Anda di halaman 1dari 5

Di beberapa tempat, ada orang yang berdoa atau berzikir dengan suara sangat keras, bahkan pakai loud

speaker segala. Jika dilakukan pada siang hari masih mending, ini terkadang jam 2 malam sudah berbunyi, sehingga mengganggu orang yang sedang sakit, anak-anak bayi, dan para non Muslim. Meski niat awalnya mungkin dawah, tapi karena mengganggu, akhirnya malah mencemarkan Islam dan membuat orang antipati terhadap Islam. Padahal Islam mengajarkan untuk berdoa dengan suara lembut dan perlahan: Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan penuh harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik. (Al-Araaf: 55 56). Karena itu, Allah memuji hamba-Nya, Nabi Zakariya, dengan firmannya yang artinya, Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut. (Maryam: 3). Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan penuh kerendahan dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang, dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai. (Al Araaf:205) Jadi, surat Al Araaf ayat 205 tersebut jelas melarang berzikir dengan suara yang keras. Hal ini sesuai pula dengan penjelasan Hadits Nabi: Diriwayatkan oleh Abu Musa Al Asyari ra. berkata: Seseorang mengangkat suaranya tinggi-tinggi ketika berdoa dalam suatu perjalanan. Maka Rasulullah menegur mereka: Hai sekalian manusia! Tahanlah diri kalian, karena kalian tidak menyeru orang tuli dan tidak pula jauh. Yang kamu seru itu Maha Mendengar lagi sangat dekat, bahkan lebih dekat dari tempat dudukmu sendiri!

Mungkin ada dari kita yang merasa bahwa doanya tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT. Tapi sesungguhnya tidak seperti itu. Karena Nabi Muhammad SAW. bersabda bahwa : Sesungguhnya Allah bersifat malu dan Maha Pemurah. Dia merasa malu, jika ada seorang hamba-Nya yang menadahkan tangan kepada-Nya, ditolak begitu saja dengan tangan hampa, tanpa diberi apa2 (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban) Oleh karena itulah, mungkin juga diri kita sendiri yang tidak mengerti adab bagaimana cara berdoa yang benar. Maka dari itulah saya akan memberikan tips2 bagaimana adab berdoa yang baik agar doa kita menjadi mustajabah, Insya Allah: Download file pdfnya disini!! 1. Hendaklah kita berdoa dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil 2. Hendaklah sebelum dan sesudah kita berdoa, kitaucapkan sholawat kepada Rasulullah SAW 3. Sedapat mungkin menghadap kearah kiblat dan dengan menadahkan kedua telapak tangan terbuka diwaktu berdoa, kemudian jangan lupa untuk mengusapkannya ke wajah dengan khusyuk dan tawadlu 4. Berdoa seplenulh hati dengan sebulat-bulat sikap yang sekhidmat-khidmatnya, dengan nada sewajarnya. Jangan kelewat tinggi karena kita berdoa kepada Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat

atau jangan pula terlalu rendah terlalu rendah. Berdoa dengan suara perlahan antara kedengaran atau tidak 5. Hendaklah pula kita imbangi dengan perbuatan sehari-hari kita dengan perbuatan yang dianjurkan agama dan yang dilarang agama kita jauhi 6. Dengan kesungguhan hatidan dengan penuh rasa optimis kita berdoa dan jangan pernah pesimis!. Supaya lebih mantap, kita ucapkan doa kita itu tiga kali berturut-turut 7. Jangan minta lekas2 diijabahkan dengan seggera doa kita itu terlebih kita menggerutu karenanya karena doa kita yang belum juga dikabulkan. Hendaknya kita menunggu dengan sabar dan sholat 8. Berdoalah dengan hati yang tulus ikhlas 9. Waktu yang baik untuk berdoa adalah: -Malam Lailatul Qodr -Pada hari atau malam Jumat -Tengah Malam -Pada bulan Ramadhan -Antara adzan dan iqomat -Setiap selesai sholat -Diwaktu sujud -Pada hari Arafah -Ketika akan sholat -Ketika selesai mengkhatamkan Al-Quran -Berdoa dalam Itidal yang terakhir dari sholat -Berdoa antara waktu Dzuhur dan Ashar Semoga doa anda lekas dikabulkan, Amien Ya Robbal Alamien.

