Anda di halaman 1dari 30

INILAH.

COM, Jakarta - FIFA akan membahas masalah PSSI vs Liga Primer Indonesia setelah Kongres selesai, atau sekitar akhir Mei mendatang. Ketua Umum KONI Rita Subowo mengaku telah membahas masalah tersebut dengan presiden FIFA Sepp Blatter saat keduanya bertemu 8 Maret lalu. "Saya meminta bantuan agar urusan kompetisi bisa diselesaikan setelah kongres, dan Blatter meminta masalah tersebut bisa selesai sebelum akhir Mei," ujar Rita saat jumpa pers di kantor KONI, Senayan, Jakarta, Jumat (11/3/11). Menurut Rita, PSSI memang pernah meminta bantuan KONI agar LPI mau tunduk pada PSSI, melebur dengan Divisi Tiga kompetisi PSSI. Lewat surat yang disampaikan 3 Maret lalu, FIFA meminta PSSI menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, badan sepak bola tertinggi di dunia itu akan menjatuhkan hukuman berupa suspensi. "Memang di masing-masing negara, kompetisi itu satu atap," papar Rita menerangkan kebijakan FIFA terhadap bentuk kompetisi di setiap negara. "Kalau sampai dihukum, tidak ada bantuan keuangan, wasit dilarang, siapa pun yang bertanding dengan kita akan kena (hukuman) juga." "Kita akan kembali ajak diskusi dengan PSSI lagi agar diketahui bagaimana baiknya," sambungnya. Menurut Rita, presiden FIFA meminta bantuan KONI untuk mengawal jalannya kongres serta membantu menyelesaikan masalah PSSI dengan LPI. "Blatter menghormati jabatan saya sebagai Ketua Umum KONI dan anggota International Sport Council. Ia minta tolong (masalah kongres dan LPI) dikawal dan dimonitor, agar Indonesia kembali menjadi pelopor di Asia Tenggara," tukas Rita.

PSSI vs LPI, FIFA Dukung PSSI


Bola.net - PSSI telah menerima dua buah surat FIFA yang menyatakan dukungan Badan Sepak Bola Dunia itu terhadap status ilegal yang ditetapkan kepada Liga Primer Indonesia (LPI), kata Sekjen PSSI, Nugraha Besoes. Dan persetujuan atas pemberian sanksi yang dijatuhkan pengurus PSSI kepada seluruh komponen sepak bola yang terlibat dalam kegiatan LPI, terutama pemain, pengurus, pelatih, maupun wasit. "Kedua surat itu berturut-turut kita terima pada 9 dan 10 Februari," kata Nugraha Besoes, dikutip dari situs resmi PSSI, Senin, Menurut Nugraha, substansi dari kedua surat itu adalah keprihatinan FIFA atas situasi yang berkembang di Indonesia karena adanya kegiatan LPI yang jelas-jelas bertentangan dengan

Statuta PSSI yang sudah mengadopsi Statuta FIFA, serta keinginan atau permintaan FIFA agar PSSI secara berkala melaporkan perkembangan yang terjadi di Indonesia. "Mereka mengharapkan kita melakukan apa pun yang sesuai dengan ketentuan yang dijabarkan dalam Statuta PSSI. Intinya, mereka minta kita melakukan sapu bersih," katanya. Nugraha mengatakan, penegasan dukungan dan persetujuan FIFA terhadap langkah-langkah PSSI itu tertuang dalam dua surat berbeda yang dikirimkan oleh para petinggi FIFA kepada PSSI. Surat pertama bertanggal 9 Februari 2011 yang diteken oleh Director Member Association and Development FIFA, Thierry Regenas. Surat kedua, bertanggal 10 Februari 2011, dikirim dari Zurich, ditandatangani oleh Deputi Sekjen FIFA Markus Katter. Dua surat tersebut sekaligus jawaban atau tanggapan atas dua surat yang sebelumnya dikirimkan oleh PSSI kepada FIFA. Surat pertama dari PSSI dikirimkan kepada FIFA tanggal 27 Januari 2011 mengenai tindakan sanksi PSSI terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam LPI yang dinilai ilegal. Dalam konteks ini, dilampirkan pula daftar nama pemain asing yang masih bermain di LPI padahal mekanisme keberadaannya di tanah air berdasarkan prosedur tetap yang sudah disetujui antara PSSI dan pihak-pihak terkait, seperti Depnakertrans dan Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. PSSI sudah menarik rekomendasinya atas keberadaan seluruh pemain tersebut, sehingga mereka setiap saat bisa dideportasi. Sedangkan surat kedua dikirimkan oleh PSSI kepada FIFA tanggal 1 Februari 2011 tentang hasil Kongres Tahunan PSSI dan mengenai rencana PSSI menyelenggarakan Kongres Luar Biasa pada 19 Maret mendatang. Dalam surat ini PSSI juga menyatakan tengah membentuk "Electorall Commitee" atau Komite Pemilihan. Surat pertama FIFA yang ditandatangani Thierry Regenass, menyatakan, bahwa FIFA dapat memahami sanksi yang telah dijatuhkan PSSI terhadap LPI. "Kami dapat memahami tindakan sanksi yang dijatuhkan PSSI terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kompetisi yang tidak sesuai dengan permintaan FIFA," demikian ditegaskan Thierry Regenass. Dalam surat FIFA yang kedua, Deputi Sekjen FIFA Markus Kattner antara lain menegaskan bahwa FIFA dapat memahami dan karenanya menyetujui tindakan yang telah diambil pengurus PSSI terhadap seluruh pemain, pelatih dan pengurus klub-klub sepakbola yang mengikuti LPI.

"Sesuai dengan fungsinya untuk melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan mengorganisasi seluruh kegiatan persepakbolaan di wilayahnya, maka tindakan PSSI itu sudah sesuai dengan statuta maupun peraturan-peraturan PSSI lainnya yang berlaku," demikian tulis Markus dalam suratnya itu. Pada surat keduanya itu FIFA juga menyatakan kesetujuannya atas pembentukan Komite Pemilihan yang diketuai oleh Syarif Bastaman, mantan anggota Komite Eksekutif PSSI. FIFA memang melarang anggota Exco menjadi ketua atau masuk dalam Komite Pemilihan. Namun, menurut keterangan Nugraha Besoes, Syarif Bastaman telah resmi mengundurkan diri dari Exco PSSI sebelum Kongres Tahunan di Bali. "Jadi, penunjukkan Syarif Bastaman sebagai ketua Komite Pemilihan tidak masalah," ujarnya. (ant/lex)

