Anda di halaman 1dari 9

Pensertipikatan tanah secara masal melalui PRONA merupakan salah satu kegiatan pembangunan pertanahan yang mendapat tanggapan

positif dari masyarakat. Selama ini pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah dalam 5 dekade, yang dimulai pada tahun 1961 baru mampu melaksanakan pendaftaran tanah sebanyak 34 juta bidang dari 85 juta bidang. Pasal 19 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) menetapkan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI) yang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, ditugaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan, antara lain melanjutkan penyelenggaraan percepatan pendaftaran tanah sesuai dengan amanat Pasal 19 tersebut, terutama bagi masyarakat golongan ekonomi lemah sampai menengah melalui kegiatan PRONA yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1981. Percepatan pendaftaran tanah diselenggarakan hendaknya memperhatikan prinsip bahwa tanah secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, berperan secara jelas untuk terciptanya tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan, menjamin keberlanjutan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk meminimalkan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan. Selain dari pada itu percepatan pendaftaran tanah juga merupakan pelaksanaan dari 11 Agenda BPN-RI, khususnya untuk meningkatkan pelayanan pelaksanaan pendaftaran tanah secara menyeluruh, dan penguatan hak-hak rakyat atas tanah. Sejalan dengan itu, untuk menentukan arah dan kebijakan bagi pendaftaran tanah ke depan, berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI) Nomor 6 Tahun 2006 telah ditetapkan Rencana Strategis BPN-RI Tahun 2007-2009. Agar dicapai hasil yang optimal maka perlu disusun Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai pelaksanaan lapangan kegiatan PRONA. A. Dasar Hukum a. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah. c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. d. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional. e. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. f. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, tentang Pendaftaran Tanah. g. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara. h. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

i. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. j. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. k. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (Renstra BPN-RI) Tahun 20072009. l. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 7 Tahun 2007 tentang Panitia Pemeriksaan Tanah. m. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. B. Tujuan PRONA Tujuan Penyelenggaraan PRONA adalah memberikan pelayanan pendaftaran tanah pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat, dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah . C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PRONA 1. Usulan lokasi desa yang disesuaikan dengan kriteria 2. Penetapan lokasi desa sebagai lokasi PRONA oleh kepala Badan Pertanahan Nasional RI. 3. Penyuluhan oleh Tim Penyuluh Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang 4. Pembentukan Satuan Tugas Pengumpul Data Yuridis oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Tengah. 5. Pendataan oleh Satgas Pengumpul Data Yuridis untuk kelengkapan berkas permohonan dan penyerahan Surat Tanda Terima Dokumen (STTD) 6. Pemasangan Titik Dasar Teknis orde IV dan pengukuran kerangka dasar teknis 7. Penetapan batas bidang tanah oleh pemilik tanah dengan persetujuan tetangga yang berbatasan di setiap sudut bidang tanah dan dilaksanakan pemasangan tanda batasnya. 8. Pengukuran bidang - bidang tanah berdasarkan tanda batas yang telah ditetapkan dan terpasang. 9. Sidang Panitia untuk meneliti subyek dan obyek tanah yang dimohon dengan memperhatikan persyaratan yang dilampirkan 10. Pembuktian hak melalui PENGUMUMAN yang diumumkan selama 1 (satu) bulan, guna memberikan kesempatan para pihak untuk mengajukan sanggahan / keberatan 11. Pengesahan atas pengumuman 12. Pembukuan hak dan proses penerbitan sertipikat hak atas tanah 13. Penyerahan sertipikat hak atas tanah di setiap Desa, peserta membawa KTP asli atau surat kuasa bila dikuasakan. D. Persyaratan yang harus DIPENUHI Pemohon/Peserta 1. Pemilik Tanah sebelum Tahun 1997. a. Surat Permohonan b. Surat Pernyataan penguasaan fisik sistimatis bermeterai Rp. 6.000,c. Identitas pemohon (KTP) yang dilegalisir oleh yang berwenang d. Surat Kuasa bermeterai Rp. 6.000,-bila dikuasakan kepada pihak lain e. Surat perwalian bila masih dibawah umur bermeterai Rp. 6.000,-- diketahui Kades f. Salinan Letter D / C yang dilegalisir oleh yang berwenang g. Bukti Perolehan tanahnya (segel jual beli, segel hibah, surat keterangan warisan dll). h. Foto copy SPPT dilegalisir oleh yang berwenang. i. Berita Acara kesaksian diketahui 2 orang saksi j. Surat pernyataan lain yang diperlukan bermeterai Rp. 6.000,--

k. Memasang patok tanda batas. Permanen (menurut syarat sebagaimana 3/1997) 2. Pemilikan Tanah sesudah Tahun 1997 Jual Beli / Hibah a. Surat Permohonan b. Surat Pernyataan penguasaan fisik sistimatis bermeterai Rp. 6.000,c. Foto copy KTP para pihak dilegalisir oleh yang berwenang d. Foto copy SPPT dilegalisir oleh yang berwenang. e. Akta jual beli / hibah meterai 2 buah Rp. 12.000,-f. Salinan Letter C yang dilegalisir oleh yang berwenang g. Bukti SSB BPHTB h. Bukti SSP PPh kalau kena pajak PPh i. Sketsa pemecahan bidang tanah j. Surat pernyataan pemilikan tanah pertanian bermetersi Rp.6.000,-k. Memasang patok tanda batas. Permanen (menurut syarat sebagaimana 3/1997) Warisan a. Foto copy KTP para ahli waris dilegalisir oleh yang berwenang b. Surat Pernyataan penguasaan fisik sistimatis bermeterai Rp. 6.000,c. Surat kematian d. Surat keterangan Warisan bermetari Rp. 6.000,e. Surat Perwalian / surat pengampuan f. Salinan Letter C yang dilegalisir oleh yang berwenang g. Foto copy SPPT dilegalisir oleh yang berwenang. h. Surat pernyataan lain bermeterai Rp. 6.000,-i. Memasang patok tanda batas. Permanen (menurut syarat sebagaimana 3/1997) Warisan dan pembagian milik bersama a. Foto copy KTP para ahli waris dilegalisir oleh yang berwenang b. Surat Pernyataan penguasaan fisik sistimatis bermeterai Rp. 6.000,-c. Surat kematian d. Surat keterangan Warisan bermetari Rp. 6.000,e. Foto copy SPPT dilegalisir oleh yang oleh yang berwenang f. Salinan Letter C yang dilegalisir oleh yang berwenang g. Akta Pembagian Hak bersama (APHB) materai 2 buah Rp. 12.000,h. Bukti SSB BPHTB i. Surat pernyataan lain bermeterai Rp. 6.000,-j. Memasang patok tanda batas. Permanen (menurut syarat sebagaimana 3/1997)

PMNA/Ka BPN No.

PMNA/Ka BPN No.

PMNA/Ka BPN No.

PMNA/Ka BPN No.

E. BIAYA Sumber anggaran PRONA dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dalam DIPA Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang,I pada Program Pengelolaan Pertanahan. Catatan: 1. Dalam pelaksanaan kegiatan PRONA semua biaya: Biaya Pendaftaran, Biaya Pengukuran, Biaya Pemeriksaan Tanah adalah GRATIS (PEMOHON TIDAK DIPUNGUT BIAYA/BEBAS BIAYA) , dengan ketentuan semua persyaratan sebagaimana tercantum dalam huruf D diatas telah lengkap dan benar. 2. Biaya yang timbul akibat dari persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana huruf D diatas menjadi tanggung jawab pemohon / peserta PRONA (TIDAK BEBAS BIAYA)

Pelayanan bagi warga miskin untuk mendapatkan pengakuan hak atas tanah melalui sertifikasi Program Nasional (Prona) terus digeber Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Selatan. Hingga akhir September 2010 di Jaksel telah menerbitkan 80 persen atau 1.000 bidang tanah dari target 1.250 sertifikat sepanjang tahun ini. Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah (HTPT) Kantor BPN Jaksel, M. Jaya menjelaskan, dari seribu sertifikat yang telah diterbitkan pihaknya sudah menyerahkan 624 sertifikat bagi warga miskin untuk lima kelurahan di Jaksel yaitu Lenteng Agung, Cilandak Timur, Srengseng Sawah, Cipedak dan Ciganjur. Agar target sertifikasi Prona bisa tercapai, pada hari libur petugas juga dikerahkan ke berbagai kelurahan untuk pengukuran tanah, kata Jaya, Selasa (5/10). Hanya saja diakuinya, petugas yang diterjunkan kerap kali terkendala seperti adanya warga yang tak paham maupun yang tak mampu membayar Biaya Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB). Selain itu tak jarang petugas gagal bertemu dengan pemilik tanah terlebih di saat hari kerja. Padahal lanjut Jaya, pemerintah sudah meringankannya dengan hanya membayar 25 persen dari nilai pajak tersebut asalkan mengantongi SK Prona. Kami sudah berkordinasi dengan RT,RW dan kelurahan untuk sosialisasi agar warga lebih paham sekaligus target bisa tercapai, papar Kasi HTPT Kantor BPN Jaksel. Ia menambahkan, kepemilikan sertifikat sangatlah penting bagi warga untuk mencegah kepemilikan ganda. Bahkan bertujuan memproteksi dini terjadinya kasus pengakuan bidang yang sama oleh pihak lain. (rachmi/sir) Tags: bpn jaksel, prona, sertifikat

Sertifikat Prona Menumpuk di Kantor BPN


September 5, 2010 by syamsir Filed under Berita Terkini, Headline Leave a Comment JAKARTA (Pos Kota) Ratusan sertifikat tanah yang diterbitkan melalui program nasional (prona) masih menumpuk di Kantor Pertanahan Nasional Jakarta Pusat (Jakpus). Pemohon belum mengambilnya karena belum melunasi bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) karena terdesak kebutuhan lebaran. Kepala Kantor Pertanahan Jakpus, Ishak Djamaluddin, mengatakan tidak ada batas waktu pengambilan sertifikat yang diterbitkan. Pihaknya menyadari kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri semakin meningkat dan warga lebih mengutamakan pengeluaran biaya untuk lebaran daripada membayar BPHTB.

Kami memahami dan persilahkan warga memprioritaskan biaya untuk kebutuhan lebaran. Pengambilan sertifikat tanah tidak ada batas waktunya, kapan saja kami layani, ujar Ishak, ketika dihubungi, Minggu (5/9). Tahun 2010 ini, Jakpus mendapat alokasi prona sebanyak 420 bidang tanah di lima kelurahan.Kelurahan Gunung Sahari Utara, Kelurahan Gunung Sahari Selatan, Kelurahan Kemayoran, Kelurahan Serdang masing-masing 75 bidang tanah dan Kelurahan harapan Mulia 120 bidang tanah. Pensertifikatan gratis, warga hanya membayar BPHTB. Seluruh sertifikat yang dimohon telah selesai diterbitkan, namun yang diambil pemiliknya baru 150 sertifikat, sisanya 270 sertifikat belum diambil.Selain prona, juga ada proyek sertifikasi untuk usaha menengah kecil (UMK) sebanyak 100 bidang. Program ini khusus bagi warga anggota koperasi sehingga bisa untuk pinjam modal. Program UMK tahun ini alokasinya 100 bidang tanah, tapi baru 80 bidang yang telah diselesaikan, jelasnya. Dikatakan, semua proyek Kantor Pertanahan untuk anggaran Tahun 2010 harus selesai 24 September karena berkaitan dengan HUT ke-50 (emas) BPN.Sertifikasi prona telah selesai dan tinggal proyek UMK yang belum selesai yang saat ini masih dalam proses. Secara keseluruhan di Jakpus terdapat 168.248 bidang dengan luas bervariasi, namun yang belum disertifikatkan ada sekitar 20 persen. (tarta/sir) Tags: BPN, Jakpus, prona, sertifikat

Menteri Kelautan & Perikanan Serta Kepala BPN Serahkan Sertifikat Prona
Mei 17, 2010 by syamsir Filed under Megapolitan Leave a Comment JAKARTA (Pos Kota) Dari 100 bidang tanah yang mendapatkan sertifikat Prona tahun 2010 di kepulauan Seribu, beberapa waktu lalu telah diserahkan secara simbolis dua sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) kepada pemohonnya. Penyerahan itu dilakukan di Pulau Pramuka, Kabupaten Kepulauan Seribu. Penyerahan surtifikat itu dilakukan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Fadel Muhamad dan Kepala BPN RI , Joyo Winoto, PhD. Penyerahan sertipikat tanah, ini merupakan anugerah tertinggi bidang pertanahan dan dialog interaktif. Dalam sambutannya Kepala BPN RI mengungkapkan BPN RI sudah membangun jalinan kerjasama untuk memberikan prioritas secara khusus, melakukan sertipikasi tanah-tanah para nelayan. BPN RI dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah menyisihkan anggaran khusus untuk itu.

Di samping itu pada bulan Mei ini, BPN RI juga bekerja sama kembali dengan Pemerintah DKI Jakarta untuk percepatan sertipikasi tanah di Kepulauan Seribu,ungkap Joyo Winoto. Percepatan itu kata Joyo juga didukung oleh anggaran tambahan dari APBD DKI Jakarta. BPN RI telah mengembangkan Kantor Pertanahan berjalan, yang semua pengurusan yang bisa diurus di Kantor Pertanahan bisa diurus di Kantor Pertanahan berjalan yangbernama Larasita. Di Kabupaten Kepulauan Seribu ini merupakan kabupaten pertama yang menggunakan Larasita kapal motor untuk mempercepat proses sertipikasi tanah. Pemerintah selalu memikirkan masyarakat khususnya masyarakat di Kepulauan Seribu untuk dapat hidup mandiri. Harapan saya dengan percepatan sertipikat yang kita lakukan di sini, tanah-tanah ini jangan dijual, tetapi diputar saja untuk membiayai usaha-usaha yang ada tambah Joyo. Sementara itu Kepala BPN Jakarta Utara Cecep Bagja Gunawan mengatakan, jumlah Prona di kepulauan Seribu tahun 2010 sejumlah 100 bidang yang meliputi 69 bidang di pulau Pramuka dan 31 bidang di kelurahan Untung Jawa. Kabupaten Kepulauan Seribu terdiri dari 110 pulau dan hanya 11 pulau yang berpenghuni, dari luas daratan 897,71 Ha telah terbit 3050 sertifikat dengan luas kurang lebih 50 Ha (5,6 %) yang terdiri dari Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Wakaf,jelas Cecep, sambil menambahkan dirinya berjanji akan menyelesaikan secepatnya dalam tahun 2010 ini terkait dengan sertifikat tanah yang belum selesai. (wandi/sir) Tags: BPN, kelautan, prona, sertifikat, tanah

Prona : BPN Prioritaskan Warga Miskin


Maret 11, 2010 by dimas Filed under Megapolitan Leave a Comment JAKARTA (Pos Kota) Badan Pertanahan Nasional (BPN) Jakarta Utara pada tahun 2010 menergetkan sekitar 500 dari 1500 sertifikat tanah yang diusulkannyanya. Dari jumlah tersebut seluruhnya difokuskan di wilayah Kelurahan Marunda, karena daerah tersebut dinilai masih sedikit pemilik tanah yang memiliki sertifikat. Kepala Kepala Kantor BPN Jakarta Utara, Cecep Bagja Gunawan, mengatakan, program prona ini membebaskan pada pemohon dari semua biaya kecuali Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yang merupakan kewajiban pemohon. Tentang lokasi persisnya kami masih menunggu usulan dari pihak kelurahan setempat,jelas Cecep.

Dia juga menambahkan, untuk mengantisipasi membludaknya pemohon surtifikat tahun depan pihaknya akan mengusulkan lebih banyak lagi. Pasalnya dana yang dikeluarkan untuk proda diambil dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) jadi pihaknya tidak menentukan sendiri. Saya pinggin usulan kami kemarin itu semua di setujui oleh pihak Kanwil BPN DKI Jakarta. Mengingkat ABPN hanya mengalokasikan 500 bidang saja, jadi hanya jumlah itulah untuk sementara yang bisa kami layani,jelas Cecep. Dia berharap pada tahun 2011 jumlah prona di wilayah Jakarta Utara akan bertambah banyak lagi. Untuk itu dia meminta kepada masyarakat yang belum memiliki surtifikat supaya bersabar menunggu giliran. Prona itu saat ini diprioritaskan kepada masyarakat yang dinilai kurang mampu dan mempunyai tanah kurang 200 m2. (wandi/dms) Tags: BPN, Jakut, Marunda, prona

4 Tahun Urus Prona Belum Kelar


Januari 22, 2010 by syamsir Filed under Berita Terkini Leave a Comment JAKARTA (Pos Kota) Sekitar 160 warga Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara, kesal karena sudah empat tahun menunggu tanahnya bersertifikat melalui prona (program pertanahan nasional) belum juga terlaksana. Kami ini mentang-mentang orang miskin nggak dilayani secara serius. Buktinya mana, tanah sudah diukur segala sampai sekarang belum juga bersertifikat. Pihak BPN harus tanggungjawab, ujar Rochman, 34, warga Papanggo. Proses pembuatan sertifikat sejak 2006 secara masal itu dikordinir oleh Dekel Kel. Papanggo, Haryanto, bekerja sama dengan BPN. Saya sebagai Dekel juga kecewa dan malu dengan warga karena kalau ketemu ditanya terus. Saya pernah tanya ke kantor walikota alasannya anggaran tahun 2006 sudah dipakai semua. Saya berharap untuk anggaran tahun 2010 bisa dilanjutkan. Lurah Papanggo, Ulil, mengakui beberapa warga yang menanyakan kelanjutan masalah sertifikat tanahnya. Kami sudah berusaha beberapa kali menanyakan kepada pihak terkait di kantor walikota. Tetapi sampai sekarang belum kelar dan tidak ada jawaban, ujarnya. (percoyok/ak/g) Tags: BPN, Jakut, prona

