Anda di halaman 1dari 2

Tanda Tanya Pendanaan Kampanye Pemilihan Presiden

Jauh hari sebelum diadakannya pemilihan presiden putaran pertama tanggal 5 juli
2004, rakyat mulai digemparkan dengan isu tranparansi pendanaan kampanye dari kelima
pasangan calon presiden dan wakil presiden hal ini disebabkan adanya kekhawatiran
rakyat bahwa dari kelima pasangan presiden dan wakil presiden tersebut mendapatkan
bantuan dana kampanye yang berasal dari pihak-pihak yang memiliki tendensi untuk
mendapatkan privillage action dari para calon presiden dan wakil presiden tersebut,
apabila calon presiden dan wakil presiden yang mendapat bantuan dana kampanye dari
donatur tersebut memenangi pilpres 2004.
Berdasarkan audit dan perhitungan Komisi Pemilihan Umum tanggal 28 juli 2004
didapat hasil:
Wiranto - Solahuddin Wahid: Penerimaan Rp 87.711.019.405, Megawati - Hasyim
Muzadi: PenerimaanRp104.844.370.000, Soesilo Bambang Yudhoyono - Jusuf Kalla:
PenerimaanRp71.712.588.310, Amien Rais - Siswono Yudohusodo: Penerimaan
Rp31.500.424.159, Hamzah Haz - Agum Gumelar: Penerimaan Rp 16.248.561.463.
Dari data KPU di atas bila dikaitkan dengan isu adanya donatur-donatur yang memiliki
kepentingan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden di atas maka dapat
diasumsikan bahwa dari kelima pasangan di atas, ada tiga pasangan yang mendapatkan
dukungan yang besar dari donatur-donatur yang memiliki kepentingan terhadap pilpres
tanpa kita menepikan bahwa di dalam penerimaan untuk kampanye tersebut ada dana
yang secara etika politik sah seperti sumbangan partai politik pendukung, tim kampanye
dan dana pribadi para calon.
Melihat dari permasalahan diatas, harus diakui optimisme rakyat menyambut
pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung yang pertama dalam sejarah
Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sedikit ternodai oleh isu-isu di atas yang
ditakutkan akan berimplikasi pada kepercayaan terhadap pemerintahan yang akan
dipimpin oleh kelima calon presiden dan wakil presiden tersebut.
Dengan selesainya pemilihan presiden dan wakil presiden tahap pertama, yang
mendapatkan hasil pasangan Soesilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla dan Megawati-
Hasyim Muzadi sebagai dua calon yang akan maju dalam putaran kedua yang akan
diadakan pada tanggal 20 September 2004 semakin memberikan tekanan kepada kedua
pasang calon yang hampir pasti akan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden RI
untuk membantah, mengklarifikasi serta menjadikan isu-isu negatif tersebut menjadi hal
yang mendukung mereka untuk mendapatkan dukungan dari rakyat, mungkin instruksi
KPU kepada para calon presiden dan wakil presiden untuk menyerahkan data kekayaan
masing masing calon merupakan salah satu jalan keluar atau jurang yang dalam bagi
kedua calon yang lolos ke putaran ketua, karena dengan penyerahan data kekayaan dari
calon-calon presiden dan wakil presiden tersebut setidaknya akan membuka mata rakyat,
apakah dana kampanye yang didapat calon tersebut untuk keperluan kampanye
berbanding lurus dengan kemampuan ekonomi dari masing-masing calon.
Saat ini kedaulatan rakyat kembali ditantang oleh kepentingan individual, yang
menjadi pertanyaan penting adalah akankah pemerintahan pertama yang mendapatkan
langsung dukungan dari rakyat ini kembali pada tren pemerintahan-pemerintahan
sebelumnya? Sekarang rakyat tinggal menunggu konkritisasi dari calon presiden dan
wakil presiden yang kelak akan terpilih untuk menepati janji-janji surga yang telah
dilemparkan kepada rakyat dengan mengutamakan kepentingan Rakyat Indonesia di atas
segala-galanya, termasuk di atas kepentingan para donatur yang memiliki tendensi
kepentingan pribadi.

Teddy Anggoro

Anda mungkin juga menyukai