Kisruh Kongres PSSI; Kelompok 78 Kini Menuai Kecaman


JAKARTA (Pos Kota) Kongres PSSI yang tak menghasilkna apa-apa mengundang penyesalan mendalam sekaligus kecaman kalangan pemerhati sepakbola. Apalagi kekisruhan itu akibat yang ditimbulkan oleh Kelompok 78 yang ingin memaksakan kehendaknya. Sekretaris Jenderal The Jakmania Richard Achmad menjelaskan, kekisruhan itu sebenarnya bisa saja tak terjadi jika sejumlah pihak mau menyelesaikan segala persoalan sebelum digelarnya Kongres 20 Mei lalu. Secara de fakto kelompok 78 memang punya hak sebagai pemilik suara yang sah. Tapi pada prakteknya, tidak semua anggota yang berada dalam kelompok 78 bisa menggunakan hak suaranya. Jadi terkesan, jika mereka berusaha memanfaatkan hak suara yang mereka miliki untuk kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan bagi kemajuan sepak bola Tanah Air. Itulah yang kami sesalkan, kata Richad. Richard menambahkan bahwa kekisruhan yang terjadi sebenarnya bisa saja dicegah, jika semua pihak mau duduk bersama menyelesaikan segala polemik yang ada. Sejumlah pihak tersebut, antara lain terdiri dari para pemegang hak suara di luar kelompok 78, KONI sebagai induk olahraga nasional, dan Menpora sebagai pihak pemerintah. Kekisruhan kemarin sebenarnya tidak akan terjadi, jika semua pihak mau menyelesaikan permasalahan yang ada selama ini sebelum digelarnya kongres. Namun kenyataannya, hal itu tidak dilakukan. Akibatnya, kelompok 78 yang merasa punya hak suara yang sah, bisa melakukan hal-hal seperti yang terjadi di kongres kemarin, jelasnya. Di luar dari itu, saya sebagai suporter sangat kecewa melihat stuasi yang terjadi pada sepak bola Tanah Air. Selain minim prestasi, sepak bola kita akan terus seperti ini, jika tidak segera

dibenahi. Terkait bakal adanya sanksi kepada PSSI, kami akan mendukung apa pun keputusan FIFA. karena semua keputusan itu, pasti ada sisi positifnya dan sisi negatifnya , tutupnya. TONTONAN BODOH Sementara itu para pemain Cileduk Old Star (COS) pun merasa kecewa tidak adanya keputusan dalam Kongres PSSI akibat tekanan dari K 78. Kami kecewa atas tontonan bodoh para elit sepakbola dalam kongres PSSI yang ricuh kemarin, cetus kiper COS, Haji Abdullah,kemarin. PNS berusia 50-an tahun yang juga salah satu pelatih SSB All Star Galapuri ini menyayangkan sikap para perusuh kongres yang tidak memikirkan impian para generasi muda sepakbola. Mereka benar-benar memalukan memperjuangkan kepentingan sendiri-sendiri maupun kelompoknya saja di hadapan pemantau dari FIFA, sambungnya. Dia berharap, FIFA masih melihat kecintaan besar masyarakat Indonesia terhadap sepakbola sehingga tak perlu menjatuhkan sanksi. Bukan saja Abdullah, pemain dan pengurus COS serta mungkin jutaan rakyat Indonesia lainnya berharap yang sama. Klub COS sendiri yang terdiri dari pemain berusia 40-an ke atas tetap beraktivitas sepakbola secara aktif. Sehari setelah kongres PSSI yang rusuh, COS melaksanakan kongres yang damai dan aklamasi di kawasan Cirata, Bandung Barat, Jawa Barat, melanjutkan kepengurusan AKP Guntur selaku ketua dan jajarannya yang selama ini cukup solid. Sore hari sebelum kongres, para pemain COS melakukan laga persahabatan dengan kaum muda di kawasan tersebut. (awang/junius/bu

Menpora Andi: Kongres PSSI Jangan Gagal Lagi


"Kami diberi waktu untuk menyelenggarakan kongres paling lambat tanggal 30 Juni" Selasa, 31 Mei 2011, 14:07 WIB Muhammad Hasits, Dedy Priatmojo

Andi Mallarangeng (VIVAnews/Tri Saputro) BERITA TERKAIT VIVAnews - Menteri Pemuda dan Olah Raga, Andi Mallarangeng, merasa bersyukur karena Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), untuk saat ini, tidak memberikan sanksi kepada Indonesia atas ricuhnya Kongres PSSI beberapa waktu lalu. Dia berharap kongres untuk memilih pimpinan baru PSSI jangan gagal lagi. "Jadi kami bersyukur bahwa FIFA tidak jadi memberikan sanksi kepada Indonesia dan karena itu memang yang kami harapkan, FIFA tidak memberikan sanksi," Kata Andi usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi di Kantor KPK, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2011. Andi menambahkan, Indonesia kembali diberi kesempatan oleh FIFA untuk menyelenggarakan Kongres PSSI kembali. "Kami diberikan waktu untuk menyelenggarakan kongres paling lambat tanggal 30 Juni," ujarnya. Oleh karena itu, dia mendorong upaya terbaik bagi penyelenggaraan kongres PSSI agar tidak terjadi insiden seperti saat kongres beberapa waktu lalu. Sebab, jika gagal kembali menyelenggarakan kongres, akan berakibat buruk bagi Indonesia. Keputusan tidak adanya sanksi dari FIFA dipastikan oleh Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar. Agum sebelumnya telah bertemu dengan perwakilan FIFA, Thierry Regenass, di Zurich hari ini, 30 Mei 2011. Agum mengatakan, kalau FIFA lewat rekomendasinya kembali memberikan kesempatan untuk menggelar Kongres untuk memilih Ketua Umum PSSI yang baru. Agum menambahkan, kalau rekomendasi ini masih akan dibawa ke sidang Exco. "Kepada Indonesia FIFA memberikan peluang untuk menyelesaikan persoalan melalui Kongres paling lambat 30 Juni. Kalau sampai 30 Juni belum juga berhasil (menyelesaikan Kongres dan memilih Ketua Umum baru), maka per 1 Juli otomatis Indonesia akan disuspend," kata Agum. Ini adalah kali ketiga FIFA mentolerir kegagalan Indonesia menggelar Kongres PSSI. Yang pertama pada 26 Maret di Pekanbaru. Dan kemudian yang masih hangat dalam ingatan adalah pada 20 Mei di Jakarta yang kemudian ditutup Agum setelah timbul kericuhan. "Masa iya kami sudah diberi peluang ini tapi masih juga mengesampingkannya. Kami berharap peran aktif pemerintah untuk mendukung agar Kongres nanti bisa berlangsung dengan baik," terang Agum. Agum datang ke Zurich bersama Plt Sekjen PSSI Joko Driyono. Agum mengatakan sepulangnya nanti ke Indonesia, ia akan melakukan dialog dengan semua kalangan sepakbola termasuk dengan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Dua orang ini dengan dukungan penuh dari Kelompok 78 bersikeras untuk ikut bursa pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Umum. Padahal FIFA telah menegaskan berulang kali kalau mereka plus Nurdin Halid dan Nirwan Bakrie dilarang ikut serta.

"Soal empat calon tadi ditegaskan tidak bisa (ikut pemilihan) oleh FIFA. Sudah final dan harus dipedomani," tandas Agum. VIVAnews Headlines Sanksi FIFA Masih Hantui PSSI Bila gagal menggelar kongres, FIFA akan langsung menjatuhkan sanksi pembekuan. Selasa, 31 Mei 2011, 20:33 WIB Marco Tampubolon, Zaky Al-Yamani, Irvan Beka, Yohanes Wahyu, Haryanto Tri Wibowo

Kongres PSSI (VIVAnews/Muhamad Solihin) BERITA TERKAIT


Demi AP-GT, Kelompok 78 Abaikan Perintah FIFA Kelompok 78 Kembali Gugat FIFA ke CAS Rahmad: Usir Pengganggu Kongres PSSI Menpora Andi: Kongres PSSI Jangan Gagal Lagi Jubir Kelompok 78: Jangan Takut Sama FIFA

VIVAnews - Kekawatiran FIFA akan memberikan sanksi ke sepak bola Indonesia belum terbukti. Meski dua kali gagal menggelar Kongres PSSI, Indonesia tidak dijatuhi sanksi oleh FIFA. Otoritas sepakbola dunia itu bahkan memberi satu kesempatan lagi untuk menggelar pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan exco PSSI periode 2011-2015. Senin, 30 Mei 2011, Komite Eksekutif FIFA menggelar rapat di kantornya, Zurich, Swiss. Rapat yang dipimpin langsung Presiden FIFA, Joseph S Blatter tersebut membahas berbagai masalah yang menimpa anggota-anggotanya, termasuk Indonesia. Setelah rapat, FIFA menggelar jumpa pers. Kepada wartawan, Blatter lebih dulu menyampaikan keputusan FIFA mencabut sanksi yang dijatuhkan kepada Bosnia-Herzegovina dan Brunei Darussalam.