Allah Taala berfirman: Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (QS. Maryam: 3) Allah Taala berfirman: (QBerdoalah kepada Rabb kalian dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Araf: 55) Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata: Rasulullah -shallallahu waalaihi wa sallam- menyukai doa-doa yang singkat tapi padat maknanya, dan meninggalkan selain itu. (HR. Abu Daud no. 1482 dan An-Nawawi berkata dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 431, Sanadnya baik.) dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:Dari Jabir bin Abdillah Janganlah kalian mendoakan keburukan pada diri kalian, jangan mendoakan keburukan pada anak-anak kalian, dan jangan mendoakan keburukan pada harta-harta kalian. Jangan sampai doa kalian bertepatan dengan saat dikabulkannya doa dari Allah lalu Dia akan mengabulkan doa kalian. (HR. Muslim no. 3009)

bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:Dari Abu Hurairah Jika salah seorang dari kalian berdoa maka janganlah sekali-kali dia berkata, Ya Allah ampunilah aku jika Engkau kehendaki. Akan tetapi hendaklah dia memastikan apa yang dia minta dan hendaknya dia memperbesar pengharapannya, karena Allah -Azza wa Jalla- sama sekali tidak pernah menganggap besar sesuatu yang Dia berikan. (HR. Al-Bukhari no. 6339 dan Muslim no. 2678) Penjelasan ringkas: Dari dalil-dalil di atas kita bisa memetik beberapa perkara yang menjadi adab dalam berdoa: 1. Merendahkan suara ketika berdoa, tidak di dalam hati tapi juga tidak menjaharkannya. Karena hal itu bisa membantu dia untuk khusyu dan sekaligus menunjukkan ketundukan dan kerendahan dia di hadapan Allah Taala. 2. Tadharru (merendah) kepada Allah ketika berdoa kepada-Nya. Ad-Dharaah (asal kata tadharru, pent.) bermakna menghinakan diri, tunduk, dan mengharap. Dikatakan: maknanya tunduk, menghinakan diri, dan merendahkan diri. Dia tadharru kepada Allah maksudnya dia berharap kepada-Nya. (Lihat Al-Mishbah Al-Munir hal. 361) Allah Taala berfirman, Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Al-Anam: 42-42) 3. Menggunakan kalimat-kalimat yang jami dalam berdoa, yakni yang lafazhnya ringkas akan tetapi makna yang terkandung di dalamnya sangat dalam lagi sangat luas. Karenanya sudah sepantasnya seseorang itu berdoa dengan doa-doa yang Nabi -alaihishshalatu wassalam- pernah berdoa dengannya, karena beliaulah pemilik al-jawami al-kalim (kata-kata yang jami). 4. Tidak mendoakan kejelekan untuk diri, keluarga, dan harta benda, karena mungkin saja Allah Taala akan mengabulkannya. 5. Memastikan permintaannya dan tidak mengembalikannya kepada masyi`ah (kehendak) Allah, karena hal itu menunjukkan kurang perhatiannya dia kepada doanya dan dia tidak terlalu berharap kalau Allah akan mengabulkan doanya. 6. Betul-betul meminta (arab: al-ilhah) kepada Allah ketika berdoa. Al-Ilhah maknanya mendatangi sesuatu dan komitmen berada di atasnya. Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu- secara marfu, Tetaplah kalian berdoa dengan Wahai Yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah. (HR. At-Tirmizi no. 3773-3775 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi: 3/172) Maka hendaknya seorang hamba memperbanyak doa dan sering mengulang-ulanginya. Dia terus-menerus meminta kepada Allah dengan mengulang-ulangi penyebutan rububiah-Nya, uluhiah-Nya, serta nama-nama dan sifat-sifatNya. Itu merupakan sebab terbesar dikabulkannya

doa, sebagaimana yang Nabi -shallallahu alaihi wasallam- sebutkan, Seseorang yang letih dalam perjalanannya, rambutnya berantakan, dan kakinya berpasir, seraya dia menengadahkan kedua tanganya ke langit dan berkata, Wahai Rabbku, wahai Rabbku, sampai akhir hadits (HR. Muslim no. 1015) dan hadits ini menunjukkan adanya ilhah dalam berdoa. Berikut beberapa adab lainnya yang tidak tersebut dalam semua dalil di atas: 1. Memulai dengan memuji Allah lalu bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, dan juga menutup doanya dengan ini. Dari Fudhalah bin Ubaid -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallammendengar seorang lelaki berdoa di dalam shalatnya, dia tidak memuji Allah Taala dan juga tidak bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-. Maka Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, Orang ini tergesa-gesa, kemudian beliau memanggil orang itu lalu beliau berkata kepadanya atau kepada selainnya, Jika salah seorang di antara kalian berdoa maka hendaknya dia memulainya dengan memuji dan menyanjung Allah, kemudian dia bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kemudian setelah itu baru dia berdoa sesukanya. (HR. Abu Daud: 2/77 no. 1481 dan At-Tirmizi: 5/516 no. 2477. Dinyatakan shahih oleh AlAlbani dalam Shahih Abu Daud no. 1314 dan Shahih At-Tirmizi no. 2767.) 2. Senantiasa berdoa kepada Allah baik dalam keadaan lapang maupun dalam kesulitan. Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallambersabda, Barangsiapa yang mau doanya dikabulkan oleh Allah ketika dia mendapatkan syada`id (kesusahan) dan al-kurab (kesulitan), maka hendaknya dia memperbanyak berdoa ketika dia lapang. (HR. At-Tirmizi no. 3382 dan Al-Hakim: 1/544. Hadits ini juga dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmiz: 3/140, dan lihat juga Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 593) 3. Bertawassul kepada Allah Taala dengan salah satu atau semua jenis-jenis tawassul yang disyariatkan, yaitu: Tawassul dengan menggunakan nama-nama dan sifat-sifat Allah, tawassul dengan amalan saleh, dan tawassul dengan perantaraan doa orang saleh yang masih hidup. Dan bukan di sini tempatnya membahas tentang tawassul. 4. Tidak memaksakan diri dalam memperindah lafazh (sajak) doa (arab: as-saja). Dari Ibnu Abbas beliau berkata, Jauhilah as-saja dalam berdoa, karena sesungguhnya aku mendapati Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dan para sahabatnya tidak melakukan kecuali itu -yakni: Mereka tidak melakukan kecuali menjauhi hal itu-. (HR. Al-Bukhari no. 6337) 5. Mengulangi doa sebanyak tiga kali. Dalil dalam masalah ini cukup banyak, di antaranya adalah ucapan Ibnu Masud bahwa Nabi alaihishshalatu wassalam- mengangkat kepalanya kemudian berdoa, Ya Allah binasakanlah Quraisy, sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari no. 240 dan Muslim no. 1794) 6. Menghadap ke arah kiblat. Dari Badr bin Zaid dia berkata, Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah keluar ke lapangan ini untuk meminta hujan, maka beliau berdoa dan shalat istisqa`, kemudian beliau menghadap

ke kiblat dan membalik kain yang beliau pakai. (HR. Al-Bukhari -dan ini adalah lafazhnya- no. 6343) 7. Mengangkat kedua tangan ketika berdoa. Dari Salman -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, Sesungguhnya Rabb kalian -Tabaraka wa Taala- Maha Malu lagi Maha Pemurah kepada hamba-Nya, Dia malu kepada hamba-Nya tatkala dia mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lantas Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong. (HR. Abu Daud no. 1488, At-Tirmizi: 5/ 557, dan selain keduanya. Ibnu Hajar berkata, Sanadnya jayyid, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi: 3/179) 8. Berwudhu sebelum berdoa, jika memungkinkan. bawa Rasulullah -shallallahu alaihiDalam hadits Abu Musa Al-Asyari wasallam- meminta air lalu berwudhu kemudian beliau mengangkat kedua tangannya lalu berdoa, Ya Allah, ampunilah Ubaid Abu Amir. (HR. Al-Bukhari: 5/101 dan Muslim: 4/1943. Lihat Al-Fath: 8/42,) 9. Menangis ketika berdoa karena takut kepada Allah Taala.

10. Jika dia mendoakan orang lain maka hendaknya dia mulai dengan mendoakan dirinya sendiri. Dari Ubay bin Kaab -radhiallahu anhu- dia berkata, Jika Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- menyebut seseorang lalu mendoakannya, maka beliau mulai dengan mendoakan diri beliau sendiri. (HR. At-Tirmizi: 5/463) Hanya saja juga telah shahih riwayat bahwa beliau shallallahu alaihi wasallam- tidak memulai dengan diri beliau sendiri, seperti pada doa beliau untuk Anas, Ibnu Abbas, dan ibunya Ismail -radhiallahu anhum-. (Lihat: Syarh Shahih Muslim: 15/144, Fath Al-Bari: 1/218, dan Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmizi: 9/328) 11. Dan tentu saja dia tidak meminta kecuali hanya kepada Allah semata. Dari Ibnu Abbas -radhiallahu anhuma- dia berkata: Saya pernah berada di belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam- lalu beliau bersabda, Wahai anak kecil, sesungguhnya saya akan mengajarkan kepadamu beberapa ucapan: Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu, jagalah Allah niscaya kamu akan mendapati Dia berada di depanmu. Jika kamu meminta maka mintalah hanya kepada Allah, dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan hanya kepada Allah. (HR. At-Tirmizi: 4/667 dan Ahmad: 1/293. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi: 2/309)

Anda mungkin juga menyukai