Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL SKRIPSI

PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 1 MALANG KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TKJ YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING VIRTUAL EKSPERIMEN DENGAN TEAM TEACHING KONTEKSTUAL EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN INSTALASI JARINGAN LAN

Disusun oleh : Muhammad Maruf Fadhony (108533414501)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK TEKNIK ELEKTRO S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA Maret 2011

A. JUDUL PROPOSAL SKRIPSI

PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 1 MALANG KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TKJ YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING VIRTUAL EKSPERIMEN DENGAN TEAM TEACHING KONTEKSTUAL EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN INSTALASI JARINGAN LAN

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Hasil belajar siswa merupakan bagian penting dari penyelenggaraan pendidikan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang siswa terhadap materi tertentu didalam pembelajaran, diantaranya yaitu model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang efektif pasti mampu memberikan hasil yang optimal bagi siswa dalam hal menerima materi pembelajaran. Efektif yang dimaksud disini adalah mampu memberdayakan semua sumberdaya yang ada seperti tenaga pendidik dan fasilitas-fasilitas lain yang sudah disediakan. Saat ini, guru dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan atau memilih model pembelajaran yang digunakan, yang tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Selain itu, guru juga dituntut untuk lebih mengenal setiap individu dari diri siswa.

Melihat ratio antara jumlah guru dan siswa yang tidak seimbang, tentu seorang guru tidak mungkin bisa menangani jumlah siswa yang banyak itu. Satu hal yang juga penting, bahwa yang namanya guru bukan berarti orang yang tahu akan segala hal. Dalam hal ini, setiap manusia tentulah memiliki kekurangan pengetahuan. Ini menunjukkan bahwa guru pun membutuhkan sosok lain yang bisa diajak kerja sama dalam menghadapi segala kesulitan yang ada pada saat melaksanakan proses pembelajaran khususnya dalam pelajaran praktikum. Jika melihat beberapa masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan yang dalam hal ini pihak sekolah dan guru-guru dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih strategi yang tepat agar segala tuntutan yang ditujukan terhadap guru dapat terpenuhi dengan maksimal, maka model pembelajaran Team Teaching tampaknya merupakan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan. Secara umum team teaching merupakan satu model pembelajaran yang bertujuan untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Dalam hal ini kita berprinsip pada konsep bahwa jika dengan narasumber belajar yang lebih dari satu, maka dapat saling mengisi celah kekurangan sehingga didapatkan proses seutuhnya. Team teaching merupakan satu konsep pembelajaran dengan memberikan penugasan pada kelompok guru serumpun untuk menangani proses pembelajaran. Team Teaching akan menjadi sangat menarik untuk dieksplorasi dan diterapkan lebih dalam jika dipahami secara baik konsep dan esensi pemberlakuannya. Dengan adanya kolaborasi 2 guru atau lebih di dalam kelas, diharapkan proses observasi terhadap siswa menjadi lebih intens. Catatan khusus terhadap perilaku, ketidakbisaan, kesulitan siswa akan terekam dengan baik. Bersamaan dengan itu, teknik pengajaran pun akan dapat dikritisi dengan baik.

Untuk dapat melakukan metode ini dengan baik, maka kedua guru yang berkolaborasi harus mempunyai kesamaan komitmen, dan kesiapan untuk bersikap kritis dan mengkritisi. Meskipun team teaching memiliki banyak kelebihan, team teching masih memerlukan inovasi agar penyelenggaraan pendidikan semakin menarik dan memunculkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu inovasi yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan suplemen ketika pembelajaran dilakukan yaitu dengan virtual eksperimen dan juga kontekstual eksperimen. Pada team teaching virtual eksperimen, proses pelaksanaan praktikumnya dibantu dengan software packet tracer untuk melakukan simulasi instalasi jaringan LAN. Jadi selain menyampaikan teori tentang instalasi jaringan LAN, guru juga melakukan simulasi instalasi LAN menggunakan software ini. Dengan bantuan software simulasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi instalasi LAN yang disampaikan oleh guru. Sedangkan pada team teaching kontekstual eksperimen, guru menyampaikan teori tentang instalasi LAN kemudian siswa diberi modul praktikum dan diminta untuk langsung melaksanakan praktikum sesuai dengan kemampuan dan pemahaman setiap siswa. Guru mendampingi siswa dalam pelaksanaan praktikum dan memberikan penjelasan dengan mengaitkan setiap permasalahan dengan keadaan lingkungan sekitar kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pelaksanaan praktikum agar mampu memahami materi instalasi LAN yang disampaikan oleh guru.

