Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATAKULIAH STRUKTUR BAJA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

DAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWA Anis Rahmawati, S.T., M.T., Prodi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang dapat memberikan jalan untuk memperbaiki permasalahan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran Struktur Baja, sehingga diharapkan kompetensi mahasiswa dapat meningkat, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa. Penelitian ini mengikuti metode penelitian pengembangan model prosedural, yaitu model pengembangan yang bersifat deskriptif, menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1) persiapan, 2) pengembangan bentuk awal produk, 3) validasi produk, 4) pengujian bentuk awal produk. Produk yang akan dihasilkan berupa produk model pembelajaran dalam Struktur Baja berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model ini dikenakan pada mahasiswa pendidikan Teknik Bangunan Semester V. Hasil uji coba produk menunjukkan bahwa: 1) Desain model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan analisis struktur baja, ditunjukkan dengan tingkat ketuntasan belajar yang mencapai 100%. 2) Model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan terlaksana cukup baik, ditunjukkan dari nilai umpan balik mahasiswa sebesar rata-rata 3,9 ( >3), 3) Model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan dapat meningkatkan Kepercayaan diri mahasiswa terutama dalam aktivitas menyampaikan pendapat di muka umum, ditunjukkan dari meningkatnya rerata keaktivan diskusi dari 55,06% menjadi 77,89%. Kata kunci : Struktur baja, Pembelajaran Kooperatif, STAD, Kepercayaan diri PENDAHULUAN Mata kuliah Struktur Baja (2 SKS) merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan yang ditempuh pada Semester V. Standar kompetensi matakuliah ini adalah mahasiswa mampu menganalisis dan merencanakan bagian per bagian dari struktur bangunan baja yang terdiri dari batang tarik, batang tekan, batang lentur, dan sambungan baja. Pemahaman konsep perencanaan struktur baja merupakan syarat utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa untuk dapat menganalisis dan merencanakan bagian per bagian dari struktur bangunan baja dengan benar. Banyak masalah yang dialami dalam proses belajar untuk mencapai standar kompetensi. Pemahaman konsep belum sepenuhnya dicapai oleh mahasiswa. Beberapa

metode pembelajaran yang telah dilakukan, seperti penggunaan media presentasi, modul belajar, dan pemberian tugas individu ternyata belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Permasalahan-permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut perlu dicarikan solusinya agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai optimal. Salah satu caranya adalah dengan menemukan metode pembelajaran yang efektif, yang dapat memperbaiki daya tangkap mahasiswa, meningkatkan attitude mahasiswa, meningkatkan keaktivan mahasiswa, serta memberikan kesempatan bagi peningkatan ketrampilan terutama di bidang ilmu teknik. Pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang menekankan pada kerjasama dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah bersama-sama. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar melalui penempatan siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang dapat memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. Salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif adalah metode Student Teams Achievement Divisions (STAD). Penelitian STAD telah dikembangkan searah dengan munculnya paradigma baru dalam pembelajaran, yaitu konstruktivisme. STAD dianggap mewakili keaktifan yang disyaratkan oleh konstruktivisme. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terbukti model pembelajaran kooperatif tipe Student teams achievement divisions (STAD) mampu meningkatkan minat belajar mahasiswa dan meningkatkan kepekaan sosial. Oleh karena itu perlulah dilakukan pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat memberikan jalan untuk memperbaiki permasalahan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran Struktur Baja, sehingga diharapkan kompetensi mahasiswa baik di ranah kognitif, keterampilan maupun sikap terhadap ilmu teknik khususnya struktur baja dapat meningkat. Salah satu kemampuan penting yang selayaknya dimiliki oleh tiap individu adalah kemampuannya untuk membangun rasa percaya diri atau perasaan yakin akan keberhasilan. Hal ini terutama ketika seseorang dihadapkan pada kondisi tidak mendukung dan pengetahuan yang dimiliki mengarah pada asumsi gagal. Lebih dari itu, kepercayaan diri juga merupakan kemampuan yang amat penting disaat seseorang harus melakukan sesuatu hal dimana dia belum mempunyai pengalaman positif tentang hal tersebut. Orang yang terampil dan berpengetahuanpun tidak akan bisa menunjukkan performa terbaik jika dia memiliki percaya diri yang rendah.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi, serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri ( Rini, J., 2002 ). Pengalaman-pengalaman baik seperti kesuksesan, akan membawa dampak positif tertanamnya rasa percaya diri pada diri seseorang. Oleh karena itu, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menanamkan rasa percaya diri adalah dengan memperbanyak perbendaharan pengalaman sukses pada diri sesorang. Dalam konteks pembelajaran, pengalaman sukses dapat berupa keberhasilan ketika menyelesaikan persoalan-persoalan yang diberikan dosen. Pengalaman sukses dalam menyampaikan pendapat di dalam suatu diskusi kelompok maupun ketika berbicara di depan kelas juga dapat menjadi pemupuk tertanamnya kepercayaan diri. METODE PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Bangunan Semester V Tahun ajaran 2009/2010 yang mengikuti mata kuliah Struktur Baja. Objek penelitiannya adalah kompetensi mahasiswa yang berupa kompetensi kognitif, serta sikap sosial mahasiswa berupa kepercayaan diri. Penelitian berlangsung di prodi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS Surakarta. Penelitian ini mengikuti metode penelitian pengembangan model prosedural, yaitu model pengembangan yang bersifat deskriptif, menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Produk yang akan dihasilkan berupa produk model pembelajaran dalam Struktur Baja berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD ). Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahap sebagai berikut: a. Tahap Persiapan. Pada tahap ini dilakukan kajian baik dari literatur maupun hasil penelitian tentang berbagai model yang dapat dilakukan untuk Struktur Baja dengan metode STAD. b. Tahap pengembangan bentuk awal produk. Pada tahap ini mulai disusun model pembelajaran yang akan digunakan, meliputi skenario terperinci pelaksanaan metode STAD pada perkuliahan Struktur Baja, serta instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk menguji produk. Model pembelajaran kemudian diajukan ke Peer reviewer untuk

