Anda di halaman 1dari 25

Katarak Kongenital Definisi Katarak kongenital adalah perubahan pada kebeningan struktur lensa mata yang muncul pada

saat kelahiran bayi atau segera setelah bayi lahir. Katarak jenis ini dapat terjadi di kedua mata bayi (bilateral) maupun sebelah mata bayi (unilateral). Keruh/buram di lensa terlihat sebagai bintik putih jika dibandingkan dengan pupil hitam yang normal dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Dapat muncul dengan sporadic, atau dapat juga disebabkan oleh kelainan kromosom, penyakit metabolis

(galaktosemia), infeksi intraurin (rubella) atau gangguan penyakit maternal selama masa kehamilan. Epidemiologi Hamper 50% katarak kongenital adalah sporadic dan tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 0,4 persen dari seluruh kelahiran, katarak kongenital ditemukan. Tidak semua katarak kongenital membutuhkan pembedahan, tetapi lebih banyak yang perlu melakukannya. Katarak yang hanya sisi peripheral/pinggir dari lensa dapat tidak membutuhkan pembedahan, karena pengelihatan utama tidak terhalangi. Begitu pula dengan katarak yang amat kecil tidak membutuhkan pembedahan.

ETIOLOGI Katarak yang memperkeruh lensa normal biasanya terkait dengan proses penuaan. Tetapi katarak kongenital muncul pada bayi baru lahir karena berbagai alasan seperti keturunan (genetik), infeksi, masalah metabolism, diabetes, trauma (benturan), inflamasi atau reaksi obat, Sebagai contoh, pengggunaan anti biotik tetracycline yang biasa digunakan pada perawatan infeksi pada ibu hamil telah menunjukkan menyebabkan katarak pada bayi baru lahir. Katarak kongenital juga muncul jika, selama masa kehamilan, ibu bayi menderita infeksi seperti campak atau rubella (penyebab paling lazim), rubeola, chicken pox, cytomegalovirus, herpes simplex, herpes zoster, poliomyelitis, influensza, virus Epstein-Barr, sifilis, dan toxoplasmosis. Bayi yang telah tumbuh dan anak-anak dapat didiagnosa menderita katarak, yang dikenal dengan pediatric cataract (katarak pada anak), karena alasan serupa. Bagaimanapun, trauma terkait dengan kejadian seperti pembesaran mata merupakan penyebab utama (40% dari kasus katarak pada fase anak-remaja). Pada 33% dari kasus pediatric cataract , anak-anak dilahirkan dengan katarak kongenital yang sudah didiagnosa sebelumnya. Pada katarak yang diturunkan dan bentuk lain dari katarak kongenital, ketidaknormalan dapat muncul sebagai pembentukan protein yang penting untuk transparansi dari lensa natural. Katarak kongenital ini harus diangkat, karena ini dapat menghalangi pusat pengelihatan.

Patofisiologi Kekeruhan pada lensa menyebabkan sinar yang dating ke mata mengalami rintangan saat dibiaskan sampai ke retina, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan Jenis Katarak Kongenital Pembentukan katarak yang lazim antara lain seperti:

Anterior polar katarak terlihat jelas, terletak di bagian depan dari lensa mata dan biasanya terkait dengan sifat bawaan.

Posterior polar katarak juga terliha jelas, tetapi muncul di bagian belakang lensa mata.

Nuclear cataract muncul di bagian tengah lensa. Merupakan jenis katarak yang lazim pada pembentukan katarak kongenital.

Cerulean cataracts biasanya ditemukan di kedua mata bayi dan dibedakan dengan bintik kecil dan kebiruan pada mata. Cerulean cataracts terkait dengan keturunan/genetik.

Manifestasi Klinik Pada pupil mata bayi yang menderita katarak congenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.

Diagnosis Evaluasi pada Pelayanan Primer a. b. Pemeriksaan posisi dan gerak bola mata Pemeriksaan visus yang disesuaikan dengan umur

c. Pemeriksaan segmen anterior dengan senter dan lup, sebelum dan sesudah dilakukan dilatasi pupil dengan tropicamide 0,5%

Diagnosis Banding Diagnosis banding adalah kelainan lain akibat gangguan refraksi pada anak. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang adalah 1. Pemeriksaan riwayat prenatal ibu

2. Uji reduksi pada urine. Jika pada katarak di dapat hasil positif, mungkin penyebabnya adalah galaktosemia. 3. Pemeriksaan darah. Ada hubungan katarak congenital dengan diabetes mellitus, kalsium dan fosfor.

Tatalaksana Tatalaksana pada Pelayanan Primer adalah penderita segera dirujuk ke fasilitas tersier untuk pemeriksaan dan penanganan selanjutnya

Tatalaksana adalah operasi. Operasi dilakukan bila reflex fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. Pengobatan katarak congenital bergantung kepada: a. b. Katarak total bilateral, sebaiknya pembedahan segera setelah katarak terlihat. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau

segera sebelum terjadinya juling c. Katarak total atau congenital unilateral, prognosis buruk karena mudah terjadi

ambliopia, dilakukan pembedahan secepatnya, diberikan kacamata dengan latihan bebat mata d. Katarak bilateral partial, pengobatan lebih konservatif, dicoba memakai kacamata,

bila terjadi kekeruhan progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan. Prognosis lebih baik. Prognosis Prognosis visus tergantung dari jenis katarak (unilateral/ bilateral, total/partial) ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, tindakan operasi (waktu operasi, teknik operasi, komplikasi operasi) dan rehabilitasi tajam penglihatan pasca operasi. Umumnya kurang memuaskan. Jika terdapat nistagmus, prognosisnya buruk.

Komplikasi Komplikasinya adalah ambliopia sensoris, nistagmus dan strabismus. Ambliopia sensoris karena macula lutea tidak cukup mendapat rangsangan sehingga tidak berkembang sempurna.

Glaukoma sudut terbuka/simpleks (Kronis) Definisi Glaukoma sudut terbuka/simpleks adalah glaukoma yang penyebabnya tidak diketahui, merupakan suatu glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma sudut terbuka adalah glaukoma kronis atau pencuri penglihatan dan pasien sering tidak menyadarinya. Pada umumnya mulai terjadi pada usia di atas 40 tahun. Glaukoma sudut terbuka adalah tipe yang paling umum dijumpai, biasanya terjadi pada usia dewasa dan berkembang perlahan lahan selama berbulan bulan atau bertahun tahun. Tidak ditemukan gejala jelas ampai sudah terjadi kerusakan berat pada syaraf optik dan fungsi penglihatan telah terpengaruh secara permanen. Glaukoma sudut terbuka/kronis adalah suatu penyakit dengan kerusakan pada saraf optik yang terjadi perlahan lahan hampir tanpa keluhan subjektif. Glaukoma sudut terbuka primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Secara genetik penderitanya adalah homozigot dan umumnya terdapat pada orang orang berusia di atas 40 tahun, tetapi dapat juga ditemukan pada usia muda (glaukoma junevill).

ETIOLOGI Pada umumnya glaukoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun, walaupun kadang kadang penyakit ini ditemukan juga pada usia muda. Diduga glaukoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira kira 50% penderita secara genetik penderitanya adalah homozigot.

PATOFISIOLOGI Pada glaukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolut. Efek peningkatan tekanan intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma yang manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan intraokuler. Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optikus. Iris dan karpus siliare juga menjadi atrofik dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hyalin. Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degenartif di jaringan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dengan proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan tekanan intra okuler. GEJALA Gejala yang timbul pada penderita glaukoma tipe ini adalah : 1. Hambatan pengeluaran cairan mata (akous humor) pada jalinan trabekulum dan kanal Schlemm 2.Ekskavasi papil 3. Degenerasi papil 4. Gangguan lapang pandang ( memperlihatkan gambaran khusus kampus glaukoma seperti melebarnya titik buta, skotoma Bjerrum dan skotoma tangga Ronne ) yang

disebabkan langsung atau tidak langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf optik dan retina atau pembuluh darah yang memperdarahinya 5. Timbulnya gejala disadari agak lambat kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan 6. Tekanan bola mata sehari hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg 7. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan 8. Mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas 9. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya 10. Stadium awal memperlihatkan adanya remisi dan eksaserbasi daripada gangguan out flow dan peninggian tekanan intraokuler 11. Tajam penglihatan umumnya masih baik

FAKTOR RESIKO Faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan glaukoma bila mempunyai riwayat : 1. Diabetes melitus 2. Hipertensi 3. Kulit berwarna 4. Miopia 5. Usia lebih 45 tahun 6. Memiliki riwayat glaukoma di dalam keluarga 7. Tekanan bola mata tinggi 8. Tekanan darah tinggi

9. Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi darah yang buruk) 10. Kecelakaan pada mata sebelumnya 11. Menggunakan steroid cortisone dalam jangka waktu lama

DIAGNOSIS Penegakan diagnosis glaukoma primer sudut terbuka diawali dengan adanya pemeriksaan bila tekanan 21 mmHg, sebaiknya dikontrol rasio C/D, periksa lapang sentral, temukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi dan bila tensi 24 30 mmHg, kontrol lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di atas bila masih dalam batas batas normal mungkin satu hipertensi okuli. Diagnosis glaukoma primer sudut terbuka dapat ditegakkan apabila ditemukan : 1. Kelainan kelainan glaukomatosa pada diskus optikus dan lapangan pandang disertai peningkatan tekanan intraokuler 2. Sudut kamera anterior terbuka dan tampak normal 3. Tidak terdapat sebab lain yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler 4. Glaukoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama Diagnosis sering baru ditegakkan jika pasien telah melakukan tonometri rutin yang misalnya hanya datang untuk ganti kacamata.

PEMERIKSAAN DAN TES PENUNJANG DIAGNOSIS Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak adanya gejala sampai stadium lanjut penyakit. Saat ini untuk deteksi dini masih diandalkan pemeriksaan oftalmologik teratur bagi kerabat pasien dan pada pemeriksaan diskus optikus dan tonometri yang menjadi bagian pemeriksaan fisik rutin bagi semua orang

dewasa yang berusia lebih dari 30 tahun. Beberapa teknik pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis glaukoma sudut terbuka misalnya : 1. Tonometri, untuk mengetahui tekanan bola mata seseorang, dengan teknik: a. Digital (palpasi) tonometri, kurang tepat karena tergantung faktor subjektif : - Merupakan cara yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan alat - Caranya adalah dengan menyuruh penderita melihat ke bawah, pada kelopak atas diberikan tekanan dengan jari telunjuk kedua tangan bergantian - Bila satu telunjuk menekan bola mata, telunjuk yang lain tidak menekan bola mata - Nilai daya tahan bola mata terhadap tekanan jari - Tekanan bola mata dicatat dengan T.N = tekanan normal, Tn + 1 = tekanan bola mata agak tinggi, Tn 1 = tekanan bola mata agak rendah

b. Schiotz tonometri, dengan memberi beban pada permukaan kornea - Pemeriksaan tekanan bola mata yang dilakukan dengan menggunakan tonometer - Alat : obat tetes anestesi lokal (tetrakain) dan tonometer schiotz - Pasien diminta melonggarkan pakaian termasuk dasi yang dipakai, dan tidur terlentang di tempat tidur - Mata ditetesi dengan tetrakain dan tunggu sampai pasien tidak merasa pedas - Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, kemudian pasien diminta untuk melihat ibu jari tangannya d depan matanya atau melhat ke langit langit ruangan pemeriksaan - Telapak tonometer Schiotz diletakkan pada permukaan kornea

- Setelah telapak tonometer menunjukkan angka yang tetap, dibaca nilai tekanan pada skala busur Schiotz yang berantara 0 15, - Nilai jika tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg dicurigai glaukoma dan bila tekanan lebih 25 mmHg maka pasien menderita glaucoma

c. Aplanasi tonometri, mendatarkan permukaan kecil kornea d. Tonometri udara, kurang teliti karena dipergunakan di ruang terbuka

2.Lapang Pandang Tes komputerisasi lapang pandang penglihatan atau perimetry adalah pengukuran terpenting untuk melihat luasnya kerusakan syaraf mata. Selama tes dilakukan, pasien akan diminta melihat layar komputer dan menekan tombol ketika pasien melihat kilatan cahaya atau munculnya garis garis hitam. Kondisi saraf optik pasien akan difoto berwarna pada saat kunjungan pertama. Foto ini akan dijadikan pembanding untuk foto yang diambil pada kunjungan berikutnya. Dengan cara ini, setiap perubahan atau kemajuan glaukoma dapat dideteksi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya kondisi glaukoma pada seseorang khususnya glaukoma sudut terbuka diantaranya adalah : 1. Tes minum air 2. Tes pilokarpin 3. Tes provokasi steroid

PENANGANAN MEDIS Bila diagnosis sudah dibuat, maka penderita sudah harus memakai obat seumur hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada glaukoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mata (akuos humor) atau usaha untuk emngurangi produksi cairan mata. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Segera menurunkan tekanan pada mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Penanganan medis ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Pemakaian tetes mata - Merupakan bentuk perawatan yang paling umum dan paling awal diberikan. Sangatlah penting untuk menggunakan obat tetes mata sesuai resep. - Obat ini dapat menurunkan produksi atau meningkatkan pengeluaran cairan bola mata sehingga didapatkan tekanan bola mata yang diinginkan dengan pemakaian secara teratur dan terus menerus. - Obat tetes yang diberikan berjenis : Miotik : a. Pilokarpin 2 4%, 3 6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mata outflow) b. Eserin - 1%, 3 6 kali 1 tetes sehari (membesarkan pengeluaran cairan mata outflow)

Simpatomimetik : Epinefrine 0,5 2%, 1 2 kali 1 tetes sehari (menghambat produksi akuos humor) Beta blocker Timolol maleate 0,25 0,50%, 1 2 kali tetes sehari (menghambat produksi akuos humor) 2. Pemakaian tablet - Pemberian obat tablet dilakukan setelah pemberian obat tetes mata tidak menunjukkan hasil sehingga dilakukan kombinasi pemberian obat dengan jenis tablet - Asetazolamid 250 mg, 4 kali 1 tablet (menghambat produksi akuos humor) - Obat obatan tablet sering menyebabkan rasa kesemutan pada ujung kaki dan tangan, rasa lemas, hilangnya rasa lapar dan adanya batu ginjal. 3. Laser - Pengobatan dengan laser cukup berguna untuk beberapa jenis glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka, pengobatan dengan laser trabekuloplasti sangat efekif untuk menurunkan tekanan bola mata dan tidak perlu menginap di rumah sakit 4. Operasi/bedah mata - Dilakukan apabila tekanan intraokuler masih belum bisa dikendalikan dengan cara trabekulektomi atau pembedahan trabekulektomi yaitu suatu tindakan yang membuat saluran kecil dari bilik mata depan ke konjungtiva untuk menurunkan tekanan bola mata dengan menggunakan alat operasi yang sangat kecil dan mikroskop khusus - Tetapi tindakan ini juga dapat menimbulkan peningkatan sementara tekanan intraokuler yang berbahaya

- Operasi/bedah dilakukan apabila : Tekanan intraokuler tetap di atas 30 mmHg Kerusakan papil saraf optik progresif Kerusakan lapang pandang yang progresif - Jenis operasi yang dilakukan adalah operasi fistula : Sceie Trabekulektomi Iridenkleisis Operasi filtrasi mata

PROGNOSIS Tanpa pengobatan, glaukoa ini dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan secara total. Apabila proses penyakit dapat dideteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis. Secara keseluruhan, tingkat keparahan penderita yang datang ke RSCM adalah 85% kasus kasus stadium lanjut sehingga sulit untuk dibantu penglihatannya. Saraf mata yang sudah terlanjur rusak hanya dapat dipertahankan agar tidak bertambah rusak. Untuk itu, sekali lagi ditekankan pentingnya deteksi glaukoma pada stadium dini. Keadaan saraf mata yang masih sedikit kerusakannya dapat dipertahankan dengan pemberian obat obatan, laser ataupun tindakan bedah.

Konjungtivitis Definisi Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan. Epidemiologi Konjungtivitis bakteri adalah kondisi umum di kalangan kaum muda dan orang dewasa di seluruh Amerika Serikat. Menurut Ferri's Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis, bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang baru lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis bakteri juga dapat mempengaruhi bayi yang hanya beberapa minggu. Konjungtivitis bakteri dapat terjadi pada semua ras dan jenis kelamin. Etiologi Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti : infeksi oleh virus atau bakteri, reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang, iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet ,dari las listrik atau sinar matahari

yang dipantulkan oleh salju, pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh: entropion atau ektropion. kelainan saluran air mata. kepekaan terhadap bahan kimia. pemaparan oleh iritan. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).

Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi). Manifestasi Klinis Tanda Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: a. konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. b. produksi air mata berlebihan (epifora).

c. kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas. d. pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. e. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. f. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). g. dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).

Gejala Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah: a. mata berair b. mata terasa nyeri c. mata terasa gatal d. pandangan kabur e. peka terhadap cahaya f. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

Komplikasi Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya: 1. glaukoma 2. katarak 3. ablasi retina 4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis 5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea 6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta 7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan

Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.

Prognosis Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan. Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

Ablasio retina Definisi Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang

mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan PENYEBAB a. Malformasi kongenital b. Kelainan metabolisme c. Penyakit vaskuler d. Inflamasi intraokuler e. Neoplasma f. Trauma g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina

MANIFESTASI KLINIS Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba

Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen

Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula

PENATALAKSANAAN Tirah baring dan aktivitas dibatasi Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina Pasien tidak boleh terbaring terlentang Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

Cara Pengobatannya: Prosedur laser

Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina. Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.

Pembedahan Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan. Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina. Krioterapi transkleral Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. KOMPLIKASI a. Komplikasi awal setelah pembedahan Peningkatan TIO Glaukoma Infeksi Ablasio koroid Kegagalan pelekatan retina Ablasio retina berulang

b. Komplikasi lanjut Infeksi Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina) Diplopia Kesalahan refraksi astigmatisme

Anda mungkin juga menyukai