Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai siswa dan anggota masyarakat selain

mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Bimbingan dan konseling semakin hari dirasakan semakin perlu keberadaannya di setiap sekolah. Setiap siswa pada hakikatnya dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak dapat mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua siswa memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya. Di dalam perjalanan hidupnya, siswa juga sering menemui berbagai macam masalah. Lepas persoalan yang satu, muncul permasalahan yang lain, demikian seterusnya silih berganti persoalan itu timbul. Pada kenyataannya, tidak semua siswa mampu mengatasi persoalannya sendiri. Agar mereka dapat mengenali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal, serta menghadapi masalah yang dihadapi diperlukan bantuan atau

bimbingan dari orang lain sehingga mereka dapat berbuat dengan tepat sesuai dengan potensi atau keadaan yang ada pada dirinya. Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan seluruh kepribadian anak. Guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang efektif. Ia harus dapat membantu murid dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan lingkungannya, sepanjang itu memungkinkan secara profesional. B. Tujuan Penyusunan Makalah Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Pengertian bimbingan dan konseling. Tujuan bimbingan dan konseling. Fungsi bimbingan dan konseling Metode pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap

siswa yang bermasalah. C. Manfaat Penyusunan Makalah Penyusunan makalah ini kami harapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling oleh para guru di sekolah. Sehingga dalam proses pelaksanaan bimbingan dan konseling, para guru memahami maksud dan tujuan serta tindakan apa yang tepat untuk dilakukan dalam menanangi permasalahan siswa.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidence berasal dari kata kerja to guide yang mempunyai arti menunjukan, membimbing, menuntun, ataupun membantu sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntunan (Hellen A, 2003: 2). Namun meskipun demikian tidak berarti semua bentuk bantuan atau tuntunan adalah bimbingan. Misalnya jika seorang siswa yang kebetulan bertemu dengan seorang ibu yang baru kembali dari pasar dan membawa beban yang cukup berat, kemudian siswa tersebut membantu ibu itu membawakan bebannya, tentu bantuan semacam itu bukan bantuan syarat tertentu yang dimaksud dengan istilah bimbingan. Untuk lebih jelas pengertian bimbingan dan konseling dibawah ini akan dikutip beberapa defenisi yang pertama dikemukakan oleh Years Book Of Education (1995) bahwa Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan

kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfataan sosial (Hellen A, 2005: 3) Sedangkan menurut Stoops dan Wal Quist, bimbingan adalah proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai

kemampuannya secara maksimum dalam mengarahkan manfaat yang sebesarbesarnya baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Hellen A, 2005: 3). Definisi yang lebih mendasar dalam perilaku yang dikemukakan oleh Rochman Hatawidjaja dalam Dewa Ketut Sukardi (2000: 19) sebagai berikut: Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan sosial. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tekhnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Konseling sebagai terjemahan dari Conseling merupakan bagian baik sebagai layanan maupun sebagai tekhnik, Layanan Konseling adalah jantung hati layanan bimbingan secara keseluruhan (Dewa Ketut Sukardi, 1985: 11). Jadi konseling merupakan inti dari alat yang paling penting dalam bimbingan.

Rochman

Natawidjaja

dalam

Dewa

Ketut

Sukardi

(2000:

21)

mendefinisikan konseling sebagai berikut: Konseling merupakan jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalahmasalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Lebih lanjut Prajitno yang dikutip Dewa Ketut Sukardi (2000: 21) mengemukakan bahwa konseling adalah pertemuan empat mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik, dan human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas normanorma yang berlaku. Dari definisi diatas jelaslah bahwa konseling merupakan salah satu tekhnik pelayanan dalam bidang secara keseluruhan yaitu dengan memberikan bantuan secara individual. B. Tujuan Bimbingan dan Konseling Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian pendahuluan bahwa bimbingan dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan kegiatan pendidikan, dalam hal hubungan ini pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan (Prajitno, 1997: 23).

Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar pesrta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serata menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai menusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Pribadi yang sehat ialah apa bila ia mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal positif sehubungan dengan penerimaannya dirinya itu. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar paserta didik mengenal lingkungannya secara objektif. Baik lingkungan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sangat serat dengan nilai-nilai dan norma norma dan maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan alam dan lingkungan sekitar serta lingkngan yang lebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan dimana ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap berkelanjutan (Moh. Surya, 1984: 49). Menurut merencanakan Prajitno masa (1998: 24) bahwa bimbingan pesrta dalam didik rangka mampu

yang

dimaksudkan

agar

mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan dan bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat.