memperoleh masukan-masukan, dan kemudian bila diperlukan dilakukan revisi sesuai masukan dari reviewer tersebut. c. Pengujian Bentuk Awal Produk. Pelaksanaan metode STAD dalam Struktur Data dikumpulkan melalui observasi objek, pemberian tes dan angket. Observasi digunakan untuk mengetahui keterampilan dan sikap sosial selama proses pembelajaran berlangsung. Angket digunakan untuk mengetahui penilaian mahasiswa terhadap kerja mereka sendiri dan temannya. Sikap sosial berupa tingkat kepercayaan diri juga diukur menggunakan angket. Tes digunakan untuk mengetahui Komptetensi kognitif mereka pada topik yang diberikan. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif. Evaluasi pelaksanaan STAD dalam perkuliahan dilaksanakan untuk mendapatkan informasi berupa: tingkat keberhasilan pelaksanaan perkuliahan serta kendala atau masalah yang timbul. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan dan survey. HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan dan Hasil Pembelajaran Rincian kegiatan belajar dalam pembelajaran mata kuliah struktur baja untuk tiap-tiap materi atau sub kompetensi dasar yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:
1. Ceramah

Baja mulai diterapkan pada tahap ini.

interaktif dalam penyampaian materi aktif berinteraksi dengan melakukan diskusi dua arah masalah sesuai dengan materi yang dibahas

2. Mahasiswa 3. Pre-Test

4. Penyampaian 5. Dalam a.

kelompok mahasiswa melakukan:

Brainstorming, dengan cara semua anggota kelompok menyampaikan pendapat, ide, maupun tanggapan terhadap permasalahan yang diberikan. Diskusi didokumentasi dalam kertas kerja Melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus Menyusun garis besar alur penyelesaian masalah Melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari landasan/referensi pendukung

b. c. d.

6.

Diskusi pleno dilakukan dengan cara: Mahasiswa berkumpul sesuai dengan kelompok masing-masing Tiap anggota kelompok menyampaikan hasil penelusuran referensi selama pembelajaran mandiri Kelompok mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri 4

Mendapatkan kesimpulan kelompok


Tiap kelompok menentukan pembagian tugas dalam diskusi pleno, seperti moderator, notulen, dan nara sumber

7. 8. 9.

Penyampaian hasil diskusi kelompok dalam diskusi pleno kelas Mengakomodasi tanggapan/masukan dari peserta pleno Menentukan kesimpulan akhir dan dokumentasi akhir laporan tugas

Post-Test Pengumuman dan pemberian reward kepada kelompok dengan prestasi terbaik Dosen memberikan penguatan Rencana awal pelaksanaan pembelajaran kemudian didiskusikan dengan peer reviewer,

yaitu dosen yang mengajar mata kuliah Teknologi baja sebagai mata kuliah pra syarat dari mata kuliah Struktur baja, dan dosen yang mengajar mata kuliah Struktur baja lanjut sebagai mata kuliah lanjutan dari mata kuliah Struktur baja. Dari hasil diskusi dengan peer-reviewer, disimpulkan bahwa agar mahasiswa lebih dapat menggambarkan secara nyata mengenai struktur baja, diawal perkuliahan perlu dilakukan tinjauan lapangan pada bangunan baja. Kegiatan ini diperlukan untuk memberikan gambaran langsung kepada mahasiswa tentang berbagai hal yang berkaitan dengan struktur baja seperti macam-macam struktur bangunan baja, jenis-jenis profil baja, sambungan baja, dan perletakan bangunan baja. Agar materi yang ditinjau bisa beragam dengan waktu yang terbatas, kegiatan tinjauan lapangan dilaksanakan per kelompok. Tiap kelompok kecil meninjau lokasi bangunan yang berbeda, sedangkan macam struktur yang harus ditinjau dibedakan untuk tiap kelompok besar. Hasil tinjauan lapangan kemudian disampaikan dalam diskusi pleno kelas dalam rangka penyebaran informasi serta untuk mengetahui sejauh mana keaktivan mahasiswa dalam mencari informasi secara mandiri berkaitan dengan materi yang dibahas. Tahap selanjutnya, rancangan pembelajaran yang telah direvisi yang pertama, kemudian diajukan kepada ahli pembelajaran dan ahli media untuk dikaji dan dicermati. Dari hasil pengamatan para ahli tersebut, secara umum rancangan yang diajukan sudah cukup baik. Ahli media memberikan saran untuk menampilkan media pembelajaran berupa model struktur baja agar mahasiswa memiliki gambaran yang lebih detail dan nyata. Berdasarkan masukan dari ahli media tersebut, kemudian pada penyampaian materi batang tarik, dimana pada elemen struktur baja ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan alat-alat sambung khususnya lubanglubang baut, digunakan suatu media demonstrasi berbentuk model dari suatu batang tarik yang merupakan bagian dari struktur rangka, beserta model desain alat sambungnya. Dengan

penggunaan model-model tersebut dalam pembelajaran diharapkan mahasiswa memiliki gambaran yang lebih riil tentang materi yang dipelajari. Setelah dilakukan revisi II, selanjutnya dilaksanakan uji coba produk, yaitu penerapan metode pembelajaran STAD pada perkuliahan struktur baja. Hasil pembelajaran menunjukkan 100% peserta telah tuntas pembelajarannya dengan rincian 23 peserta (52,2 %) yang dinyatakan mempunyai kompetensi sangat baik, 10 peserta (43,5%) mencapai kompetensi baik, 1 peserta (4,3 %) berkompetensi cukup. Model pembelajaran kooperatif lebih unggul dari pembelajaran biasa karena para mahasiswa banyak melakukan variasi kegiatan dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Melalui berbagai variasi kegiatan belajar tersebut mereka melakukan pengulangan, perluasan, pendalaman dan penguatan terhadap penguasaan materi pengetahuan yang dipelajari, sedang dalam pembelajaran biasa yang bersifat ekspositori, mahasiswa hanya mengalami atau melakukan satu atau dua kegiatan belajar saja, sehingga tidak atau kurang terjadi pengulangan, perluasan, pendalaman dan penguatan penguasaan. Model pembelajaran kooperatif memberikan hasil lebih baik dalam pengembangan keterampilan sosial, diantaranya karena menggunakan berbagai variasi kegiatan pembelajaran kelompok sehingga banyak memberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan sosial. Hal itu berarti bahwa model pembelajaran kooperatif cocok digunakan untuk pengembangkan keterampilan sosial, diantaranya adalah untuk peningkatan kepercayaan diri mahasiswa. Dampak positif dari model pembelajaran kooperatif lainnya adalah munculnya motivasi dan rasa percaya diri mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Aspek psikologis tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada kemudahan mahasiswa dalam menerima informasi. Tingkat kehadiran mahasiswa juga meningkat karena disetiap kegiatan pembelajaran melibatkan mahasiswa, sehingga mahasiswa yang tidak hadir akan sangat terlihat selain juga akan tertinggal informasi. STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang sederhana dan mudah diterapkan. Pembelajaran kooperatif dengan pendekatan STAD memungkinkan dosen dapat memberikan perhatian terhadap tiap peserta kuliah/mahasiswa. Hubungan yang lebih akrab akan terjadi antara dosen dengan mahasiswa maupun antara mahasiswa dengan mahasiswa. Ada kalanya mahasiswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, adapula mahasiswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Karakteristik mahasiswa seperti tersebut akan sangat terbantu dengan sistem pembelajaran dalam STAD, sehingga tingkat penguasanannya akan materi yang dipelajari akan berkembang dengan baik.

Selain itu, penguasaan mahasiswa dalam materi pelajaran meningkat melalui penggunaan kegiatan pembelajaran yang berorientasi mengaktifkan mahasiswa (aktive learning). Pembelajaran yang berorientasi mengaktifkan mahasiswa (aktive learning) memberikan kesempatan yang luas kepada mahasiswa untuk belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing). Menurut Johnson dan Johnson, belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi: bahwa seseorang akan belajar paling baik jika dia secara pribadi terlibat dalam pengalaman belajar itu, bahwa pengetahuan harus ditemukan oleh seorang pembelajar sendiri apabila pengatahuan itu hendak dijadikan pengetahuan yang bermakna atau membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku seseorang, dan bahwa komitmen terhadap belajar paling tinggi apabila seseorang bebas menetapkan tujuan pembelajarannya sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka tertentu. Hasil belajar yang diperoleh setelah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan presentasi keberhasilan yang cukup baik. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Slavin (1995), dimana hasil-hasil penelitian menunjukkan teknik-teknik pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Karakteristik pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang lebih luas bagi mahasiswa dengan hasil belajar yang rendah untuk terus meningkatkan kemampuannya. Seperti yang diungkapkan Ibrahim dkk (2000), beberapa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain adalah: meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, memperbaiki kehadiran, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, serta retensi lebih lama. Secara umum adanya peningkatan hasil belajar setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan keterampilan mahasiswa dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan menerima orang lain untuk menyelesaikan tugas secara bersama sehingga memotivasi mahasiswa untuk belajar dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil Umpan Balik Mahasiswa Rancangan dan implementasi model pembelajaran kooperatif akan berjalan efektif dan memberikan hasil yang baik jika berbagai faktor pendukungnya berperan secara optimal. Faktor pertama pendukung pembelajaran kooperatif adalah pengajar/dosen, dalam hal ini berkaiatan dengan kualifikasi pendidikan, potensi dan kondisi, persepsi terhadap profesi dan

tugas mengajar serta kemampuan dan kecakapan menyelenggarakan serta mengelola pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik model pembelajaran kooperatif. Faktor kedua adalah peserta didik/mahasiswa, meliputi karakteristik, potensi, minat, kemampuan, dan persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran kooperatif dan materi pelajaran yang diajarkan. Faktor ketiga adalah sarana-prasarana, sumber belajar, media dan alat bantu belajar, berkenaan dengan ketersediaan, keberfungsian dan kreatifitas penyajian dan pemanfaatanya oleh pengajar/dosen. Faktor keempat adalah ukuran, kondisi dan suasana kelas. Ukuran berkaitan dengan luas dan pemanfaatan ukuran kelas; kondisi kelas berkenaan dengan penataan sarana dan prasarana di kelas sehingga kondusif untuk pembelajaran kooperatif, sedangkan suasana kelas berkenaan dengan iklim belajar dan kegiatan kerjasama dalam pembelajaran. Sedangkan faktor kelima adalah waktu. Efektivitas implementasi model pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang memadai dengan pemanfaatan yang optimal dan bermakna (Syaodih, 2009). Kinerja kelima faktor pendukung pembelajaran kooperatif tersebut diketahui dari evaluasi umpan balik pelaksanaan pembelajaran melalui pengisian angket kuisioner oleh mahasiswa yang dilakukan pada akhir pertemuan. Evaluasi pembelajaran menunjukkan hasil bahwa faktor-faktor pendukung model pembelajaran kooperatif rata-rata telah tercukupi, dilihat dari rerata nilai total yang diperoleh sebesar 3,93 lebih tinggi dari nilai tengah 3,0. Tingkat Kepercayaan Diri Mahasiswa Model pembelajaran kooperatif tidak semata hanya mempelajari materi, tetapi sekaligus juga mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif berfungsi melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Ketrampilan kooperatif dibedakan dalam tiga kategori, yaitu ketrampilan kooperatif tingkat awal, ketrampilan kooperatif tingkat menengah, dan ketrampilan kooperatif tingkat mahir. Yang termasuk kategori ketrampilan kooperatif tingkat awal adalah menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, serta menghormati perbedaan individu. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah meliputi ketrampilan menunjukkan penghargaan, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan dengan 8

aktif, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima tanggung jawab, serta mengurangi ketegangan. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir ditunjukkan dengan kemampuan dalam mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, serta berkompromi ( Andayani,2007). Berbagai ketrampilan kooperatif yang dilatihkan selama proses pembelajaran tersebut menjadikan model pembelajaran kooperatif memberikan hasil lebih baik dalam pengembangan keterampilan sosial. Kondisi tersebut di antaranya dihasilkan dari proses belajar yang menggunakan berbagai variasi kegiatan pembelajaran kelompok sehingga banyak memberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan sosial. Hal itu berarti bahwa model pembelajaran kooperatif cocok digunakan untuk pengembangkan keterampilan sosial, diantaranya adalah untuk peningkatan kepercayaan diri mahasiswa. Hasil kuisioner di awal dan akhir perkuliahan menunjukkan tingkat kepercayaan diri mahasiswa sebagian besar mengalami peningkatan. Sedangkan dari hasil pengamatan langsung diperoleh data bahwa ada peningkatan keaktivan mahasiswa dalam mengikuti diskusi, baik dalam kelompok kecil maupun dalam diskusi pleno kelas. Hal tersebut tampak dari naiknya nilai rerata diskusi kelompok, baik untuk nilai penguasaan materi, keaktivan presentasi, maupun keaktivan diskusi. Pada diskusi kelompok yang kempat, rata-rata semua anggota kelompok telah aktiv berpartisipasi memberikan usul/pendapat. Dan dari delapan kali diskusi pleno yang dilaksanakan, tingkat antusiasme mahasiswa untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok dalam diskusi pleno juga meningkat. Selain itu, jumlah mahasiswa yang berani maju berbicara sebagai nara sumber juga mengalami peningkatan. Meskipun terkadang ada mahasiswa yang masih ragu-ragu untuk menjadi nara sumber, namun karena dorongan serta dukungan teman-teman kelompoknya sehingga memacu keberanian untuk tampil dengan penuh percaya diri. Mulai dari diskusi pleno yang keempat, dalam presentasi satu kelompok rata-rata tidak hanya dibawakan oleh satu orang narasumber, melainkan hampir semua anggota kelompok selain yang bertugas sebagai moderator akan berperan sebagai nara sumber. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah: 1) Desain model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan analisis struktur baja, ditunjukkan dengan tingkat ketuntasan belajar yang mencapai 100%, 2) Model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan terlaksana cukup baik, ditunjukkan dari nilai umpan balik mahasiswa sebesar rata-rata 3,9 , 3) Model pembelajaran kooperatif STAD yang dikembangkan dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa 9

terutama dalam aktivitas menyampaikan pendapat di muka umum, ditunjukkan dari meningkatnya rerata keaktivan diskusi dari 55,06% menjadi 77,89%. Untuk kepentingan penelitian dan kegiatan pembelajaran selanjutnya, peneliti memberikan saran sebagai berikut:1) Agar kinerja kelompok kecil lebih optimal, dosen sebaiknya terus memberikan arahan agar semua anggota kelompok memberikan kontribusi optimal pada kerja kelompoknya, 2) Untuk meningkatkan kinerja mahasiswa dalam mengerjakan tugas-tugas, dapat dicoba dengan mengarahkan tugas-tugas individu yang nilainya akan digunakan dalam kelompoknya, sehingga diharapkan masing-masing mahasiswa akan berusaha selain demi individunya juga demi kelompoknya, 3) Jika memungkinkan, setting kelas untuk diskusi kelompok dilaksanakan sebelum jadwal perkuliahan sehingga tidak menyita waktu untuk kegiatan pembelajaran, 4) Proses pembelajaran di perguruan tinggi sebaiknya dapat ditingkatkan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat tercapai secara maksimal dan mahasiswa bisa aktif, kreatif dan inovatif. Daftar Pustaka Andayani Sutrisni, 2007, Penerapan Kooperatif Teknik STAD dalam Matematika, FKIP Universitas Muhammadiyah Metro, Metro http://www.beritanet.com/Life-Style/Motivational/Motivasi-Believes-In-Your-Self.html. Mengukur Rasa Percaya Diri (diakses pada 19 November 2008) Rini Jacinta F., 2002, e-psikologi.com. Percaya Diri (diakses 14 November 2008)
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. USA: The Jhons Hopkins University

Sigit Darsono dan Fajaroh Faizatul, 2006, Implikasi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Students Teams Division Achievement) dan TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Negeri Dampit Kabupaten Malang, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol 13, No 1, 2006 Soetarno J., 2008, Inovasi Pembelajaran Dalam Pendidikan, Makalah disampaikan dalam Workshop Pengembangan Kompetensi Guru, Riyadi Palce Hotel, 27 Oktober 2008, Surakarta Sugiyanto, 2007, Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Panitia Sertifikasi Guru Rayon13, Surakarta Syam Jonni, 2002, Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknologi melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan STAD di SMK, SMK Negeri 2 Somba Opu Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

10

Syaodih Erliyani, 2009, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial, Jurnal Pendidikan dan Budaya EDUCARE, October, 2009

11

Anda mungkin juga menyukai