Dengan penerapan team teaching yang telah diinovasi diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ tersebut. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching virtual eksperimen dengan siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching kontekstual eksperimen, penulis melakukan penelitian dengan judul PERBANDINGAN ANTARA PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN 1 MALANG KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TKJ YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM TEACHING VIRTUAL EKSPERIMEN DENGAN TEAM TEACHING KONTEKSTUAL EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN INSTALASI JARINGAN LAN.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program

keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching virtual eksperimen?

2. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program

keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching kontekstual eksperimen?
3. Manakah hasil belajar yang lebih baik antara siswa kelas XI di SMKN 1

Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching virtual eksperimen dengan siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching kontekstual eksperimen?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang perbandingan antara prestasi belajar siswa SMKN 1 Malang kelas XI program keahlian TKJ yang diajar menggunakan model pembelajaran team teaching virtual eksperimen dengan team teaching kontekstual eksperimen pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN. Berdasarkan Permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program

keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching virtual eksperimen.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program

keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching kontekstual eksperimen.
3. Untuk mengetahui Manakah hasil belajar yang lebih baik antara siswa kelas

XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching virtual eksperimen dengan siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Team Teaching kontekstual eksperimen.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Berbagai istilah penting dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:


1. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi

dalam proses pembelajaran. Menurut Nasrun (dalam Tim Dosen, 1980 :25) mengemukakan bahwa : "Hasil belajar merupak hasil akhir pengembilan keputusan mengenai tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya."
2. Model team teaching adalah satu model pembelajaran yang bertujuan untuk

lebih mengefektifkan proses pembelajaran. Team teaching merupakan satu

konsep pembelajaran dengan memberikan penugasan pada kelompok guru serumpun untuk menangani proses pembelajaran.
3. Virtual eksperimen merupakan eksperimen dimana dalam pelaksanaannya

dibantu oleh tool (software) untuk melakukan suatu simulasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa.
4. Kontekstual eksperimen yaitu eksperimen dimana mengaitkan antara materi

yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup penelitian ini yaitu siswa kelas XI di SMKN 1 Malang program keahlian TKJ pada pokok bahasan instalasi jaringan LAN.

G. MANFAAT PENELITIAN

Dalam tataran praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1.

Kepala sekolah, sebagai masukan dan evaluasi dalam menentukan media pembelajaran.

2.

Guru, sebagai rujukan dalam mengembangkan strategi pembalajaran untuk meningkatkan penguasaan materi peserta didik dalam suatu pembelajaran.

3. Siswa, meningkatkan pemahaman atau penguasaan materi siswa dalam suatu

kegiatan pembelajaran. 4. Peneliti, memberikan bekal tambahan sebagai calon guru sehingga lebih siap ketika terjun ke lapangan. 5. Peneliti lain, sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran etos kerja praktik siswa dan penggunaan media pembelajaran sebagai hal yang berpengaruh terhadap hasil belajar (penguasaan materi) siswa.

H. KAJIAN PUSTAKA

1.

ETOS KERJA PRAKTIK

Secara etimologis istilah etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti tempat hidup. Mula-mula tempat hidup dimaknai sebagai adat istiadat atau kebiasaan. Sejalan dengan waktu, kata etos berevolusi dan berubah makna menjadi semakin kompleks. Dari kata yang sama muncul pula istilah Ethikos yang berarti teori kehidupan, yang kemudian menjadi etika. Dalam bahasa Inggris Etos