C. Fungsi Bimbingan dan Konseling Dalam usaha pemberian bantuan terhadap individu bermasalah pelayanan bimbingan dan konseling melaksanakan beberapa fungsi yaitu : 1. Fungsi Pemahaman Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihakpihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, yang meliputi : a. b. c. 2. Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri Pemahaman tentang lingkungan peserta didik Pemahaman lingkungan yang lebih luas Fungsi Pencegahan Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai masalah yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan kerugiankerugian tertentu dalam proses perkembangannya (Hellen, 2004: 56) 3. Fungsi Pengentasan Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya kedua istilah tersebut karena istilah itu berorientasi bahwa semua peserta didik yang dibimbing klien adalah orang sakit atau rusak serta untuk mengganti istilah fungsi pebaikan yang mempunyai konotasi

bahwa peserta didik atau klien adalah sakit atau rusak sama sekali tidak boleh dilakukan melalaui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai masalah yang dihadapi siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha membantu memecahkan masalahmasalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya maupun bentuknya pelayanan dan pendekatan yang dipakai dalam pemberian bantuan ini dapat bersifat konseling perorangan ataupun konseling kelompok (Hellen, 2005: 57) 4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Fungsi pemeliharaan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini, hal-hal yang dipandang sudah bersifat postif dijaga agar tetap baik dan dimantapkan. Dengan demikian dapat diharapkan peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian secara optimal. 5. Fungsi Advokasi

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh portensi secara optimal Fungsifungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil

bagaimana yang terkandung di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsifungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak dicapainya jelas dapat didetifikasikan dan dievaluasi (Hellen, 2005: 58). D. Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Terhadap Siswa yang Bermasalah Berkaitan dengan metode pelaksanaan bimbingan dan konseling, M. Ansharudin (2004: 41) mengemukakan dalam skripsinya yaitu: 1. Melakukan Identifikasi Kasus Menurut H.M Arifin (1994: 63) langkah ini dimaksud untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dengan langkah ini pula pembimbing mencata kasus yang perlu mendapat dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu. 2. Melakukan Diagnotis Langkah diagnotis yang dilakukan untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus yang

menggunakan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

3. Melakukan Pragnosis Langkah pragnosis dimaksud untuk menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus, langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dan langkah diagnosis yaitu ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. 4. Langkah Pemberian Bantuan Langkah ini merupakan pelaksanaan apa yang ditetapkan dalam langkah pragnosis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang bersangkutan agar mampu mengatasi kesulitan belajar dengan kemampuannya sendiri, sehingga berhasil dan optimal serta dapat menyesuaikan diri dengan sehat. 5. Melakukan tindak lanjut (follow up) Follow up dimaksud untuk menilai atau mengetahui sejauh mana langkah terapi yang telah dilakukan dan hasil yang dicapai. Dalam langkah tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutna dalam jangka watu yang lebih jauh (Muh. Surya, 1975: 14). Dari hasil tersebut guru bimbingan dan konseling dapat menganalisis akademik siswa yang bersangkutan dan memberikan informasi mengenai cara belajar yang baik dan efekif dan menginterview siswa tersebut.

10

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat kami tarik dari pembahasan mengenai bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang terus

menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan tekhnik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. 2. Konseling merupakan salah satu tekhnik pelayanan

dalam bidang secara keseluruhan yaitu dengan memberikan bantuan secara individual. 3. Pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada

siswa dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan pribadi mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. 4. Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut: a) Melakukan diganosa; b) Melakukan diagnotis; c)

11

Melakukan pragnosis; d) Langkah pemberian bantuan; 5) Melakukan tindak lanjut (follow up). B. Saran Saran yang dapat kami sampaikan dalam kesempatan kali ini adalah: 1. Bimbingan dan konseling

merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh para guru. Maka dari itu, setiap guru hendaklah menguasai prinsip-prinsip dasar pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. 2. Dalam pelaksanaan pelayanan

bimbingan dan konseling, para guru hendaklah bekerjasama dengan petugas Bimbingan dan konseling guna mempermudah penyelesaian suatu kasus.

12

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, (2004), Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Dewa Ketut Sukardi, (1995), Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Bimo Walgito, (2005), Bimbingan dan Konseling, Jogjakarta: Penerbit Andi Prayitno, (2001), Panduan Pengawasan Bimbingan dan Konselin di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Dewa Ketut Sukardi, (2000), Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta Dewa Ketut Sukardi, (1983), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Surabaya: Usaha Nasional Umar & Sartono, (2001), Bimbingan dan Konseling, Bandung: Pustaka Setia HM. Surya, (2001), Bimbingan dan Konseling Modul 1-6, Universitas Terbuka

13

Anda mungkin juga menyukai