Selanjutnya, Blatter mengumumkan sikap FIFA terhadap Indonesia. Tanpa basa-basi, Blatter mengatakan Kongres PSSI harus digelar paling lambat 30 Juni 2011. Bila gagal, FIFA akan langsung menjatuhkan sanksi berupa suspended (pembekuan) bagi sepakbola Indonesia, 1 Juli 2011. Selain itu, Blatter juga berpesan, agar Kongres nanti tetap mengacu pada aturan yang ada dan keputusan-keputusan yang sudah dikeluarkan FIFA. FIFA juga melarang empat kandidat yang telah dianggap tidak memenuhi persyaratan pencalonan. Mereka adalah Nurdin Halid, Nirwan D Bakrie, Arifin Panigoro, dan George Toisutta. FIFA juga meminta agar PSSI segera mengontrol penyelenggaraan Liga Primer Indonesia yang dianggap sebagai breakaway league atau liga yang di luar sistem. Keputusan ini melegakan publik sepakbola tanah air. Pasalnya, Indonesia sempat dihantui sanksi FIFA setelah dua kali gagal menggelar Kongres PSSI, yakni pada 26 Maret dan 20 Mei 2011. Kongres pertama digelar di Pekanbaru, Riau, sedangkan kongres kedua digelar di Jakarta. Ketua Komite Normalisasi, Agum Gumelar berharap kesempatan terakhir yang diberika FIFA jangan disia-siakan. Karena itu, Agum ingin merangkul seluruh elemen termasuk kubu George Toisutta dan Arifin Panigoro. Agum juga berharap pemerintah ikut mendukung agar Kongres nanti bisa berjalan lancar. "Masa iya kita sudah diberi peluang, tapi masih mengesampingkannya. Kami berharap peran aktif pemerintah untuk mendukung agar Kongres nanti bisa berlangsung dengan baik," kata Agum dalam wawancara dengan tvOne, Senin, 30 Mei 2011. Agum adalah perpanjangan tangan FIFA dalam menyelesaikan kisruh yang melanda PSSI. Mantan menteri perhubungan ini sempat resah karena terpaksa menghentikan Kongres PSSI, 20 Mei lalu. Agum menutup Kongres setelah melihat situasi tak kondusif untuk mencapai kesepakatan. Pasca kegagalan kongres, Agum sempat menyatakan kalau peluang Indonesia untuk lepas dari sanksi sangat tipis. Apalagi Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) justru merekomendasikan agar Indonesia dijatuhi sanksi suspended (pembekuan) oleh FIFA. Meski demikian, Agum tak ingin lepas tangan. Mantan ketua PSSI dan KONI ini memutuskan bertolak ke markas FIFA, Zurich, Swiss, 28 Mei 2011. Tujuannya adalah 'merayu' Presiden FIFA, Sepp Blatter agar tidak buru-buru menjatuhkan sanksi bagi Indonesia. Agum bertolak dari Jakarta. Setelah menunggu sehari, Agum akhirnya bertemu dengan Direktur Keanggotaan dan Pengembangan Asosiasi FIFA, Thierry Regenass yang menjadi salah satu wakil FIFA pada Kongres PSSI, 20 Mei lalu. Regenass hadir bersama Frank Van Hattum. Agum memang tidak sempat bertemu dengan Blatter. Namun jenderal bintang empat itu bisa bernafas lega karena melalui Regenass, Agum mengetahui FIFA belum menjatuhkan sanksi bagi Indonesia. Sebaliknya, PSSI justru diberi kesempatan untuk menggelar Kongres PSSI paling

lambat 30 Juni 2011. Rekomendasi inilah yang kemudian di bawah ke sidang exco FIFA, Senin, 30 Mei 2011. Hasilnya tidak berubah lagi seperti yang telah diutarakan Blatter. Disambut Gembira "Keputusan ini di luar dugaan dan luar biasa. Jika keputusan ini adalah hasil lobi maka kami harus memberi apresiasi, tapi kalau berdasarkan rekomendasi, maka kita harus bersyukur," ujar salah satu kandidat ketua umum PSSI, Sutiyoso. Sutiyoso mengimbau semua pihak, termasuk Kelompok 78, untuk menghormati keputusan tersebut. Mantan Ketua Umum Perbasi dan Perbakin ini menilai terlalu bodoh jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan. "Diperlukan kesadaran semua pihak, termasuk Kelompok 78. Ini Kongres ketiga, jika gagal lagi, kita kok kayaknya bodoh banget," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Hal senada juga diutarakan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Mallarangeng. Mantan juru bicara presiden RI itu berharap agar Kongres PSSI 2011 yang ketiga kalinya nanti tidak gagal lagi. "Jadi kami bersyukur bahwa FIFA tidak jadi memberikan sanksi kepada Indonesia dan karena itu memang yang kami harapkan," kata Andi usai menjalani pemeriksaan di kantor KPK, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2011. Salah satu suporter terbesar di Indonesia, Persib Bandung, Viking juga menginginkan kesempatan terakhir ini bisa berjalan mulus. Ketua Viking, Heru Joko bahkan dengan tegas meminta agar Kelompok 78 yang selama ini menjadi pendukung Arifin Panigoro dan George Toisutta tidak ngotot. "Sudah jelas kan aturannya, keempat orang itu (Nurdin Halid, Nirwan Bakrie, Arifin Panigoro, dan George Toisutta) tidak bisa dicalonkan. Kelompok 78 harus mematuhi atura itu demi kemajuan sepakbola Bangsa. Jangan paksakan kehendak," tegas Heru. Pemerintah harus bisa tindak tegas siapapun yang akan mengganggu jalannya kongres nanti. Harus berani mengusir dan mengeluarkan para pengganggu," ujar pelatih Persija Jakarta, Rahmad Darmawan. "Warning sekarang lebih jelas. Kita telah diberi kesempatan sekali lagi jadi semua harus membuka mata dan pikiran untuk kepentingan yang lebih baik. Jangan sampai terjadi deadlock lagi," kata RD. Kelompok 78 Kembali Ngotot Sementara itu, Kelompok 78 tetap ngotot mencalonkan Arifin Panigoro dan George Toistutta. Menurut mereka tak ada calon ketua dan wakil ketua umum PSSI yang layak selain kedua

