Anda di halaman 1dari 13

CARA BERZIARAH KUBUR SESUAI TUNTUTAN NABl SAW

ADAKAH WAKTU-WAKTU TERTENTU (KHUSUS) UNTUK BERZIARAH ? Ziarah Kubur dapat dilakukan kapan saja, tidak ada waktu yang khusus dan tidak boleh (tidak layak) dikhususkan untuk itu, baik pada bulan syaban, syawal maupun waktu-waktu yang lainnya. Hal ini karena tidak adanya dalil yang menunjukkan tentang adanya waktu khusus atau afdhal (paling baik) untuk berziarah kubur. Ketika Syaikh Doktor Sholeh bin Fauzan Al-Fauzan ditanya tentang waktu/hari yang afdhal untuk berziarah, beliau berkata : Tidak ada waktu khusus dan tidak ada waktu tertentu untuk berziarah kubur. Lihat Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Sholih Al-Fauzan : 2/166. FAIDAH ZIARAH KUBUR a. Bagi yang berziarah Faidah yang bisa dipetik dan hasil yang akan didapatkan oleh orang yang berziarah kubur, antara lain : 1. Memberikan nasehat bagi dirinya. 2. Mengingatkannya kepada kematian, balasan dan hari kiamat. 3. Menambahkan kebaikan baginya. 4. Mengambil pelajaran. 5. Melunakkan (melembutkan) hati. 6. Menjadikannya zuhud terhadap dunia dan tamak terhadap kebaikan hari akhirat. Semua hal tersebut di atas ditunjukkan oleh hadits-hadits Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam :

Sesungguhnya aku pernah melarang kalian dari berziarah kubur maka (sekarang) ziarahilah kubur sebab ziarah itu akan mengingatkan kalian terhadap hari akhirat dan akan menambah kebaikan pada diri kalian. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadits Buraidah bin Al-Hushoib (5/350, 355, 356 dan 361). Dalam riwayat yang lain dari Abu Said Al-Khudry radhiyallahu anhu : Halaman 1 dari 13

Sesungguhnya pada ziarah itu terdapat pelajaran. Diriwayatkan oleh : Ahmad (3/38, 63, 66), Al-Hakim (1/374-375) dan Al-Baihaqy (4/77) dari jalan AlHakim. Dalam riwayat yang lain dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu :

Sesungguhnya ziarah itu akan melunakkan hati, mengundang air mata dan mengingatkan pada hari kiamat. Diriwayatkan oleh Al-Hakim (1/376). b) Bagi Penghuni Kubur Penghuni kubur akan mendapatkan manfaat dari ziarah kubur dengan adanya salam yang ditujukan padanya yang isinya adalah permohonan keselamatan baginya, permohonan ampunan dan rahmat baginya. Semua hal ini hanya bisa didapatkan oleh seorang muslim. (Disebutkan oleh Syaikh AlAlbany dalam Ahkamul Janaiz : 239). Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullahu taala : Pasal : Tentang Petunjuk Nabi shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam dalam ziarah kubur : Adalah beliau shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam jika menziarahi kubur para shahabatnya beliau menziarahinya untuk mendoakan mereka dan memintakan rahmat dan pengampunan bagi mereka. Inilah bentuk ziarah yang disunnahkan bagi ummatnya dan beliau syariatkan untuk mereka dan memerintahkan mereka jika menziarahi kuburan untuk mengatakan :

Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum muminin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian. (Disebutkan dalam Kitab Zadul Maad karya Ibnul Qoyyim). APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN OLEH PEZIARAH KUBUR/(TATA CARA) ZIARAH Yang dilakukan oleh seorang peziarah adalah : 1. Memberi salam kepada penghuni kubur (muslimin) dan mendoakan kebaikan bagi mereka. Halaman 2 dari 13

Diantara doa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam kepada ummatnya yang berziarah kubur :

Artinya : Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum muminin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami Insya Allah akan menyusul kalian kami memohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan bagi kalian. Diriwayatkan oleh Imam Muslim 975, An-Nasa`i 4/94, Ahmad 5/353, 359, 360.

Keselamatan atas penghuni kubur dari kaum muminin dan muslimin mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang terdahulu dari kita dan orang-orang belakangan dan kami Insya Allah akan menyusul kalian. 2. Tidak berjalan di atas kuburan dengan mengenakan sandal. Hal ini berdasarkan hadits Basyir bin Khashoshiah :

Ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam sedang berjalan, tiba-tiba beliau memandang seorang laki-laki yang berjalan diantara kubur dengan mengenakan sandal, maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam bersabda : Wahai pemilik (yang memakai) sandal celakalah engkau lepaskanlah sandalmu. Maka orang itu memandang tatkala ia mengetahui Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam ia melepaskan kedua sandalnya dan melemparkannya. Diriwayatkan oleh Abu Daud 2/72, An-Nasa`i 1/288, Ibnu Majah 1/474, Al-Hakim 1/373 dan dia berkata : Sanadnya shohih, dan disepakati oleh Adz-Dzahaby dan dikuatkan (diakui) oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar (Fathul Bary 3/160). Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar : Hadits ini menunjukkan makruhnya berjalan diantara kuburan dengan sandal (Fathul Bary 3/160). Berkata Syaikh Al-Albany : Hadits ini menunjukkan makruhnya berjalan di atas kuburan dengan memakai sandal. Lihat Ahkamul Janaiz 252). 3. Tidak duduk atau bersandar pada kuburan. Hal ini berdasarkan hadits Abu Marbad radhiyallahu anhu dari Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam : Halaman 3 dari 13

Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan melakukan shalat padanya. Dikeluarkan oleh Imam Muslim 2/228. Dan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam bersabda :

Seandainya salah seorang dari kalian duduk di atas bara api hingga (bara api itu) membakar pakaiannya sampai mengenai kulitnya itu adalah lebih baik daripada dia duduk di atas kuburan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim. 4. Dibolehkan bagi peziarah untuk mengangkat tangannya ketika berdoa untuk penghuni kubur, berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu anha : Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam keluar pada suatu malam, maka aku (Aisyah) mengutus Barirah untuk membuntuti kemana saja beliau (Rasulullah) pergi, maka Rasulullah mengambil jalan ke arah Baqi Al-Garqad kemudian beliau berdiri pada sisi yang terdekat dari Baqi lalu beliau mengangkat tangannya, setelah itu beliau pulang, maka kembalilah Barirah kepadaku dan mengabariku (apa yang dilihatnya). Maka pada pagi hari aku bertanya dan berkata : Wahai Rasulullah keluar kemana engkau semalam ? Beliau berkata : Aku diutus kepada penghuni Baqi untuk mendoakan mereka. Dikeluarkan oleh Imam Ahmad (6/92) dan sebelumnya oleh Imam Malik pada kitabnya (Al-Muwatho` (1/239-240)). 5. Berkata Abdullah Al-Bassam : Tidaklah pantas bagi seseorang yang berada dipekuburan, baik dia bermaksud berziarah atau hanya secara kebetulan untuk berada dalam keadaan bergembira dan senang seakan-akan dia berada pada suatu pesta, seharusnya dia ikut hanyut atau memperlihatkan perasaan ikut hanyut dihadapan keluarga mayat. (Lihat Taudhihul Ahkam 2/564). 6. Menghadap ke kuburan ketika memberi salam kepada penghuni kubur. Hal ini diambil dari hadits-hadits yang lalu tentang cara memberi salam pada penghuni kubur. 7. Ketika mendoakan penghuni kubur tidak menghadap kekuburan melainkan menghadap kiblat. Sebab Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam melarang ummatnya shalat menghadap kubur dan karena doa adalah intinya ibadah, sebagaimana sabda Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam :

Doa adalah ibadah. Halaman 4 dari 13

Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzy (4/178,223) dan Ibnu Majah (2/428-429). HAL-HAL YANG DIHARAMKAN DALAM ZIARAH KUBUR : Macam-macam Ziarah Kubur dan Hal-hal yang diharamkan dalam dalam Ziarah Kubur

Hal ini telah disebutkan oleh Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al-Bassam dalam Kitab Taudhihul Ahkam (2/562-563), bahwa keadaan seorang yang berziarah ada empat jenis, yaitu : 1) Mendoakan para penghuni kubur dengan cara memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala pengampunan dan rahmat bagi para penghuni kubur, dan memohonkan doa khusus bagi yang dia ziarahi dan pengampunan. Mengambil pelajaran dari keadaan orang mati sehingga bisa menjadi peringatan dan nasehat baginya. Inilah bentuk ziarah yang syari. 2) Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala bagi dirinya sendiri dan bagi orang-orang yang dicintainya dipekuburan atau di dekat sebuah kuburan tertentu dengan keyakinan bahwa berdoa dipekuburan atau pada kuburan seseorang tertentu afdhal (lebih utama) dan lebih mustajab daripada berdoa di mesjid. Dan ini adalah bidah munkarah, haram hukumnya. 3) Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan mengambil perantara jah (kedudukan) penghuni kubur atau haknya. Seperti dia berkata : Aku memohon pada-Mu wahai Rabbku berikanlah (sesuatu) dengan jah (kedudukan) penghuni kuburan ini atau dengan haknya terhadap-Mu, atau dengan kedudukannya disisi-Mu ; atau yang semisalnya. Dan ini adalah bidah muharramah dan haram hukumnya, sebab perbuatan tersebut adalah sarana/jalan yang mengantar kepada kesyirikan kepada Allah subhanahu wa ta'ala. 4) Tidak berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala melainkan berdoa kepada para penghuni kubur atau kepada penghuni kubur tertentu, seperti dia berkata : Wahai wali Allah, Wahai Nabi Allah, Wahai tuanku, cukupilah aku atau berilah aku(sesuatu)dan semisalnya. Dan ini adalah syirik Akbar (besar). Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu taala dalam kitabnya Ar-Raddu Alal Bakry hal.56-57, ketika menyebutkan tingkatan bidah yang berhubungan dengan ziarah kubur, kata beliau : Bidahnya bertingkat-tingkat : Tingkatan Pertama (yang paling jauh dari syariat) : Dia (penziarah) meminta hajatnya pada mayat atau dia beristighotsah (meminta tolong ketika terjepit/susah) padanya sebagaimana dilakukan oleh kebanyakan orang terhadap kebanyakan penghuni kubur. Dan ini adalah termasuk jenis peribadatan kepada berhala. Tingkatan kedua : Dia (penziarah) meyakini bahwa berdoa disisi kuburnya mustajab atau bahwa doa Halaman 5 dari 13

tersebut afdhal (lebih baik) daripada berdoa di mesjid-mesjid dan di rumah-rumah. Dan dia maksudkan ziarah kuburnya untuk hal itu (berdoa di sisi kuburan), atau untuk shalat disisinya atau untuk tujuan meminta hajat-hajatnya padanya. Dan ini juga termasuk kemungkaran-kemungkaran yang baru berdasarkan kesepakatan imam-imam kaum muslimin. Dan ziarah tersebut haram. Dan saya tidak mengetahui adanya pertentangan pendapat dikalangan imam-imam agama ini tentang masalah ini. Tingkatan ketiga : Dia (penziarah) meminta kepada penghuni kubur agar memintakan (hajat) baginya kepada Allah. Dan ini adalah bidah berdasarkan kesepakatan para imam-imam kaum muslimin.

Hal-hal yang diharamkan dalam ziarah kubur (Bidah-bidah Ziarah Kubur) : 1. Kesyirikan. Syirik Akbar (besar) sering terjadi dan dilakukan oleh sebagian orang di kuburan. Batasan syirik besar (Asy-Syirkul Akbar) itu sendiri adalah jika seseorang memalingkan satu jenis atau satu bentuk dari jenis-jenis/bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala. Segala itiqod (keyakinan), atau perkataan atau perbuatan yang telah tsabit (kuat) bahwa itu adalah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala, maka memalingkannya kepada selain Allah subhanahu wa ta'ala adalah kesyirikan dan kekufuran. (Lihat : Al-Qaul As-Sadid Syarh kitab At-Tauhid karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sady hal 48). Syirik Akbar (besar) yang mungkin sering terjadi dikuburan adalah : - menyembelih untuk penghuni kubur, - menunaikan nadzar kepadanya, - memberikan persembahan kepada penghuni kubur yang disertai dengan keyakinan dan perasaan cinta dan atau berharap dan atau takut terhadap penghuni kubur, - bertawakkal kepadanya, - berdoa kepadanya, - meminta pertolongan untuk mendapatkan kebaikan (Istianah) atau untuk lepas dari kesulitan (istighotsah) pada penghuni kubur, - thawaf pada kuburan, - dan ibadah lainnya yang ditujukan untuk penghuni kubur. Semua hal tersebut di atas adalah syirik besar dan mengakibatkan batalnya seluruh amalan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman ; setelah menyebutkan tentang para nabi dan rasul-Nya :

Halaman 6 dari 13

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.(Q.S. Al-Anam : 88). Tidak ada seorangpun yang beramal seperti amalannya para nabi dan rasul, sebab merekalah orangorang yang paling tahu tentang Allah dan paling taqwa kepada-Nya, tetapi Allah subhanahu wa ta'ala tetap menyatakan bahwa seandainya mereka berbuat kesyirikan maka akan sirna/lenyap semua apa yang mereka kerjakan. Seperti juga firman Allah subhanahu wa ta'ala yang lainnya :

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur. (Q.S. Az-Zumar : 65-66). Dan ayat-ayat di atas menggambarkan tentang begitu berbahayanya syirik tersebut dan begitu sesatnya manusia jika terjatuh ke dalam kesyirikan tersebut. Sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :

Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Q.S. An-Nisa : 48) dan firman Allah subhanahu wa ta'ala :

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (Q.S. An-Nisa : 116). dan firman Allah subhanahu wa ta'ala :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) Halaman 7 dari 13

adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S. Luqman : 13). 2. Duduk di atas kuburan, sebagaimana penjelasan yang lalu dalam tata cara ziarah kubur. 3. Shalat menghadap kuburan, Point 2 dan 3 berdasarkan sabda Nabi shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam :

Janganlah kalian shalat menghadap kuburan dan jangan pula kalian duduk di atasnya. Diriwayatkan oleh Imam Muslim 3/62 dari hadits Abi Martsad Al-Ghanawy. 4. Shalat dikuburan, meskipun tidak menghadap padanya, berdasarkan hadits Abu Said Al-Khudry :

Bumi ini semuanya adalah mesjid (tempat shalat) kecuali pekuburan dan kamar mandi. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy no.317, Ibnu Majah 1/246 no.745, Ibnu Hibban 8/92 no.2321. Dan hadits Anas bin Malik :

Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam melarang dari shalat diantara kuburan. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 4/596 no.1698. Dan Hadits Ibnu Umar :

Lakukanlah di rumah-rumah kalian sebagian dari shalat-shalat kalian dan janganlah menjadikannya sebagai kuburan. H.R. Bukhary no.422. Maksudnya bahwa kuburan tidaklah boleh dijadikan tempat shalat sebagaimana rumah yang dianjurkan untuk dilakukan sebagian shalat padanya (shalat-shalat sunnah bagi laki-laki). Dan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam bersabda : . Halaman 8 dari 13

Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai pekuburan, sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surah Al-Baqarah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim no.780. 5. Menjadikan kuburan sebagai tempat peringatan, dikunjungi pada waktu-waktu tertentu dan pada musim-musim tertentu untuk beribadah disisinya atau untuk selainnya. Berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wa alihi wa sallam bersabda :

Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat peringatan dan janganlah menjadikan rumah kalian sebagai kuburan dan dimanapun kalian berada bersholawatlah kepadaku sebab sholawat kalian akan sampai kepadaku. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 2/367, Abu Daud no.2042. (Lihat : Kitab Ahkamul Jana`iz dan kitab Min Bidail Qubur). 6. Melakukan perjalanan (bersafar) dengan maksud hanya untuk berziarah kubur. Berdasarkan hadits : - Hadits Abu Hurairah dari Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam :

"

Tidaklah (boleh) dilakukan perjalanan (untuk ibadah) kecuali kepada tiga mesjid : Al-Masjidil Haram dan Masjid Ar-Rasul dan Masjid Al-Aqsho. Dikeluarkan oleh Imam Bukhary dan Muslim dengan lafazh safar itu hanyalah kepada tiga mesjid (yaitu) Masjid Al-Kabah dan Mesjidku dan Masjid Iliya`. - Hadits Abu Said Al-Khudry dari Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam : : . Artinya : Tidaklah (boleh) dilakukan perjalanan -dan dalam sebuah riwayat : janganlah kalian melakukan perjalanan- (untuk ibadah) kecuali kepada tiga mesjid : Mesjidku (Mesjid Nabawy), Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsho. Muttafaqun alaihi. 7. Menyalakan lampu (pelita) pada kuburan. Karena perbuatan tersebut adalah bidah yang tidak pernah dikenal oleh para salafus sholeh, dan hal itu merupakan pemborosan harta dan karena perbuatan tersebut menyerupai Majusi (para Halaman 9 dari 13 .

penyembah api). Lihat : Kitab Ahkamul Jana`iz hal. 294. 8. Membaca Al-Qur`an dikuburan. Membaca Al-Qur`an dipekuburan adalah suatu bidah dan bukanlah petunjuk Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam. Bahkan petunjuk (sunnah) Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam adalah berziarah dan mendoakan mereka, bukan membaca Al-Qur`an. Dan hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam bersabda : . Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai pekuburan, sesungguhnya syaithan akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surah Al-Baqarah. Diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 780. Pada hadits ini terkandung pengertian bahwa Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam memerintahkan ummatnya agar membaca Al-Qur`an di rumah-rumah mereka (menjadikan rumahrumah mereka sebagai salah satu tempat membaca Al-Qur`an), kemudian beliau menjelaskan hikmahnya, yaitu bahwa syaithan akan lari dari rumah-rumah mereka jika dibacakan surah AlBaqarah. Dan sebelumnya Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam telah melarang untuk menjadikan rumahrumah mereka sebagai kuburan yang dihubungkan dengan hikmah (illat tersebut), maka mafhum (dipahami) dari hadits di atas adalah bahwa kuburan bukanlah tempat yang disyariatkan untuk membaca Al-Qur`an, bahkan tidak boleh membaca Al-Qur`an padanya. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : Para ulama telah menukil dari Imam Ahmad tentang makruhnya membaca Al-Qur`an dikuburan dan ini adalah pendapat jumhur As-Salaf dan para shahabatnya (Ahmad) yang terdahulu juga di atas pendapat ini, dan tidak ada seorangpun dari ulama yang diperhitungkan mengatakan bahwa membaca Al-Qur`an dikuburan afdhal (lebih baik). Dan menyimpan mashohif (kitab-kitab Al-Qur`an) dikuburan adalah bidah meskipun untuk dibaca dan membacakan Al-Qur`an bagi mayat adalah bidah. Lihat Min Bidail Qubur hal.59. 9. Mengeraskan suara di kuburan. Berkata Qais bin Abbad : Adalah shahabat-shahabat Rasulullah shollallahu alaihi wa alihi wa sallam menyukai merendahkan suara dalam tiga perkara : dalam penerangan, ketika membaca Al-Qur`an dan ketika di dekat jenazah-jenazah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah no.11201. Lihat Min Bidail Qubur hal.88. Catatan: Untuk no.10 dan seterusnya akan disebutkan saja bentuk bidahnya dengan menunjuk rujukannya Halaman 10 dari 13

kalau ada, adapun yang tidak disebutkan rujukannya maka ia masuk ke dalam umumnya perkaraperkara yang bidah karena tidak dicontohkan oleh Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam maupun para shahabatnya walaupun sebab untuk melakukannya ada. Hal ini dilakukan agar tulisan ini tidak menjadi terlalu panjang. Wallahul Mustaan. 10. Memasang payung. Lihat Min Bidail Qubur hal 93-94. 11. Menanaminya dengan pohon dan kembang. 12. Menyiraminya dengan air 13. Menaburkan kembang padanya. 14. Berziarah kubur setelah hari ke-3 dari kematian dan berziarah pada setiap akhir pekan kemudian pada hari ke-15, kemudian pada hari ke-40 dan sebagian orang hanya melakukannya pada hari ke-15 dan hari ke-40 saja. (Kitab Ahkamul Jana`iz). 15. Menziarahi kuburan kedua orang tua setiap hari jumat (kitab Ahkamul Jana`iz). 16. Keyakinan sebagian orang yang menyatakan bahwa : mayat jika tidak diziarahi pada malam jumat maka dia akan tinggal dengan hati yang hancur diantara mayat-mayat lainnya dan bahwa mayat itu dapat melihat orang-orang yang menziarahi begitu mereka keluar dari batas kota. (AlMadkhal 3/277). 17. Mengkhususkan ziarah kubur pada hari Asyura`. (Al-Madkhal 1/290). 18. Mengkhususkan ziarah pada malam nisfu syaban (Al-Madkhal 1/310, Talbis Iblis hal.429). 19. Bepergian ke pekuburan pada 2 hari raya Ied (Iedhul Fithri dan Iedhul Adha). (Ahkamul Jana`iz hal.325). 20. Bepergian kepekuburan pada bulan-bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan (Ahkamul Jana`iz hal.325). 21. Mengkhususkan berziarah kubur pada hari senin dan kamis (Kitab Ahkamul Jana`iz hal.325). 22. Berdiri dan diam sejenak dengan sangat khusyu di depan pintu pekuburan seakan-akan meminta izin untuk masuk, kemudian setelah itu baru masuk ke pekuburan (Ahkamul Jana`iz hal.325). 23. Berdiri di depan kubur sambil meletakkan kedua tangan seperti seorang yang sedang shalat, kemudian duduk disebelahnya (Ahkamul Jana`iz hal.325). Halaman 11 dari 13

24. Melakukan tayammum untuk berziarah kubur (Kitab Ahkamul Jana`iz hal.325). 25. Membacakan surah Al-Fatihah untuk para mayit. (kitab Ahkamul Jana`iz 325). 26. Membaca doa :

Ya Allah aku meminta kepada-MU dengan (perantara) kehormatan Muhammad shollallahu alaihi wa alihi wa sallam agar Engkau tidak menyiksa mayat ini. (Ahkamul Jana`iz hal.326). 27. Menamakan ziarah terhadap kuburan tertentu sebagai haji. (Ahkamul Jana`iz). 28. Mengirimkan salam kepada para Nabi melalui orang yang menziarahi kuburan mereka. (Lihat : Kitab Ahkamul Jana`iz hal.327). 29. Mengirimkan surat dan foto-foto kepada Nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam lewat orang yang berziarah ke Mesjid Nabawy. Dan hal ini sering terjadi/dialami. 30. Berziarah kekuburan pahlawan tak dikenal. (Ahkamul Jana`iz 327). 31. Perkataan bahwa doa akan mustajab jika dilakukan di dekat orang-orang sholeh. (Ahkamul Jana`iz). 32. Memukul beduk, gendang dan menari disisi kuburan Al-Khalil Nabi Ibrahim alaihissalam dalam rangka pendekatan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala (Al-Madkhal 4/246). 33. Meletakkan mushaf dikuburan bagi orang-orang yang bermaksud membaca Al-Qur`an. (AlFatawa 1/174). 34. Melemparkan sapu tangan dan pakaian ke kuburan dengan tujuan tabarruk (mencari berkah). (Al-Madkhal 1/263). 35. Berlama-lamanya seorang wanita pada sebuah kuburan dan menggosok-gosokkan kemaluannya pada kuburan dengan tujuan supaya ia bisa hamil. (Ahkamul Jana`iz hal.330). 36. Mengusap-usap kuburan dan menciumnya. (Iqtidha` Ash-Shirathal Mustaqim karya Ibnu Taimiyah, Al-Itishom karya Asy-Syathiby). 37. Menempelkan perut dan punggung atau sesuatu dari anggota badan pada tembok kuburan (Ziyaratul Qubur wal Istinjad bil Maqbur ; Ibnu Taimiyah hal.54). Halaman 12 dari 13

38. Berziarah kekubur para nabi dan orang-orang sholeh dengan maksud untuk berdoa disisi kuburan mereka dengan harapan terkabulnya doa tersebut. (Ar-Raddu Alal Bakry hal.27-57). 39. Keluar dari kuburan (pekuburan) yang diagungkan dengan cara berjalan mundur. (Al-Madkhal 4/238). 40. Berdiri yang lama dihadapan kuburan Nabi untuk mendoakan dirinya sendiri sambil menghadap ke kuburan. (Ar-Raddu alal Bakry / Ahkamul Jana`iz hal.335). Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk amalan/perbuatan yang dilakukan ketika berziarah kubur yang menyelisihi cara berziarah yang syari yang mana semua bentuk-bentuk tersebut adalah bidah di dalam agama ini yang telah dinyatakan oleh nabi shollallahu alaihi wa alihi wa sallam bahwa setiap bidah adalah sesat dan setiap yang sesat tempatnya di neraka. Naudzu billahi minha. Wallahu Taala Alam Bishshowab. Maroji 1. Ahkamul Jana`iz Wa Bidauha / Syaikh Al-Imam Muhammad Nashirudddin Al-Albany. 2. Al-Itishom / Al-Imam Asy-Syathiby. 3. Al-Majmu Syarh Al-Muhadzdzab / Al-Imam An-Nawawy. 4. Al-Mughny / Ibnu Qudamah. 5. Al-Muntaqo Min Fatawa Syaikh Sholih bin Fauzan Al-Fauzan. 6. Ash-Shorimul Munky Fii Ar-Raddi Ala As-Subky / Muhammad bin Abdul Hady. 7. Hasyiah Ar-Raudhoh Murbi Syarh Zadul Mustaqni / Abdurrahman bin Muhammad bin Qosim AnNajdy. 8. Iqtidho` Ash-Shirothol Mustaqim Fii Mukhalafatu Ashhabul Jahim / Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 9. Madkhal Asy-Syaru Asy-Syarif / Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Abdary Ibnul Hajj. 10. Majmu Al-Fatawa / Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 11. Manarus Sabil Fii Syarh Ad-Dalil / Syaikh Ibrahim bin Muhammad Duwaiyyan. 12. Min Bidail Qubur / Hamad bin Abdullah bin Ibrahim Al-Humaidy. 13. Nailul Author Min Ahaditsi Sayyidil Akhyar / Al-Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukany. 14. Talbis Iblis / Ibnul Jauzy. 15. Talkhis Kitab Al-Istighotsah (Ar-Raddu alal Bakry) / Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. 16. Taudhihul Ahkam / Abdullah Al-Bassam. 17. Zadul Maad Fii Hadyi Khairil Ibad / Ibnul Qoyyim Al-Jauzy. 18. Ziyaratul Qubur Wa Hukmul Istinjad bil Maqbur / Syaikh Islam Ibnu Taimiyah. http://www.an-nashihah.com/isi_berita.php?id=43

Halaman 13 dari 13

Anda mungkin juga menyukai