Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERJALANAN al-Kahfi Goes to JOGJA

Keberangkatan dari Al-Kahfi Pada pukul 13.30, setelah pulang sekolah, kami mepersiapkan barangbarang serta perlengkapan yang akan kami bawa ke Jogja untuk mengikuti kegiatan Al-Kahfi Goes To Campus. Kami merencanakan apa-apa yang akan dibawa seperti: seragam, jas, sepatu, dll. Namun pada pukul 14.30, tepatnya sebelum adzan Ashar, hujan turun dengan lebatnya disertai dengan angin yang sangat kencang, hingga membuat kami tidak dapat berkomunikasi antar kelompok untuk menentukan barang kelompok apa saja yang harus dibawa. Kami juga tidak dapat mengatur pembagian tugas dalam menyelesaikan tugas wajib dari sekolah. Pada hal ini kami mendapat tema Pengrajin. Setelah hujan mereda, tepatnya pukul 17.40, kami berangkat menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib sekaligus menjamak shalat Isya. Seusai menjamak, kami bergegas menuju ke depan gedung ar-Raudhah untuk melaksanakan upacara pemberangkatan. Setelah itu, kami beranjak menuju bis yang telah ditentukan. Setibanya di bis, kami berdoa yang dipimpin oleh pembina masingmasing di setiap bis, dan akhirnya kami pun berangkat.

Perjalanan menuju Jogja Selepas dari Al-Kahfi, di awal perjalanan kami langsung dihadapkan dengan kemacetan yang amat sangat, namun kami semua sangat bersemangat. Sehingga, kami mencari cara untuk menghiraukan kemacetan itu dengan bersenda gurau di dalam bis. Lambat laun, bis kami yang tadinya gegap gempita mulai menjadi sepi karena beberapa dari kami sudah mulai tertidur sampai tidak ada lagi yang tersisa, kecuali supir bis. Pada pukul 01.30, bis kami singgah untuk beristirahat di tempat peristirahatan sekitar daerah Bandung. Sebagian dari kami melaksanakan shalat tahajud dan sebagian lagi memilih membeli makanan

untuk mengganjal perut. Lalu, kami kembali melanjutkan perjalanan pada pukul 02.00 dini hari. Tak lama kemudian, sekitar pukul 04.35, bis kami berhenti kembali untuk melaksanakan shalat Shubuh berjamaah di sebuah masjid. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan diiringi pembacaan al-matsurat bersama-sama. Karena perjalanan masih panjang, kami memilih kembali tidur untuk memanjakan mata kami. Sekitar pukul 08.00, kami dibangunkan oleh Pembina untuk makan di sebuah restoran bernama Grafika dengan kaos seragam kami. Setelah perut terisi dengan penuh, kami segera bertolak menuju Pengrajin Batik, dan dalam perjalanan ini rasa kantuk pada diri kami semua telah hilang karena istirahat yang cukup dan sarapan yang kami nikmati sebelumnya. Beberapa jam kemudian, tepatnya pada pukul 11.00, kami tiba di tempat tujuan kami yang pertama yaitu Pengrajin Batik yang sekaligus menjadi tugas kami saat ini.

Pengrajin Batik Batik adalah suatu kesenian Indonesia yang telah diakui oleh dunia, dan pusat dari tempat pembuatan batik adalah di jawa tengah, kami berkunjung ke salah salah satu dari tempat pengrajin batik yang berada di jawa tengah, tempat yang kami kunjungi adalah pengrajin batik di Jogja, di dalamnya, kami melihat bagaimana pemrosesan suatu batik dibuat, dari mulai batik tulis sampai batik abstrak.

Batik tulis adalah jenis batik yang dalam batik pembuatannya tulis, seorang menggunakan tangan (manual). Dalam pembuatan pembatik harus memiliki ketelitian yang sangat tinggi, karena, pembatik hanya menggunakan sebuah canting yang bertintakan lilin khusus dan tentu tidak boleh ada kesalahan dalam pelaksanaannya, maka dari itu seorang pembatik harus memiliki ketelitian dan keahllian yang baik. Proses pembuatan

batik tulis amat lama, dan diperlukan dua belas proses, berikut adalah proses pembuatan batik tulis berkualitas tinggi secara garis besar: Pertama, membuat pola dasar pada kain putih dengan pensil. Kedua, membatik pola dasar pada kain (putih) dengan lilin sesuai dengan garis pensil bolak balik. Ketiga, memberi isian pada proses nomor 2 dengn titik-titik dan guratgurat dengan lilin. Keempat, menutup dengan lilin bagian yang akan tetap putih sampai proses selesai. Kelima, mencelup ke dalam warna pertama, untuk variasi. Keenam, menutup bagian-bagian yang akan tetap sama pada warna pertama dengan lilin. Ketujuh, mencelupkan kain dengan warna kedua. Kedelapan, merebus dalam air panas mendidih untuk menghilangkan lilin. Kesembilan, mengulang membatik pada pola dasar dengan titik-titik, dan mengulang menutup nomor 4. Kesepuluh, menutup warna-warna pertama dan warna-warna kedua, agar tidak terkena warna-warna berikutnya. Kesebelas, mencelup kain untuk memberi warna pada pola dasar. Terakhir, Mengulang merebus di dalam air panas untuk menghilangkan semua lilin, selesai. Itulah yang menjadikan batik tulis mempunyai harga yang berbeda dari batik biasa atau sering disebut batik kombinasi. Berbeda dengan batik tulis, batik kombinasi hanya memerlukan delapan proses saja. Waktu yang diperlukan dalam pembuatannya pun cukup singkat. Di samping tidak terlalu memerlukan ketelitian yang tinggi, Batik ini dibuat memakai cetakan motif batik saja, dan tidak memerlukan canting dalam membuat motifnya.

Bertolak ke Keraton Yogyakarta Setelah melihat secara langsung proses pembuatan batik, kami segera bertolak ke Keraton Ngayogyakarta atau biasa disebut Keraton Yogyakarta. Namun sebelumnya, kami melaksanakan shalat jamak Dhuhur-Ashar terlebih

dahulu di Masjid Gede Keraton, karena saat itu waktu telah menunjukkan pukul 13.45. Setelah selesai melaksanakan shalat berjamah, tanpa membuang banyak waktu, kami segera menuju Keraton yang jaraknya amat dekat dari Masjid Gede. Di sana, kami dipandu oleh seorang guide yang menjelaskan tentang seluruh hal yang terdapat di dalamnya mulai dari awal sampai akhir. Termasuk tentang acara-acara adat yang diselenggarakan oleh Keraton tiap tahunnya.

Menuju Hotel GRaha Satya Setelah lelah kesana kemari, akhirnya kami menuju tempat penginapan yang sebelumnya telah di pesan oleh panitia, yaitu hotel Graha Satya pada pukul 15.30. Disana, kami segera disuruh untuk bersih-bersih diri setelah melakukan perjalanan seharian lebih. Di samping itu, kami juga masih mempunyai agenda untuk mengunjungi Pengrajin Perak.

Menuju Anshors Silver Pada pukul 16.00 kami mulai menaiki bus kembali untuk melakukan kunjungan ke Anshors Silver (pengrajin perak). Kami tiba di lokasi sekitar jam 16.45. dapat perak yang Dikarenakan melihat tersebut. telah diolah kami tiba terlalu senja, maka kami tidak proses pembuatan perakkami siap hanya untuk dapat di jadi saja yaitu, perak bagaimana Namun, barang dan

melihat-melihat perjualbelikan.

Harga perak yang perak dari Anshors kami yang Silver tertarik oleh-oleh. jangkauan kantong kami. pribadi ataupun

di tawarkan di toko tersebut sangat di luar Sehingga, tidak banyak untuk membelinya untuk Di toko tersebut, perak dengan sukses menjadi

telah dirombak dan dipermak

berbagai perhiasan dan pajangan yang indah dan juga mewah. Sebagai contoh

perak yang telah diubah menyerupai miniatur candi Prambanan dengan tinggi sekitar 15 cm dan luas permukaan 20 cm berwarna putih dijual dengan harga Rp 32.000.000,-. Disana juga dijual aksesoris kecantikan dari mulai cincin yang berharga lebih dari Rp 100.000,- ; gelang, juga kalung yang harganya juga tak kurang dari Rp 300.000,-. Bukan hanya barang dari perak saja yang di pajang disana, ada juga handycraft yang terbuat dari tanah liat (gerabah); keris; hingga sepeda onthel. Setelah lelah mengitari Anshors Shop kami bergegas menuju bus untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Sekitar jam 17.15 mesin bus dinyalakan dan kami pun berangkat menuju Malioboro untuk keperluan ber-shopping ria sekaligus melaksanakan shalat Maghrib dan isya.

shopping di malioboro Sekitar pukul 18.50, bus berhenti di parking area di daerah Malioboro. Kami bergegas turun dari bus. Kemudian kami menuju masjid terdekat untuk menjama shalat maghrib dan isya yang tertunda. Setelah selesai menjama shalat, kami pergi menyebar untuk berkeliling di sekitar malioboro. Kami diperbolehkan menyebar dengan jumlah minimal 2 orang per kelompok, agar mempermudah dalam pengecekan saat kembali ke bus. Kami juga diberi waktu hingga pukul 21.00. Malioboro menyediakan banyak sekali kerajinan tangan serta bahan olahan dari kain batik khas Yogyakarta. Contohnya adalah toko Dagadu yang merupakan salah satu merek kaos oblong yang paling banyak diminati oleh para wisatawan sebagai penyedia kaos khas Jogja, sehingga tak jarang dijumpai di sekitar Malioboro mulai dari yang asli hingga yang palsu. Selain itu, masih banyak lagi barang-barang yang menarik perhatian kami untuk dibawa pulang. Contoh saja tas batik yang hampir, sebagian dari kami, membelinya untuk dijadikan oleholeh atau dijadikan sebagai tas sekolah setelah nanti sampai di al-Kahfi. Namun pada saat bertransaksi, seluruh murid tidak melupakan satu hal yang wajib hukumnya dilakukan saat berjual-beli yaitu, tawar-menawar. Inilah hal inti dalam ber-shopping ria di Malioboro. Bahkan, sebagian dari kami, menawar barang sampai harga yang di luar batas kewajaran sehingga tak sedikit dari teman kami

kena semprot oleh pedagang yang ada di sana. Namun hal itu selalu diakhiri dengan damai karena ujung-ujungnya selalu diakhiri dengan transaksi yang dilandasi rasa ikhlas antar sesama manusia. Setelah lelah berkeliling dan waktu telah menunjukkan pukul 20.50, kami segera kembali menuju bus untuk segera berpulang ke tempat penginapan kami yang tak jauh dari Malioboro. Tepat pada pukul 21.15, bus telah bertolak balik menuju penginapan kami dan perjalanan hari pertama di Jogja, ditutup dengan acara makan malam serta briefing dari panitia untuk acara pada keesokan harinya.

Pengrajin Gerabah Pada hari kedua, di sore harinya pada pukul 17.25 setelah melakukan perjalanan ke UGM (Universitas Gajah Mada), kami melakukan perjalanan ke pengrajin Gerabah. Kami menghabiskan waktu di perjalanan sekitar 50 menit yang diselangi dengan pemutaran film Sang Murabbi di bus kami. Akhirnya kami sampai di tempat pengrajin Gerabah yang ternyata toko itu milik Syekh Puji. Namun kami merasa kecewa dikarenakan kami tidak dapat melihat langsung proses pembuatannya disebabkan oleh waktu yang tidak tepat. Oleh karena itu, kami tidak dapat menyediakan data tentang pengrajin Gerabah. Namun sekedar pemberitahuan untuk masalah harga relatif sesuai dengan kualitas dan ukuran barang.

KEMBALI KE AL KAHFI Setelah kembali dari UNS, kami melanjutkan perjalanan ke Al-Kahfi. Perjalanan kami tempuh dalam 17 jam yang mana diselingi dengan shalat dan istirahat di beberapa tempat. Akihirnya, pada hari Jumat jam 07.15 bus kami sampai di BNN dan kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Sesampai di asrama kami masing-masing, kami langsung beristirahat.

Disusun Oleh ; Fadhillah Ruhendi Putra Falah Al-Abrori Faris Naufal Musthafa Jihad Insanu Ahmad Mitra Sarjono Kiagus Ahmad Firdaus Muhammad Fauzan Hasby

Anda mungkin juga menyukai