jagoannya tersebut. "Melihat 19 figur calon ketua umum yang ada, nyaris tidak ada satupun yang dapat melaksanakan tujuan itu," ujar Saleh Mukadar, pentolan Kelompok 78, Selasa, 31 Mei 2011. Menurut Saleh, latar belakang para calon yang yang ada saat ini tidak punya pengalaman dalam hal pembiayaan klub sepakbola. Padahal aturan pelarangan penggunaan APBD sudah di depan mata. "Tidak ada yang punya pengalaman dalam mengelola satu klub profesional tanpa APBD. Megang satu klub saja enggak pernah, apalagi memegang keseluruhan klub," kata Saleh. "Kita percaya karena ada bukti (Arifin mampu membiayai LPI). Jadi mau tidak mau, kami menaruh harapan kepada AP. Jadi kami ngotot, karena harapan pemegang suara hanya kepada GT-AP," lanjutnya. Berbagai manuver dilakukan K-78 untuk meloloskan AP dan GT. Salah satunya adalah dengan menemui langsung Presiden FIFA, Sepp Blatter, Selasa, 31 Mei 2011. Selain itu, K-78 juga kembali mengadukan FIFA ke Court Arbitration of Sport (CAS). Gugatan tersebut diantaranya, meminta CAS untuk melarang FIFA memberi sanksi kepada PSSI dan para anggotanya sesuai dengan aturan yang berlaku.Mereka juga meminta FIFA membentuk Komite Normalisasi baru dengan tugas melaksanakan pemilihan melalui Kongres hanya untuk memilih sembilan anggota Exco PSSI. Sedangkan pemilihan Ketua dan Wakil Ketua PSSI dilaksanakan setelah keputusan CAS terbit. Jika FIFA memberikan sanksi, Kelompok 78 minta ganti rugi sebesar 500 ribu Swiss Frank perharinya. Ini merupakan kali kedua Kelompok 78 melaporkan FIFA kepada CAS. Sebelum Kongres PSSI digelar 20 Mei lalu, K-78 juga menggungat FIFA ke CAS melalui kuasa hukumnya, Patrick Mbaya. Gugatan ditandatangani oleh 12 perwakilan Kelompok 78. Gugatan ini telah ditolak CAS. Pengadilan arbitrase olahraga itu beralasan tidak memiliki kompetensi dalam menangani kasus tersebut. Sesuai dengan ketentuan Pasal R37 dari Peraturan Arbitrase Olahraga, kasus bernomor TAS 2011/A/2438 antara Usman Fakaubun dan kawankawan melawan FIFA dihentikan dan dihapus dari daftar gugatan. (sj) VIVAnews

Rating

Komentar permai 01/06/2011 Sudah lah klompk 78 tau dirilah ,biarkan kongres PSSI berjalan dg lancar jgn paksakan kehendak klian nanti 220 jt rakyat indo menganyang klian klmpk 78,bgsa ini sudah muak melihat ulah kalian. Balas dysoek 01/06/2011 duit dari ipin-upin udah terlanjur di makan, makanya K78 ngotot...malu udah makan duitnya... Balas rinus 01/06/2011 Gini aja,,,mending K78 buat sendiri PSSI versi mereka, p` Agum lanjutan tugasnya utk Kongres dgn pemilik suara yg msh tersisa, lagian PSSInya K78 g diakui oleh FIFA, dgn dmkian pemain2 TOP g bakln mau maen di Liga PSSInya K78 yg ada cmn TARKAM, bereskan,, Balas pasha febrianto 01/06/2011 angkatan 78 pling rese udh tau kongres tetap di buka umum biar kita tau sypa yg mengurus pssi nanti klo pssi di beri sanksi pkoknya tnggung jwb bkn dipss aj2 angkatan 78 jg di beri sangsii kata nya indonesia adil Balas M Rudi 01/06/2011 Kalo msh " NGOTOT ".............aja k-78 bikin aja FIFA sndiri, jgn ganggu yg lain,JGN blg atas nama RAKYAT, RAKYAT yg mana,,,,,,,,,,,,,,,,,, sh Mr. Saleh M Balas dedik 01/06/2011 tetap saja saleh mukadar CS ., jubir AP_GT Balas

Bila Ditunjuk FIFA, Agum Gumelar Siap Pimpin PSSI


Tribunnews.com - Sabtu, 28 Mei 2011 22:17 WIB Share102 ShareEmail Print + Text

TRIBUNNEWS/HERUDIN

Ketua Normalisasi PSSI, Agum Gumelar (kanan) bersalaman dengan Menpora, Andi Mallarangeng, saat membuka Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Jumat (20/5/2011). Kongres akan memilih Ketua dan Wakil Ketua PSSI untuk periode 2011-2015 dari 19 nama calon yang lolos seleksi Komite Normalisasi. (tribunnews/herudin)

Baca Juga Agum Gumelar Harap FIFA Bisa Pahami Kisruh Sebelum ke Swiss, Agum Gumelar Harap Indonesia Berita Terkait: Kongres PSSI

Tidak Ada Agenda SBY Bertemu Petinggi FIFA di Zurich Agus Yasmin: Sumber Dana Kongres PSSI Mencurigakan Agum Gumelar Dinilai Terlalu Banyak Meneror Masyarakat Persoalan Kongres PSSI Dinilai Sudah Masuk Ranah Politik ASSBI: Masalah Besar Jika Kongres PSSI Dimundurkan Agum Gumelar Dituding Mengkerdilkan Kongres PSSI

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kisruh PSSI yang tak kunjung berakhir, membuat PSSI di persimpangan jalan. Harapan pun kini berada di pundak Agum Gumelar selaku Komite Normalisasi PSSI, yang akan menyambangi bos FIFA Sepp Blatter di Swiss. Beragam spekulasi berkembang atas perjamuan ini. Ada spekulasi PSSI bakal dikenai sanksi tegas. Ada pula yang berspekulai, PSSI tidak layak dikenai sanksi atas sikap Kelompok 78 di kongres PSSI. Atas dua spekulasi ini, beragam komentar pun bermunculan. Pro dan kontra masyarakat mengalir atas spekulasi ini. Namun bagaimana bila kemudian, FIFA memutuskan kongres PSSI tidak diulang, dan memilih menunjuk langsung Komite Normalisasi Agum Gumelar selaku Ketua Umum PSSI? "Kalau saya ditunjuk, saya harus minta izin dulu kepada cucu saya. Tapi saya siap bila ditunjuk demi bangsa dan negara," kata Agum Gumelar di kantor PSSI, Jakarta, Sabtu (28/5/2011). Menurutnya, berbagai kemungkinan saat ini masih bisa saja terjadi untuk PSSI. "Alternatif-alternatif itu kita serahkan kepada FIFA. Apa boleh buat bila keputusannya FIFA seperti itu, tentu kita terima. Tetapi siapa ketua masih, itu yang masih menjadi tanda tanya?" ujar Agum Gumelar. Seperti kita ketahui, Ketua Komite Normalisasi (KN) Agum Gumelar malam ini pukul 24.00 WIB akan bertolak ke Swiss untuk menemui Presiden FIFA, Joseph Sepp Blatter, Sabtu (28/5/2011) ditemani anggota KN Joko Driyono yang berangkat esok harinya. Pertemuan Agum dengan Presidan FIFA di Swiss untuk mengusahakan supaya PSSI tidak terkena sanksi FIFA lantaran kongres PSSI yang berlangsung kisruh di Hotel Sultan Jakarta beberapa waktu lalu. Sebelum berangkat ke Swiss, Agum pun sudah melayangkan surat resmi kepada Blatter terkait ancaman sanksi FIFA untuk persepakbolaan Indonesia.

Penulis: Adi Suhendi | Editor: Ade Mayasanto Akses Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat m.tribunnews.com Share102 ShareEmail Rekomendasi (0) Komentar (28), Tanggapan (3)

#1 | Aldo(mobile) | Minggu, 5 Juni 2011 12:00 WIB | Reply | Like Udah lah gum you biang keributan mimpin KN gagal krn membawa kepentingan klompok tertentu nyolon cawapres gagal cagub gagal you nyalon ketua rt pun g bakalan ada yg pilih #2 | Juragan_Onegun | Jumat, 3 Juni 2011 11:18 WIB | Reply | Like cow kacow pa agum missing link??? #3 | goera(mobile) | Selasa, 31 Mei 2011 07:27 WIB | Reply | Like Wah tambah gawat nih PSSI, ternyata ketua KN juga mengincar jadi Ketum PSSI, hahaha... Agum Agum Apa kata duniaaaa... #4 | Ketawa(mobile) | Selasa, 31 Mei 2011 04:32 WIB | Reply | Like Hahahhaha.....mana nich yg biasayanya bela2in si penegetok palu...??? #5 | bukitsari | Senin, 30 Mei 2011 20:07 WIB | Reply | Like Kalo FIFA nunjuk Agum jadi Ketum PSSI, FIFA melanggar statuta FIFA !!! Kupret deh loe Gum !!

FIFA Tolak 'Peraturan Organisasi' PSSI?


PO PSSI dinilai tidak sesuai dengan standard electoral code FIFA.
Oleh Tegar Paramartha 26 Mar 2011 09:15:00 269 Share

Galeri Foto Perbesar

Nurdin Halid, Nugraha Besoes - PSSI dalam satu bus bersama Sepp Blatter - FIFA (Dok. GOAL.com) Terkait Tim

Indonesia

Peraturan Organisasi (PO) yang telah disusun oleh PSSI dan yang diklaim telah mendapatkan persetujuan dari federasi sepakbola dunia (FIFA), ternyata dikabarkan mendapat penolakan dari FIFA. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Hukum Liga Primer Indonesia (LPI) Timbul Thomas Lubis, yang mengungkapkan bahwa FIFA telah menolak PO PSSI karena dalam aturan tersebut ada yang tidak sesuai dengan standard electoral code FIFA. Thomas mendapatkan pernyataan penolakan dari FIFA tersebut melalui Direktur Pengembangan Asosiasi FIFA, Thierry Regenass. Dengan penolakan tersebut Timbul Thomas berharap PSSI tetap melaksanakan kongres sesuai dengan aturan FIFA yang tidak dipelintir. Kongres PSSI untuk menentukan anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding sendiri akan dilaksanakan malam ini di Pekanbaru, Riau. Apabila penolakan dari FIFA tersebut memang benar maka keabsahan hasil putusan kongres nanti masih bisa menjadi perdebatan.

Statuta FIFA Vs Statuta PSSI


OPINI | 05 March 2011 | 19:08 501 10 1 dari 1 Kompasianer menilai aktual

Saya setuju dengan apa yg disampaikan oleh bang Dedi miing Gumelar: ketika PSSI diminta patuh dengan aturan KONI/KOI maka PSSI(oknum) lari ke FIFA dan harus patuh ke FIFA, tapi ketika PSSI diminta saat kongres nanti mengikuti aturan standart FIFA malah PSSI(oknum) lari ke statuta PSSI (kira-kira begitu) Jelaslah sudah bahwa oknum PSSI hanya akan patuh pada aturan yg akan menguntungkan kroni-kroninya saja. Seperti kita sudah sering lihat di berita bahwa statuta PSSI memanglah

dibuat sedemikian rupa agar menguntungkan oknum PSSI dan juga bisa menjegal pihak lain yg bersebrangan. Kita masyarakat pecinta sepakbola juga bisa melihat sedemikian getolnya exco PSSI untuk mempertahankan Nurdin Halid dan mengajukan sebagai ketum periode selanjutnya. (masyarakat udah tau bang, semua pengurus PSSI pengen Nurdin Halid tetep sebagai ketum, gk perlu ditutuptutupi) Boss Nurdin Halid juga pernah mengeluarkan pernyataan saya tak pernah mencalonkan diri, tetapi pemegang hak suara yg mencalonkan saya, tapi kini setelah pihak KPPN mengklaim bahwa 84 pemegang hak suara mengajukan mosi tidak percaya atas Nurdin Halid maka mulailah Nurdin Halid dan kroni-kroninya kebakaran jenggot dan mulai menyerang KPPN. Mulai dari menganggap 84 suara itu tidak sah, demo direkayasa kubu Goerge Toisutta, tetap melanggengkan NH sebagai calon ketum, dll. Buat semua pengurus PSSI silahkan saja anda mempertahankan boss anda dan tetap mengajukan boss anda maju sebagai ketum, tapi yakinlah bila itu terwujud maka sebentar lagi akan ada people power terjadi di persepakbolaan Indonesia. Sepakbola adalah milik masyarakat, bukanlah milik segelintir kelompok. Salam olahraga. BRAVO SEPAKBOLA INDONESIA

Tags: statuta fifa, statuta pssi, dedi gumelar Share 4


Laporkan Tanggapi Beri Nilai


o o o o

KOMENTAR BERDASARKAN :

Dpo Sanyoto

5 March 2011 19:29:49 0

Mari kita turuti NH cs ini unt memimpin PSSI,Persatuan Seluruh Syaitan Indonesia!!!
Suka Balas |

Bubup Prameshwara 5 March 2011 19:51:43 0

Udah banyak tuh, kan setiap yg demo : - menampilkan NH dalam bentuk pocong - menampilkan NH dalam bentuk drakula - menampilkan NH yg udah dikubur - menampilkan NH dalam bentu iblis kurang apa tuh bias disebut syaiton, hehee
Suka Balas |

Dolly Belta Hemawan 5 March 2011 20:05:01 0

Saya mengutip perkataan NH waktu bertemu dengan DPR RI. Kira-kira begini Statuta PSSI dibuat berdasarkan pada Statuta FIFA, namun disesuaikan dengan keadaan, cultur dan lain sebagainya yang sesuai dengan masyarakat indonesia Pertanyaan saya.pasal yang menghilangkan mantan narapidana atau apalah namanya..??? apakah juga cultur dan keadaan yang ada di indonesia, khususnya para pengurus PSSI ??? http://olahraga.kompasiana.com/bola/2011/03/05/strategi-jitu-george-toisutta-untukmenjadi-ketua-umum-pssi/

Suka Balas |

Bubup Prameshwara 5 March 2011 20:19:39 0

Tarik garis besarnya aja bang. Statuta FIFA : residivis gk boleh jadi anggota organisasi sepakbola Statuta PSSI : residivis boleh jadi anggota/ketum PSSI jelas sudah FIFA-PSSI bagai air-minyak, gk nyambung.. *ckckckck*
Suka Balas |

Dolly Belta Hemawan 5 March 2011 20:59:23 0

Kalau gitu, Jaka sambung naik ojekgak nyambung jek, he he he


Suka Balas |

Bubup Prameshwara

5 March 2011 21:13:05 0

Jaka sembung tiup lilin, gk nyambung itu nurdin. *ckckckck*


Suka Balas |

Taufiq Hidayat Syah 6 March 2011 00:50:30 0

jangan2 orang2 PSSI ga ada yg bisa basa inggris ya


Suka Balas |

Bubup Prameshwara 6 March 2011 01:22:36 0

Seperti waktu rapat dengar pendapat dengan komisi X DPR tempo hari, sebelum acara nangis2 kan NH udah mengakui sendiri kalo : saya tidak terlalu paham bahasa inggris, biar nanti pak Syarif (bastaman) yg menjelaskan kira-kira begitulah bung Taufiq
Suka Balas |

Dolly Belta Hemawan 6 March 2011 01:28:29 0

Jangan2 pak Syarif (bastaman)menterjemahkannya sesuai dengan pesanan ???


Suka Balas |

Bubup Prameshwara 6 March 2011 02:23:58 0

Yaaa itu sich bisa dilihat dari sikap dia yg ngotot mempertahankan sang boss. Independensi ?? Aaaakh itu mah cuma di bibir saja, yg penting boss NH bisa melenggang.
Suka Balas |

Saturday, 11 June 2011 22:13 Kongres PSSI, KN vs K-78 Warta - Warta Fokus DONI HERMAWAN WASPADA ONLINE

(gresnews.me) MEDAN - Perbedaan pendapat Komite Normalisasi (KN) dan Kelompok 78 kembali meruncing. Kali ini menyoal status kongres PSSI yang rencananya dihelat pada 9 Juli mendatang di Solo. KN menetapkan status kongres nanti adalah Kongres Luar Biasa (KLB). Alasannya tak lain kondisi genting yang menimpa sepakbola Indonesia terkait ancaman sanksi dari FIFA. Namun K-78 menganggap hal ini terlalu berlebihan. Ketua Umum Persebaya 1927, Saleh Mukadar, yang merupakan anggota K-78 buka suara soal penentuan KLB. Menurutnya, digelarnya KLB tidak sesuai dengan Statuta PSSI dan Statuta FIFA . "Kalau mau menyelenggarakan KLB, tahapan-tahapan untuk KLB itu harus dilakukan. Tidak tiba-tiba ada KLB," kata Saleh, malam ini.

Menurut Saleh, harus ada permintaan dari para pemilik suara sah untuk menggelar KLB. "Kembali ke Statuta PSSI, dinyatakan kalau KLB memang boleh diselenggarakan kapan saja oleh Exco, tetapi harus ada permintaan 2/3 pemilik suara dulu baru bisa digelar KLB. Hak menyatakan (KLB) itu ada di pemilik suara. Ini adalah Kongres lanjutan, bukan Kongres baru. Kalau Kongres baru, mekanismenya harus diatur baru juga," beber Saleh. Senada dengan Saleh, anggota K-78 lainnya, Lambertus Tukan tak sepakat KN mengubah status kongres sebagai KLB. "Kongres nanti kan kongres lanjutan. Jadi hanya kongres biasa. Bukan luar biasa. Tidak bisa KN seenaknya menetapkan status kongres menjadi luar biasa," ujarnya. Selain itu Lambertus juga kembali meminta KN untuk memajukan jadwal kongres agar tak terlalu dekat dengan deadline yang diberikan FIFA pada 10 Juli (sebelumnya 31 Juni-red). Meskipun FIFA sudah menyetujui jadwal kongres hingga 10 Juli. Tapi kenapa KN tetap saja menggelar bertepatan dengan deadline seperti sebelumnya, ujarnya. Rencananya K-78 akan mengadakan pertemuan untuk membahas hal ini pada 15 Juni mendatang. Kongres Luar Biasa PSSI Telan Biaya Rp 3 Miliar Quote:

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kongres Luar Biasa PSSI di Solo, pada 30 Juni 2011, diperkirakan akan menelan biaya sekitar Rp3 miliar "Biaya pelaksanaan Kongres sekitar Rp3 miliar," kata anggota Komite Normalisasi Joko Driyono di Jakarta, Kamis. "Semua kebutuhan dana KLB sepenuhnya menjadi tanggungan KN. Solo membantu pengadaan insfratruktur," katanya. Sebelumnya, Komite Normalisasi PSSI menggelar kongres pada 20 Mei lalu dengan menghabiskan dana Rp2 miliar namun tanpa menghasilkan keputusan.

Kongres 30 Juni ini tetap dengan agenda melakukan pemilihan ketua umum, wakil ketua umum, dan sembilan anggota komite eksekutif PSSI. Disinggung kunjungannya ke Markas AFC, Joko, mengatakan melaporkan jelang pelaksanaan kongres. "AFC akan mengirim utusannya. Namun kita belum tahu berapa jumlahnya," katanya. Soal tanggal pelaksanaan Kongres yang dimajukan, Joko menegaskan, belum ada perubahan soal itu.

[Hot]KLB PSSI gunakan E-voter Ane cuma mau ngeshare aja gan kalau Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI bakal pakai Electronic Voter(E-Voter) . Peraturan interupsi juga diubah dan diganti lebih ketat gan. Berikut cuplikannya cekidot gan! Spoiler for penampakan:

Upload via iGambar.com

Spoiler for info: Demi kesuksesan dan kelancaran Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI mendatang, Komite Normalisasi akan menerapkan sistem pelaksanaan kongres yang berbeda dari agenda PSSI sebelumnya. Salah satunya adalah dengan mengadopsi sistem pemilihan presiden FIFA. Sistem pemilihan yang dimaksud adalah menerapkan pemilihan ketua umum (Ketum), wakil ketua umum (Waketum), dan anggota executive committee (Exco) dengan e-voter (electronic voter). Calon Ketum PSSI ada 18 orang, calon Waketum PSSI ada 16 orang, sedangkan calon anggota Exco PSSI ada 51 orang. Ada baiknya jika kita menerapkan sistem pemilihan dengan e-voter. Selain hasilnya akurat, pemilik hak suara sama-sama tidak akan tahu siapa calon yang dipilih pemegang hak suara lainnya, kata Ketua Komite Normalisasi PSSI, Agum Gumelar di Jakarta, (Sabtu, 11/6).

Komite Normalisasi tidak hanya akan menerapkan sistem e-voter dalam KLB PSSI nanti. Beberapa sistem baru juga diadopsi dalam pemilihan kepengurusan baru PSSI periode 20112015 mendatang. Sesuai dengan agenda pemilihan Presiden FIFA 1 Juni lalu, tiap pemilik hak suara yang ingin memberikan interupsi wajib mengisi formulir khusus sebelum kongres. Jika ada peserta yang belum mengisi formulir, maka tidak diperkenankan memberikan interupsi. Dari 202 peserta KLB nanti, peserta diwajibkan membawa ID (identitas diri) khusus yang dilengkapi foto. Sebanyak 101 peserta adalah pemilik hak suara, sedangkan 101 lainnya hanya sebatas pendamping. ID khusus tersebut juga akan dibedakan antara pemilih hak suara dengan pendamping. Pemilik hak suara yang ingin menyuarakan pendapatnya harus mengisi formulir dulu sebelum kongres nanti. Jika mereka ingin interupsi, tapi di formulirnya tidak terdata, tidak akan kami perkenankan. Langkah ini coba kami terapkan demi kesuksesan dan kelancaran kongres, jelas Agum.

Quote: Semoga dengan adanya terobosan baru dari Komite Normalisasi ini tidak akan ada lagi kisruh seperti tanggal 20 Mei lalu. Ane berharap segera terbentuk pengurus-pengurus PSSI yang baru dan kompeten. HIDUP PESEPAKBOLAAN INDONESIA

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia AFC

Didirikan Bergabung dengan FIFA Bergabung dengan AFC Situs web resmi Presiden

1930 1952 1954 www.pssi-football.com Agum Gumelar, Komite Normalisasi (2011 sekarang)

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir. Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952, kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala Indonesia. Ketua Umum PSSI saat ini yaitu Nurdin Halid, namun kepemimpinannya dibekukan oleh FIFA dan saat ini kepemimpinan PSSI di pimpin oleh Agum Gumelar yang dipilih oleh Sepp Blatter sebagai Ketua Komite Normalisasi di tubuh PSSI.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Sejarah perkumpulan sepak bola di Indonesia 2 Sejarah PSSI 3 Kontroversi o 3.1 Kasus Korupsi Nurdin Halid o 3.2 Reaksi atas Liga Primer Indonesia 4 Kisruh dan Pembentukan Komite Normalisasi di Tubuh PSSI 5 Daftar ketua umum 6 Lihat pula 7 Referensi 8 Pranala luar