dapat diterjemahkan menjadi beberapa pengertian antara lain starting point, to appear, disposition hingga disimpulkan sebagai character. Dalam bahasa Indonesia kita dapat menterjemahkannya sebagai sifat dasar, pemunculan atau disposisi/watak. Aristoteles menggambarkan etos sebagai salah satu dari tiga mode persuasi selain logos dan pathos dan mengartikannya sebagai kompetensi moral. Tetapi Aristoteles berusaha memperluas makna istilah ini hingga keahlian dan pengetahuan tercakup didalamnya. Ia menyatakan bahwa etos hanya dapat dicapai hanya dengan apa yang dikatakan seorang pembicara, tidak dengan apa yang dipikirkan orang tentang sifatnya sebelum ia mulai berbicara. Disini terlihat bahwa etos dikenali berdasarkan sifat-sifat yang dapat terdeteksi oleh indera. Webster Dictionary mendefinisikan etos sebagai guiding beliefs of a person, group or institution. Etos adalah keyakinan yang menuntun seseorang, kelompok atau suatu institusi. A. S. Hornby (1995) dalam The New Oxford Advances Learners Dictionary mendefinisikan etos sebagai the characteristic spirit, moral values, ideas or beliefs of a group, community or culture, karakteristik rohani, nilai-nilai moral, ide atau keyakinan suatu kelompok, komunitas, atau budaya. Menurut Anoraga (1992) Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja. Bila individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang luhur bagi eksistensi manusia, maka Etos Kerjanya akan cenderung tinggi. Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah. Dari rumusan ini kita dapat

melihat bagaimana Etos Kerja dipandang dari sisi praktisnya yaitu sikap yang mengarah pada penghargaan terhadap kerja dan upaya peningkatan produktivitas. Dalam rumusan Jansen Sinamo (2005), Etos Kerja adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Itulah yang akan menjadi Etos Kerja dan budaya. Sinamo (2005) memandang bahwa Etos Kerja merupakan fondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Sebagian orang menyebut perilaku kerja ini sebagai motivasi, kebiasaan (habit) dan budaya kerja. Sinamo (2005) lebih memilih menggunakan istilah etos karena menemukan bahwa kata etos mengandung pengertian tidak saja sebagai perilaku khas dari sebuah organisasi atau komunitas tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan mereka, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip, dan standar-standar. Melalui berbagai pengertian diatas baik secara etimologis maupun praktis dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya. Etos kerja praktik adalah Etos kerja praktik adalah respon yang unik dari seorang siswa atau kelompok siswa terhadap kegiatan praktik. Respon atau

tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seorang siswa atau kelompok siswa dalam kegiatan praktik yang mempengaruhi pada perilaku ketika bekerja/praktik. Ada dua macametos kerja praktik, yaitu etos kerja praktik yang bik dan etos kerja yang buruk. Sifat-sifat yang mencerminkan etos kerja praktik yang baik yaitu : aktif, ceria, dinamis, disiplin, efektif, efisien, energik, focus, gesit, ikhlas, interaktif, jeli, jujur, kerja keras, kerja tim, konsisten, kreatif, lapang dada, membagi, menghargai, menghibur, optimis, peka, rajin, ramah, sabar, semangat, tanggung jawab, tekun, teliti, tepat waktu, teratur, terkendali, toleran, total, ulet. Sedangkan sifat etos kerja yang buruk yaitu sebaliknya.

2.

MODEL TEAM TEACHING

Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru. Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu

keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Dalam metode diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh tanggung jawab, setiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga bukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerima pendapat yang enar dan menolak pendapatb yang salah adalah ciri dari metode yang dapat dighunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa. Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekan banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran team teaching cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model pembelajaran team teaching membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik karena aktivitas siswa lebih terpantau. Pembelajaran team teaching dilaksanakan oleh dua guru atau lebih. Mereka berkolaborasi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar dalam kelas yang sama. Umumnya, pembelajaran team teaching dilaksanakan dua guru dan dalam penerapannya mengalami penyesuaian berdasarkan potensi siswa dan potensi lingkungan tiap sekolah. Sebenarnya ada beberapa jenis dari strategi Team Teaching, sesuai yang dijelaskan oleh Soewalni S (2007), yaitu :

1. Semi Team Teaching : Tipe 1 = sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama di kelas yang berbeda. Perencanaan materi dan metode disepakati bersama. Tipe 2a = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh guru masing-masing. Tipe 2b = satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok.

2. Team Teaching Penuh Tipe 3 = satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran / materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat. Adapun variasi Team Teaching Penuh menurut Soewalni S (2007) ialah :

Pelaksanaan bersama, seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi, seorang guru membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan individual.

Anggota tim secara bergantian menyajikan topik/materi. Diskusi / tanya jawab dibimbing secara bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.

Seorang guru (senior) menyajikan langkah latihan, observasi, praktek dan informasi seperlunya. Kelas dibagi dalam kelompok, setiap kelompok dipandu seorang guru (tutor, fasilitator, mediator). Akhir pembelajaran masing-masing kelompok menyajikan laporan (lisan/tertulis) dan ditanggapi bersama serta disimpulkan bersama.

Namun, dari beberapa jenis Team Teaching yang dikemukakan oleh Soewalni S, Team Teaching penuh lebih baik karena disana lebih terlihat nyata strategi Team Teaching-nya. Guru yang mengajar lebih dari satu orang, mereka mengajar di kelas yang sama dengan materi yang sama dan pada waktu yang sama, serta setiap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya pun dilakukan atas kesepakatan bersama. Hal ini sangat sesuai dengan prinsip pembentukan team dalam sebuah pelaksanaan tugas, bahwa segala sesuatunya yang berkaitan dengan misi pencapaian tujuan dilakukan secara bersama-sama, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan.

3.

PENGUASAAN MATERI JARINGAN KOMPUTER

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang (Sukmadinata, 2006:103). Lebih lanjut Sukmadinata (2006:103) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik akan mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan hasil belajar tersebut dilambangkan dengan angka-angka atau huruf, seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Kemampuan seoarang peserta didik dalam menguasai teori akan mempengaruhi dalam beradaptasi dengan dengan masalah lingkungannya.

Keterampilan menurut Moss, Evan, dan David dalam Sukmadinata (2006:112) disebut sebagai technical skill, yaitu keterampilan yang mengambarkan kemampuan kognitif dan psikomotor seseorang untuk melakukan pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan. Keterampilan juga bisa diartikan sebagai keahlian menggunakan pengetahuan dan keahlian melakukan pekerjaan (Nolker dan Schoenfldt dalam sukmadinata, 2006:112). Menurut Legge dalam Sukmadinata ( 2006:113) keterampilan adalah kemampuan seseorang melakukan kerja tukang yang melibatkan pengetahuan, pendapatan, ketelitian, kecepatan manual yang diperoleh dari latihan. Mengacu pada pemikiran-pemikiran tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kecakapan seseorang melaksanakan kerja dengan melibatkan indera, yang dilatih secara berulang-ulang dalam bentuk perbuatan yang tersusun dan terkoordinir menurut urutan waktu. Kegiatan praktikum atau praktik jaringan komputer adalah kegiatan keterampilan yang meliputi keterampilan menyusun dan mengkonfigurasi jaringan komputer. Usaha pembentukan keterampilan psikomotor ditandai dengan adanya kegiatan praktik di lapangan . Oleh karena itu, ketika mengajar praktik, guru harus dapat mengajarkan kemampuan berfikir kritis dengan memadukan konsep dan operasional. Hasil belajar jaringan komputer merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki eseorang dalam penguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun ketrampilan motorik mengenai jaringan komputer. Hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik akan materi jaringan komputer yang dipelajarinya.

4.

PENGARUH ETOS KERJA PRAKTIK TERHADAP PENGUASAAN MATERI JARINGAN KOMPUTER

Hasil belajar atau achievement merupakan merupakan raealisasi dari penguasaan materi dan kecakapan-kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan materi oleh seorang peserta didik dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk pengusaan pengetahuan, penguasaan keterampilan berpikir dan penguasaan keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan peserta didik menguasai mata diklat-mata diklat yang diajarkan di sekolah. Hasil belajar pada peserta didik dapat dipengaruhi banyak faktor, faktor-faktor tersebut dapat di kelompokkan menjadi dua, yakni: faktor yang bersumber dari dalam (internal) dan faktor yang bersumber dari luar (eksternal) (Sukmadinata, 2007:162) Salah satu faktor internal yang bisa menentukan penguasaan materi peserta didik adalah etos kerja praktik tiap peserta didik itu sendiri. Peserta didik yang memiliki etos kerja praktik yang baik mempunyai pontensi yang lebih besar untuk mencapai menguasai materi yang lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang biasa-biasa saja.

