71) 107.42 ft (32.74 m) Wingspan: (A-12) 55.58 ft (16.96 m); (M-21) 55.58 ft (16.96 m); (YF-12) 55.58 ft (16.96 m); (SR-71) 55.58 ft (16.96 m) Height: (A-12) 18.50 ft (5.64 m); (M-21) 18.50 ft (5.64 m); (YF-12) 18.50 ft (5.64 m); (SR-71) 18.50 ft (5.64 m) Wing Area: (SR-71) 1,800 ft2 (167.22 m2) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: (SR-71) 60,000 lb (27,215 kg) Normal Takeoff: unknown Max Takeoff: (A-12) 117,000 lb (53,070 kg); (YF-12) 124,000 lb (56,245 kg); (SR-71) 170,000 lb (77,110 kg) Fuel Capacity: internal: 80,000 lb (36,290 kg); external: not applicable; Max Payload: unknown PROPULSION: Powerplant: (A-12) two Pratt & Whitney J-58 afterburning turbo-ramjets; (M-21) two Pratt & Whitney J58 afterburning turbo-ramjets; (YF-12) two Pratt & Whitney J-58 afterburning turbo-ramjets; (SR-71) two Pratt & Whitney JT11D-20B afterburning turbo-ramjets Thrust: (A-12) 60,000 lb (267 kN); (M-21) 80,000 lb (356 kN); (YF-12) 63,000 lb (280 kN); (SR-71) 65,000 lb (289 kN) PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 2,275 mph (3,660 km/h) at 80,000 ft (24,385 m), Mach 3.35 [world record]; at sea level: unknown Initial Climb Rate: unknown Service Ceiling: 85,500 ft (26,060 m) [world record] Range: 2,590 nm (4,800 km) Endurance: 1 hr 30 min g-Limits: unknown ARMAMENT: Gun: none Stations: 1 external hardpoint Air-to-Air Missile: none Air-to-Surface Missile: none Bomb: nuclear bombs Other: cameras, IR sensors, radar, other recon sensors; (M-21) D-21 drone

KNOWN VARIANTS: Oxcart: Classified designation given to the A-12 project by the CIA Senior Crown: Classified designation given to the SR-71 project A-11 Archangel: Lockheed's internal designation for its proposal to meet the CIA's high-speed reconnaissance aircraft requirement A-12: Original design concept for a high speed bomber/interceptor, but built as a single-seat recon/strike platform, based on the A-11 design but with improvements to lower the radar cross section; 13 built (5 lost) M-21: Originally intended as A-12 airframes but modified during construction with a second seat for an officer to operate the D-21 drone, the new designation refers to the aircraft's role as a mothership (M21) to launch the daughter (D-21) and increase reconnaissance range; 2 built (1 lost) YF-12A: Initially designed as an interceptor prototype equipped with a Hughes AN/ASG-18 pulse-Doppler radar in the nose and tandem weapons bays for AIM-47 air-to-air missiles, later used by NASA as Mach 3 research aircraft; 3 built (2 lost) F-12B: Proposed production model of the YF-12A to serve as a USAF high-speed interceptor; cancelled YF-12C: A-12 airframe modified with increased fuel capacity and other refinements to test many of the improvements incorporated into the SR-71; 1 converted RB-12: A proposed reconnaissance bomber variant that reached the mockup stage before being cancelled RS-12: Proposed strike model B-12 or B-71: Proposed dedicated bomber variants RS-71A: Original designation for the dedicated reconnaissance model SR-71A: Definitive reconnaissance model with aerodynamic refinements, improved airframe, greater range, and fitted with advanced surveillance equipment; 29 built (11 lost) SR-71B: Two-seat trainer with a separate raised cockpit for an instructor pilot; 2 built (1 lost) SR-71C: Two-seat trainer rebuilt from a YF-12A structural test model and incorporating parts from other crashed airframes, built to replace one of the SR-71B trainers that was lost, later used by NASA; 1 converted KNOWN COMBAT RECORD: overflights of world hotspots KNOWN OPERATORS: United States (Central Intelligence Agency) United States (US Air Force) United States (NASA)

