Anda di halaman 1dari 14

Potensi Bahan Baku Pembuatan bubur Kertas (Pulp) Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Di Propinsi Bengkulu

Abstrak Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia.Sehingga industri pulp dan kertas mengalami perkembangan yang pesat di Indonesia dan di Dunia. Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi oleh bahan baku. Bahan baku kertas yang berasal dari kayu ketersediannya semakin terbatas meskipun pemerintah telah mengembangkan hutan tanaman industri (HTI). Selain kayu telah banyak dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan limbah dari sektor perkebunan dan pertanian sebagai bahan baku pembuatan pulp, salah satunya yaitu pemanfaatan limbah dari proses produksi CPO yaitu tandan kosong kelapa sawit (tankos). Di propinsi Bengkulu perkebunan kelapa sawit cukup luas dan terdapat 11 pabrik pengolahan CPO (Crude Palm Oil), dengan potensi tankos yang dihasilkan rata-rata 464.400 ton per tahun. Tankos sangat baik digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp karena memiliki kadar selulose 45,19%, merupakan serat pendek <1mm, rendemen 45%, derajat putih 82%, derajat giling 33-430SR dengan kondisi optimunm, indeks retak, tarik cukup tinggi, serta indeks sobek yang masih dalam batas toleransi. Pulp yang dihasilkan dari potensi tankos di Bengkulu sekitar 208.980 ton per tahun, sehingga dimungkinkan untuk pembuatan industri pulp dalam skala kecil.

I.

Pendahuluan

Kertas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia yang semakin maju dan berkembang seperti saat ini. Sehingga industri pulp (bubur kertas) dan kertas mengalami pertumbuhan yang pesat di Indonesia dan dunia. Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan di dunia membutuhkan tambahan produksi kertas lebih dari 100 juta ton pertahun (Abhinimpuno, 2007). Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi dengan ketersediaan bahan baku. Rencana pemerintah untuk mengembangkan HTI untuk menyediakan bahan baku bagi industri berbasis kayu termasuk industri kertas belum dapat mengatasi kelangkaan bahan baku, sehingga banyak perusahaan industri kertas skala besar yang berupaya memperoleh bahan baku dari pasar gelap (illegal logging) yang berasal dari hutan alam, sehingga sangat berpotensi merusak hutan (Manurung dan Sukaria, 2000). Luas lahan yang terbatas dalam pengembangan HTI serta membutuhkan waktu sekitar 6-8 tahun untuk dapat dipergunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, sering terjadinya masalah lingkungan, sehingga diperlukan alternatif bahan baku non kayu untuk memenuhi kebutuhan industri ini. Telah banyak dilakukan penelitian mengenai bahan baku alternatif pembuatan pulp dan kertas yaitu salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah dari sektor perkebunan kelapa sawit yang perkembangannya sama besarnya dengan industri kertas. Kelapa sawit (Elaeis quineensis Jaco), merupakan komoditas di sektor perkebunan yang sangat berkembang pesat saat ini. Kelapa sawit merupakan bahan baku pembuatan minyak sawit mentah atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO). Dalam proses pengolahan kelapa sawit tidak hanya menghasilkan CPO sebagai produk utama tetapi juga menghasilkan produk sampingan yang dikenal dengan limbah. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat dan limbah cair.Salah satu limbah padat yang dihasilkan yaitu tandan kosong (tankos).

Tankos memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dimanfaatkan.Selama ini tankos hanya dimanfaatkan sebagai pupuk. Kandungan lignoselulosa yang terdapat pada tankos dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas (Guritno et al., 1998). Sedangkan dibeberapa negara sudah mulai memanfaatkan tankos sebagai salah satu bahan pulp untuk pembuatan kertas.Di Indonesia sendiri telah banyak penelitian dilakukan tentang pemanfaatan tankos menjadi bahan pembuatan kertas seperti yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Deli Serdang Sumatera Utara (Indrawan et al., 1993). Di propinsi Bengkulu sampai dengan tahun 2005 memiliki luas tanaman perkebunan rakyat kelapa sawit sebesar 90.898 Ha, dengan rincian yaitu tanaman muda 40.475 Ha, tanaman menghasilkan 50.192 Ha dan tanaman tua atau rusak 231 Ha (Anonim, 2006), saat ini peningkatan perkebunan besar maupun rakyat semakin bertambah luas. Menurut Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu (2007) di Propinsi Bengkulu terdapat 11 pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas produksi 30 60 ton/jam sehingga berpotensi menghasilkan limbah yang dapat dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas dari tankos.

