Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL KAMIS, 14 APRIL 2011 00:59 WIB

Peristiwa erupsi Merapi 2010 masih berbekas di dalam benak kita. Erupsi pertama kali terjadi pada 26 September 2010 hingga akhirnya pemerintah melalui Pusat Vulkanlogi Mitigasi Bencana Geologi-Badan Geologi menurunkan status Merapi dari awas menjadi siaga pada tanggal 3 Desember 2010. Bencana pastilah membawa kepedihan dan penderitaan namun di balik itu semua pasti ada hikmah yang dapat kita ambil salah satunya adalah material vulkanik hasil erupsi. Kondisi pasca erupsi yang patut dicermati adalah melimpahnya material vulkanik yang tersebar di radius Merapi yang akan tertransportasi ke arah hilir dalam bentuk ancaman banjir lahar dingin. Saat ini material vulkanik banyak terkumpul di sungai-sungai yang berhulu sekitar Merapi. Jika material vulkanik berupa pasir dan batu tersebut tidak dikeruk/ditambang maka berpotensi dampak banjir di daerah sepanjang kali akibat terjadi pendangkalan sungai/kali. Oleh karena itu kegiatan pengerukan adalah penting untuk mencegah terjadinya banjir di daerahdaerah hilir. Kegiatan pertambangan pasir dan batu (bahan galian industri) secara tidak langsung merupakan pengerukan dengan diselubungi motif ekonomi sehingga perlu bagi pemerintah untuk menata kegiatan pertambangan tersebut supaya efektif serta tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Untuk itu sebelum berbicara panjang lebar, kita harus mengetahui karakteristik material vulkanik erupsi serta potensi ekonomi material vulkanik tersebut. Secara umum material vulkanik erupsi Merapi terdiri dari tiga bentuk yaitu pasir, batu dan debu. Menurut keterangan dosen Vulkanologi yang juga Kepala Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta seperti dikutip dari situs Kompas.com (08/10/2010), Eko Teguh Paripurno, kandungan silika pada pasir tersebut bagus dijadikan bahan absorbent khususnya penjernih air serta pasir beton. Dosen Panas Bumi dan Gunung Api Institut Teknologi Bandung, Asnawir Nasution, mengatakan, selain silika, pasir gunung api juga memiliki kandungan besi (FeO). Kandungan besi pasir gunung api sangat baik karena belum mengalami pelapukan sehingga baik untuk

campuran bahan bangunan. Ujung runcing silika menjadikan pasir tersebut mengikat semen lebih kuat serta kandungan besi yang ada belum terlapukkan sehingga sangat cocok dijadikan pasir beton. Hal ini sudah dikenal luas di kalangan masyarakat, akibatnya harga pasir Merapi lebih tinggi daripada pasir dari sumber lainnya. Batuan yang hasil erupsi yang tertransportasi melalui sungai/kali juga merupakan batuan dengan kualitas yang baik karena relatif lebih segar dan belum mengalami pelapukan yang intensif. Batuan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan pembuatan patung, arca dan batu hias. Sedangkan abu yang terbawa saat peristiwa erupsi jatuh ke lahan-lahan pertanian sehingga memperkaya unsur hara dalam tanah serta menetralisasi kelelahan tanah akibat pupuk anorganik yang terjadi selama ini. Potensi ekonomi material vulkanik tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat sekitar merapi. Untuk itu segala kegiatan penambangan bahan galian industri di daerah tersebut harus tetap mengadopsi prinsip kelayakan kegiatan usaha antara lain layak secara teknis, ekonomi dan lingkungan. Layak secara teknis artinya dengan teknologi yang ada kegiatan penambangan tersebut dapat dilakukan secara optimal. Mengingat bahan galian tersebut merupakan pasir dan batuan sehingga tidak terlalu sulit secara metode penambangannya. Berbicara mengenai layak secara ekonomi berarti kegiatan penambangan ini menghasilkan margin keuntungan yang masuk akal bagi pengusahanya. Berbicara keuntungan margin keuntungan maka kita berbicara tentang potensi demand. Konsumsi pasir dan batu akan terus bertumbuh sepanjang ekonomi membaik, oleh karena itu demand atas dua komoditas ini relatif aman ke depannya. Yang terakhir adalah layak secara lingkungan artinya masih memenuhi daya dukung lingkungan dan memasukkan biaya pengelolaan/pemulihan lingkungan. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan galian bagi masyarakat sekitar perlu diadopsi konsep peningkatan nilai tambah. Pasir dan batuan tersebut tidak hanya dijual dalam bentuk bahan mentah (raw material) namun mengalami pengolahan lebih lanjut. Competitive advantage yang dimiliki oleh material erupsi Merapi ini adalah Misalnya pasir menjadi batako, batuan dipotong/dipecah menjadi batu kali fondasi atau sebagai bahan patung, arca atau pun batu hias. Bantuan permesinan, pelatihan keterampilan dan pembinaan jalur distribusi difasilitasi oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah dengan bekerja sama dengan BUMN atau swasta. Bahkan hasil dari pengolahan material erupsi ini bisa digunakan dalam upaya rehabilitasi bangunan warga yang terkena dampak erupsi Merapi. Namun, ada hal-hal yang harus menjadi perhatian kita bersama khususnya potensi kerusakan yang terjadi jika pemanfaatan material erupsi tersebut tidak dikendalikan. Beberapa potensi kerusakan yang terjadi antara lain
y y y y