5.

PENGARUH MODEL TEAM TEACHING TERHADAP PENGUASAAN MATERI JARINGAN KOMPUTER

Salah satu konsep yang dirumuskan oleh para ahli mengatakan bahwa keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersumber dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sebagaimana diketahui bahwa model pembelajaran adalah salah satu komponen penting dalam system belajar mengajar yang berpengaruh terhadap hasil belajar. Sejalan dengan hal tersebut, Sukmadinata (2006:108) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam kurikulum yang disediakan guru untuk mendorong peserta didik belajar. Model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang bersifat fisik berpengaruh terhadap hasil belajar. Terkait dengan kontribusi model pembelajaran dalam pencapaian hasil belajar, Sadiman (2003:6) mengemukakan bahwa alat bantu visual, yaitu gambar, model, objek dan alat-alat lainnya dapat memberikan pengalaman yang konkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik. Lebih lanjut Sadiman menyatakan bahawa kemenarikkan model pembelajaran serta metode penyampaian yang menarik berpengaruh langsung terhadap interaksi peserta didik dalam kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran team teaching dapat dilaksanakan dengan cara seorang guru menjelaskan, guru lain memantau perilaku dan pemahaman siswa. Dalam pembelajaran TIK, misalnya, seorang guru menjelaskan "materi jaringan komputer Guru tersebut memberikan penjelasan dan guru yang lain memantau perilaku dan tingkat pemahaman siswa. Kelebihan versi ini, suasana kelas cenderung tenang dan konsentrasi stabil. Namun, siswa cenderung kurang aktif karena merasa diawasi.

Penggunaan model pembelajaran akan dapat secara efektif mendukung pencapaian hasil belajar jika penggunaannya sesuai dengan pola belajar peserta didik dan tujuan belajar. Brown, Lewin dan Harcleroad dalam Setyosari (2005:47) mengemukakan beberapa prinsip umum dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran, antara lain: Tak ada satu pun media/model, prosedur dan pengalaman yang paling baik untuk belajar. Penggunaan model itu sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran. Anda harus mengetahui secara menyeluruh kesesuaian antara isi dan tujuan khusus program\model harus mempertimbangkan kesesuian antara penggunaannya dengan cara pembelajaran yang dipilih. Pemilihan model tidak tergantung pada pemilihan dan penggunaan model tertentu saja. Model yang paling baik pun apabila tidak dapat dimanfaatkan secara baik akan berdampak kurang baik atau media tersebut digunakan dalam lingkungan yang kurang baik. Pengalaman, kesukaan, minat dan kemampuan individu serta gaya belajar mungkin berpengaruh terhadap hasil penggunaan model. Sumber-sumber dan pengalaman belajar bukanlah hal-hal yang berkaitan dengan baik atau buruk tetapi sumber-sumber dan pengalaman belajar ini berkaitan dengan hal yang konkrit atau abstrak.

6.

INTERAKSI ANTARA ETOS KERJA PRAKTIK DAN MODEL TEAM TEACHING TERHADAP PENGUASAAN MATERI JARINGAN KOMPUTER

Interaksi antara etos kerja praktik dan model team teaching terhadap penguasaan materi jaringan komputer menggambarkan hubungan antara etos kerja praktik dan model team teaching sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Etos kerja praktik merupakan merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap penguasaan materi jaringan konputer peserta didik. Sementara, model team teaching sebagai sarana atau perlengkapan belajar merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi penguasaan materi jaringan komputer. Hasil belajar sistem jaringan komputer merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang dalam penguasaan pengetahuan, ketarampilan berpikir maupun ketrampilan motorik mengenai jaringan komputer. Hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan materi peserta didik akan jaringan yang dipelajarinya. Dalam jaringan komputer, hasil belajar berupa sikap dalam jaringan komputer peserta didik dapat dilihat dari aspek: kecermatan dan ketelitian dalam merangkai sistem dan pelaksanaaan perbaikan dengan mengacu pada SOP.

I.

METODE PENELITIAN

1.

Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen, yang

bertujuan untuk mengetahui perbandingan keefektifan suatu model pembelajaran yakni model pembelajaran team teaching terhadap penguasaan materi jaringan komputer. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai variabel bebas pertama adalah etos kerja praktik yang diukur dan diklasifikasi, untuk mengetahui tingkatan etos kerja rendah, etos kerja sedang dan etos kerja tinggi. Variabel bebas kedua dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran, dimana satu kelompok peserta didik diajar menggunakan model pembelajaran team teaching dan satu kelompok lainnya diberikan model pembelajaran konvensional. Sebagai variable bebas, media ajar dimanipulasi dan diukur pengaruhnya terhadap penguasaan materi jaringan komputer. Variabel lain yang dipredeksi dapat memberi pengaruh terhadap hasil belajar seperti: waktu, tempat, guru, dan keadaan kelas dikontrol untuk menghapuskan atau menetralisasikan pengaruh terhadap variabel terikat yakni penguasaan maetri jaringan komputer. Dalam penelitian ini subjek dibagi menjadi dua, yakni kelompok kelas A diajar dengan model pembelajaran team teaching dan kelompok kelas B diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Desain penelitian ini menggunakan faktorial 2 x 3 (Ary, 1982). Untuk memperjelas rancangan penelitian ini dapat dilihat pada table berikut : Pengguanaan Model Pembelajaran (X1)

Etos Kerja Praktik ( X2 )

Model Pembelajaran Team Teaching ( X1.1 )

Model Pembelajaran Konvensional (X1.2) Y2 Y4

Etos Kerja Praktik Baik ( X2.1 ) Etos Kerja Praktik Sedang ( X2.2 ) Etos Kerja Praktik Buruk ( X2.3 ) Keterangan : ( X1 ) ( X2 )

Y1 Y3

Y5

Y6

: Penggunaan Model Pembelajaran : Etos Kerja Praktik

( X1.1 ) : Model Pembelajaran Team teaching ( X1.2 ) : Model pembelajaran konvensional ( X2.1 ) : Etos Kerja Praktik Baik ( X2.2 ) : Etos Kerja Praktik Sedang ( X2.3 ) : Etos Kerja Praktik Buruk (Y1=Y2=Y3=Y4=Y5=Y6) : Hasil belajar sistem pengapian motor bensin

2.

Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian experimen ini menggunakan beberapa variabel

penelitian, variabel penelitiannya sebagai berikut: a. Variabel Bebas kesatu

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah etos kerja praktik baik, etos kerja praktik sedang dan etos kerja praktik buruk.
b. Variabel Bebas kedua

Variable bebas kedua pada penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran team teaching dan model pembelajaran konvensional. c. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan materi jaringan komputer. d. Variabel Kontrol Variabel kontrol pada penelitian ini adalah materi pembelajaran, waktu, guru, dan lingkungan dimana variabel tersebut dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel terikat.

3.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 4 Malang tahun ajaran

2011/2012 yang mengikuti mata diklat jaringan komputer. 4. Instrumen Penelitian Dalam penelitian experimen ini menggunakan dua macam instrumen, antara lain: a. Instrumen Hasil Belajar Hasil belajar menggambarkan tingkat pemahaman subjek yang diukur berdasarkan penguasaan materi jaringan komputer. Berikut ini adalah kisi-kisi instrument hasil belajar : Kompetensi Jaringan Komputer Sub Kompetensi Membangun Jaringan Indikator Siswa dapat

Komputer

mengetahui konstruksi dan prinsip kerja sistem jaringan computer Siswa dapat

menganalisis gangguan pada jaringan computer Siswa dapat

melaksanakan Prosedur perawatan jaringan computer Standar prosedur

keselamatan kerja 1) Uji Validitas Instrumen Penguasaan Materi Dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk tes objektif, sehingga pengujian validitas yang relevan untuk mengukur validitas instrument tersebut dengan validitas isi, karena validitas isi berhubungan dengan tujuan khusus pembelajaran dan materi pembelajaran (Sugiyono, 2006:272) Degeng (2000) menyatakan bahwa, pengukuran keefektifan pembelajaran dikaitkan dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Untuk mendapatkan validitas isi dari uji coba instrumen penguasaan materi membangun jarinagan komputer maka dibuat kisi-kisi seperti pada table diatas. Berdasarkan kisi-kisi tersebut, tes yang diberikan kepada peserta didik berbentuk tes objektif. Selanjutnya, item instrumen penguasaan materi jaringan komputer,

diuji validitasnya dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total. Untuk keperluan ini digunakan rumus korelasi Product Moment.