II. ISI

2.1. Industri Pulp dan Kertas

Pulp atau yang disebut dengan bubur kertas merupakan bahan pembuatan kertas.Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yamg dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp, biasanya serat yang digunakan berasal dari serat alami, yang mengandung selulosa dan hemiselulosa (wordpress, 2009). Dalam industri, Industri pulp kertas ada dua macam yaitu virgin pulp dan kertas bekas (recovered paper). Virgin pulp secara garis besar ada dua macam yaitu pulp serta pendek dan pulp serat panjang. Virgin pulp menggunakan bahan dari kayu, karena ketersedian kayu yang terbatas serta makin tingginya kesadaran dunia

terhadap masalah lingkungan maka penggunaan kertas bekas sebagai bahan baku pembuatan kertas semakin berkembang (Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia, 2009). Selain penggunaan kertas bekas sebagai bahan baku pembuatan kertas, pembuatan pulp juga dapat menggunakan bahan non kayu yang dihasilkan dari limbah perkebunan dan pertanian, salah satunya yaitu dengan menggunakan tankos. Industri pulp dan kertas di Indonesia selalu mengalami surplus. Beberapa tahun terakhir industri kertas terjadi pertumbuhan dan perkembangan, yang ditandai dengan adanya perluasan dan investasi baru. Sedangkan untuk industri pulp pada tahun 2007-2008 tidak ada investor yang masuk. Akan tetapi tiga industri pulp di Indonesia yaitu : PT. Indah Kiat Pulp & Paper (PT. IKKP-Riau), PT. Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP), dan PT. Lontar Papyrus (Jambi) melakukukan debottlenecking sehingga terjadi penambahan kapasitas nasional terpasang sebesar 1,4 juta ton yaitu 7,9 juta ton/tahun dari semula sebesar 6,5 juta ton/tahun (Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia, 2009). Permintaan pulp dan kertas di Indonesia sangat besar, meskipun pemakaian kertas per kapitanya masih sangat kecil dibanding dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Jepang, dan Singapura. Kebutuhan pulp naik rata-rata pertahun sekitar 4,98%, sedangkan permintaan untuk kertas sekitar 3,13% per tahun. Saat ini pemakaian kertas di Indonesia sekitar 26 kg per kapita per tahun.Indonesia mengalami surplus dalam perdagangan pulp dan kertas.Hampir semua jenis kertas sudap dapat diproduksi di Indonesia, pulp yang paling banyak diproduksi di Indonesia adalah pulp serat pendek. Selama ini pasar pulp dan kertas di pasar global didominasi oleh negara-negara Amerika Utara dan Negara Scandinavia yang biasa disebut dengan NORSCAN (Nort America & Scandinavia), akan tetapi peran negara-negara ini semakin menurun terutama setelah terjadi krisis global dan banyak industri pulp dan kertas yang gulung tikar di negara-negara ini.

Indonesia berpotensi untuk mengembangkan industri pulp dan kertas, karena: y Indonesia masih memiliki potensi lahan atau hutan yang cukup luas untuk pengembangan HTI sebagai sumber bahan baku yang berkelanjutan. Akan tetapi dalam pengembangannya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diatur oleh peratutan Menteri Kehutanan, sehingga dalam pengembangannya tidak akan merusak lingkungan, dan perusahan melakukan penenanaman kembali di setiap tanaman yang telah ditebang untuk kontuinitas suplai bahan baku bagi industri. y Di Indonesia juga terdapat sumber-sumber bahan baku alternatif dari limbah pertanian atau perkebunan. y Indonesia telah mempunyai pengalaman di bidang industri pulp dan kertas sejak tahun 1923. y Tersedia sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengoperasikan industri pulp dan kertas, karena di Indonesia sudah ada Akademi Teknologi pulp dan Kertas (ATPK), serta sekolah-sekolah teknik lainnya yang mampu menyuplai kebutuhan SDM. y Tersedia Balai Besar Pulp dan kertas.

