Anda di halaman 1dari 10

2011 Pembangunan Pipa Gas, Wajo Hingga Makassar

DITULIS OLEH IQBAL RABU, 19 JANUARI 2011 13:06


PEMAPARAN DARI SALAH SEORANG TIM BBG UNTUK JALUR YANG AKAN DI GUNAKAN PADA PEMBANGUNAN PIPA GAS, YANG RENCANANNYA AKAN MENGGUNAKAN JALUR TRNSMISI PLN.

Makassar, KM-- Sebentar lagi Sulsel akan menjadi provinsi yang industrinya akan digerakkan oleh Gas sebagai bahan bakar utama. Artinya, semua industri di Sulsel nantinya menggunakan gas sebagai bahan bakar. Hal tersebut dikatakan Andri, salah satu tim dari PT.Bayu Buana Gemilang (BBG) saat melakukan pemaparan mengenai rencana pembangunan pipa gas di depan Gubernur dan para SKPD di ruang kerja kantor Gubernur Sulsel, Selasav(18/1). Rencananya pipa gas akan dimulai di daerah Wajo hingga ke Makassar. Proyek pembangunan pipa gas ini dijadwalkan akan dimulai tahun 2011, dan ditargetkan selesai dalam waktu 30 minggu. Andri juga menjelaskan jalur yang akan digunakan adala jalur transmisi PLN, pembangunan ini dilihat BBG karena adanya potensi gas yang cukup besar yang bisa dimanfaatkan Sulsel, yaitu sekitar 70 MMSCFD. Hal tersebut diharapkan nantinya akan menggerakkan Makassar dan daerah lain untuk mengembangkan industri gas. Sementara Gubernur menilai pembangunan tersebut jangan sampai hanya untuk kepentingan pihak-pihak yang inginkan keuntungkan sajah. " Kekayaan alam yang dimiliki Sulsel itu harus dinikamti oleh rakyat jangan hanya industri-industri sajah," ungkap Sahrul. Gubernur Sulsel juga ini menambahakan kedepan energi di Sulsel akan ditambah sekita

SULSEL JAJAKI PENGEMBANGAN PIPA GAS UNTUK INDUSTRI


Selasa, 18 Januari 2011 16:05

Makassar,FaktaPos.com-Untuk mengembangkan perindustiran dan investasi, pemerintah provinsi Sulawesi Selatan mencoba menjajaki pengembangan pipa gas WajoMakassar, dimana sebelumnya pemprov Sulsel meminta jatah eksploitasi gas alam Sengkang, di Kabupaten Wajo sebanyak 40 Million Metric Standard Cubic FeetperDay (MMSCFD) atau sebanyak 40 Juta metric kubik per hari dalam bentuk gas cair untuk itu dibutuhkan penyaluran melalui pipa penyalur gas. Maka pihak Pemprov Sulsel mencoba melihat prospek pengembangan jalur pipa gas yang ditawarkan oleh PT. Bayu Buana Gemilang. Dimana hal ini berdasarkan potensi gas yang dimiliki oleh Kabupaten Wajo yang dapat dikelola dan dikembangkan untuk pengadaan gas dibeberapa kawasan industri seperti untuk industri Semen Tonasa di Pangkep, PLTD Suppa di Pinrang, PLTU Tello dan Kawasan Industri Makassar serta industri lain yang ada di Sulsel yang membutuhkan gas. Namun Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo berharap jika pengembangan ini berjalan maka perlu memperhatikan pula pengaadan gas yang bukan cuman diperuntukkan bagi industri tetapi juga masyarakat terkhususnya bagi skala rumah tangga. Pengelolaan kekayaan alam hendaklah digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyat maka pengembangan ini hendaklah tidak menguntungkan segelintir orang saja tapi seluruhnya untuk kepentingan masyarakat Sulsel khususnya tutur Syahrul Yasin Limpo di ruang kerjanya saat dilakukan persentase rencana pola pengembangan gas di Sulsel, Selasa(18/1). Pengembangan pipa gas ini masih dalam tahap perencanaan dimana penyaluran pipa yang akan dikembangkan melalui Jalur ROW jaringan listrik PLN sejauh 197 Km melalui beberapa kabupaten yakni Sidrap, Barru, Pare-pare, Pangkep dan Maros yang akan digunakan untuk penyaluran pipa kesejumlah industri serta menyokong suplai kapasitas listrik di Sulsel. Dimana untuk total investasi yang ditawarkan yakni 123.530.000 US$ dimana pada pengelolaannya melibatkan pihak provinsi yang bekerjasama dengan pihak swasta dengan jangka waktu pembangunan pipa ditargetkan rampung dalam 33 minggu. (Ija/afn)

Sulsel Bangun Industri Gas Cair di Wajo


Tribun Timur - Rabu, 20 April 2011 21:05 WITA Share|

Berita Terkait

Kota Gas Wajo Menunggu Lelang Infrastruktur

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan membangun industri gas cair di kawasan kota gas Sengkang, Kabupaten Wajo. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Rabu, menyebut keberadaan gas cair bisa dimanfaatkan langsung masyarakat. "Masih mencari waktunya, kapan presiden melakukan peletakan batu pertama," katanya kepada Antara. Menurut dia, pemanfaatan gas alam Sengkang sudah dinikmati masyarakat setempat. Syahrul menjelaskan, proses LNG gas menjadi gas cair menggunakan teknologi yang pertama di dunia untuk itu, serta pertama dioperasikan di Indonesia. Pemanfaatan gas bumi untuk konsumsi masyarakat sudah menjangkau sekitar 4.000 rumah tangga khusus di kota Sengkang, serta mampu memenuhi kebutuhan untuk daerah sekelilingnya. Pencanangan Sengkang sebagai proyek pertama kota gas, merupakan langkah awal dari gagasan Syahrul yang menginginkan agar kota-kota di Sulsel dapat menikmati gas sampai tingkat rumah tangga. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh saat berkunjung ke Sulsel, mengatakan program distribusi gas bumi rumah tangga salah satu program prioritas nasional yang bertujuan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). Program pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga sendiri, dibangun di kota-kota atau daerah yang dekat dengan sumber gas bumi dan memiliki jaringan transmisi. Manfaat lain dari adanya pasokan gas untuk skala rumah tangga akan mengurangi beban pengeluaran rakyat karena dibanding penggunaan gas elpiji pemanfaatan kota gas relatif jauh lebih murah dan lebih aman. (*)

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH GAS BUMI ENERGI EQUITY EPIC (SENGKANG) PTY. LTD KABUPATEN WAJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak pembangunan yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagaian penduduk dunia, terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang meningkat. Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karena itu, pembangunan sektor industri sering mendapat prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional bagi kebanyakan negara berkembang (Ginting 2007:11). Proses industrialisasi merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang telah memberi sumbangan berharga dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga diharapkan menjadi penggerak utama atau tulang punggung pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan industri yang relatif cukup pesat, membawa konsekuensi terhadap semakin menipisnya sumber daya alam yang mempunyai daya dukung yang terbatas, serta menurunkan kualitas lingkungan sebagai akibat pencemaran yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, dampak terhadap komponen lingkungan fisik, kimiawi dan biologis perlu diantisipasi secepat mungkin. Perkembangan industri yang semakin meningkat dewasa ini, tentu saja akan menambah jumlah limbah yang dihasilkan, baik volume maupun jenisnya. Disisi lain, kemampuan alam untuk menerima limbah tersebut memiliki keterbatasan. Menurut Sugiharto (2005:1-2), limbah dapat berupa padat (solid waste), limbah cair (liquid waste), maupun limbah gas (gaseous waste). Ketiga jenis limbah ini dapat dikeluarkan sekaligus oleh suatu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses yang ada di perusahaan itu. Kondisi ini memperburuk kualitas lingkungan yang ada di sekitar lokasi industri sebagai akibat tercemarnya lingkungan dan tentunya bertentangan dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, limbah sebagai produk samping dari aktivitas industri harus dikelola dengan baik, sehingga tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat dan sekitarnya.

Dalam usaha meningkatkan kualitas lingkungan sebagai akibat dampak dari pengoperasian industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd maka diperlukan upayaupaya secara sistematis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi karyawan melalui pendidikan dan pelatihan khususnya pengelolaan lingkungan ataupun pendidikan dan pelatihan tentang konservasi lingkungan. Harapannya adalah dengan meningkatnya pengetahuan tentang pengelolaan lingkungan dapat meminimalisir dampak negatif dari pengelolaan limbah yang ditimbulkan dari pengopersian industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondidsi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Salah satu contoh adalah keracunanmercury yang terjadi pada penduduk di sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dengan alasan tersebut interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat. Menurut Moeller (dalam Mulia 2005:2), kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia. Sedangkan Notoatmojo (dalam Mulia 2005:2) menyatakan bahwa kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Undang-undang RI No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian faktor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Mulia (2005:4) menyatakan bahwa kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia tersebut terpapar (exposed)terhadap faktor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya.
Penelitian tentang pengelolan limbah gas bumi Industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd sangat penting dilakukan karena, dapat dijadikan bahan acuan untuk memberikan pemahaman pada masyarakat terhadap pengelolaan limbah hasil kegiatan industri Energi Equity Epic Pty Ltd Sengkang.

Namun demikian, Keberadaan industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd tentu saja mempengaruhi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat karena adanya bau yang ditimbulkan dari kegiatan yang dilakukan. Bau yang tercium berasal dari areal di sekitar sumur gas dan di sekitar pusat pemrosesan gas, kira-kira radius normalnya 500 m2. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan, serta mengendalikan pencemaran. Disamping itu, lingkungan hidup yang rusak atau terganggu keseimbangannya, perlu direhabilitasi agar kembali berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan memberi manfaat bagi kesejahteraan umat manusia. Sebagai wujud dan tanggung jawab pemerintah Indonesia terhadap peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup, telah tertuang di dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (Peraturan perundang-undangan Menteri Lingkungan Hidup jilid 1:2).
Salim (dalam Erwin 2008:52) menyatakan bahwa, sehubungan dengan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui maka, pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui perlu memperhitungkan hal-hal sebagai berikut; (1) segi keterbatasan jumlah dan kualitas sumber alam, (2) lokasi sumber alam serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan masyarakat dan pembangunan daerah, (3) penggunaan

sumber daya alam yang tidak boros, dan (4) dampak negatif pengolahan berupa limbah dipecahkan secara bijaksana termasuk kemana membuangnya dan sebagainya. Kabupaten Wajo memiliki sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia. Salah satu sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Wajo adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui berupa gas pelaksanaan bumi yang terletak di Kecamatan Gilireng yang

eksploitasinya dilaksanakan oleh industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd. Dengan adanya eksploitasi/kegiatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, dan pada sisi usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat terlaksana. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan adanya keluhan masyarakat berupa bau yang ditimbulkan dari kegiatan operasional industri tersebut. Hasil kegiatan industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd diharapkan dapat memahami dan mengidentifikasi resiko sedini mungkin, menetapkan cara-cara penilaian dan pengendalian bahaya yang ada dan yang baru, maka kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan dan manfaat industrialisasi dapat diperoleh tanpa mengakibatkan terjadinya degradasi kesehatan manusia dan lingkungan.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana sistem pengelolaan limbah gas dan limbah cair gas bumi pada industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. LtdKabupaten Wajo dilihat dari sisi peningkatan kualitas Lingkungan? 2. Upaya apa yang dilakukan pada industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan? 3. Upaya apa yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo bersama industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah gas dan limbah cair gas bumi pada industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. LtdKabupaten Wajo dilihat dari sisi peningkatkan kualitas lingkungan. 2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan. 3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo bersama industri Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Memberi informasi kepada masyarakat tentang sistem pengelolaan limbah gas dan limbah cair gas bumi Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd Kabupaten Wajo dilihat dari sisi peningkatan kualitas lingkungan.

2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang upaya yang dilakukan Energi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan. 3. Memberi informasi kepada masyarakat tentang upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo bersama industriEnergi Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd dalam pelestarian lingkungan. 4. Memberi masukan pemerintah daerah Kabupaten Wajo dalam hal ini instansi yang terkait agar tetap menjaga kualitas lingkungan. 5. Sebagai bahan informasi peneliti selanjutnya.

Wajo akan Miliki Tiga Industri Kelapa Sawit


Kamis, 24 Maret 2011 21:29 WITA | Ekonomi | Dibaca 155 kali

Makassar (ANTARA News) - Kabupaten Wajo, Sulsel akan memiliki tiga industri kelapa sawit dengan nilai investasi sebesar Rp1,7 triliun. Bupati Wajo Burhanuddin Unru di Makassar, Kamis, mengatakan, pemerintah kabupaten dan provinsi segera memberikan rekomendasi kepada tiga investor industri kelapa sawit tersebut. "Sekarang dalam tahapan pemantapan dan berdiskusi dengan masyarakat. Masing-masing kita berikan lokasi 10 ribu sampai 15 ribu hektare," ujarnya yang menargetkan industri tersebut dapat beroperasi pada 2012. Tahapan pertemuan dengan masyarakat dilakukan karena status lokasi lahan pembangunan industri.

"Dulu banyak yang menguasai tapi tidak punya Hak Guna Usaha (HGU) atau sudah tidak berlaku lagi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 11/2010 lahan yang terlantar dapat dimanfaatkan pemerintah. Tapi tetap kita undang masyarakat untuk negosiasi," jelasnya. Dua dari tiga industri tersebut, lanjutnya juga telah menyelesaikan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).

Selain tiga industri kelapa sawit tersebut, akan dibangun pula pabrik gula tebu. "Mudah-mudahan Wakil Presiden Boediono dapat melakukan peletakan batu pertamanya," tambahnya. PT Intaran Surya Agri adalah satu perusahaan yang akan membangun industri kelapa sawit dengan luas lahan 15 ribu hektare dan nilai investasi sebesar Rp500 miliar dengan kapasitas produksi 6000 ton per hari.(T.KR-RY//S016)

Ini adalah sepenggal kisah, bagaimana manajemen sebuah perusahaan harus pontang-panting menyelamatkan perusahaan dari serbuan massa yang diakibatkan oleh memuncaknya emosi dari masyarakat yang sebenarnya muaranya adalah akibat kebijakan pemerintah pusat yang kadang kurang cermat dalam mengambil keputusan yang berlaku untuk jangka panjang. Adalah PT Energy Equity Epic Sengkang (EEES), pemasok utama LNG, bahan gas untuk industri pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) atau yang lebih dikenal dengan PT. Energy Sengkang ke jaringan sistem pembangkit di PLN wilayah Sulselbarat yang berkedudukan di Kab. Wajo Sulawesi Selatan. Dua perusahaan industri hilir dan hulu ini 100 % sahamnya dikuasai oleh Energy Equty World PTY Ltd, koorporasi bidang ekplorasi energi yang berkantor pusat di Western Australia.