24.B-52 Bomber

BOEING B-52 'Stratofortress' Tipe: Long-range strategic cruise missile carrier and heavy bomber

Program: Pengembangan skala-penuh dasri sebuah sistem untuk mengangkut misil jelajah berpeluncur-udara AGM-86B pada awal 1978 Total 102 B-52H dibuat. Pesawat pertama diterbangkan pada 6 Maret 1961. 98 B-52G dan 95 B-52H dimodifikasi untuk dapat mengangkut 12 AGM-86B pada tiang eksternal ditambah AGM-69 SRAM atau persenjataan lain secara internal. B-52H mempunyai perubahan paling signifikan jika dibandingkan dengan B-52G yaitu bahwa B-52H mampu melakukan penetrasi ke wilayah udara musuh pada level/ketinggian rendah. Hal ini membutuhkan modifikasi structural untuk airframe dapat bertahan pada efek turbulens level-rendah (ketinggian rendah). Perubahan lain pada B-52G ke B-52H termasuk penggantian empat senapan mesin 12,7 mm dengan

meriam 6-barel Vulcan 20mm dan perubahan mesin. Revisi peralatan ECM dan provisi radar terrianavoidance. Sejak 1990, pesawat ini mengalami banyak upgrade, termasuk peralatan elektronik penyerangan/pertahanan, ASQ-151 Elecro-optical Viewing System, Pahse VI ECM dan Offensive Avionics System. B-52 juga direvisi untuk pengangkutan senjata konvensional untuk mendukung operasi darat dan mariner AS. Fitur Desain: Dinding pesawat semuanya berbahan logam semi-monocoque dengan sayap anhedral dan tertekuk ke belakang sebesar 35 derajat. Ekor pesawat yang diatur secara hidrolik.

Mesin B-52H: delapan 75.6 kN (17,000 lb, 7711 kg) Pratt & Whitney TF33-P-3 dry thrust turbofans. Kapasitas bahan bakar: 174.130 L internal ditambah dua buah drop tanks 2.650 L yang berada di bawah sayap. Akomodasi B-52G/H: 6 kru (pilot and co-pilot, side by side on flight deck, navigator, radar navigator, ECM operator and gunner) Persenjataan B-52H: sebuah merial multi-barel Vulcan 20 mm di dalam turret ekor sebagai ganti 4 senjata mesin. Semua pesawat dapat mengangkut 12 AGM-86 Air Launched Cruise Missiles secara eksternal dan 8 CSRL secara internal. Juga dapat dilengkapi dengan AGM-69 SRAM stand-off defence-suppression missile.

Atau sampai sekitar 22,680 kg persenjataan dapat diangkut.

Dimensi Lebar Sayap: 56,39m Panjang Keseluruhan: 49,05m Tinggi: 12,40m Volume Ruang Persenjataan: 29,53m3 Berat dan Daya Angkut Berat T-O Maks: lebih dari 221.350 kg Daya Angkut Sayap: sekitar 595,t kg/m2 Max power loading: G: 452.1 kg/kN; H: 366.0 kg/kN Performa Kecepatan Maks pada Altitude Tinggi: Mach 0.90 (516 knots) Kecepatan Jelajah pada Altitude Tinggi: Mach 0.77 (442 knots) Tinggi Maks: 16,765 m Jarak Maksimum tanpa pengisian bahan bakar di udara: lebih dari 8.685 m Jarak Take-Off: 2,900 m

25.Mitsubishi A6M Reisen / ZEKE

Mitsubishi A6M yang terkenal, secara popular disebut dengan Zero , adalah pesawat tempur kapal induk pertama di dunia yang mampu mengalahkan pesawat tempur land-based (pesawat tempur biasa, bukan dari kapal induk) sejaman yang dia hadapi. Karena kecerobohan inteligen Sekutu, pesawat ini mampu meraih superioritas udara intermediet di atas Hindia Timur (Indonesia?) dan Asia Tenggara. Didesain di bawah kepemimpinan Jiro Honkoshi pada 1937 sebagai pengganti A5M yang usang, purwarupa A6M1 diterbangkan pertama kali pada 1939 cengan sebuah mesin 582kW Mitsubishi Zuisei 13 radial; produksi pesawat tempur A6M2 dengan dua senapan 20mm yang terpasang pada sayap dan dua senapan 7,7mm yang terpasang pada hisungnya, dilengkapi dengan mesin 708kW Nakajima Sakae 12 radial, dan dengan versi inilah AL Jepang menyerang Pearl Harbor, dan mendapatkan superioritas udaranya di Malaya, Pilipina dan Burma. Pada musim semi 1942, A6M3 dengan mesin two-stage supercharged Sakae 21 mulai beroperasi. Pesawat versi ini membuang lipatan pada ujung sayapnya dari versi terdahulunya. Pertempuran di Midway mewakili puncak kejayaan tempur Zero; selanjutnya pesawat lincah ini menemukan tandingannya yaitu F6F Hellcat dan P-38 Lightning milik Amerika. Untuk

membalas pesawat baru milik Amerika ini, A6M5 diluncurkan yang dilengkapi dengan mesin Sakae 21 dan sistem exhaustnya dikembangkan, menghasilkan kecepatan maksimal 565 km/jam. Banyak pesawat A6M5 (dan subvariannya) diproduksi melebihi pesawat jepang lain. 5 Pesawat jenis inilah yang menenggelamkan kapal induk St Lo dan merusak 3 kapal lainnya pada 25 Oktober 1944. Versi lainnya adalah A6M6 dengan mesin water-methanol boosted Sakae 31 dan A6M7 yang bertipe fighter/divebomber . Total produksi A6M adalah 10.937. Nama Zeke ditujukan untuk A6M, tetapi Zuke adalah nama untuk versi float (pesawat yang dapat mendarat di air), A6M2-N.

Spesifikasi Specification MODEL: A6M2 CREW: 1 ENGINE: 1 x Nakajima NK1F "Sakae 12", 705kW WEIGHTS: Take-off weight: 2410-2796 kg Empty weight: 1680 kg ' DIMENSIONS: Wingspan: 12.0 m Length: 9.06 m Height: 3.05 m Wing area: 22.44 m2 PERFORMANCE Max. speed: 525 km/h Cruise speed: 330 km/h Ceiling: 10000 m Range w/max.fuel: 3050 km Range w/max.payload: 1850 km ARMAMENT: 2 x 20mm cannons, 2 x 7.7mm machine-guns, 60kg of bombs

26.McDonnell Douglas (now Boeing) C-17 Globemaster III Heavy Transport

Deskripsi: Perang Vietnam, membuat AU US sadar bahwa pesawat angkutnya saat itu mempunyai banyak kekurangan, sehingga memutuskan dibutuhkannya desain pesawat angkut baru. C-17 Globemaster III ini dirancang untuk mendampingi dan menggantikan peran C-141 StarLifter, dengan mengkombinaskan kemampuan C-5 Galaxy dan C-130 Hercules sehingga dapat mendarat tepat di belakang garis depan pada tanah yang buruk dan tidak dipersiapkan. Desain McDonnell Douglas memenuhi kebutuhan ini dan diterima pada Oktober 1980, tetapi akhirnya dibatalkan pada januari 1982 ketika AU US lebih memilih untuk meningkatkan kemampuan C-5B Galaxy dan KC-10 Extender. Setelah tahun itu, pengembangan C-17 kembali dilakukan dan berhasil membuat 210 contoh pesawat dengan bodi pesawat sirkular, sayap yang besar dan lereng kargo di bagian belakang. Purwarupa pesawat ini mulai terbang pada awal 1990an, tetapi harga produksi mulai meningkat tajam. Walaupun produksi terlambat, harga produksi tinggi dan mismanagemen program, C-17 merupakan desain yang mengaplikasikan beberapa fitur canggih sehingga dianggap sangat mampu memenuhi

keinginan AU. Dengan sebuah kargo berukuran 26,82m x 5,48m x 3,76m, pesawat mampu membawa sampai 18 cargo pallets , 144 prajurit, 102 prajurit parasut, atau 48 litters . Dengan kapasitas ini, C-17 mampu mengangkut hamper semua peralatan mobile tentara US termasuk tank perang utama M1 Abrams, M2/M3 Bradley, sampai 4 helikopter transport UH-60 Blackhawk atau sampai 2 helikopter serang AH-64 Apache. Sebagai tambahan, C-17 menggunakan blown flaps , generator vortex dan thrust reversers (tenaga dorong kebalikan) untuk pendaratan jarak pendek. C-17 dapat beroperasi pada landasan sepanjang 915 m dengan lebar 27,5 m dan dapat bermanuver untuk membelok menggunakan a three-point turn . Walaupun sebenarnya AU AS mengharapkan untuk memperoleh 210 pesawat C-17, tetapi karena pengembangan yang terlambat dan tingginya biaya produksi, mereka memotong pesanan menjadi 120 saja. Namun demikian, pesawat ini sudah menunjukkan kegunaan dan fungsi pentingnya pada konflik Balkans, Afghanistan, dan Iraq, sehingga kongres AS menyetujui untuk menambah pesawat C-17 menjadi 190 pesawat. Walaupun Boeing sudah memperingatkan prnutupan produksi multiple line , AU AS tetap menambah pesanan tiap tahun agar produksi tetap berjalan. C-17 juga membuat beberapa negara lain tertarik.

HISTORY: First Flight: 15 September 1991 Service Entry: 14 June 1993

CREW:: three: pilot, co-pilot, loadmaster PASSENGERS: 144 troops, 102 paratroops, or 48 stretchers ESTIMATED COST: $205 million [1998$] DIMENSIONS: Length: 174.00 ft (53.04 m) Wingspan: 169.83 ft (51.76 m) Height: 55.08 ft (16.79 m) Wing Area: 3,800 ft2 (353.02 m2) WEIGHTS: Empty: 277,000 lb (125,645 kg) Normal Takeoff: unknown Max Takeoff: 585,000 lb (265,350 kg) Fuel Capacity: 181,055 lb (82,125 kg) Max Payload: 169,000 lb (76,660 kg) PROPULSION: Powerplant: four Pratt & Whitney PW2040 (military designation F117-100) turbofans Thrust: 161,760 lb (719.6 kN) PERFORMANCE: Max Level Speed: cruise speed: 515 mph (830 km/h) at 28,000 ft (8,540 m), Mach 0.74; airdrop speed: 130 to 290 mph (215 to 465 km/h) at sea level Initial Climb Rate: unknown Service Ceiling: 45,000 ft (13,715 m) Range: typical: 2,400 nm (4,450 km) with 160,000 lb (72,575 kg) payload; typical: 4,400 nm (8,155 km) with 40,000 lb (18,145 kg) payload; ferry: 4,700 nm (8,710 km) g-Limits: unknown ARMAMENT: none KNOWN VARIANTS: C-17A: Production transport for the US Air Force able to airlift equipment, troops, paratroops, or casualties over global ranges while operating from rough strips; at least 180 to be built CC-177 Globemaster: Designation for the C-17 in Canada KC-17: Proposal for a tanker model using the center wing tank plus a modular tank pallet carried in the fuselage, fuel would be dispensed through a boom on the rear cargo door and/or underwing pods MD-17: Proposal for a commercial heavylift model with roll-on/roll-off capability and able to carry

170,000 lb (77,110 kg) payloads over ranges of 5,000 nm (9,260 km) or more BC-17: New designation for the MD-17 concept after McDonnell Douglas merged with Boeing KNOWN COMBAT RECORD: Bosnia - Operation Deliberate Force (USAF, 1995) Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, 2001-present) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003-present) KNOWN OPERATORS: Australia (Royal Australian Air Force) Canada (Canadian Armed Forces, Air Command) United Kingdom (Royal Air Force) United States (US Air Force)