2.2 Proses Produksi Pulp Secara umum proses pembuatan bubur kertas (pulping) dapat diuraikan menjadi 9 tahapan : 1 Woodyard Dimana sebuah lapangan luas umumnya terbuka tempat menerima dan menyimpan kayu gelondongan siap olah (log) untuk selanjutnya dilakukan proses pengkulitan, pemotongan kecil-kecil & penyaringan potongan kayu. 2 Barker dalam proses penghilangan kulit kayu ini, gelondongan kayu (log) dimasukkan dalam debarking drums, log silinder berputar mengakibatkan log ikut berputar dan bergesekan satu dengan yang lain melucuti kulit kayunya.

3 Chipper Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai (ukuran standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan ditempat penampungan. 4 Screen diperlukan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu yang lebih besar dari target ukuran diatas, dan menghilangkan debu mesin potong yang tidak perlu. 5 Digester Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester).Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor.. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan dan akhirnya memisahkan serat kayu yang diinginkan dari lignin yaitu unsur kayu semacam lem yang menahan serat kayu bersatu. 6 Chemical Recovery and Regeneration proses sampingan kimia inorganik yang diolah ulang dari proses memasak sebelumnya, untuk memasak kembali. Bahan kimia buangan dari proses memasak sebelumnya masih dapat diproses ulang, tidak dibuang begitu saja. 7 Blow Tank ibaratnya setelah selesai dimasak maka makanan disimpan dalam panci penyimpan untuk disajikan kemudian sesuai selera masing-masing individu, apa mau sedikit asin, manis, indah didekorasi dan lain sebagainya. Disini serat kayu sudah terpisah satu sama lain, secara resmi mereka sudah disebut pulp atau bubur kertas. 8 Washing mesin cuci ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan lignin yang masih tertinggal, yang dikirim ke proses nomor 6 yaitu chemical recovery

process. Ibaratnya saat anda masak nasi, maka beberapa kali anda mentiriskan air beras yang anda cuci sebelum dimasak supaya kotoran hilang. Harap diingat disini anda bukan bertujuan membuatnya menjadi putih bersih! Pada tahap ini bubur kertas secara alami berwarna coklat dan umunya digunakan untuk membuat kertas kantong dan corrugated box yang coklat. 9 Bleaching proses pemutihan bubur kertas menggunakan kimia pemutih atau bleach, yang tujuan utamanya khusus untuk membuat kertas cetak atau kertas budaya. Jadi proses pemutihan sangat relatif tergantung pada jenis kertas yang akan dibuat. Pada tahap inilah pulping telah selesai dan akan dilanjutkan ke mesin pembuat kertas. Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam sebuah bejana yang disebut "digester." Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak: - NaOH 7%, untuk proses soda - NaOH, Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain. Reaksi sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis:
Larutan pemasak

Kayu > pulp (selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa asam + merkaptan + zat-zat pengotor lainnya. Kemudian campuran yang selesai dimasak tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah pulp dan disaring.Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat karton dan pulp halus yang warnanya masih coklat harus dikelantang

(diputihkan/dipucatkan).Pemucatan dilakukan dengan menggunakan Kaporit atau

Natrium hipoklorit.Perlu diperhatikan bahwa, bahan-bahan kimia yang sudah terpakai tidak dibuang, tetapi diolah kembali untuk dipakai lagi.Hal ini berarti menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan. Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah : Na2SO4 + 2 C > Na2S + 2 CO2 Na2CO3 + Ca(OH)2> 2 NaOH + CaCO3

2.3 Pengertian limbah Semua kegiatan industri dan teknologi selalu akan menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pengelolaan limbah dari bahan buangan industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan (Wardhana, 1994). Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik atau rumah tangga (Wikipedia, 2010). Limbah padat

adalah hasil buangan berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan (Rahayu, 2009). Limbah merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, akan tetapi apabila kita mengetahui kita dapat memprosesnya dengan baik dan benar maka limbah dapat menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat.