Perkara bermula dari persoalan Dana Bagi Hasil yang tidak pernah diterima oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo dari hasil produksi PT. EEES dimana perusahaan itu beroperasi dan mengeksploitasi sumber daya alam gas. Dengan sebutan daerah penghasil migas, Wajo mestinya sudah mendapat berkah bagian dari perimbangan keuangan pusat dan daerah, sejak perusahaan itu menghasilkan. Namun hingga kini tak sepeserpun dana bagi hasil diterima oleh Kabupaten Wajo karena sebelum 2008, KKKS bersangkutan belum recovery segala biaya, selain itu dengan harga gas kontrak yang cukup panjang dan harga yang kurang bersaing mengakibatkan penghasilan pemerintah sebelum pajak lebih kecil daripada pajak yang dibebankan. Berita sedih terjadi pada 26 April 2010, ujar sebuah sumber dari pihak BPMigas, dan ketika Energi mengkonfirmasikannya kepada Andi Riyanto Facilities & Engineering Manager PT. EEES, pengalaman itu dibenarkannya, dimana ia turut menghadapi huru-hara itu, ujarnya kepada Energi barubaru ini di Hotel Clarion-Makassar. Demo ini merupakan akumulasi dari kegeraman pemerintah (Bupati Wajo) karena tuntutannya untuk mendapatkan bagi hasil migas tak kunjung terwujud. Semangat Bupati untuk meningkatkan pendapatan daerah memang sangat getol. Targetnya bukan hanya mendapat dari Pajak, dan CSR saja tapi lebih utamanya bagaimana meningkatkan pendapatan daerah melalui dana bagi hasil migas dimana dana bagi hasil Wajo selama ini masih nol (0). Bupati berpikir perusahaan sudah sekian belas tahun beroperasi di wilayahnya tapi kok daerah tidak mendapat dana perimbangan dari hasil ekploitasi walaupun penjualan gas yang rutin bahkan pada 10 tahun operasi pertama penjualan produksi terus meningkat. Sampai pada suatu saat Bupati sempat berang, dikatakannya jika hanya mengeksplotasi Wajo ya kami tutup saja. Kegeraman itu mencuat, permasalahan segera ditangani oleh BPMigas melalui program sosialisasi UU No. 33 PKPD dan UU 22/2001 tentang Migas yang dihadiri Wakil Bupati, Dinas Pendapatan maupun Dinas Pertambangan, Staf Ahli Bupati Khusus Bidang Migas. Di sisi lain Pemkab juga terus berjuang ke DPR, Komisi VII, DPD, Kementrian Keuangan, BPMigas, Ditjen Migas tetapi sepertinya semua langkah belum menemukan titik terang. Akhirnya Energi Equity digoyang, Tanggal 26 April perusahaan di demo di lapangan, mereka memberi waktu hingga batas 29 April 2010 menutut agar semua pihak yang terkait, Depkeu, ESDM, BPMigas dihadirkan di Lapangan di Kampung Baru untuk menyelesaikan masalah itu. Kata mahasiswa yang berorasi ~ kalau tuntutan tidak dipenuhi kami akan duduki dan kami tutup fasilitas produksi ~ cerita Andi. Waktu sesingkat itu mustahil bagi EEES dan BPMigas memenuhi tuntutan, pihaknya minta waktu tetapi teman-teman mahasiswa sudah hilang kepercayaan, mereka minta harus tanggal 29. Benar saja pada tanggal 29 April fasilitas produksi diduduki kami saat itu masih beroperasi, jadi yang sedang bekerja tidak boleh off yang di camp tidak boleh naik. Waktu itu dari BPMigas yang datang dua orang yaitu perwakilan dari BPMigas KalSul dan satu orang dari BPMigas Pusat. Tanggal 30 April demo makin keras diiringi ancaman, sampai kemudian pada tanggal 1 Mei (MayDay) ada mobilisasi massa yang terdiri dari para pemburu babi, termasuk warga dari kecamatan yang berada di luar wilayah operasi EEES. Lucunya kendaraan-kendaraan pengangkut logistik untuk para demonstran seperti tenda dan lain-lain adalah kendaraan berplat merah bertuliskan Dinas Sosial. Suasana sungguh mencekam, kalau polisi sampai bertindak represif saja bsa-bisa terjadi bentrok, apalagi jumlah polisi kalah banyak dengan massa demontran. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan EEES minta bantuan ke Polwil Bone untuk melakukan pengamanan, sebanyak 2 kompi Brimob dengan 100-an personil akhirnya datang setelah massa menduduki fasilitas produksi. Tepat pukul 5 pagi, seijin Kepala Pengendalian Operasi BPMigas, karena nyawa terancam kami diijinkan untuk menutup gasport, pagi jam 05.00 WITA terakhir kami mobilisasi teman-teman keluar dari in desk plan pakai mobil brimob dan mengevakuasi pekerja ke tempat yang lebih aman. Imbas dari mandeknya suplai gas menyebabkan pembangkit tak dapat beroperasi, PLN sebagai pembeli listrik Sengkang kehilangan daya hingga 195 MW atau kira-kira sepertiga pasokan normal per hari. Pemadaman yang semula dapat dilokalisasi di lima kabupaten akhirnya melebar ke mana-mana hingga Makassar. Gas kami memang 100 persen dibeli IPP jadi pada waktu itu PLN Bakaru sedang over all, dengan adanya penghentian produksi langsung mengalami defisit 300 Megawatt, dengan kehilangan daya sebesar itu, jangankan kabupaten di sekitar Makassar di Makassarnya sendiri saja separoh mati. Wajo pada hari itu semua mati total, biasanya Wajo itu mati bergilir, tapi hari itu mati seluruhnya 24 jam. Akibat mati lampu sepanjang hari, masyarakat yang tidak mengetahui adanya aksi demo ke EEES berbondong-bondong ke kantor Bupati, mereka marah karena kantor dan rumah jabatan bupati tidak mati lampu karena memang menggunakan genset. Menginap di Polres Malam itu juga pukul 11.00, Bupati yang baru tiba dari Jakarta memanggil Perwakilan EEES dan Perwakilan BPMigas, Saya ditemani operasi manager dan dua orang perwakilan BPMigas Pusat datang ke kantor Bupati, hadir pula Kapolres serta beberapa anggota DPRD untuk negosiasi, bupati menyampaikan semua unek-uneknya. Bahkan karena ada penyampaian yang kurang berkenan dari BPMigas, Bupati sempat marah sehingga malam

itu kami sempat mau disandera, selanjutnya mengingat kondisi yang kurang kondusif di kota, bupati menyarankan kami untuk tidak menginap di Sengkang ~Sengkang biasanya aman tapi malam ini tidak aman saya tidak jamin keamanan kalian kalau menginap di Sengkang~ begitu kata Bupati. Akhirnya kami menginap di Polres tapi waktu itu ada perintah dari Jakarta dari Pak Agus Suryono (BPMigas) kepada Kapolres bahwa dua orang itu kan pejabat negara usahakan keluar dari Sengkang sesegera mungkin, jadi masing-masing dikawal 2 orang Brimbob ke Makassar langsung kembali ke Jakarta. tutur Andi. Itulah pengalaman yang mestinya bisa dijadikan pelajaran bagi pemerintah (pusat) dalam mengambil sebuah kebijakan, karena salah mengambil kebijakan maka yang dirugikan adalah bangsa sendiri. Energi AntarNusa/Jose Rizal D

Bupati Wajo Deadline 3 Bulan


Saat berdialog Bupati Wajo, Drs H Andi Unru MM menjelaskan, aksi pendudukan warga atas PT EEES di Sengkang, merupakan akumulasi dari berbagai tuntutan kepentingan masyarakat. Bupati berharap, agar tiga bulan kedepan, telah ada realisasi atas komitmen bersama dengan PT EEES. ''Kami berharap ada gambaran yang nyata atas komitmen dalam waktu tiga bulan kedepan. Itu penting, demi memuaskan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan,'' harapnya. Mereka mengharapkan adanya kontribusi signifikan dari PT EEES kepada masyarakat Wajo. Selama 13 tahun beroperasi, rakyat hanya menjadi penonton atas eksploitasi gas dari perut bumi Wajo. Kekayaan alam yang begitu besar yang terkandung dalam perut bumi, dalam pandangan masyarakat, ternyata tidak berdampak apa-apa bagi peningkatan kesejahteraan mereka. Sebenarnya, hal itu telah diperjuangkan secara intensif Pemda, termasuk DPRD Wajo dengan para pengambil kebijakan di tingkat pusat, namun tak membuahkan hasil memadai. ''Tuntutan kita, selalu menghasilkan nol rupiah. Itu terjadi, karena parameter perhitungan yang digunakan pihak perusahaan, memang tidak berpihak kepentingan daerah penghasil gas,'' tegas Andi Unru. Hingga saat ini, lanjut Bupati, seluruh jajaran pimpinan Daerah telah melakukan upaya konstruktif yang sungguh-sungguh untuk memulihkan situasi dan kondisi daerah. Tujuannya, agar dapat mewujudkan kembali iklim kondusif bagi berjalannya proses pemerintahan seperti sedia kala. Pendekatan kepada seluruh komponen masyarakat telah dilakukan untuk meredam gejolak. Terutama dalam penyelamatan dan pengamanan instalasi vital yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak seperti PT EEES. Pemkab juga memandang, perlunya dilanjutkan pembicaraan intensif dengan seluruh pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan, yang diarahkan untuk memperbaharui komitmen antara PT EEES dengan Pemda. Tujuannya, untuk menegaskan kembali kompensasi bagi hasil 112%, sebagaimana tertuang dalam pasal 11 ayat (3) dan Pasal 14 huruf (f) UU Nomor 33/2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sudah saatnya, Pemda dan pengusaha lokal diikutsertakan dalam setiap proses penentuan kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan mereka sendiri. Dengan demikian, akan tumbuh sinkronisasi dan kesepahaman yang baik, terutama bagi kepentingan masyarakat. LIMIT Harap Kesepakatan Direalisasikan Terkait dengan kasus PT EEES, A Rafiuddin, Ketua DPD Lembaga Investigasi dan Monitoring (LIMIT) Wajo menilai, terjadinya kekisruhan di Wajo, akibat royalti atau bagi hasil yang pernah dibicarakan beberapa waktu lalu dan dihadiri BP Migas antara PT EEES dan Pemda Wajo tidak terealisasi. ''Seharusnya kesepakatan itu direalisasikan, tanpa harus menunggu gejolak,'' tandas Rafiuddin. Terus terang, masyarakat sekitar industri gas itu, selama ini cukup bersabar terhadap berbagai janji. Belum lagi, pada kontrak karya yang tidak menyebutkan atas pemberdayaan masyarakat sekitar industri. Seharusnya ini menjadi perhatian Bapepam. Dimana PT EEES merupakan perusahaan Tbk yang profit oriented, sehingga sebagai suatu badan usaha, wajib profesional dan eksistensinya harus dipertahankan demi kemaslahatan rakyat, khususnya di Wajo. Disisi lain, idealnya Pemda Wajo, juga memahami, bahwa selain gas, juga listrik diharapkan tetap eksis. Meskipun, kesepakatan atas royalti/pembagian hasil belum finis. Kita berharap tidak menimbulkan kerugian bagi pelanggan PLN akibat terjadinya

pemadaman. Pertimbangannya, bagaimanapun juga, pemahaman masyarakat akibat pemadaman, bukanlah tanggung jawab PT EEES, tetapi tak lain tanggung jawab PLN yang tentunya memiliki tanggung jawab moril atas ketersediaan tenaga listrik yang berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL). Solusi yang ditawarkan, DPRD Wajo, Pemda maupun masyarakat Wajo agar dapat mawas diri dan tenang dalam bersikap. Perlu pula, mencermati lebih dalam terhadap makna filosofi UU No 30 tentang ketenagalistrikan. (arf-bah)

Anda mungkin juga menyukai