Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan Visi yang berharap internet akan menjadi ajang yang bebas serta akses yang seimbang pada

debat politik merupakan salah satu alasan perbincangan politik di forum online menjadi salah satu kajian penting di CMC. Pendukung visi ini mengasumsikan bahwa bahwa teknologi internet dapat di eksploitasi untuk membuat proses politik lebih inklusif dan konsultatif (Albrecht, 2003: 1). Di sisi lain, mereka yang skeptis memandang bahwa teknologi internet tidak bisa diakses secara universal atau adanya digital divide (Papacharissi, 2004: 260; Albrecht, 2003: 1; Freelon, 2010: 2). Selain isu ketimpangan akses terhadap internet dan forum online, beberapa peneliti memeriksa praktik perbincangan politik di forum online dari konsep ketidakpantasan yang sering muncul di dalam perbincangan politik di internet. Di Indonesia, optimisme yang sama tengah terjadi. Beberapa contoh di antaranya adalah kajian dari Hill dan Sen (2005), Lim (2003), dan Nugroho (2011) tentang internet dan cyber-space dalam proses demokratisasi di Indonesia. Di dalam salah satu sub-bab di dalam bukunya, Nugroho (2011) menyatakan bahwa terdapat permasalahan antara real engagement dan click activism. Merlyna Lim (2003) memotret aktivisme sosial di media sosial pada kasus BibitChandra dan Prita Mulyasari. Kasus Bibit-Chandra dan Prita Mulyasari merupakan monumen gerakan sosial Indonesia di dalam dunia cyber. Dukungan 1 juta facebooker untuk Bibit-Chandra yang berujung pada pembebasan kedua pimpinan KPK dari kriminalisasi terhadap mereka juga gerakan Koin untuk Prita yang berhasil menghimpun dana untuk membayar denda yang ditimpakan kepada Prita pada kasus pencemaran nama baik merupakan potret penguatan masyarakat sipil dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Kedua gerakan di atas menggunakan Facebook sebagai media penggalangan dukungan dan dana. Selain Facebook, media yang sering digunakan dalam aktivisme sosial di Indonesia adalah forum online KASKUS. KASKUS yang berarti Kasak-Kusuk, adalah forum online terbesar di Indonesia. Di dalamnya terdapat sub forum berita dan politik yang berisi perbincangan tentang berita yang tengah hangat di publik serta perbincangan tentang isu-isu politik. Sub forum ini yang akan menjadi fokus bahasan dalam makalah ini terkait dengan praktik perbincangan politik di Indonesia. Papacharisi (2004) menyatakan bahwa salah satu pandangan skeptis terhadap demokratisasi dan internet adalah bentuk ketidakpantasan dalam perbincangan online yang disebut dengan flaming. Flaming sendiri menurut Papacharisi (2004) adalah ones that frequently induce fragmented, nonsensical, and enraged discussion. (hal. 260). Von Arx (2002) menunjuk pada persoalan kesadaran kelisanan dan literasi yang memunculkan bentuk komunikasi baru yang hybrid, sebagian lisan dan sebagian tulisan (hal. 72). Avgerinakou (2002) mengatakan bahwa salah satu faktor pembentuk flaming di dalam CMC adalah fusi antara kelisanan dan literasi (hal. 284). Selain itu van Dijk (1996) mengatakan virtual communities are unable to make up for a lost public debate. They are still rather exclusive in social composition and the quality of discourse is poor because a real dialogue is missing. Most often, the discourse does not exceed the level of an exchange of separate distant voices on a central board. (van Dijk 1996: 59) Untuk memeriksa bagaimana praktik perbincangan politik di forum online, makalah ini pertama akan melihat konsep kelisanan dan literasi yang ditunjuk oleh von Arx (2002) dan Avgerinakou (2002). Mereka merujuk pada karya Walter J Ong (1982) terutama pada konsep kelisanan sekunder. Pemeriksaan kritis terhadap konsep kelisanan sekunder dan relasinya dengan

perbincangan politik di forum online diharapkan mampu memetakan fenomena perbincangan online di Indonesia. Selanjutnya pada bagian kedua makalah ini akan dilakukan pemetaan berdasar konsep kelisanan yang telah di telaah secara kritis. Pemetaan ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang bentuk perbincangan politik di forum online di Indonesia. Kelisanan Sekunder

Anda mungkin juga menyukai