[sunting] Sejarah perkumpulan sepak bola di Indonesia


Di akhir tahun 1920, pertandingan voetbal atau sepak bola sering kali digelar untuk meramaikan pasar malam. Pertandingan dilaksanakan sore hari. Sebenarnya selain sepak bola, bangsa Eropa termasuk Belanda juga memperkenalkan olahraga lain, seperti kasti, bola tangan, renang, tenis, dan hoki. Hanya, semua jenis olahraga itu hanya terbatas untuk kalangan Eropa, Belanda, dan Indo. Alhasil sepak bola paling disukai karena tidak memerlukan tempat khusus dan pribumi boleh memainkannya. Lapangan Singa (Lapangan Banteng) menjadi saksi di mana orang Belanda sering menggelar pertandingan panca lomba (vijfkam) dan tienkam (dasa lomba). Khusus untuk sepak bola, serdadu di tangsi-tangsi militer paling sering bertanding. Mereka kemudian membentuk bond sepak bola atau perkumpulan sepak bola. Dari bond-bond itulah kemudian terbentuk satu klub besar. Tak hanya serdadu militer, tapi juga warga Belanda, Eropa, dan Indo membuat bond-bond serupa. Dari bond-bond itu kemudian terbentuklah Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) yang pada tahun 1927 berubah menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU). Sampai tahun 1929, NIVU sering mengadakan pertandingan termasuk dalam rangka memeriahkan pasar malam dan tak ketinggalan sebagai ajang judi. Bond China menggunakan nama antara lain Tiong un Tong, Donar, dan UMS. Adapun bond pribumi biasanya mengambil nama wilayahnya, seperti Cahaya Kwitang, Sinar Kernolong, atau Si Sawo Mateng. Pada 1928 dibentuk Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) sebagai akibat dari diskriminasi yang dilakukan NIVB. Sebelumnya bahkan sudah dibentuk Persatuan Sepak Bola Djakarta (Persidja) pada 1925. Pada 19 April 1930, Persidja ikut membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di gedung Soceiteit Hande Projo, Yogyakarta. Pada saat itu Persidja menggunakan lapangan di Jalan Biak, Roxy, Jakpus.

Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia[1]. Memasuki tahun 1930-an, pamor bintang lapangan Bond NIVB, G Rehatta dan de Wolf, mulai menemui senja berganti bintang lapangan bond China dan pribumi, seperti Maladi, Sumadi, dan Ernst Mangindaan. Pada 1933, VIJ keluar sebagai juara pada kejuaraan PSSI ke-3. Pada 1938 Indonesia lolos ke Piala Dunia. Pengiriman kesebelasan Indonesia (Hindia Belanda) sempat mengalami hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang telah berdiri pada bulan April 1930. PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain PSSI yang dikirimkan. Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA. Pada masa Jepang, semua bond sepak bola dipaksa masuk Tai Iku Koi bentukan pemerintahan militer Jepang. Di masa ini, Taiso, sejenis senam, menggantikan olahraga permainan. Baru setelah kemerdekaan, olahraga permainan kembali semarak. Tahun 1948, pesta olahraga bernama PON (Pekan Olahraga Nasional) diadakan pertama kali di Solo. Di kala itu saja, sudah 12 cabang olahraga yang dipertandingkan. Sejalan dengan olahraga permainan, khususnya sepak bola, yang makin populer di masyarakat, maka kebutuhan akan berbagai kelengkapan olahraga pun meningkat. Di tahun 1960-1970-an, pemuda Jakarta mengenal toko olahraga Siong Fu yang khusus menjual sepatu bola. Produk dari toko sepatu di Pasar Senen ini jadi andalan sebelum sepatu impor menyerbu Indonesia. Selain Pasar Senen, toko olahraga di Pasar Baru juga menyediakan peralatan sepakbola. Pengaruh Belanda dalam dunia sepak bola di Indonesia adalah adanya istilah henbal, trekbal (bola kembali), kopbal (sundul bola), losbal (lepas bola), dan tendangan 12 pas. Istilah beken itu kemudian memudar manakala demam bola Inggris dimulai sehingga istilah-istilah tersebut berganti dengan istilah persepakbolaan Inggris. Sementara itu, hingga 1950 masih terdapat pemain indo di beberapa klub Jakarta. Sebut saja Vander Vin di klub UMS; Van den Berg, Hercules, Niezen, dan Pesch dari klub BBSA. Pemain indo mulai luntur di tahun 1960-an[2].

[sunting] Sejarah PSSI


PSSI dibentuk pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta dengan nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Sebagai organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, kelahiran PSSI ada kaitannya dengan upaya politik untuk menentang penjajahan. Apabila mau meneliti dan menganalisa lebih lanjut saat-saat sebelum, selama, dan sesudah kelahirannya hingga 5 tahun pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, terlihat jelas bahwa PSSI lahir dibidani oleh muatan politis, baik secara langsung maupun tidak, untuk menentang

penjajahan dengan strategi menyemai benih-benih nasionalisme di dada pemuda-pemuda Indonesia yang ikut bergabung. PSSI didirikan oleh seorang insinyur sipil bernama Soeratin Sosrosoegondo. Ia menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman, pada tahun 1927 dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Ketika kembali, Soeratin bekerja pada sebuah perusahaan bangunan Belanda, Sizten en Lausada, yang berkantor pusat di Yogyakarta. Di sana beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang duduk sejajar dengan komisaris perusahaan konstruksi besar itu. Akan tetapi, didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, beliau kemudian memutuskan untuk mundur dari perusahaan tersebut. Setelah berhenti dari Sizten en Lausada, Soeratin lebih banyak aktif di bidang pergerakan. Sebagai seorang pemuda yang gemar bermain sepak bola, beliau menyadari kepentingan pelaksanaan butir-butir keputusan yang telah disepakati bersama dalam pertemuan para pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Soeratin melihat sepak bola sebagai wadah terbaik untuk menyemai nasionalisme di kalangan pemuda sebagai sarana untuk menentang Belanda. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Soeratin rajin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan dilakukan dengan kontak pribadi secara diam-diam untuk menghindari sergapan Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika mengadakan pertemuan di hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17, Jakarta, Soeri, ketua VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta), dan juga pengurus lainnya, dimatangkanlah gagasan perlunya dibentuk sebuah organisasi sepak bola nasional. Selanjutnya, pematangan gagasan tersebut dilakukan kembali di Bandung, Yogyakarta, dan Solo yang dilakukan dengan beberapa tokoh pergerakan nasional, seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A. Hamid, dan Soekarno (bukan Bung Karno). Sementara itu, untuk kota-kota lainnya, pematangan dilakukan dengan cara kontak pribadi atau melalui kurir, seperti dengan Soediro yang menjadi Ketua Asosiasi Muda Magelang.

Logo lama PSSI.

Kemudian pada tanggal 19 April 1930, berkumpullah wakil dari VIJ (Sjamsoedin, mahasiswa RHS), BIVB - Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Gatot), PSM - Persatuan sepak bola Mataram Yogyakarta (Daslam Hadiwasito, A. Hamid, dan M. Amir Notopratomo), VVB Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (Soekarno), MVB - Madioensche Voetbal Bond (Kartodarmoedjo), IVBM - Indonesische Voetbal Bond Magelang (E.A. Mangindaan), dan SIVB - Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Pamoedji). Dari pertemuan tersebut, diambillah

keputusan untuk mendirikan PSSI, singkatan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Nama PSSI lalu diubah dalam kongres PSSI di Solo pada tahun 1930 menjadi Persatuan sepak bola Seluruh Indonesia sekaligus menetapkan Ir. Soeratin sebagai ketua umumnya.