2) Reliabilitas Instrumen Penguasaan Materi Untuk mendapatkan instrumen hasil belajar yang memenuhi syarat reliabilitas, maka peneliti menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan rumus Alpha (Usman, 2006:291), pengukuran koefisien reliabilitasnya hasil belajar digunakan rumus koefisien Alpha dengan rumus sebagai berikut:

Dimana:

r11= Nilai reliabilitas k = Jumlah item i= Jumlah varian skor tiap-tiap item St = Varians total Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila koefisien reliabilitasnya

mendekati nilai 1,00. Menurut Ary (1985) jika koefisien reliabilitas mendekati 1,00 maka instrumen itu mempunyai reliabilitas tinggi dan sebaliknya jika koefisien reliabilitas menjauh dari 1,00 maka instrumen itu mempunyai reliabilitas rendah. Koefisien reliabilitas mendekati 1,00 atau instrumen itu mempunyai koefisien reliabilitas berada di antara 0,60 dan 1,00 (koefisien reliabilitas > 0,60) maka suatu alat ukur dinyatakan reliabel dan jika instrumen itu mempunyai koefisien reliabilitas < 0,60 maka suatu alat ukur dinyatakan tidak reliabel (Gay,

1981). Pernyataan di atas dapat dijadikan standar angka minimal oleh peneliti ntuk ukuran reliabilitas instrumen.

b. Instrumen Etos Kerja Praktik Untuk mengetahui etos kerja yang dimilki peserta didik, peneliti bekerja sama tim ahli psikologi yang berkompeten untuk melakukan tes etos kerja praktik jaringan komputer. Kerja sama peneliti dengan tim ahli Psikologi bertujuan untuk memperoleh hasil pengukuran tes bakat mekanik yang dapat dipertanggungjawabkan kredibilitas dan validitasnya.

5.

Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data penguasaan materi dilakukan

dengan memberikan tes tertulis dengan bentuk soal objektif kepada peserta didik yang terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok yang menggunakan model pembelajaran iteam teaching dan kelompok yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Tes objektif bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik tersebut menguasai materi yang diberikan oleh instruktur.

6.

Analisis Data Dalam penelitian eksperimen yang mempunyai tiga hipotesis ini, peneliti

mencari jawaban hipotesis antara lain (1) pengaruh variabel bebas kesatu terhadap variabel tergantung, (2) pengaruh variabel bebas kedua terhadap variabel tergantung, (3) interaksi antara variabel bebas kesatu dan variabel bebas kedua terhadap variabel tergantung, dengan demikian pada penelitian ini peneliti

menggunakan teknik analisis ANOVA (Analysis of Variance) duajalur dengan 2x3 faktorial (Ary,1985), dan mengunakan uji Scheffe untuk mengetahui uji beda dalam kelompok. Sebelum data penelitian tersebut ditabulasi dengan menggunakan teknik analisis ANOVA (Analysis of Variance) perlu terlebih dahulu data tersebut diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levene Test. kedua hal tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam menganalisis suatu data yang akan ditabulasikan dengan ANOVA (Analysis of Variance).

J.

DAFTAR RUJUKAN Anoraga, Drs. Pandji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ary, D., Jacobs, L. C. & Razavieh, A. 1985. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional. Harjati, Purwiro, 2007. Media Pembelajaran.(online), (http://www.solidpdf.com/buy.htm to remove this restriction). Diakses 10 November 2010. Hornby, A S. 1995. Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English(5th ed.). Great Britain: Oxford University Press. Malau, Judika. 2009. Etos Kerja. (online). (http://www.putra-putriindonesia.com/pengertian-etos-kerja.html). Diakses 10 November 2010.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Team Teaching. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Diakses tanggal 9 November 2010. Setyosari Punaji dan Sihkabudin. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas. Sukmadinata, nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai