Anda di halaman 1dari 3

HAKEKAT TASAWUF

Dalam berbagai buku teks tasawuf, kata ini biasanya dirujukan kepada beberapa kata dasar, seperti Shaff (baris, dalam shalat), karena dianggap kaum sufi berada pada shaff pertama. Atau shuff, yaitu bahan wol atau bulu domba kasar yang biasanya pakaian kaum sufi. Atau juga ahl al shuffah, yakni para zahid (pezuhud) dan zahid (ahli ibadah) yang tak punya rumah dan tinggal di serambi masjid Nabi. Ada juga yang mengaitkannya dengan nama suku Badui yang memiliki gaya hidup sederhana, yakni Bani Shufa. Ada juga yang mengaitkan dengan asal muasal istilah ini dengan sophon atau sufin, yang bermakna pelayanan kegerajaan (kerahiban). Jabir ibn Hayyan, seorang alkemis yang sering disebut sebagai murid Imam Jafar Shadiq, dikatakan mengaitkan istilah ini dengan shufa, yang bermakna penyucian sulfur merah. Menurut Abdul Qadir Al Suhrawardi, ada lebih seribu lebih defenisi istilah tashawwuf. Tapi pada umumnya, berbagai defenisi istilah ini, mencakup atau mengandung makna shafa (suci), wara (kehati-hatian ekstra untuk tidak melanggar batas-batas agama). Dari semua rujukan itu, semua sepakat bahwa kata ini terkait dengan akar shafa yang berarti suci, yang pada gilirannya akan bermuara pada ajaran Al Quran tentang penyucian hati. Demi nafs dan penyempurnaan (penciptaan)-Nya telah berjayalah orang-orang yang menyucikannya. Dan telah gagallah orang-orang yang mengotorinya.(QS Al Syam [91]:7-10) Kata menyucikan (zakka) yang dipakai ayat di atas berasal dari akar kata yang juga membentuk salah satu ungkapan kunci tasawuf, yaitu tazkiyah al nafs (penyucian jiwa). Lebih jauh dari itu, dalam kosa kata tasawuf, istilah ini biasa disinonimkan dengan tashfiyah, sebuah kata benda bentukan (mashdar) dari kata shafa. Dapat disimpulkan, pada dasarnya tasawuf adalah upaya para ahlinya untuk mengembangkan semacam disiplin (riyadhah), spiritual, psikologis, keilmuan dan jasmaniah, yang dipercaya mampu mendukung proses penyucian jiwa atau hati seperti yang diperintahkan dalam Al Quran. Hadis Nabi Muhammad Saw, yang sangat popular berbunyi Di dalam diri manusia ada segumpal organ. Jika baik organ tersebut, maka baiklah semua diri orang itu. Dan jika buruk organ itu, akan buruklah semua diri orang yang memilikinya. Organ tersebut adalah hati. Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad Saw bersabda,Jika seorang mukmin melakukan keburukan, maka muncullah titik hitam dalam hatinya. Jika terus menerus melakukan keburukan, maka akan banyak titik hitam yang melekat di hatinya. Jika demikian, pada akhirnya hati orang seperti itu akan tertutupi dengan lapisan hitam, yang akan menghalanginya dari cahaya Allah Swt (sesungguhnya cahaya Allah Swt selalu siap menyinari hati setiap manusia). Tasawuf, seperti yang diterangkan di atas, adalah suatu upaya (metode, disiplin) untuk menaklukan al nafs al ammarah bi al su (nafsu yang mendorong-dorong untuk melakukan keburukan) agar kita terhindar dari keadaan hati yang berdaki. Apakah dengan berprinsip beribadah semampu kita, lalu kita biarkan hati menjadi berdaki, yang menghalangi cahaya Allah Swt ? Tentu tidak, Nabi Muhammad Saw, pernah shalat hingga kakinya bengkak-bengkak (apakah Nabi shalat melebihi kemampuan dirinya ?) atau Dengan bertasawuf, kita harus menyingkirkan dunia (tidak mencari kekayaan)? jawabannya tidak, karena banyak para sufi (yang melaksanakan tradisi tasawuf) yang hidup makmur dengan kekayaan yang melimpah. Tasawuf ialah bentuk kebajikan spiritual dalam Islam yang dikemas dengan filsafat, pemikiran, ilmu pengetahuan dan disiplin kerohanian tertentu berdasarkan syariat Islam. Jalan-jalan kerohanian dalam ilmu tasawuf dikembangkan dengan tujuan membawa seorang sufi menuju pencerahan batin atau persatuan rahasia dengan Yang Satu. Jadi tasawuf sebenarnya adalah metode yang dianut dan diyakini oleh kelompok yang bernama "Sufi" dalam memahami, menjalankan dan penelusuran rohani dari agama Islam. Maka, tasawuf pada hakekatnya bukanlah suatu ibadah atau hukum yang mempunyai dalil dalam struktur agama Islam. Tasawuf lebih merupakan cara memahami dan menghayati agama, sebagaimana cara dan metode yang dilakukan oleh kelompok lain dalam Islam.

Dzauq :

indra batin untuk merasakan pengalaman spritual langsung. kadang diindentikan dengan hati, intuisi atau intelek sebagai akal dalam tingkat tertinggi. Fan : Penyatuan diri atau person kemanusian dalam (kebersatuan dengan ) Allah. Inilah hilangnya batas-batas individu dalam keadaan kesatuan. Fan dan fan al fan (fananya fana) sebagai tahap lanjutnya sering disebut sebut sebagai tahap akhir dalam kenaikan (mirj) menuju Allah Subhnahu wa Tal. Hl (jamak, Ahwl) : Keadaan keadaan spritual. Ini adalah anugerah dan karunia Allah kepada para penempuh jalan spiritual. Berbeda dengan maqm yang merupakan keadaan relatif stabil dan permanen, keadaan-keadaan ini hanya berlangsung sesaat. Hubb (atau Mahabbah atau Isyq) Cinta bentuk hubungan tertinggi antara manusia dengan Allah. Yang mana syiq (manusia pencinta) bersatu dengan San Masyq ( Sang Pencinta atau Allah). Cinta ini juga adalah prinsip penciptaan alam semesta yang tak lain merupakan pengungkapan diri Allah Subhnahu wa Tal. Al Jihd al akbar: Jihad besar. Ini merupakan perjuangan batin terus menerus dan penuh kewaspadaan melawan kejahilan atau kebodohan, hawa nafsu, dan sifat-sifat tercela dari jiwa yang rendah yang menjauhkan manusia dari Allah. Marifah : Cahaya pengetahuan yang diberikan pada hati siapa saja yang dikehendaki-Nya. Maqm (jamak, maqmt) : Kedudukan spritual. Sebuah maqm diperoleh dan dicapai melalui upaya dan letulusan sang penempuh jalan spritual (slik), mujhadah (upaya keras) dan riydhah (latihanlatihan spritual) namun perolehan ini pada puncaknya dipercayai bisa terjadi berkat rahmat Allah. Mujhadah : Perjuangan dan upaya spritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa rendah (nafs). Al nafs al ammrah bi al s : Nafsu yang terus menerus, mendorong ke arah keburukan. Nafs : Ego, diri atau jiwa. Terkadang Nafs diartikan sebagai dimensi batiniah manusia yang berada di antara ruh (rh), dan jasmani (jism). Dalam tingkat al nafs al muthmainnah ia identik dengan rh.

Riydah : Disiplin spiritual dalam bentuk asketisme atau latihan kezuhudan (berpantang) Sulk : Perjalanan di jalan spiritual menuju Sang Sumber. Kadang identik dengan tasawuf. Tajall : Penyikapan diri. Berarti Allah menyikapkan (mengejewantahkan) diri-Nya sendiri dalam makhluk-Nya. Tasawuf : Pencapaian karakter (akhlak) mulia melalui penyucian hati. Tharqah : Jalan spiritual yang harus ditempuh oleh seorang pejalan (slik) menuju hakikat (haqqah). Wara : Berhati-hati untuk tidak melanggar batas hukum (ajaran agama) Zuhd (zuhud) : Sikap hidup menjauhkan diri atau berpantang diri dari apa apa yang bersifat keduniaan, bahkan terkadang dari yang diperbolehkan (mubh), karena khawatir melanggar batas. Tambahan : sufi mengindentikan tasawuf dengan ihsan (beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, atau kalau engkau tak dapat melihat-Nya, percaya bahwa Dia melihatmu). artinya Tasawuf pada intinya beribadah kepada Allah. Hanya saja dalam tasawuf penekanan ibadah tidak hanya semata- mata gerakan-gerakan phisik kosong, melainkan penuh khusyu dan khudhu, yaitu menghadirkan hati dan penuh kerendahan di hadapan Allah Swt. Dalam tasawuf, sholat merupakan mi'rajnya kaum mukmin, bahwa shalatlah yang bisa membawa seseorang bertemu dengan Allah Swt. Syari'at merupakan landasan tasawuf (thariqah), sedang thariqah adalah jalan menuju hakikat (haqiqah atau kebenaran sejati).

Anda mungkin juga menyukai