Program Larasita Belum Maksimal

Oktober 27, 2009 by binsar Filed under Berita Terkini Leave a Comment JAGAKARSA (Pos Kota) Sekitar 186 sertifikat prona tahap II milik warga di empat kelurahan di Pesanggrahan Kebayoran Lama dan 26 sertifikat tanah usaha mikro kecil diserahkan BPN Jaksel. Warga berharap kegiatan Larasita dilanjutkan karena selama ini dinilai belum maksimal. Alhamdulillah Akhirnya dapat juga sertifikat prona yang kami sekeluarga sudah nantinkan sejak lima tahun lebih, ucap Hasan, warga RW 03, Kel. Petukangan Selatan di kantor BPN Jaksel, Kel. Tanjung Barat, Jagakarsa, Selasa (27/10). Yang jelas dengan selesainya sertifikat surat tanah ini, ujar bapak empat anak ini, kepastian kepemilikan tanah sudah jelas dan dapat dipergunakan untuk kepentingan keluarga. Hal serupa dikatakan Ny. Fatimah, warga Petukangan Utara, yang mendapatkan sertifikat usaha mikro kecil terhadap tempat usahanya. Yang jelas ada kepastian untuk tempat usaha saya selama ini, tutur ibu tiga anak. Dengan selesainya pembuatan sertifikat prona, ujarnya untuk kegiatan usaha kecil-kecilan yang selama ini berada di Kel. Petukangan Utara dapat dengan tenang membuka usaha. Tanah untuk tempat usaha ini dibeli dari warga disini sekitar 10 tahun lalu dan baru kali ini sah memiliki sertifikat tanahnya. Sejumlah warga yang mengharapkan kegiatan system jemput bola pembuatan sertifikat tanah melalui Larasita di Jaksel tetap dilakukan karena dinilai masih belum maksimal. Buktinya, permintaan warga untuk membuat sertifikat jemput bola beberapa bulan ini terhenti. Kakanwil BPN DKI Jakarta M. Icksan didampingi Kepala BPN Jaksel Djoko D, mengakui bahwa kegiatan penyerahan sertifkat prona merupakan program rutin yang akan dilakukan pihaknya setiap dua minggu sekali bagi warga yang sudah selesai sertifikatnya. Untuk pelayanan Larasita, tambah dia, memang akan dilanjutkan secara maksimal dan semua kegiatan pelayanan yang berkaitan dengan Larasita maupun sertikat melalui ajudikasi serta prona dilakukan di kantor BPN Tanjung Barat. (anton/B) Tags: BPN, prona, sertifikat Prioritas pertama Agenda Badan Pertanahan Nasional adalah Membangun kepercayaan masyarakat kepada Badan Pertanahan Nasional, utamanya dengan meningkatkan mutu dan cakupan pelayanan masyarakat secara terukur dengan memberikan jaminan kapastian bagi masyarakat atas tanahnya. Berkaitan dengan hal tersebut Kantor Pertanahan Kota Makassar telah menetapkan beberapa Action Plan agar agenda tersebut dapat segera terwujud. Langkah pertama adalah pembangunan yang berkaitan dengan fisik, yaitu dengan merevitalisasi fungsi loket. Pembangunan Front Office menjadi loket pelayanan secara terpadu yang terletak di Lantai Dasar, membuat para pelanggan dalam menggunakan jasa pelayanan pertanahan menjadi mudah dan nyaman. Disamping itu Front Office merupakan

etalase bagi Kantor pelayanan yang cukup memberikan kontribusi dalam membangun image masyarakat. Disisi lain secara bertahap dilakukan perubahan perilaku dengan dicanangkan budaya pelayanan yang berorientasi pada pelanggan melalui motto yang ditetapkan secara bersama, diharapkan di satu sisi dapa membangkitkan semangat para pegawai untuk memberikan pelayanan yang baik, di sisi lain akan dapat membuat para pemangku kepentingan (stake holder) pelayanan pertanahan semakin percaya kepada Kantor Pertanahan Kota Makassar. Pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan, pemberi pelayanan perlu menerapkan tiga tahapan proses menuju kepuasan pelanggan, yang terdiri dari : 1. Memahami kebutuhan dan harapan pelanggan. 2. Memenuhi atau melampaui kebutuahan pelanggan. 3. Memastikan kepuasan pelanggan. Berangkat dari hal ini, maka Badan Pertanahan Nasional telah berbenah dan menata diri dalam sistem dan mekanisme prosedur sebagaimana Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia antara lain dengan merubah sistem dan paradigma BPN-RI yang terutang dalam 11(sebelas) arah dan kebijakan Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk menuju kepada pembaharuan agraria. Program Aplkasi BPN Sebagai sebuah Badan Pemerintahan, BPN juga memerlukan Sistem Informasi berbasis komputerisasi yang memadai untuk memudahkan dan mempercepat proses pelayanan. Sistem Informasi yang telah ada di Kantor Pertanahan Kota Makassar adalah : 1. LARASITA (Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah). 2. JUSTISIA (Jaringan Untuk Sistem Tata Laksana Informasi Sengketa Pertanahan SeIndonesia). 3. KKP fase 2B

Anda mungkin juga menyukai