Bentang Alam Tingginya tingkat erosi di daerah penambangan pasir dan juga di daerah sekitarnya Kesuburan Tanah Unsur-unsur hara terkikis oleh erosi Air Permukaan dan Air Tanah Berkurangnya debit air permukaan/mata air Tingginya lalu lintas kendaraan di jalan desa membuat mudah rusaknya jalan Terjadinya polusi udara

Untuk itu harus dikembangkan mekanisme pengendalian antara lain dengan pembatasan lokasi penambangan (hanya di sepanjang aliran erupsi dan tidak memasuki kawasan hutan lindung), pembatasan izin penambangan yang dikeluarkan, pembatasan volume bahan galian per satuan waktu atau pun pembatasan jumlah alat berat tambang yang beroperasi. (JS)

Sabtu, 29 Januari 2011


39 DUTA BESAR DUKUNG PASCA ERUPSI MERAPI
RADAR JAMBI:TONI.S 39 Dubes Dukung Pemulihan Pascaerupsi Merapi Sabtu, 29 Januari 2011 15:27 WIB

Pengungsi banjir lahar dingin Gunung Merapi melakukan aktifitas di antara shelter box di tempat pengungsian Lapangan Desa Jumoyo, Salam, Magelang, Jateng, Kamis (6/1). 39 Duta Besar siap mendukung Pemerintah Kabupaten Sleman dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya pemulihan di segala lini pascabencana erupsi Gunung Merapi. Para duta besar dari 39 negara ini sejak Jumat hingga hari ini berada di Yogyakarta dan Kabupaten Sleman untuk melihat langsung kondisi kawasan terkena dampak langsung dan tidak langsung bencana erupsi Gunung Merapi. "Kami memberikan perhatian atas apa yang dialami masyarakat Sleman dan Yogyakarta akibat bencana erupsi Gunung Merapi ini, setelah terjadi erupsi Merapi, akhirnya kami bisa melihat secara langsung yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana kami bisa membangun bersama," kata Duta Besar Zimbabwe Alce Magazea di Sleman, Sabtu. Menurutnya, dampak erupsi Merapi tidak hanya memakan korban jiwa tetapi juga membuat sektor ekonomi seperti investasi dan pariwisata ikut terpuruk.

"Melalui program antardiplomatik, maka kami bisa berbagi pengalaman terkait kebijakan untuk bangkit bersama. Suatu saat, kami akan kembali lagi ke sini untuk melihat kemajuan yang lain," katanya. Para duta besar ini datang ke Yogyakarta dalam rangka Ambassador Goodwill for Jogja sebagai bentuk kepedulian atas bencana yang terjadi. Selain mengunjungi lokasi bencana Merapi, mereka juga mengunjungi sentra industri yang turut terkena erupsi. "Acara ini kami gagas dalam rangka recovery image pascaerupsi Merapi sehingga baik investasi maupun sektor pariwisata ke depan bisa segera bangkit kembali," kata Ketua Panitia "Ambassador Goodwill for Jogja, Eddy Purjanto. Menurutnya, dengan mengetahui secara langsung kondisi Yogyakarta yang kini aman, maka para duta besar dapat menginformasikan kondisi Yogyakarta yang sudah aman itu ke negara mereka. "Harapannya juga hal ini dapat menumbuhkan kembali minat investor dari negara-negara lain untuk berinventasi. Sehingga, program recovery bisa cepat terselesaikan," katanya. Duta besar yang hadir diantaranya dari Swiss, Iraq, Belanda, Hongaria, Maroko, Yunani, Kroasia, Afganistan, Kuwait, Yordania, Suriname, dan Austria. Mereka mengunjungi Museum Gunungapi Merapi, Dusun Kinahrejo dan ke hunian sementara korban Merapi di Plosokerep, kemudian diakhiri dengan "sharing" politik di Cangkringan Village Diposkan oleh RADAR JAMBI di Sabtu, Januari 29, 2011 Label: radarjambi.blogspot.com