13.Northrop Grumman B-2 Spirit Intercontinental Strategic Bomber

Purwarupa stealth bomber B-2 muncul pada 1988 setelah sebuah riset rahasia satu dekade oleh AU AS. Desain B-2 membuat langkah besar mengalahkan proyek sebelumnya seperti B-1B dan F117, dengan sistem pemantulan gelombang radar yang dipercanggih dan bentuk sayap yang lebih aerodinamis. BEntuk sayap yang berkontur (contoured) dari B-2 Spirit berisi kompartemen awak, ruang barang (payload bays) dan mesin, yang terlindung dari komponen yang dapat memantukan sebagian besar gelombang radar. Sebagai tambahan, selain dilindungi oleh radar absorbant materials (RAM), semua garis pada B-2 adalah parallel ke yang lainnya untuk menghamburkan gelombang radar. Juga, lubang

keluaran mesin memanjang dan dilapisi dengan material pengabsorbsi-panas untuk mengurangi jejak panas inframerah dari B-2. AU AS pada awalnya berencana untuk membuat 133 stealth bomber tetapi kemudian dipotong menjadi hanya 21 Pesawat. Walaupun sebenarnya dibuat untuk pesawat penyerangan nuklir, B-2 juga dilengkapi dengan senjata konvensional seperti JDAM. B-2 telah digunakan secara luas dengan peran penyerangan konvensional (bukan nuklir) selama konflik di Kosovo, Afghanistan dan Irak.

HISTORY: First Flight : 17 July 1989 Service Entry: April 1997 CREW: two: pilot, co-pilot/mission commander ESTIMATED COST: $1.157 billion [1998$] DIMENSIONS: Length: 69.00 ft (21.03 m) Wingspan: 172.00 ft (52.43 m) Height : 17.00 ft (5.18 m) Wing Area: 5,000 ft2 (465.5 m2) WEIGHTS:

Empty: 150,000 to 160,000 lb (68,040 to 72,575 kg) Normal Takeoff: 336,500 lb (152,635 kg) Max Takeoff: 376,000 lb (170,550 kg) Fuel Capacity: internal: 200,000 lb (90,720 kg), external: none Max Payload: 40,000 lb (18,145 kg) PROPULSION: Powerplant: four General Electric F118-110 turbofans Thrust: 76,000 lb (338 kN) PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 530 mph (850 km/h) at 40,000 ft (12,190 m), Mach 0.8; at sea level: 485 mph (780 km/h), Mach 0.65; cruise speed: 515 mph (830 km/h) at 37,000 ft (11,275 m), Mach 0.78 Initial Climb Rate: 3,000 ft (915 m) / min Service Ceiling: 50,000 ft (15,240 m) Range: typical: 6,000 nm (11,110 km); w/1 aerial refueling: 10,000 nm (18,520 km) g-Limits: +2.0 ARMAMENT: Gun: none Stations: two internal bomb bays Air-to-Surface Missile: up to 16 AGM-69 SRAM II, up to 16 AGM-129 ACM, AGM-154 JSOW Bomb: up to 16 B61/B83 nuclear bombs, up to 80 Mk 82 500-lb GP, up to 16 Mk 84 2,000-lb GP, up to 36 M117 750-lb GP, up to 16 GBU-31 JDAM, up to 16 GBU-36, up to 8 GBU-37 (GAM-113), up to 36 CBU87/89/97/98 cluster Other: up to 80 Mk 36 or Mk 62 500-lb sea mines KNOWN VARIANTS: B-2A: Original bomber operating from Whitman AFB, Missiouri; 22 built KNOWN COMBAT RECORD: Kosovo - Operation Allied Force (USAF, 1999) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, 2001) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003) KNOWN OPERATORS: United States (US Air Force)

14.Lockheed U-2 Dragon Lady Tactical Reconnaissance

DESKRIPSI Pesawat Pengintai U-2 awalnya dikembangkan oleh divisi Skunkworks Lockheed secara rahasia. Pesawat baru revolusioner ini diharapkan sebagai pesawat pengintai high-altitude untuk Central Intelligence Agency (CIA) dan AU AS. Lambang U , biasanya digunakan untuk pesawat dengan kegunaan yang tidak membahayakan (innocuous utility aircraft), digunakan sebagai bagian dari sebuah

kampanye untuk menjaga pesawat sebagai misteri dari prying eyes . Dengan tujuan untuk menyembunyikan tujuan sebenarnya dari U-2, skuadron operasional pertama secara resmi disebut dengan sebuah unit Weather Reconnaissance" yang dioperasikan oleh NASA. Dua skuadron pertama berbasis di Jepang, Jerman atau Inggris, dari sini pesawat terbang untuk berbagai misi di Uni Soviet, Cina, Vietnam, dan Timur Tengah. U-2 juga membuktikan keberadaan misil nuklir pada 1962 di Kuba yang menyebabkan Cuban Missile Crisis . Dunia tidak mengetahui tentang U-2 hingga 1 Mei 1960 ketika sebuah U-2 yang diterbangkan oleh Francis Gary Powers tertembak di Uni Soviet. Walaupun sang pilot akhirnya dapat kembali melalui pertukaran dengan mata-mata Soviet yang tertangkap, U-2 tidak pernah memasuki wilayah udara Uni Soviet lagi. Keausan pesawat ternyata terlalu tinggi sehingga sangat sulit terbang dan contoh lain tertembak di China dan Cuba. Untuk memecahkan masalah ini, sebuah model baru, U-2R diproduksi pada tahun 1968. Versi terbaru pesawat ini adalah U-2S. Pada awalnya didesain sebagai TR-1, U-2S adalah sebuah U-2R yang diupdate dengan membawa Synthetic-Aperture Radar canggih yang mampu untuk menscan sejauh 35 mil ke dalam wilayah musuh, sementara pesawat masih berada di wilayah udara internasional. TR-1, U-2R, dan U-2S dapat dibedakan dari varian u-2 yang lebih tua dari pod avionic yang dipasang di bawah kedua sayapnya. U-2S masih beroperasi hingga sekarang dan sangat berguna pada konflik Irak dan Afganistan . HISTORY: First Flight: (U-2A) 1 August 1955; (TR-1A/U-2S) August 1981 Service Entry: (U-2A) June 1957; (U-2S) October 1994 CREW: 1 pilot ESTIMATED COST: unknown AIRFOIL SECTIONS: Wing Root: NACA 64A409 Wing Tip: NACA 64A406 DIMENSIONS: Length: (U-2C) 49.95 ft (15.24 m); (U-2S) 63.00 ft (19.2 m) Wingspan: (U-2C) 80.00 ft (24.38 m); (U-2S) 103.00 ft (31.39 m) Height: 14.98 ft (4.57 m) Wing Area: (U-2C) 565 ft2 (52.49 m2); (U-2S) 1,000 ft2 (92.9 m2) Canard Area: not applicable WEIGHTS: Empty: (U-2C) 11,700 lb (5,305 kg); (U-2R) 19,000 lb (8,620 kg); (U-2S) 17,800 lb (8,075 kg) Normal Takeoff: unknown Max Takeoff: (U-2C) 17,270 lb (7,833 kg); (U-2S) 40,000 lb (18,144 kg)

Fuel Capacity: internal: unknown; external: unknown Max Payload: unknown PROPULSION: Powerplant: (U-2C) one Pratt & Whitney J75-13 turbojet; (U-2R/TR-1A) one Pratt & Whitney J75-13B turbojet; (U-2S) one General Electric F-118-101 turbofan Thrust U-2R) 17,000 lb (75.6 kN); (U-2S) 19,000 lb (84.5 kN)

PERFORMANCE: Max Level Speed: at altitude: 530 mph (850 km/h) [U-2C], 495 mph (795 km/h) [U-2S]; at sea level: unknown cruise speed: 375 mph (690 km/h) [U-2R] Initial Climb Rate: unknown Service Ceiling: (U-2C) 85,000 ft (25,930 m); (U-2S) 90,000 ft (27,430 m) Range: (U-2C/R) 2,610 nm (4,830 km); (U-2S) 3,800 nm (7,050 km) Endurance: (U-2R) 12 hr; (U-2S) 15 hr g-Limits: +2.5 ARMAMENT: Gun: none Stations: (U-2C) one internal bay; (U-2S) one internal bay and two underwing pods Air-to-Air Missile: none Air-to-Surface Missile: none Bomb: none Other: cameras, IR sensors, other recon sensors KNOWN VARIANTS: U-2A: First production one-seat reconnaissance model; 48 built U-2B: Two-seat trainer; 5 built U-2C: Improved one-seat reconnaissance model with a new engine and modified engine inlets U-2D: Two-seat trainer U-2CT: Two-seat trainer rebuilt from U-2D airframes but with the training pilot seated at a higher level; at least 6 converted U-2G: U-2A models modified with stronger landing gear, an arresting hook, and wing spoilers in order to operate from US Navy aircraft carriers; 3 converted but rarely used U-2R: Enlarged and improved U-2C with underwing pods and increased fuel capacity; 12 built U-2RT: Two-seat trainer based on U-2R; 1 built U-2EPX: Proposed maritime surveillance model for the US Navy based on the U-2R; 2 built but not put into service WU-2: Research aircraft used by the US Air Force for atmospheric research TR-1A: Improved U-2R with side-scanning radar, new avionics, and improved ECM equipment; 33 built

TR-1B: Two-seat trainer for the TR-1A; 2 built ER-2: One-seat "earth resource" research aircraft built for NASA U-2S: New designation for the TR-1A; also updated with a more efficient engine, improved sensors, and the addition of a GPS system; 31 converted U-2ST: Redesignated U-2R/TR-1B two-seat trainer with updated engine; 4 converted KNOWN COMBAT RECORD: verflights of Soviet Union, China, Cuba, and others Vietnam War (USAF, 1965-1972) Iraq - Operation Desert Storm (USAF, 1991) Iraq - Operation Northern Watch (USAF, 1991-2003) Iraq - Operation Southern Watch (USAF, 1991-2003) Bosnia - Operation Deliberate Force (USAF, 1995) Afghanistan - Operation Enduring Freedom (USAF, 2001-present) Iraq - Operation Iraqi Freedom (USAF, 2003-present) KNOWN OPERATORS: United States (Central Intelligence Agency) United States (US Air Force) United States (NASA)

15.eurofighter / typhoon II

Eurofighter of the German Luftwaffe, Instrumented Production Aircraft #3 a 2-seat trainer version used for air-to-air weapons integration.

Type Multirole fighter Manufacturer Eurofighter GmbH Maiden flight 27 March 1994[1] Introduced 2003 Status Operational Primary users Royal Air Force Luftwaffe Aeronautica Militare Ejrcito del Aire Number built 137 (as of December 2007)[2] 707 Ordered (as of January 2008) Unit cost 61.5 million,[3] 88.4 mil., $122.5 mil. (2007 flyaway cost) Developed from British Aerospace EAP

16.Tu 160 SuperSonic

Specifications (Tu-160)

General characteristics Crew: 4 (pilot, co-pilot, bombardier, defensive systems operator) Length: 54.1 m (177 ft 6 in) Wingspan: Spread (20 sweep): 55.70 m (189 ft 9 in) Swept (65 sweep): 35.60 m (116 ft 10 in) Height: 13.10 m (43 ft 0 in) Wing area: Spread: 400 m (4,310 ft) Swept: 360 m (3,875 ft) Empty weight: 110 t (242,000 lb) Loaded weight: 267 t (590,000 lb) Max takeoff weight: 275 t (606,000 lb) Powerplant: 4 Kuznetsov NK-321 turbofans Dry thrust: 137 kN (30,900 lbf) each Thrust with afterburner: 245 kN (55,100 lbf) each

Performance

Maximum speed: Mach 2.05[18] (2,220 km/h, 1,380 mph, 1,200 knots) at high altitude Range: 17,400 km (9,400 nm, 10,800 mi) unrefueled Combat radius: 10,500 km (5,670 NM, 6,500 mi) Service ceiling 15,000 m (49,200 ft) Rate of climb: 70 m/s (13,860 ft/min) Wing loading: 743 kg/m with wings fully swept (152 lb/ft) Thrust/weight: 0.37 Armament 2 internal bays for 40,000 kg (88,200 lb) of ordnance, options include: 2 internal rotary launchers each holding 6 Raduga Kh-55 cruise missiles (primary armament) or 12 Raduga Kh-15 short-range nuclear missiles

Anda mungkin juga menyukai