[sunting] Kontroversi
PSSI di masa kepemimpinan Nurdin Halid memiliki beberapa hal yang dianggap kontroversi, antara lain mudahnya Nurdin Halid memberikan ampunan atas pelanggaran, kukuhnya Nurdin Halid sebagai Ketua Umum meski dia dipenjara, isu tidak sedap yang beredar pada masa pemilihan Ketua Umum tahun 2010, dan reaksi berlebihan atas diselenggarakannya Liga Primer Indonesia.
[sunting] Kasus Korupsi Nurdin Halid

Pada 13 Agustus 2007, Ketua Umum Nurdin Halid divonis dua tahun penjara akibat tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak goreng.[3] Berdasarkan standar statuta FIFA, seorang pelaku kriminal tidak boleh menjabat sebagai ketua umum sebuah asosiasi sepakbola nasional.[4] [5] Karena alasan tersebut, Nurdin didesak untuk mundur dari berbagai pihak[6][7][8]; Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI saat itu)[9], Ketua KONI[10], dan bahkan FIFA[9][11][5] menekan Nurdin untuk mundur. FIFA bahkan mengancam untuk menjatuhkan sanksi kepada PSSI jika tidak diselenggarakan pemilihan ulang ketua umum.[12] Akan tetapi Nurdin bersikeras untuk tidak mundur dari jabatannya sebagai ketua PSSI, dan tetap menjalankan kepemimpinan PSSI dari balik jeruji penjara.[9][10][13][14] Agar tidak melanggar statuta PSSI, statuta mengenai ketua umum yang sebelumnya berbunyi "harus tidak pernah terlibat dalam kasus kriminal" (bahasa Inggris: They..., must not have been previously found guilty of a criminal offense....") diubah dengan menghapuskan kata "pernah" (bahasa Inggris: "have been previously") sehingga artinya menjadi "harus tidak sedang dinyatakan bersalah atas suatu tindakan kriminal" (bahasa Inggris: "... must not found guilty of a criminal offense...").[15][16] Setelah masa tahanannya selesai, Nurdin kembali menjabat sebagai ketua PSSI.[14][17]
[sunting] Reaksi atas Liga Primer Indonesia Artikel utama untuk bagian ini adalah: Liga Primer Indonesia

Pada Oktober 2010, Liga Primer Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia dideklarasikan di Semarang oleh Konsorsium dan 17 perwakilan klub.[18] Kompetisi ini tidak direstui oleh PSSI dan dianggap ilegal.[19] Meski PSSI memaparkan secara panjang lebar alasan mengapa LPI melawan hukum,[19] organisasi ini tidak pernah menjelaskan alasan mengapa mereka tidak merestui LPI, kecuali menyebut LPI sebagai "kompetisi ecekecek",[20] "tarkam",[21] dan "banci."[22] LPI akhirnya mendapatkan izin dari pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng.[23] Klub anggota yang keluar dari kompetisi PSSI dan mengikuti Liga Primer Indonesia dikenakan sanksi degradasi[24] dan tidak diundang dalam Munas PSSI.[25] Padahal klub-klub tersebut hanya mengundurkan diri dari Liga Super Indonesia dan bukan dari keanggotaan PSSI, sehingga masih memiliki hak suara dalam Munas.[26] Selain itu, menurut Statuta PSSI, penghapusan keanggotaan

klub dari PSSI tidak dapat ditentukan hanya oleh petinggi PSSI, harus melalui kongres dan disetujui minimal 3/4 anggota yang hadir.[26][27]

[sunting] Kisruh dan Pembentukan Komite Normalisasi di Tubuh PSSI


Sejak adanya Liga Tandingan ISL, LPI yang dirintis oleh Arifin Panigoro adalah Pertandingan yang tidak bergabung dengan PSSI, maka semenjak itulah kisruh di tubuh PSSI muncul. Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid melarang segala aktivitas yang dilakukan oleh LPI. dan karena itu publik mempertanyakan PSSI sebagai lembaga sepak bola di Indonesia, pada kongres PSSI di Pekanbaru, Riau masalah kekisruhan di tubuh PSSI seperti disengaja disembunyikan dari Publik dengan cara mengadakan kongres tertutup. Ini pun mengundang Pertanyaan di Publik, Pemerintah maupun organisasi Resmi Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA). dan oleh karena itu, FIFA mengeluarkan sebuah pernyataan untuk membentuk Komite Normalisasi[28] di PSSI yang dirilis di website FIFA.com yang dikeluarkan pada tanggal 4 April 2011 yang berisi tentang Komite Darurat FIFA memperkirakan bahwa kepemimpinan PSSI saat ini tidak bisa mengontrol sepak bola di Indonesia dibuktikan dengan kegagalan untuk mendapatkan kontrol dari liga run-away (LPI) yang didirikan tanpa keterlibatan PSSI atau dengan kenyataan itu tidak dapat menyiapkan sebuah kongres yang satusatunya tujuan adalah untuk mengadopsi kode pemilu dan memilih sebuah komisi pemilu. Komite Darurat FIFA datang sehingga sampai pada kesimpulan bahwa kepemimpinan PSSI telah kehilangan kredibilitas di Indonesia dan tidak dalam posisi lagi untuk memimpin proses untuk mengatasi krisis saat ini. dan juga diangkatnya Agum Gumelar sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI untuk menormalkan keadaan yang terjadi di tubuh PSSI. Selain itu, lanjut FIFA di situs resminya juga menyatakan Calon Ketua Umum PSSI dari empat calon (Nurdin Halid, Nirwan Bakrie, Arifin Panigoro, George Toisutta) yang mendaftarkan diri sebagai Ketua Umum PSSI dinyatakan tidak layak dan ditolak oleh FIFA sesuai Pernyataan yang dikeluarkan oleh Komite Banding PSSI pada tanggal 28 Februari 2011 di Jakarta, Indonesia.

[sunting] Daftar ketua umum


Soeratin Sosrosoegondo (1930-1940) Artono Martosoewignyo (1941-1949) Maladi (1950-1959) Abdul Wahab Djojohadikoesoemo (1960-1964) Maulwi Saelan (1964-1967) Kosasih Poerwanegara (1967-1974) Bardosono (1975-1977) Moehono (1977) Ali Sadikin (1977-1981) Sjarnoebi Said (1982-1983) Kardono (1983-1991) Azwar Anas (1991-1999) Agum Gumelar (1999-2003) Nurdin Halid (2003-2011)

KLB PSSI Diundur Jadi Tanggal 9 Juli 2011


Komite Normalisasi mengumumkan bahwa Kongres Luar Biasa PSSI akan digelar pada tanggal 9 Juli 2011 di kota Solo. Perubahan tanggal ini terjadi setelah KN menerima surat dari FIFA, Rabu (8/6) lalu. Sealin itu, , diundurnya kongres luar biasa PSSI tersebut juga atas pertimbangan setelah adanya masukan dari AFC dan hasilnya telah dilaporkan ke FIFA. "Atas surat petunjuk dari FIFA yang diterima KN, pada Rabu (8/6) malam, akhirnya diputuskan kongres PSSI diundur 9 Juli 2011," kata Ketua KN PSSI, Agum Gumelar, di Solo. Semula, KN memang memutuskan untuk menggelar Kongres Luar Biasa PSSI pada tanggal 30 Juni 2011, berdasarkan hasil rapat KN tanggal 6 Juni 2011 di kantor PSSI. Terakhir, setelah anggota Komite Normalisasi Joko Driyono berkonsultasi dengan AFC di Kuala Lumpur, disarankan supaya kongres sebaiknya digelar empat minggu setelah undangan disebar. Hal ini karena sesuai Statuta FIFA sehingga menghindari potensi polemik soal legalitas kongres tersebut. Sementara itu, pada Jumat (10/6) siang ini, KN menggelar rapat di Solo. Usai itu, beberapa anggota KN langsung ke Jakarta untuk bergerak cepat menyelesaikan administrasi penyebaran undangan Kongres kepada peserta. "Malam ini juga kita akan mengirim undangan kepada peserta kongres. Oleh karena itu, setelah rapat di Solo, saya akan langsung menuju kantor PSSI di Senayan," kata Joko Driyono, yang juga menjabat sebagai plt. Sekjen PSSI.

Anda mungkin juga menyukai