Posted on 9 November 2010 by wong ndeso

Merapi belum menyudahi aktivitasnya dan masih mengeluarkan awan panas (wedhus gembel). Namun, di balik semua bencana itu, Merapi juga bekerja menyiapkan rejeki baru. Ya, Merapi juga telah memuntahkan harta berupa material vulkanik senilai sedikitnya Rp 10 triliun.

Sejak meletus, 26 Oktober, erupsi Merapi telah menewaskan sedikitnya 116 orang, 218 luka, dan memaksa sekitar 198.000 jiwa mengungsi. Namun bencana akibat letusan terdahsyat dalam 140 tahun terakhir itu juga membawa berkah. Banjir lahar yang bersumber dari guguran material Merapi menjadi rejeki bagi warga bantaran Kali Code di Kledok Tukangan, Danurejan, Kota Jogjakarta. Haryanto, salah satu warga di kampung itu nekat melakukan aktivitasnya menambang pasir meski ancaman lahar dingin mengancam. Aktivitas menambang pasir juga dilakukan warga sekitar Muntilan di Sungai Pabelan, Magelang. Ini rejeki Merapi, kata Haryanto yang ditemui sedang menambang pasir, Sabtu, (6/11). Selama dua jam dia bekerja secara tradisional menggunakan cangkul dan sekrop, dua gundukan pasir sudah berhasil ditambangnya. Dia mengaku sudah mendapat pesanan dari pengusaha pasir. Menurut Haryanto, pesanan pasir sudah datang karena pengusaha pasir tahu kualitas pasir Merapi setelah meletus sangat bagus. Kualitas satu. Harganya pun mahal. Sejumlah hasil penelitian menyebut, pasir Merapi atau sering disebut pasir Muntilan mempunyai kadar lumpur hanya 3 persen. Padahal menurut Departemen Pekerjaan Umum pasir sudah disebut baik jika kadar lumpurnya 5 persen. Pasir Merapi memiliki angka kekekalan rata-rata 10 persen, sementara pasir pada umumnya memiliki angka kekekalan di atas 10 persen. Untuk satu truk pasir, setara enam kubik pasir, Haryanto mendapat bayaran Rp 360.000. Lumayan untuk menambah biaya hidup, ujar pedagang di Pasar Beringharjo ini. Satu kubik pasir dihargai Rp 60.000 (di tingkat penambang). Dan sampai ke tangan konsumen, satu kubik pasir Merapi bisa terjual Rp 100.000. Haryanto mengaku tak khawatir dengan kiriman banjir lahar dingin akan mencelakakan dirinya karena kedatangannya memiliki tanda-tanda. Kalau pohon-pohon dan batu datang, itu berarti sebentar lagi akan datang kiriman lahar dingin, kata dia. Nah, begitu tanda-tanda itu muncul, maka dia langsung naik ke atas. Haryanto mengaku tahu ciri kedatangan banjir lahar dingin, setelah mengalami tiga kali letusan Merapi. Jadi sudah hafal kedatangannya, kata dia. Pasir yang hanyut terbawa air itu, kata Haryanto, tak akan habis selama setahun. Sebentar lagi warga di sini akan menambang, karena sudah mendapat pesanan, ujarnya dilansir tempointeraktif. Haryanto mengaku, petugas Camat sudah menginformasikan warga Kledok Tukangan untuk menjauhi bantaran sungai. Wali Kota Jogjakarta Herry Zudianto dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas, istri Sri Sultan Hamengku Buwono X berkali-kali mengimbau agar warga menjauhi bantaran untuk menghindari ancaman banjir lahar dingin yang sewaktu-waktu akan datang. Toh, peringatan itu tak efektif untuk mencegah warga menambang. Ungkapan Haryanto bahwa Merapi membawa rejeki selain membawa bencana juga pernah disampaikan Dr Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)

Badan Geologi Kementerian ESDM. Menurutnya Merapi sedang bekerja menyiapkan rejeki baru untuk masyarakat. Merapi itu sedang membuat rejeki baru untuk masyarakat, nanti ada pasir baru untuk warga sekitar, kata Surono yang saat ini akrab disapa Mbah Rono, Rabu (3/11). Karena itu, Mbah Rono meminta masyarakat yang tinggal di lereng Merapi bersabar untuk sementara. Dia juga meminta agar masyarakat tidak hanya terus mengeluh dengan adanya aktivitas Merapi saat ini. Merapi kan selama ini lebih banyak memberi daripada meminta, saat ini dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk mengerti. Biarkan dulu Merapi membuat rejeki baru, kata ayah dua putri ini. Pria yang menyelesaikan doktor geofisikanya di Prancis ini mengatakan, Merapi masih mengeluarkan awan panas yang biasa disebut wedhus gembel. Awan panas itu memiliki suhu di atas 600 derajat celcius yang sangat berbahaya baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhtumbuhan. Jadi lebih baik jeda dulu sebentar, jangan merasa mengungsi itu seperti diusir dan sebagainya. Ini demi kebaikan bersama, kata pria 55 tahun ini. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Dr R Sukhyar, Sabtu (6/11), memperkirakan jumlah material vulkanik hasil erupsi Gunung Merapi sejak 26 Oktober hingga 5 November telah mencapai sekitar 100 juta meter kubik. Material yang diantaranya berupa debu, pasir, kerikil, dan kerakal itulah yang nantinya terbawa air hujan menuju sedikitnya 13 sungai di sekitar Merapi. Merapi juga mengeluarkan gas dan awan panas (wedhus gembel). Kelak, setelah semua material Merapi sampai ke sungai, dan mulai ditambang, maka menjadi lahan rejeki baru bagi warga. Dengan hitungan kasar, ada pasokan material baru dari Merapi sebanyak 100 juta meter kubik, maka belasan sungai di lereng Merapi diperkirakan menyimpan material (terutama pasir) senilai Rp 10 triliun. Itu dengan asumsi harga pasir Merapi satu meter kubik senilai Rp 100.000. Namun, Sukhyar memperingatkan masyarakat sementara ini harus menjauhi bantaran sungai. Karena ancaman Gunung Merapi tidak hanya awan panas, tetapi juga banjir lahar apalagi saat terkena hujan yang cukup lebat di lereng gunung. Sejumlah alur sungai yang perlu dihindari adalah Kali Woro, Kali Gendol, Kali Kuning, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng, Kali Sat, Kali Lamat, Kali Krasak, Kali Senowo, Kali Trising dan Kali Apu. Berdasarkan pengamatan di lapangan, endapan awan panas bisa mencapai jarak 12 km di Kali Boyong dengan ketebalan hingga 10 meter. Sukhyar mengatakan, masyarakat agar terus waspada karena aktivitas Gunung Merapi masih tetap tinggi berdasarkan data pengamatan secara instrumental dengan menggunakan seismograf di BPPTK. Fluktuasi Gunung Merapi masih cukup tinggi sehingga status Merapi masih tetap Awas dan daerah terdampak juga masih tetap sama, yaitu radius 20 kilometer (km), katanya.

Kampung Mati Sementara itu tim gabungan relawan, TNI, dan SAR, Sabtu (6/11), kembali menyisir kawasan lereng Merapi untuk melakukan evakuasi tahap II pascaletusan, 4 November. Langkah ini diambil setelah beberapa saat menyaksikan aktivitas Merapi relatif tenang. Namun tim evakuasi kembali dikejar awan panas ketika mencoba melakukan evakuasi di kawasan hutan bambu di Desa Glagaharjo, Sleman. Tak ayal, mereka pun lari tunggang langgang. Jumlah orang yang dilaporkan hilang kepada polisi jaga di ruang forensik RSU dr Sar djito Jogjakarta, pascaletusan 4 November, mencapai 135 orang. Sementara korban meninggal menurut data unit forensik rumah sakit hingga siang kemarin mencapai 81 orang. Adapun korban luka mencapai 104 orang. Total korban tewas sejak Merapi meletus 26 Oktober menjadi 144 orang. Dari jumlah korban meninggal pascaletusan 4 November, baru 13 yang berhasil diidentifikasi (termasuk seorang anggota polisi). Jenazah sulit dikenali karena hampir semua gosong dan banyak kulit korban saling menempel satu sama lain. Di depan ruang forensik rumah sakit masih dibanjiri keluarga korban. Orang-orang yang mengadukan kehilangan anggota keluarganya terus berdatangan. Sukardi, 49, warga Dusun Gadingan, Kelurahan Margomulyo, Kecamatan Cangkringan, hingga kemarin belum menemukan anaknya yang bernama Taufik Arifin, 22. Saat Merapi meletus, Arifin sibuk mengantar keluarga ke pengungsian dengan sepeda. Polisi melarang warga masuk wilayah perkampungan di kawasan bahaya Merapi. Bagi yang berkepentingan diberikan kesempatan dengan durasi waktu yang dibatasi. Pantauan Tribunnews (grup Surya), lalu lintas radius 20 kilometer dari puncak Merapi dijaga ketat polisi. Warga yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Bahkan, banyak pengguna jalan yang membatalkan perjalanan dan kembali ke bawah, atau ke arah Jogjakarta. Abu vulkanik masih tebal menyelimuti semua perkampungan di kawasan lereng Merapi. Tidak ada aktivitas orang karena hampir semuanya mengungsi. Praktis, perkampungan di lereng Merapi seperti kampung mati. surya

Artikel 2 Memaksimalkan Outsourcing di Indonesia Dengan iklim usaha yang relatif kurang kondusif seperti saat ini, daya saing industri mau tidak mau harus dapat ditingkatkan. Banyak pertanyaan mengapa relatif sedikit perusahaan Indonesia yang dapat berperan secara regional atau bahkan internasional. Sumber daya manusia ? rasanya tidak tepat banyak pegawai perusahaan regional yang memanfaatkan jasa SDM Indonesia. Bahkan pegawai dari Indonesia terkenal memiliki etos kerja yang baik disamping skill dan pengetahuan yang cukup memadai. Outsourcing adalah salah satu usaha meningkatkan efesiensi perusahaan. Banyak perusahaan saat ini hanya melakukan outsourcing untuk mengurangi jumlah pegawai tetap. Dengan tindakan ini pada dasarnya perusahaan hanya meng-outsource resiko sosial dari sistem ketenagakerjaan di Indonesia . Dengan outsource perusahaan tidak ingin dibebani kewajiban kewajiban yang mengiringi penerapan UU Ketenaga kerjaan. Jelas hal seperti ini tidak akan meningkatkan daya saing. Bahkan sering terjadi karyawan outsource yang ingin berprestasi menjadi padam motivasi kerjanya karena sistem outsourcing, sehingga jarang didapatkan pegawai outsource jenis ini memiliki kinerja yang baik. Dengan latar belakang ini banyak perusahaan mulai memikirkan untuk berubah menuju outsourcing pekerjaan.Seorang manajer di perusahaan minyak pernah share pengalamannya mengenai pendekatan ini. Ketika perusahaannya melakukan outsource pekerjaan welding, biaya meningkat tapi dilain sisi kualitas pekerjaan meningkat dan jumlah cacat menurun yang pada akhirnya meningkatkan efesiensi dibandingkan sebelum melakukan outsourc. Kesimpulan: Dengan outsourcing biaya sebenarnya akan naik namun output yang dihasilkan akan meningkat melebihi kenaikkan biaya yang ditimbulkan. Hal ini bisa dibayangkan : jika anda memiliki seseorang analis pasar maka ia akan bekerja 10% dari waktunya untuk melakukan analisis pekerjaan sedangkan 90% waktunya untuk hal hal yang diluar pekerjaannya termasuk menganggur dan browsing internet, sebaliknya dengan outosourcing perusahaan menghire orang orang yang 100% waktunya memikirkan analisa pasar.Secara output per performance anda akan membayar lebih rendah. Jika strategi dan arah perusahaan dalam penerapan outsourcing sudah ditetapkan pada arah yang benar tantangan berikut adalah memilih vendor yang tepat. Hal yang menarik dari pengalaman rekan kerja saya di perusahaan pulp terkemuka ketika perusahaannya melakukan outource maintenance genset. Ketika ia menggunakan perusahaan lokal sering terjadi masalah, dan ketika ada masalah tidak tersedia solusi backup sehingga jadwal perkerjaannya banyak yang terganggu. Akhirnya perusahaan memutuskan untuk menggunakan vendor dari Singapura dengan biaya 2 kali lipat. Tapi kualitas yang didapat sangat baik sehingga walaupun baik produktifitas tetap tercapai. Saya jadi berpikir apakah bangsa ini memang tercipta untuk menjadi bangsa yang kalah ? Sebenarnya jika dipikir wajar vendor Singapura memiliki performa lebih baik, memang mereka dibayar 2 kali lipat. Jika kita menggunakan vendor Indonesia dengan bayaran yang sama mungkin cerita akan lain, atau bisa juga sama buruknya. Sebenarnya kekurangan pendekatan dengan vendor lokal dapat diperbaiki dengan hubungan yang bersifat partnership. Dalam kasus

diatas hubungan vendor -perusahaan bersifat transactional, yang artinya perusahaan akan membayar dengan nilai tertentu dengan balasan layanan sesuai spesifikasi. Dalam hubungan partnership vendor perusahaan saling terbuka dan saling membantu untuk menghasilkan customer value yang terbaik. Diagram customer value dapat digambarkan sebagai berikut: Semakin cepat perusahaan beralih ke pendekatan partnership akan semakin baik customer value yang dihasilkan. Dengan pendekatan ini pula kita bisa mendapatkan vendor yang baik dengan harga yang relatif murah juga. Dan dengan semakin besarnya peran internet, jangan sampai perusahaan anda tidak memanfaatkan tool yang sangat efektif ini. Contoh kasus yang paling menarik menggunakan pendekatan ini adalah bagaimana toyota mengalahkan GM dan Ford dinegaranya sendiri. Hubungan Toyota dengan vendor adalah hubungan partnership dimana toyota berusaha membantu vendornya untuk selangkah lebih baik, sedangkan GM dan Ford menggunakan hubungan transactional. Aibatnya vendor Toyota menghasilkan produk yang jauh lebih baik, bahkan anehnya walaupun GM menggunakan vendor yang sama dengan Toyota, produk yang dideliver untuk toyota tetap lebih baik dibandingkan yang dideliver untuk Di lain sisi, saat ini internet telah berkembang sedemikian rupa sehingga dapat merubah landscape dari business termasuk outsourcing industri. Pastikan perusahaan anda memaksimalkan internet sebagai sarana bersaing anda. Semoga pemikiran singkat ini bermanfaat.

ACFTA dan Outsourcing


1.Oleh NOVAN HERFIYANA

Pada awal 2010 ini, ASEAN-Cina Free Trade Area (ACFTA) mulai diberlakukan. Mau tidak mau dan suka tidak suka, pemerintahan mana pun yang merancangnya, kita sebagai warga Indonesia harus siap dengan ACFTA tersebut. Dengan diberlakukannya ACFTA, kita tidak hanya akan menghadapi kekuatan produk Cina yang makin banyak, tetapi juga harus bersaing dengan produk Cina tersebut. Apalagi, kini produk Cina bebas tarif, yang berdampak pada harganya yang lebih terjangkau (baca: murah). Pada masa lalu, produk Cina memang sudah begitu kuat pasarnya, apalagi pada era ACFTA tentu akan lebih kuat lagi.

Ketika informasi-informasi seputar ACFTA mencuat ke permukaan, sebagian industri lokal banyak yang kalang kabut. Bukan hanya pengusaha, para pekerja pun turut melakukan aksi demonstrasi menolak ACFTA. Meskipun para pekerja dapat menganggap Itu kan urusan pengusaha , mereka tetap menyadari bahwa lambat laun akan berdampak pada mereka. Logika ini dapat dilihat pada pikiran pesimisme tidak akan lakunya produk industri lokal yang berakibat pada akan ditutupnya industri tersebut. Akhirnya, para pekerja pun akan terkena dampaknya. Simaklah mengapa pengusaha merasa lupa dan begitu panik ketika menghadapi ACFTA. Inilah rangkaian cerita klasik sejak dulu: mahalnya biaya tenaga kerja (perburuhan) di Indonesia, naiknya harga kebutuhan pokok, naiknya harga BBM (bahan bakar minyak) dan TDL (tarif dasar listrik), suku bunga yang tinggi, krisis moneter-ekonomi, krisis global, dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan itu

seakan tak kunjung terselesaikan sehingga kita pun tidak pernah bersiap-siap untuk memulainya kembali secara progresif. Bagaimanapun, kesepakatan pada ACFTA tidak terlepas dari pertumbuhan dan perkembangan perdagangan di kawasan ASEAN pada masa lalu. Ketika negara-negara lain sudah bersiap diri, kita memulainya pun masih diragukan. Ya, jadilah seperti ini. Kita hanya berharap pada sudut pandang: ancaman atau peluang. Salah satu antisipasi menghadapi ACFTA ialah daya saing. Perusahaan harus dapat melakukan efisiensi (biaya produksi). Biaya produksi (perizinan, operasional, dan tenaga kerja) yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi itu harus dibenahi. Dalam aspek SDM (sumber daya manusia), outsourcing (alih daya) merupakan salah satu pilihan. Praktik alih daya merupakan pilihan yang cukup ampuh dalam bidang usaha karena dapat mengefisiensikan segala biaya, dalam hal ini biaya tenaga kerja. Namun demikian, meskipun alih daya semakin berkembang terutama di Eropa, praktik alih daya mengalami hambatan-hambatan hukum di Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang secara jelas menampung istilah alih daya. Adapun referensi soal alih daya yang ada ialah Pasal 64, 65, dan 66 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Karena ketidakjelasan alih daya itu pula, sebagian besar pelaku sering kali melanggar peraturan perundang-undangan. Dalam hal sebagian pelaksanaan pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain misalnya, harus memenuhi syarat-syarat: (a) dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama, (b) dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, (c) merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan, dan (d) tidak menghambat proses produksi secara langsung. Selain itu, dalam hal pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Hal ini kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, yaitu kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan seperti usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja (catering), usaha tenaga pengaman (security), dan usaha penyediaan angkutan pekerja. Terlepas dari itu, pro kontra alih daya pun muncul ketika pengusaha dan pekerja (baca: masyarakat) sama-sama sulit dengan beban hidup. Kedua pihak sejatinya saling membutuhkan. Di akhir tulisan, penulis ingin menyampaikan saran tentang praktik alih daya (selain harus dijelaskan secara tegas dalam peraturan perundang-undangan), yaitu (1) diaturnya upah awal yang harus ditetapkan (baca: bukan upah minimum) sehingga upah tersebut relatif lebih besar daripada pekerja tetap. (2) Dalam hal terjadi tarik-menarik soal kenaikan upah, maka perlu ditanamkan kesadaran bahwa pengusaha dan pekerja memiliki hak yang sama untuk hidup layak. Dengan demikian, dalam hal ini,

negaralah yang berkewajiban untuk menyejahterakan rakyatnya melalui pengusaha/pekerja sebagai sarananya. (3) Pekerja perlu diberikan pengetahuan tentang motivasi meningkatkan produksinya. (4) Pekerja perlu dibekali ilmu perencanaan keuangan sebagai komponen kesejahteraan (selain upah) pekerja, sehingga dapat mengatur keuangan yang dimilikinya dan tidak mencampuradukkan tekanan masalah di rumah ke perusahaan. (5) Pekerja perlu diberikan pengetahuan wirausaha sebagai komponen kesejahteraannya, sehingga sewaktu-waktu dapat berani memensiunkan diri secara dini dan akhirnya berwirausaha yang berdampak pada saling bergantinya posisi pekerja (bergiliran) dengan generasi berikutnya. Ilmu-ilmu yang dapat dijadikan komponen kesejahteraan selain upah itu janganlah dijadikan beban biaya, tetapi investasi. Dengan demikian, setiap pengusaha dan pekerja dapat menyadarinya dalam situasi dan kondisi yang sama-sama sulit ini.***

Anda mungkin juga menyukai