2.2. Potensi Limbah Padat Tandan Kelapa Sawit di Propinsi Bengkulu

Industri kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, selain menghasilkan CPO industri kelapa sawit juga menghasilkan limbah atau produk samping.Dari pengelolaan kelapa sawit menjadi CPO menghasilkan berbagai jenis limbah padat maupun cair.Karena volume

panen yang cukup tinggi tiap tahunnya, maka volume limbah yang dihasilkan juga luar biasa tinggi.Dengan keseragaman sifat-sifat fisik dan keberadaannya, maka peluang pengelolaanya menjadi produk sampingan sangat prospektis untuk dikembangkan. Pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO terdapat hasil sampingan yang disebut limbah, yang terdiri dari limbah cair dan limbah padat. Pada awal perkembangannya dengan kosentrasi dan kuantitas tertentu, limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari tankos, pelepah, cangkang dan serat. Tankos adalah bagian tersisa dari tandan buah segar (TBS) setelah buah dipisahkan dari tandannya, yang dibuang sebagai limbah. Tankos merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar, sekitar 20%-23% dari 100% pengolahan TBS (Naibaho, 1998), namun pemanfaatnnya belum optimal.Selama ini tankos digunakan sebagai penambah bahan bakar. Tankos dibakar dalam incinerator untuk memudahkan pembuangannya dan abunya dipakai sebagai pupuk, akan tetapi pembakaran tankos ke dalam incinerator telah lama dilarang karena menyebabkan polusi udara (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). Manfaat tankos antara lain, tankos dapat diproses menjadi furtural dan alkohol, fortural yang dipisahkan dari selulosa melalui proses hidrilosis dapat dipakai sebagai pakan ternak, tankos dapat juga dijadikan mulsa, kompos, soft board atau hard board, serta tankos dapat diproses menjadi pulp untuk membuat kertas (Mangoensoekarjo dan Tojib, 2005). Di propinsi Bengkulu terdapat 11 pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dengan kapasitas olah 30-60 ton per jam, adapun pabrik-pabrik tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Propinsi Bengkulu

No

Nama Perusahaan

Kapasitas (ton/jam)

1.

PT Agricinal

60

2.

PTPN VII Talo Pino

30

3.

PT Agri Andalas

60

4.

PT Bio Nusantara Teknologi

30

5.

PT Mitra Puding Mas

60

6.

PT Daria Dharma Pratama

60

7.

PT Agro Muko Bunga Tanjung Estate

30

8.

PT Agro Muko Sari Bulan Estate

60

9.

PT Sentosa Jaya Abadi

30

10. PT Agri Mitra Karya PT Bumi Mentari Karya 11. Sumber: Dinas Perkebunan (2007)

30

30

10

Dari tabel dapat dihitung kapasitas olah seluruh pabrik di propinsi Bengkulu yaitu 480 ton per jam. Jika kita asumsikan seluruh pabrik beroperasi rata-rata 1 hari adalah 15 jam maka TBS yang diolah adalah sebanyak 7.200 ton per hari. Apabila rata-rata tankos yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS menjadi CPO rata-rata 21,5% dari TBS yang diolah maka tankos yang dihasilkan dari seluruh pabrik di Propinsi Bengkulu dalam 1 hari adalah 1.548 ton per hari. Jika diasumsikan pabrik beroperasi dalam 1 bulan 25 hari kerja maka dalam 1 bulan tankos yang dihasilkan sekitar 38.700 ton per bulan, atau dalam 1 tahun menghasilkan 464.400 ton per tahun. Tentu saja tankos yang dihasilkan ini akan lebih banyak apabila jumlah pasokan TBS besar atau pabrik beroperasi optimal.

2.3. Pengolahan Limbah Sawit tandan Kosong menjadi pulp kertas

Pada awal perkembangan dan pembangunan suatu industri dibangun sebagai suatu unit proses tersendiri yang terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses produksi ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan. Adanya jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi, sehingga industri harus menambah investasi untuk pengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan (Swantomo et al., 2007). Salah satu konsep dalam pengembangan industri berkelanjutan adalah menggabungkan effisiensi dan ekologi atau yang lebih dikenal dengan ekoeffisiensi. Prinsipnya yaitu memanfaatkan pelayanan ekologi lingkungan sebagai masukan produksi sehingga biaya produksi menjadi lebih rendah, meningkatkan keuntungan dan daya saing terhadap industri lain yang sejenis (Wardhanu, 2009). Untuk itu pemanfaatan limbah agar berdaya guna dan bernilai ekonomis sangat diperlukan. Pembuatan tankos sebagai pulp dilakukan dengan proses soda-soda AQ. Adapun cara pembuatan pulp dari tankos untuk skala laboratorium menurut Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia (2009), adalah sebagai berikut:

11

1. Bahan baku tankos diambil, dibersihkan dari buah sawit dan kotoran, karena hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas kertas terutama warna. Kemudian dilakukan pemotongan bahan atau penyerpihan dengan memakai mesin chipper. Ukuran serpihan antara 3-8 cm, dengan maksud untuk mendapatkan kemasakan pulp yang merata. Selanjutnya dilakukan pemisahan pith (sari,ampas) yang bertujuan untuk mengurangi pemakaian soda pada saat masak, menurunkan angka kemasakan (bilangan kappa), dan menghindari kotoran yang terikut di dalam pulp. Penyaringan dengan ayakan berukuran 20 mesh. 2. Memakai NaOH sebagai alkali untuk untuk pulp yang belum dan sudah putih. 3. Pemasakan menggunakan digester mini berkapasitas 1.350 gr (6 tabung) dengan suhu 170 0C selama 2 jam menuju maksimum dan ditambah 2 jam lagi. 4. Pemutihan dan lembaran pulp. Pemutihan dilakukan dengan tiga tahap yaitu C/E/H atau Chlorinasi, Ekstraksi, dan Hipoklorit. Setelah proses pemasakan dilakukan proses pencucian, penyaringan, dan pemutihan. Penggilingan dilakukan dengan alat gilingan kayu (Valley Beater). Waktu yang diperlukan untuk pulp putih tankos lebih lama dari pada bahan lain.

Dari pembuatan pulp tankos diketahui serat tankos termasuk serat pendek <1mm, perbandingan tebal dinding serat dengan lumen sama dengan bilangan Runkel dan cukup baik, makin kecil bilangan Runkel semakin baik (<1). Kadar selulosa 45,19% Kelarutan air panas, air dingin, NaOH cenderung turun setetalah mengalami pemisahan pith. Indeks retak dan tarik cukup tinggi, sedangkan indesk sobek masih dalam batas yang diijinkan. Rendemen 45%, derajat putih 82%,derajat giling 33430SR, sehingga tankos sangat baik untuk dibuat pulp.

Rendemen yang dihasilkan dari pemanfaatan tankos menjadi pulp adalah 45 %, sehingga dari potensi tankos yang ada di Propinsi Bengkulu sebesar 464.400 ton per tahun maka dapat menghasilkan pulp sebanyak 208.980 ton per tahun.Menurut

12

Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia (2009), sebagian besar industri pulp dan kertas nasional pabrik tua yang menggunakan teknologi lama dan kapasitas kecil yaitu kurang dari 100.000 ton per tahun.Sehingga dari potensi pulp yang dihasilkan sekitar 208.980 ton per tahun di Propinsi Bengkulu dimungkinkan untuk dibangun industri pulp dengan kapasitas kecil.

Bahan baku pembuatan pulp dengan tankos yang merupakan serat pendek dalam industri kertas dapat diproduksi menjadi kertas tissue atau kertas pembungkus kertas cetak (Purwanto dan Sparringa, 2000)

III. SIMPULAN

Kebutuhan akan kertas di dunia terus meningkat sejalan dengan perkembangan peradapan manusia.

Indonesia sangat berpotensi besar dalam industri pulp dan kertas karena ketersedian bahan baku, SDM dan serta lembaga pendukung yang lain.

Dengan potensi tankos sebesar 464.400 ton per tahun dimungkinkan untuk dibangun industri pulp dan kertas dalam skala kecil.

Karena pulp yang dihasilkan dari tankos merupakan pulp yang berserat pendek maka kertas yang dapat diproduksi seperti kertas tissue atau kertas pembungkus dan kertas cetak.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://wekoabhinimpuno.blogspot.com/2007/08/potensi-bahan-baku-altenatifuntuk.html http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1993/12/18/ILT/mbm.19931218.ILT6503 .id.html Abhinimpuno, Weko. 2007. Potensi Bahan Baku Alternatif untuk Kertas di Indonesia Dinas Perkebunan Propinsi Bengkulu. 2007. Laporan Statistik Perkebunan Angka Tetap Tahun 2006. Bengkulu. Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap Industri Kertas. Departemen Perindustrian. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai