Anda di halaman 1dari 64

Tauhid

Empat belas (14) Abad adalah rentang waktu yang cukup


panjang bagi kaum Muslimin sekarang dengan periode nabi
Muhammad  dan shahabatnya (periode Salaf). Namun
demikian, suatu yang harus disyukuri adalah sampai detik ini
masih sekian banyak orang yang memberikan kecintaan kepada
nabi Muhammad dan shahabatnya.
Namun, ada yang patut disayangkan, sebagian muslimin
memberikan kecintaan tersebut sebatas pengakuan tanpa
adanya bukti. Suka atau tidak, disampaikan disini bahwa ada
sebagian umat kita yang ‘mirip’ Yahudi atau Nashrani. Kenapa?
Karena meyakini agama Islam ini, tetapi tidak tahu –jahil-
tentang apa dan bagaimana Islam itu yang sesungguhnya. Maka
jangan heran, jika acap kali didapati seorang muslim namun
berperilaku bak seorang Yahudi atau Nasrani.
Sebagai contohnya di bulan February ini, terdapat satu
perayaan besar yang telah membius banyak orang, khususnya
kawula muda. Orang biasa menyebutnya dengan Hari Kasih
Sayang atau lebih dikenal dengan Valentine’s Day. Perayaan
apakah ia? Dari mana berasal dan bolehkah ikut serta terhanyut
di dalamnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan coba
dikupas pada edisi ini, dengan tetap menukil fatwa-fatwa para
ulama sebagai ciri majalah ini. Disamping itu diturunkan pula
pembahasan tentang penyelewengan pemikiran “aliran LDII”,
serta beberapa fatwa berkaitan tentang kerancuan pemikiran
dan kedudukan bertaklid dan bermadzab di dalam Islam.
Rubrik ahlaq kali ini akan membahas tentang kewajiban
berbakti kepada dua orang tua (birrul walidain), yang akan
didukung dan dilengkapi dengan rubrik keluarga, terkait
bagaimana ‘tatakrama’ mengatasi problematika rumah tangga.
Sementara kolom Tauhid dan fiqih masih melanjutkan kajian
berlanjutnya, yang disajikan dalam bentuk tanya-jawab.

Penerbit: Pustaka At-Turots Al-Islamy Yogyakarta Pemimpin Umum: Abu Nida’ Ch. Shofwan Tim Pengasuh: Abu Humaid Arif
Syarifuddin, Abu Mush’ab, Abu Husam M. Nurhuda, Abu Isa, Abu Nida’ Ch. Shofwan Pemimpin Redaksi/Usaha: Tri Madiyono
Sekretaris: Syafaruddin Staf Redaksi: Abu Athifah, Husain Sunding, Mubarok Pemasaran & Sirkulasi: Pak Siswanto JH
(0812 279 7463) Setting-Layout: Masrinto Keuangan: Indra Rekening: Rek.Giro: 801.20173001, BNI Syari’ah Cab. Yogyakarta,
a.n. Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy Yogyakarta Alamat Redaksi: Islamic Center Bin Baaz, Jl. Wonosari Km 10, Sitimulyo,
Piyungan, Bantul, Yogyakarta Telp/Faks: (0274) 522964 Email: fatawa@ngajisalaf.net

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 1


Tauhid

Tauhid
 Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
Termasuk Aqidah 4
 Jumlah Nama dan Sifat Allah 6
 Nama-Nama Allah Muhkamat 7
 Mengingkari Tauhid Asma dan Sifat 7
 Al-Qadim Dan Al-Fard Bukan Nama
Allah 9
Pembaca yang budiman, bulan Haji Fatwa
(Dzulhijjah) telah datang menggantikan  Taklid dan Bermadzhab 10
bulan Dzulqo’dah yang berlalu. Berarti,  Sebab Kekuatan Kaum Muslimin 10
pada bulan ini ritual ibadah Haji mencapai  Pondasi Pertama dalam Berdakwah 13
puncaknya. Pada bulan ini pula, para  Satu Hewan Qurban untuk Bebarapa
jamaah Haji menyelesaikan ibadah yang Orang 46
mulia ini; sekaligus menyembelih hewan
qurban mereka, diikuti oleh umat Islam di Hadits
seantero dunia.  Kewajiban Mengikuti Syari’at &
Hal itu mengingatkan kita akan Larangan Melakukan Bid’ah 15
pengajaran nabi Ibrahim  dan putranya
Fiqih
nabi Ismail , yang dengan ketaatan
 Bab Adab Buang Hajat dan Siwak 21
penuh siap berkorban melaksanakan
perintah Allah , sekalipun pada tataran Keluarga
akal dan perasaan, hal itu sangatlah berat  Prahara Rumah Tangga dan
bagi keduanya. Sebagai generasi penerus, Solusinya (Kiat untuk Istri) 27
kita umat Islam hendaknya mampu
Manhaj
mengambil faedah dan hikmah, sehingga
 Akal yang Sehat Menurut Tinjauan
‘etos berkorban’ senantiasa menyala pada
Syari’at 31
diri kita. Terhadap lembaga dakwah
salafiyah, slogan kita harus “ApaApa yang Aktual
dapat saya berikan “ bukannya “ Apa yang  Valentine’s Day, Virus Perusak
bisa saya dapatkan”. Etos berkorban juga Generasi Muda Islam 37
akan menghilangkan nafsu “ gratisan “
Akhlaq
dalam mencapai keutamaan dunia maupun
 Birrul Walidain (berbakti kepada
akhirat. Etos berkorban akan melahirkan
orang tua) 47
manusia mandiri, yang menyandarkan
kepada Allah kemudian ikhtiyar dengan Firaq
sungguh-sungguh. Amin.  LDII, Kelompok Sesat dan
Bagi para pembaca Fatawa, redaksi – Menyesatkan 52
insya Allah— tetap membuka rubrik Tanya
jawab keislaman, untuk itu redaksi Profil
menunggu kiriman surat dari pembaca  Imam Syafi’i, Nashirus Sunnah
sekalian, yang berkenaan dengan masalah- Wal Hadits 58
masalah keagamaan Anda.

2 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid

 RUBRIK TANYA JAWAB


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam kenal buat seluruh kru dan pembaca setia Fatawa se-aqidah. Ana adalah
salah seorang santriwan pada majelis taklim Al Ittiba’ di Ternate. Alhamdulillah…
Ana sangat senang dan bersyukur dengan diterbitkannya majalah Fatawa yang isinya
sangat berbobot dan bersumber dari Al Quran dan As Sunnah. Ana juga senang
karena ada catatan kakinya. O, yach.. Ana mo’ tanya sekalian usul, boleh khan..?
1 Apakah semua pertanyaan yang ada itu dari redaksi?
2 Ngadain dong rubrik tanya jawab antara pembaca dengan salah seorang ustadz!
Itu aja, syukran atas dimuatnya risalah ana, salam jihad !
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Iwan Nursinjai - Ternate, Maluku Utara

Red: Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam Fatawa seluruhnya kami nukilkan dari
tanya-jawab yang terdapat dalam kitab kumpulan fatwa-fatwa Ulama, yang diajukan
oleh umat Islam di berbagai negara. Sengaja untuk tidak menyebutkan siapa penanya
karena dirasa tidak bergitu penting bagi pembaca, dan demikian pulalah yang terdapat
di dalam kitab aslinya. Berkenaan dengan rubrik tanya jawab, silahkan antum kirimkan
pertanyaan-nya ke redaksi. —InsyaAllah—kami jawab.

 KUIS FATAWA
Kami adalah salah satu pembaca setia majalah Islami Fatawa sejak pertama terbit
bulan Ramadhan beberapa bulan yang lalu. Kalau boleh, kami ada beberapa komentar
dan usul kepada Majalah Fatawa.
Sejak pertama kami membaca Fatawa, kami sudah terpikat dengan majalah tersebut
dikarenakan beberapa hal:
Pertama, Isinya betul-betul ilmiyah dan bisa difahami oleh seluruh kalangan
masyarakat.
Kedua, Bentuk dan ukuran majalah sudah sesuai dengan keinginan kebanyakan
para pembaca, tidak terlalu besar dan mudah dibawa ke mana-mana.
Kami juga mempunyai satu usul kepada Majalah Fatawa yaitu KUIS. Sebaiknya
setiap kali terbit Fatawa membikin kuis. Mungkin kuisnya bisa berbentuk Teka-teki silang
atau bentuk kuis-kuis yang lainnya. Kalau bisa isi kuisnya yang berhubungan dengan
isi Fatawa pada edisi-edisi sebelumnya, supaya para pembaca bisa sedikit murojaah
isi Fatawa yang telah terbit pada edisi sebelumnya, jadi majalah yang terbit sebelumnya
bisa lebih bermanfaat.
Demikian komentar dan usul kami. Jazakumullah khairan.
Farisul-Islam Al-Atsari, Pare,Kediri
Red: Mengenai KUIS Fatawa, Insya Allah kami pertimbangkan. Atas masukannya
kami ucapkan Jazakallahu khairan.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 3


2
Tauhid
Rubrik Tauhid yang hadir secara rutin dalam Fatawa ini disajikan dalam format
Tauhid 
tanya-jawab. Yang diambil dari fatwa-fatwa Lajnah Da imah yang merupakan
lembaga majelis ulama-ulama besar Kerajaan Saudi yang didirikan oleh
pemerintah Saudi Arabia (SK. No:1/137 tanggal 8/7/1391H/1993M), dalam
rangka memberikan fatwa-fatwa yang berkenaan dengan perkara-perkara
agama seperti aqidah, ibadah dan muamalah. Yang pada mulanya beranggotakan
Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh (Ketua), Syaikh
Abdurrazzaak Afifi Athiyyah (Wakil Ketua), Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al
Ghadyan (Anggota), Syaikh Abdullah bin Sulaiman bin Mani’ (Anggota). Pada akhir
tahun 1395H/1997M, Syaikh Ibrahim bin Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh
digantikan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz. Fatwa-fatwa yang
dinukilkan adalah fatwa yang dikeluarkan pada masa mereka; ditambah fatwa
para ulama salaf lain yang tidak terangkum kedalam kitab Majmu Fatawa Lil
Lajnah Da imah.

Dihimpun dan diterjemahkan oleh


Abu Nida’ Ch. Shofwan

 Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah Termasuk Aqidah


Tanya: kan dan mematikan, serta mengatur
Apakah pengetahuan tentang nama- makhluk.1
nama dan sifat-sifat Allah termasuk Tauhid Uluhiyah maksudnya adalah
bagian dari aqidah? Apakah kita mengesakan Allah  dalam hal
diwajibkan untuk memperingatkan umat perbuatan-perbuatan hamba ketika ber-
dari sebagian tafsir yang telah di-takwil, taqarrub (mendekatkan diri) kepada-Nya.
di-tahrif, dan di-ta‘thil? Jika seorang hamba beribadah sesuai
dengan apa yang diinginkan syariat,
Jawab: ikhlas hanya untuk Allah , serta tidak
Benar, (mengetahui) nama-nama dan menjadikan sekutu bagi-Nya dalam
sifat-sifat Allah , serta mengimaninya ibadah tersebut, maka inilah yang
adalah salah satu dari macam-macam dinamakan Tauhid Uluhiyah.
Tauhid. Karena Tauhid terdiri dari tiga
Sedangkan Tauhid Asma wa Sifat
macam, yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid
maksudnya adalah menetapkan nama-
Uluhiyah, dan Tauhid Asma wa Sifat.
nama dan sifat-sifat Allah sebagaimana
Tauhid Rububiyah maksudnya adalah yang Dia tetapkan untuk diri-Nya atau
mengesakan Allah  dalam hal apa yang telah ditetapkan oleh rasul-Nya,
perbuatan-perbuatan-Nya, seperti dalam Muhammad , tanpa melakukan tahrif2,
hal mencipta, memberi rizki, menghidup- ta’thil3, takyif4, dan tamtsil5.
1
Maksudnya hanya Dialah yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut tanpa yang lain.
2
Tahrif yaitu menyimpangkan makna nama atau sifat Allah dari yang sebenarnya tanpa dalil.
3
Ta’thil yaitu meniadakan atau menolak adanya nama-nama atau sifat-sifat Allah, sebagian atau
secara keseluruhan.
4
Takyif adalah menentukan hakikat tertentu dari sifat-sifat Allah.
5
Tamtsil yaitu menyamakan atau menyerupakan nama atau sifat Allah dengan nama atau sifat makhluk-Nya.

4 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid

Kita menetapkan segala nama dan sifat syahadat baik syahadat La ilaha illallah
yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya maupun syahadat Muhammadan
dan yang telah ditetapkan oleh Rasul- Rasulullah-, menjaga rukun, syarat dan
Nya , juga tanpa tahrif, ta’thil, takyif, hal-hal yang wajib di dalam sholat juga
dan tamtsil. menjaga apa-apa yang mereka butuhkan
dari perkara-perkara agama.
Adapun tentang tahrif, ta’thil, takyif, dan
tamtsil yang terdapat pada sebagian tafsir Adapun bagi penuntut ilmu syar’i
Al-Qur’an, maka penjelasan tentang hal dijelaskan dan diterangkan serta
itu (hanya ditujukan) kepada para pelajar diajarkan kepada mereka ta’wil (tafsir).
(penuntut ilmu syar’i) karena apabila Akan tetapi jangan sampai mencela
dijelaskan kepada orang-orang awam, penulis (pengarang). Seperti
mereka tidak akan dapat mengambil mengatakan, “Penulis seorang mubtadi’
manfaat dari penjelasan tersebut, (pelaku bid’ah), sesat (dan sebagainya).”
tentunya hal seperti ini tidak semestinya Akan tetapi cukup dengan mengatakan,
terjadi karena hanya akan menimbulkan “Tafsir ini salah dan yang benar adalah
was-was dan menyibukkan masyarakat begini atau tafsir ini adalah tafsir fulan
dengan sesuatu yang tidak mereka semata atau di dalamnya terdapat sifat
pahami. Sebagaimana ungkapan Ali , fulan. Tanpa mencela ulamanya, membid-
“Berbicaralah kepada manusia dengan ’ahknnya atau mencela kepribadiannya.
apa yang mereka pahami. Apakah kalian Karena hal ini tidaklah mendatangkan
ingin mereka mendustakan Allah dan manfaat bagi masyarakat, bahkan akan
Rasul-Nya?”6 mengakibatkan para penuntut ilmu syar’i
Jadi, dalam menyampaikan (suatu akan menjauhi para ulama dan berburuk
perkara), kepada orang awam ada sangka terhadap mereka. Karena tujuan
caranya sendiri dan kepada penuntut ilmu sesungguhnya hanyalah memperbaiki
syar’i ada cara sendiri. kesalahan, itu saja. Bukan mencela
seseorang dengan perkataan ‘pelaku
Untuk orang awam penyampaian perkara
bid’ah, bodoh atau sesat.’ Yang seperti
aqidah, perintah-perintah, larangan-
ini tidaklah mendatangkan manfaat sama
larangan, ancaman, balasan dan
sekali. Bahkan akan menimbulkan
pelajaran disampaikan secara mujmal
pertentangan, buruk sangka kepada
(global). Diajarkan kepada mereka
ulama, mengakibatkan perseteruan
tentang pondasi agama seperti rukun
pemikiran dan ikut campur di dalam
Islam yang lima dan rukun iman. Hal-hal
membeberkan (mengorek aib) para
ini diajarkan kepada mereka dan dituntut
ulama, baik yang sudah wafat maupun
untuk menjaganya. Sebagaimana dulu
yang masih hidup. Ini tidaklah
negeri ini (negeri Haram) hingga waktu
mendatangkan kebaikan.
dekat ini, mereka dahulu menjaga agama
mereka di masjid-masjid, menjaga rukun Menjelaskan kebenaran hendaklah
Islam, rukun iman, makna dua kalimat kepada mereka yang mampu untuk

6
Disebutkan oleh Bukhari di dalam sahihnya I/41 dari Ali .

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 5


4
Tauhid

memahaminya, seperti para pelajar shalat, zakat serta puasa. Yang terpenting
penuntut ilmu syar’i. Sementara orang adalah permasalahan aqidah secara
awam yang tidak mampu memahaminya sederhana agar dapat mengambil
serta tidak dapat menangkapnya cukup manfaat darinya. Jangan bertele-tele
dijelaskan kepada mereka perkara- sehingga memberatkan mereka dan
perkara yang amat mereka butuhkan, membuat mereka jenuh. semestinya
dari perkara-perkara agama, ibadah, dengan cara sederhana.7

 Jumlah Nama dan Sifat Allah


Tanya: Beberapa di antaranya telah disusun,
Apakah ada ketetapan di dalam syari’at seperti Ibnul Qayyim di dalam Kitab
tentang pembatasan jumlah al-asma’ al- “Nuniyah” demikian pula Syaikh Husain
husna (nama-nama Allah yang baik)? bin Ali Alu Syaikh di dalam manzhum (bait-
Apakah mungkin menyebutkannya? Dan bait)nya “Al-Qaul al-Usnaa Fi Nazhmi al-
apa pula nama Allah yang teragung ? Asma’ al-Husna” yang telah dicetak dan
tersebar.
Jawab:
Allah  berfirman: Adapun nama Allah yang paling mulia
adalah yang terdapat pada dua ayat
berikut ini:
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu.” (QS.al-A’raf:180) “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-
“Dia mempunyai al asmaa-ul husna (nama- Nya….”(QS.Al-Baqarah:255) dan
nama yang baik).” (QS.Thaha:8)
Nama-nama Allah yang husna (baik) tidak
“Alif laam miim. Allah, tidak ada Tuhan
diketahui berapa jumlahnya, kecuali
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hanya Allah sajalah yang mengetahuinya.
Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
Di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak
makhluk-Nya.” (QS.Ali Imran:1-2)
terdapat pembatasan atas hal itu. Tetapi
mungkin saja menentukan jumlah yang Demikian pula terdapat pada ayat ketiga
terdapat dalam Al Qur’an dan As-Sunnah. firman Allah  surat Thaha ayat 11,
Sebagian ulama telah menghimpun Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu
sebagian besarnya di dalam kitab. Katsir di dalam tafsirnya8. 9

7
Al-Muntaqa min Fataawaa Syaikh Shalih bin Fauzan III/17-19
8
Lihat tafsir Al-Qur’an al-Azhim oleh Ibnu Katsir I/291.
9
Al-Muntaqa min Fataawaa Syaikh Shalih bin Fauzan I/19-20

6 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Tauhid

 Nama-Nama Allah Muhkamat


Tanya: bertanya tentang bagaimana (hakikat) Allah
Apakah sifat-sifat Allah  termasuk ayat beristiwa’ adalah bid’ah.”11
yang mutasyabih atau yang muhkam?
Dan Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah
Jawab: berkata, “Sungguh aku tidak
Sifat-sifat Allah  adalah termasuk ayat mengetahui, baik dari salah seorang salaf
yang muhkam yang diketahui maknanya atau seorang imam pun, tidak dari Imam
oleh para ulama dan para ahli tafsir. Ahmad bin Hanbal tidak juga dari
Adapun kaifiyah (bagaimana hakikatnya) selainnya bahwa sifat Allah dimasukkan
ia termasuk yang mutasyabih yang tidak ke dalam mutasyabih.”12
diketahui, kecuali oleh Allah semata.
Maknanya adalah bahwa ulama Ahlus
Ini sebagaimana yang dikatakan oleh Sunnah dan para imam bersepakat
Imam Malik juga perkataan para bahwa ayat-ayat yang berkenaan dengan
imam yang lain: sifat bukanlah termasuk ayat yang
mutasyabihat. Jikapun ada yang
mengatakan bahwa ia termasuk
mutasyabihat maka itu adalah perkataan
pelaku bid’ah dan kelompok-kelompok
“Istiwa’10 (Allah) itu sudah sama difahami,
yang menyimpang dari manhaj salaf.
dan bagaimana (hakikat)nya tidak diketahui,
sementara mengimaninya adalah wajib dan Wallahu a’lam.13

 Mengingkari Tauhid Asma dan Sifat


Tanya: Mereka yang mengingkari Tauhid Asma
Apa yang dapat kita katakan kepada wa Sifat berarti mengingkari salah satu
mereka yang mengingkari Tauhid Asma macam Tauhid. Mereka yang ingkar ini
wa Sifat dan menganggapnya sebagai tidak lepas dari dua keadaan yang
sesuatu yang dibuat oleh orang-orang berikut.
belakangan?
Pertama, mengingkarinya setelah
Jawab: mengetahui bahwa itu memang benar
Tauhid Asma wa Sifat termasuk salah satu adanya. Mereka mengingkarinya secara
dari tiga macam Tauhid: Tauhid Uluhiyah, sengaja, dan mengajak yang lain untuk
Tauhid Rububiyah, dan Tauhid Asma wa mengingkarinya. Maka mereka yang
Sifat. berlaku seperti ini telah kafir karena

10
Istiwa’: maknanya tinggi diatas, sebagaimana disebutkan oleh Bukhari dalam Shahih-nya dari
sebagian tabi’in diantaranya Abu Al-‘Aliyah. (Pen.)
11
lihat Mukhtasar al-Uluw oleh Imam Dzahabi hal.141.
12
lihat Majmu’ al-Fatawa oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah XIII/294.
13
Al-Muntaqa min Fataawaa Syaikh Shalih bin Fauzan I/20-21

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 7


6
Tauhid

bagian dari nama-nama dan sifat-sifat-


Barangsiapa yang Nya adalah kafir. Dengan demikian, siapa
mengatakan, “Saya tidak tahu saja yang mengingkari sesuatu dari
apakah Tuhan saya berada di nama-nama dan sifat-sifat-Nya, baik itu
langit atau di bumi”, berarti orang-orang filsafat, Jahmiyah,
dia telah kafir... Mu’tazilah, atau selain mereka pun
termasuk kafir, sesuai dengan kadar
mengingkari apa yang telah Allah pengingkaran mereka terhadap nama-
tetapkan untuk diri-Nya. Padahal mereka nama dan sifat-sifat Allah tersebut.”14
mengetahui hal tersebut tanpa perlu Beliau Juga berkata, “Bahkan kami
men-takwil-nya. katakan, ‘Barangsiapa yang tidak beriman
kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya,
Kedua, hanya ikut-ikutan kepada orang
maka dia bukan termasuk orang-orang
lain karena rasa percaya dan menyangka
yang beriman. Dan barangsiapa di dalam
bahwa ia berada di atas kebenaran. Atau
hatinya ada rasa keberatan akan hal itu,
karena salah dalam menafsirkan,
maka dia seorang munafiq.’”15
sementara ia menyangka berada di atas
kebenaran. Mereka melakukan hal ini Tauhid Asma dan Sifat bukanlah sesuatu
bukan karena sengaja mengingkari, yang baru dimunculkan oleh orang-orang
tetapi karena ingin mensucikan Allah  belakangan. (Bukankah) Anda telah
‘menurut pengakuan mereka.’ Maka mendengar hukum bagi siapa saja yang
mereka-mereka yang seperti ini adalah mengingkari nama Allah Ar-Rahman! Dan
orang-orang yang tersesat dan salah (bukankah) mengimani Tauhid ini
karena ikut-ikutan atau mentakwil terdapat dalam pembicaraan para
(menafsirkan) sendiri. Sahabat, Tabi’in, Imam yang Empat, dan
yang lainnya dari kalangan salaf.
Kafirnya kelompok yang pertama
Imam Malik, ketika ditanya tentang
sebagaimana firman Allah  tentang
masalah istiwa’ (tingginya) Allah  di atas
kaum musyrikin:
‘Arsy-Nya, berkata, “Istiwa’ (Allah) sudah
sama dipahami, dan bagaimana
“…Padahal mereka kafir (ingkar) kepada ar- (hakikat)nya tidak diketahui, sementara
Rahman (Tuhan Yang Maha Pemurah) ….” mengimaninya adalah wajib, dan
(Q.S. Ar-Ra’d:30) bertanya tentang bagaimana (hakikat)
Allah ber-istiwa’ adalah bid‘ah.”16
Syaikh Sulaiman bin Abdullah di dalam Abdullah bin Mubarak berkata, “Kita
kitabnya, Taysir Al-‘Aziz, berkata, “Karena mengetahui bahwa Tuhan kita berada di
Allah telah menamakan mereka yang atas langit yang tujuh; ber-istiwa’ di atas
mengingkari satu dari nama-nama-Nya ‘Arsy-Nya; terpisah dari makhluk-Nya.
(yaitu ar-Rahman) dengan kafir, maka hal Kami tidak mengatakan seperti apa yang
ini menunjukkan bahwa mengingkari dikatakan oleh Jahmiyah.”17
14
Lihat Taysir Aziz Al-Hamid hal. 575.
15
Idem hal. 588.
16
Lihat Mukhtasar Al-‘Uluw oleh Imam Dzahabi hal.141
17
Ibid hal.151 sepertinya.

8 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid

 Al-Qadim Dan Al-Fard Bukan Nama Allah


Tanya: Apakah Allah  disifati dengan Al-Qidam, seperti seseorang mengata-
kan, “Ya Qadim, rahmatilah kami,” atau ucapan yang lainnya. Selain itu, apakah
Al-Fard termasuk nama Allah ? Berilah kami fatwa, semoga Anda mendapat
balasan pahala.
Jawab: Al-Qadim bukanlah termasuk nama Allah , tetapi yang termasuk namanya
adalah Al-Awwal. Demikian pula al-Fard bukan termasuk nama-Nya , tetapi yang
termasuk namanya adalah Al-Ahad. Tidak boleh seseorang mengatakan, “Ya Qadim!”
atau “Ya Fard, rahmatilah kami!” Hendaknya dia mengatakan, “Ya man huwal Awwalu
wal Akhiru waz Zhahiru wal Bathin! Ya Wahidu Ahadu Somadu, rahmatilah kami dan
berilah kami hidayah …” dan selainnya karena nama Allah  adalah Tauqifiyah
(baku), tidak boleh seorang pun menetapkan sesuatu kecuali harus dengan dalil.
Wallahu a’lam.

Imam Al-Auza‘iy berkata, “Kami dan Tentara Islam dalam Memerangi Aliran
para Tabi’in mengatakan, ‘Sesungguhnya Mu‘ththilah dan Jahmiyah) oleh Imam
Allah penyebutannya18 di atas ‘arsy-Nya Ibnu Al-Qayyim.
dan kami mengimani apa saja yang Beberapa ulama memasukkan Tauhid
terdapat di dalam Sunnah.”19 Asma dan Sifat ke dalam Tauhid
Imam Abu Hanifah berkata, Rububiyah dengan mengatakan bahwa
“Barangsiapa yang mengatakan, ‘Saya Tauhid ada dua macam: Tauhid fi Al-
tidak tahu apakah Tuhan saya berada di Ma’rifati wa Al-Itsbat, yaitu Tauhid
langit atau di bumi, berarti dia telah kafir Rububiyah (dan masuk ke dalamnya
karena Allah  berfirman, Tauhid Asma’ dan Sifat), dan Tauhid fi Ath-
Thalabi wa Al-Qashdi, yaitu Tauhid
Uluhiyah. Akan tetapi, ketika mulai
‘Allah beristiwa’ di atas ‘arsy-Nya.’ (Q.S. muncul orang-orang yang mengingkari
Thaha:5) Tauhid Asma’ dan Sifat, maka
dijadikanlah Tauhid ini tersendiri untuk
Dan arsy-Nya berada di atas langit yang
menetapkan masalah penetapannya dan
tujuh.”20
menolak mereka yang mengingkarinya.
Jika Anda ingin lebih jauh mengetahui Tiga macam Tauhid ini terdapat di dalam
tentang perkataan para salaf dalam Al Qur’an, terkhususkan pada awal-awal
masalah ini, maka lihat kitab Ijtima’ Al- surat. Sebaiknya kitab pertama yang
Juyusy Al-Islamiyyah (‘ala Ghazwi Al- hendaknya anda baca adalah kitab
Mu’aththilah wal Jahmiyyah (Bersatunya “Madarij as-Salikiin” oleh Ibnu Qoyyim.21

18
Maksudnya jika menyatakan keberadaan Allah, maka akan dikatakan sebagaimana pernyataan di
atas.
19
Lihat Mukhtasar Al-‘Uluw oleh Imam Dzahabi hal.138.
20
Ibid hal.136.
21
Lihat Madarij As-Salikin oleh Ibnu Qoyyim.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 9


8
Tauhid
Fatwa
Syaikh Al-Albani (seperti inilah) yang tidak diperbolehkan
karena hal itu menyelisihi dalil-dalil dari
Taqlid dan Bermadzab
Al-Quran dan Sunnah Nabi .
Tanya: Apa dalil pengharaman taqlid?
Para ulama membagi manusia menjadi
Apa pula hukum bermadzhab?
tiga golongan.
Jawab: Saya tidak mengetahui satu pun
Pertama, mujtahid. Kedua, muttabi’
dalil yang mengharamkan taqlid, bahkan
(orang yang mengikuti seseorang
taqlid itu (suatu) yang tidak boleh tidak
berdasarkan ilmu). Ketiga, muqallid
(harus dilakukan) oleh orang yang tidak
(orang yang hanya ikut-ikutan tanpa
memiliki ilmu. Allah  berfirman:
dasar ilmu) – dan (yang terakhir) inilah
keadaan kebanyakan orang.
“…maka bertanyalah kepada ahli adz-Dzikri Jadi, kita tidak bisa mengatakan bahwa
(orang yang mempunyai pengetahuan) jika taqlid itu haram, kecuali jika sikap taqlid
kamu tidak mengetahui,” (Q.S. An-Nahl:43) telah dijadikan sebagai agama. Adapun
jika tidak sampai seperti itu maka tidak
Ayat ini membagi kaum Muslimin menjadi
boleh diharamkan.1
dua kelompok dari sisi keilmuan.
Pertama, alim (seorang yang berilmu), Syaikh Ibnu Utsaimin
maka ia wajib untuk menjawab pertanya- Sebab Kekuatan Kaum
an penanya. Kedua, bukan alim (bukan Muslimin
orang yang berilmu), maka ia wajib untuk
bertanya kepada yang alim. Syaikh pernah ditanya: Sebagian orang
mendakwakan bahwa sebab kemundur-
Kalau ada seorang awam dari kalangan an (lemahnya) kaum muslimin adalah
kaum Muslimin datang bertanya kepada karena komitnya terhadap agama.
seorang alim, lalu orang yang alim itu Mereka melontarkan syubhat (kerancuan)
menjawabnya, maka orang (awam) tadi dengan mengatakan bahwa ‘Barat’
telah melaksanakan ayat di atas. (kaum kafir) (berhasil) mencapai apa
Barangkali pula yang dimaksud (si yang mereka dapatkan sekarang ini,
penanya) bukan yang disebutkan dalam dalam bentuk kemajuan modern, adalah
pertanyaannya, tetapi (tentang) peng- karena mereka meninggalkan semua
haraman bermadzhab, yaitu (seseorang) agama dan melepaskan diri darinya.
mengambil (ajaran) agamanya dari salah Terkadang mereka menguatkan syubhat
satu madzhab yang ada, kemudian dia mereka dengan (dalih) adanya hujan
tidak mau menengok sedikit pun kepada yang selalu turun kepada mereka
madzhab-madzhab yang lain dan (‘Barat’), demikian pula dengan cocok
pendapat-pendapat ulama yang lain. tanam yang melimpah (pertanian yang
Cara beragama dengan (hanya) ber- maju). Bagaimana menurut pendapat
pegang kepada salah satu madzhab Syaikh?
1
Fatawa Al-Madinah Al-Munawwarah hal. 50.

10 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Fatwa
Jawab: Pernyataan seperti ini tidaklah meninggalkan Heraklius, berkatalah Abu
keluar melainkan dari orang yang lemah Sofyan, “Sungguh ajaib perkara anak Abi
iman atau telah kehilangan iman, buta Kabsyah (maksudnya Muhammad ),
sejarah dan tidak mengerti sebab-sebab sungguh ia ditakuti oleh raja ‘bangsa kulit
pertolongan. Umat Islam ketika putih’ (maksudnya orang-orang Romawi).”
berpegang teguh dengan agamanya
Adapun apa yang terdapat di negeri-
sebagaimana pada masa awal Islam
negeri ‘Barat’ yang kafir lagi mulhid,
(masa Rasulullah  dan para sahabatnya
berupa kemajuan teknologi dan yang
) memiliki kemuliaan dan kekokohan,
lainnya, maka agama kita tidak melarang
kekuatan dan kekuasaan di semua lini
hal itu jika kita tertarik dengannya. Akan
kehidupan. Sampai-sampai sebagian
tetapi amat disayangkan kita telah
orang (ahli sejarah) mengatakan, bahwa
menyia-nyiakan semuanya. Kita telah
‘Barat’ tidaklah mengambil dan
menelantarkan agama kita, juga dunia
memperoleh faedah berupa berbagai
kita. Padahal agama Islam tidak
disiplin ilmu –pada saat ini- melainkan
menentang (melarang) kemajuan
hanya merupakan hasil nukilan (salinan)
tersebut, bahkan Allah  berfirman:
dari kaum muslimin di awal Islam. Akan
tetapi umat Islam sudah banyak
menyimpang dari agamanya, membuat-
buat sesuatu yang baru (bid’ah) dalam
agama yang bukan berasal darinya, baik
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
dalam hal aqidah (keyakinan), perkataan
kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
maupun perbuatan. Sehingga hal ini
dari kuda-kuda yang ditambat untuk
mengakibatkan kemunduran dan
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
keterbelakangan yang jauh. Padahal kita
menggentarkan musuh Allah dan
yakin dengan seyakin-yakinnya dan
musuhmu…” (QS. Al-Anfal:60)
bersaksi kepada Allah , seandainya kita
mau kembali kepada apa yang dahulu
dan firman-Nya :
dilakukan salaf (pendahulu) kita, niscaya
kita akan kembali memperoleh harga diri
(kewibawaan) dan kemuliaan, serta
menjadi yang terkemuka diantara
manusia. Oleh karena itu, tatkala Abu
Sufyan menuturkan kepada Heraklius raja “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah
‘Rum’ (Romawi) –yang ketika itu bagi kamu, maka berjalanlah di segala
merupakan kerajaan besar- tentang apa penjurunya dan makanlah sebahagian dari
yang berlaku pada diri Rasulullah  dan rezki-Nya…” (QS. Al-Mulk:15)
para sahabatnya, dia (Heraklius) berkata
(kepada Abu Sufyan), “Seandainya benar dan firman-Nya pula :
apa yang kamu katakan, maka ia akan
menguasai kerajaanku ini.” Ketika Abu
Sufyan dan rombongannya pergi

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 11


10
Tauhid
Fatwa

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala apakah menisbatkan kepada Yahudi atau
yang ada di bumi untuk kamu…” (QS. Al- Nasrani atau tidak menisbatkan kepada
Baqarah:29) kedua-duanya.
juga firman-Nya: Adapun turunnya hujan dan lainnya yang
mereka dapatkan, itu semua adalah
merupakan cobaan (bencana) dan ujian
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian dari Allah , yang (sengaja) Allah 
yang berdampingan,…” (QS. Ar-Ra’du :4) segerakan kebaikan-kebaikan itu kepada
serta ayat-ayat lain yang menyiarkan mereka di dunia3. Sebagaimana sabda
secara jelas kepada manusia untuk Nabi  kepada Umar bin Al-Khaththab
bekerja, beramal dan mengambil , ketika melihat bekas tikar di tubuh
manfaat, namun tidak dengan Rasulullah , maka umar menangis dan
mengorbankan agama. Adapun umat- berkata, “Wahai Rasulullah! (Orang-
umat kafir, mereka sudah kafir dari orang) Persia dan Romawi hidup dengan
asalnya. Agama yang mereka dakwakan kehidupan mereka yang penuh nikmat,
adalah agama batil. Ia dan kekafirannya sementara engkau seperti ini.” Maka
adalah sama, tidak ada bedanya. Allah Rasulullah  berkata, “Wahai Umar,
 berfirman: mereka adalah kaum yang Allah
segerakan kebaikannya di dunia, tidakkah
engkau ridha kalau mereka memperoleh
“Barangsiapa mencari agama selain agama dunia sedangkan kita memperoleh
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima akhirat?”4
(agama itu) daripadanya,…” (QS. Ali Imran:85)
Lagi pula mereka (sering) tertimpa
Sekalipun ahli kitab dari Yahudi dan kekeringan, bencana-bencana, gempa
Nasrani memiliki beberapa keistimewaan bumi, badai yang memporak-porandakan
yang berbeda dengan (orang-orang kafir) (apa yang mereka miliki) sebagaimana
yang lain, akan tetapi menurut (hukum) yang telah dimaklukmi, dan senantiasa
akhirat mereka dan yang lainnya (yang diberitakan di radio-radio, surat kabar-
kafir) sama. Oleh karena itu Nabi  surat kabar dan (media) yang lainnya.
bersumpah bahwa tidak seorang pun Akan tetapi, orang yang disebut dalam
yang mendengar tentang pertanyaan si penanya adalah orang yang
(pengutusan)nya, baik dari kaum Yahudi buta. Allah  telah membutakan
maupun Nasrani, kemudian tidak penglihatannya sehingga dia tidak
mengikuti apa yang beliau  bawa, mengetahui kenyataan yang terjadi serta
melainkan mereka akan menjadi hakikat yang sebenarnya. Nasihat saya
penghuni nereka2. Maka mereka dari untuknya adalah agar bertaubat kepada
asalnya memang sudah kafir, sama saja Allah  dari segala pandangan –yang

2
Lihat shahih Muslim (no. 153), dan lihat juga Ash-Shahihah (I/291, hadits no. 157). (pen.)
3
Dan di akhirat nanti mereka tidak akan menuai kebaikan sedikitpun. (pen.)
4
Lihat Shahih Bukhari (no. 2336, 4629, 4895) dan Shahih Muslim (no. 1479). (pen)

12 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Fatwa

salah- tersebut, sebelum datang Syaikh Shalih Fauzan Al-Fauzan


kematian yang mendadak kepadanya,
Pondasi Pertama Dalam
dan hendaknya kembali kepada (jalan)
Berdakwah
Allah . Dan hendaklah ia mengetahui
bahwa kita (umat Islam) tidak akan Tanya: Terjadi perselisihan pendapat di
mulia, dihormati, menjadi yang terdepan antara beberapa jamaah islamiyah
dan unggul kecuali setelah kita kembali tentang asas (pondasi) awal manakah
kepada agama Islam. Kembali dengan yang harus dimulai dalam berdakwah di
sepenuh hakikatnya yang direalisasikan tengah-tengah masyarakat. Sebagian
dalam bentuk ucapan dan perbuatan. mereka berpendapat bahwa dakwah
Dan hendaknya pula ia mengetahui kepada Tauhid dan perbaikan aqidah
bahwa apa yang dianut oleh orang-orang adalah yang paling utama dan yang
kafir adalah suatu kebatilan dan bukan terpenting. Sebagian lain berpendapat,
kebenaran, dan bahwa tempat kembali hendaknya memulai dengan menjelaskan
mereka adalah neraka, sebagaimana mahasin ad-Din (perkara-perkara istimewa
yang Allah kabarkan di dalam kitab-Nya (menarik) dalam agama) dan menyadar-
dan apa yang diungkapkan melalui lisan kan mereka akan kenyataan keadaan
Nabi-Nya . Kelapangan yang telah Allah umat secara keseluruhan yang
berikan kepada mereka tidak lain menyimpang dari Islam, sekaligus
hanyalah merupakan bentuk cobaan mendidik mereka tentang akhlak yang
(bencana), ujian serta penyegeraan utama dan mulia. Pendapat manakah
nikmat semata. Hingga pada akhirnya nanti yang benar yang sesuai dengan petunjuk
jika mereka binasa dan berpisah dengan Nabi  dan tidak mungkinkah untuk
nikmat yang mereka dapatkan tersebut, menggabungkan kedua pendapat di atas?
mereka akan langsung menuju neraka
Jawab: Pendapat yang benar adalah
Jahim sehingga bertambahlah kerugian
pendapat yang mengatakan, bahwa
(kesengsaraan), rasa sakit dan kesedihan
dakwah Tauhid adalah pertama kali
mereka. Dan hal ini termasuk diantara
yang harus dimulai dalam ber-
hikmah Allah , dimana Allah menyegera-
dakwah kepada Allah  karena ini
kan kenikmatan kepada mereka, karena
merupakan manhaj (cara) para rasul
mereka tidak mau memeluk Islam sekalipun
–alaihimu ash-shalatu wa as-salam—. Allah
telah ditimpa dengan beragam bencana
 berfirman:
seperti gempa, kekeringan, badai, banjir dan
bencana lainnya.
Saya memohon kepada Allah semoga
memberikan hidayah dan taufiq kepada
penanya serta mengembalikannya kepada “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
kebenaran. Dan menjadikan kita semua pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
mengerti akan agama ini. Sesungguhnya ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut6
Dia Maha Pemberi lagi Maha Mulia.5 itu’,” (QS.an-Nahl:36)

5
Fatawa Muhimmah li ‘Umum Al-Ummah hal.22-27. Dinukil dari Al-Majmu’ Ats-Tsamin (III/10).

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 13


12
Tauhid
Fatwa

dan firman-Nya : Maka jamaah manapun dari jamaah-


jamaah dakwah yang (dakwahnya)
menyelisihi cara (metode) para rasul dan
memulai dengan selain apa yang telah
mereka (para rasul) mulai, berarti
dakwahnya adalah dakwah yang gagal
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun (tidak sukses). Bagaimana tidak,
sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan (kenyataan menunjukkan) bahwa
kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan masyarakat yang menisbatkan diri
(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah kepada Islam, kebanyakan mereka telah
olehmu sekalian akan Aku’.” (QS.al- bergelimang dengan perbuatan syirik
Anbiya:25) besar, dalam bentuk peribadatan kepada
kuburan-kuburan, berdo’a kepada orang
Dan sebagaimana sabda Nabi  kepada
yang telah meninggal bukan kepada Allah
Mu’adz  ketika diutus ke Yaman,
 . Bagaimana mereka membiarkan
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi
kondisi umat yang seperti itu, untuk
kaum ahlu al-kitab, maka hendaknya kali kemudian malah mengajak pada mahasin
pertama yang harus engkau dakwahkan ad-Din (perkara-perkara menarik dalam
kepada mereka adalah ibadatullah agama) saja serta keutamaan ahlak
(peribadatan kepada Allah dengan sementara kebanyakan mereka masih
mentauhidkan-Nya). Jika mereka telah bergelimang dengan syirik besar!?
mengenal Allah, maka kabarkan kepada
Hal itu benar, jika seandainya suatu
mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka
masyarakat sudah terbebas dari syirik,
shalat lima waktu sehari semalam.” 7
dan mereka memiliki kekurangan dari sisi
Demikianlah metode para rasul dalam
yang lain dalam agama, maka mereka
dakwah kepada Allah . Tidaklah mereka
diseru untuk memperbaiki dan menutup
memulai sesuatu dalam dakwah sebelum
kekurangan dan kesalahan yang ada
memperbaiki aqidah (keyakinan). Dan
pada mereka itu dengan tetap
sejarah Rasulullah  dalam dakwah
memperhatikan dan antusias terhadap
adalah sebaik-baik bukti akan hal itu. pengajaran aqidah dan menjelaskan
Beliau tinggal di Makkah selama tiga belas beberapa permasalahan seputarnya, agar
tahun setelah diangkat menjadi rasul tidak terjatuh dalam berbagai kesalahan
demi menyeru manusia kepada tauhid, (dalam aqidah) dengan tanpa disadari
mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah dan agar tidak terlupakan kaidah-kaidah
dan meninggalkan ibadah kepada selain dan hukum-hukum aqidah tersebut.8
Allah . bersambung ke halaman 46

6
Thagut: Setiap yang disembah selain Allah dan dia ridha dengan penyembahan tersebut. (pen.)
7
Bukhari dalam shahihnya II/125, dari hadits Ibnu Abbas  dengan beberapa lafal yang mirip di
dalam Kitab Zakat.
8
Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Shalih Al-Fauzan (II/222-223).

14 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


 Hadits Tauhid

Dihimpun Oleh:
Abu Humaid Arif Syarifuddin

Takhrij-Hadits Ringkas 2 atau 3 tahun sebelum beliau  hijrah


ke Madinah. Rasulullah  baru hidup
Lafal yang pertama diriwayatkan oleh
serumah dengannya ketika dia berusia 9
Bukhari (hadits no. 2550) dan Muslim
tahun, yaitu pada bulan Syawwal tahun
(hadits no. 1718). Sedangkan lafal yang
ke-2 H sepulangnya beliau  dari Perang
kedua diriwayatkan oleh Muslim (hadits
Badar Kubra. Sebagai istri Rasulullah ,
no. 1718), sedangkan Bukhari
ia pun mendapat sebutan Ummul
menyebutkannya secara mu’allaq dalam
Mu’minin. Ia merupakan isteri yang paling
Shahih-nya dalam judul bab ‘Idza ijtahada
utama dan paling dicintai oleh Rasulullah
al-’amilu aw al-Hakimu fa akhtha’a ...’ .
 dibandingkan dengan istri-istri beliau
Biografi Periwayat Hadits yang lain selain Khadijah –radhiyallahu
‘anha- (karena ada perbedaan pendapat
‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- dalam hal siapakah yang lebih utama
Ia adalah ‘Aisyah putri khalifah- antara ‘Aisyah dan Khadijah). Dan ketika
Rasulullah  Abu Bakar (Abdullah) bin Rasulullah  wafat, usianya baru
Abu Quhafah (Utsman) bin ‘Amir bin ‘Amr, mencapai 18 tahun.
dari Bani Taim keturunan suku Quraisy. Kun-yah-nya adalah Ummu Abdillah,
Ibunya bernama Ummu Ruman binti Amir nisbat kepada Abdullah bin az-Zubair (bin
bin ‘Uwaimir Al-Kinaniyah. Al-‘Awwam), anak Asma’—kakak
Ia lahir pada tahun ke-4 atau ke-5 perempuan kandungnya—.
dari kerasulan Nabi . Pada usia 6 atau Semenjak menjadi pendamping
7 tahun ia dinikahi oleh Rasulullah  Rasulullah , dia sekaligus menjadi murid
setelah istri beliau  yang pertama - beliau . Dia banyak meriwayat-kan
Khadijah binti Khuwailid- wafat, tepatnya hadits dari Rasulullah , bahkan dia

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 15


14
Tauhid
Hadits

termasuk di antara tujuh sahabat yang Makna Kata dan Kalimat


paling banyak meriwayatkan hadits dari
Nabi . Sedangkan di kalangan wanita,  ( ) bermakna ( = membuat/
secara mutlak dia adalah wanita yang menciptakan –sesuatu yang baru-)3.
paling fakih dalam hal agama.  ( ) maknanya adalah ( =
‘Aisyah juga digelari Ash-Shiddiqah agama kami) atau ( = syariat
binti Ash-Shiddiq. Ia mendapat pembelaan kami)4.
dari Allah  ketika difitnah telah berbuat  ( ) maknanya ( = tertolak/tidak
tidak senonoh dengan salah seorang diterima)5.
sahabat Nabi  yang bernama Shafwan Jadi, makna hadits di atas adalah
bin Mu’aththal  yang dikenal sebagai bahwa siapa saja yang memuncul-kan
kisah al-Ifki (tuduhan dusta) dan Allah atau membuat suatu perkara baru dalam
 mengabadikan pembelaan-Nya agama atau syariat ini yang tidak ada asal
terhadap ‘Aisyah dalam surat An-Nur ayat atau dasar darinya, maka perkara itu
11 dan beberapa ayat sesudahnya. tertolak. Secara tekstual hadits ini
Banyak sekali keutamaan-keutama-an menunjukkan bahwa setiap amalan yang
yang disandang oleh Ummul Mu’minin tidak ada dasarnya dari syariat berarti
‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-. Salah satunya amalan tersebut tertolak. Dan secara
adalah yang tersebut di dalam satu hadits konteks-tual menunjukkan bahwa setiap
yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari  amalan yang ada dasarnya dari syariat
bahwa Rasulullah  pernah berkata, berarti tidak tertolak atau dengan kata
lain bahwa amalan tersebut diterima.6
Lafal yang kedua lebih umum dari
yang pertama7, dan di dalamnya terkan-
dung tambahan makna, yaitu bahwa bila
“Keutamaan Aisyah atas para wanita yang ada seseorang yang melakukan bid‘ah
lain bagai keutamaan tsarid (bubur daging) yang sudah ada sebelumnya lalu
atas jenis makanan yang lain.”1 mengatakan, “Saya tidak mengadakan
Ia wafat pada malam Selasa tanggal perkara baru,” maka perkataannya tersebut
17 Ramadhan tahun 57 atau 58 H, dan terbantahkan oleh lafal yang kedua yang
dimakamkan di pemakaman Baqi’.2 – secara jelas menolak segala bid‘ah yang
Radhiyallahu ‘anha wa ardhaha-

1
Diriwayatkan oleh Bukhari (hadits no 3558 dan lainnya) dan Muslim (hadits no. 2431 dan 2446)
2
Lihat biografinya dalam Al-Ishabah (VIII/16), Al-Isti’ab (IV/1881), Siyar A’lam An-Nubala (II/
135), Taqrib At-Tahdzib (I/750), Ats-Tsiqat (III/3230) dan kitab-kitab biografi lainnya.
3
Lihat Fathul Bari (V/357), cet. Dar Ar-Rayyan li At-Turots, Kairo, th. 1407 H.
4
Lihat Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam (I/163), cet. Daar Ibnu Al-Jauzi, Dammam-KSA, th. 1415 H.
5
Lihat Fathul Bari (V/357); dan Syarah Shahih Muslim (XII/15) cet. Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah,
Beirut, th. 1415 H.
6
Lihat Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam (I/163) dan Qawaid wa Fawaid (hal. 76).
7
Lihat Fathul Bari (V/357).
8
Lihat Syarah Shahih Muslim (XII/15).

16 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Hadits

dibuat-buat, baik yang baru diadakan Banyak faedah yang dapat kita ambil
maupun yang sudah dibuat sebelumnya.8 darinya, dan yang terpenting di antaranya
adalah sebagai berikut:
Kedudukan Hadits 9 1. Kewajiban Mengikuti Syariat
dalam Beragama
Ibnu Hajar berkata, “Hadits ini
termasuk di antara pokok-pokok serta Secara kontekstual (tersirat) hadits ini
kaidah landasan ajaran agama Islam.”10 mengandung makna bahwa dalam
menjalankan agama, baik dalam masalah
Imam An-Nawawi berkata, “Hadits ini
aqidah, ibadah, akhlaq, muamalah,
termasuk di antara –hadits-hadits- yang
maupun yang lainnya, kita wajib untuk
patut dihapal (dijaga), digunakan untuk
mengikuti syariat yang Allah turunkan
memberantas segala kemungkaran, serta
kepada Nabi  yang termuat dalam Al-
patut untuk disebarkan dalam berdalil
Qur’an dan As-Sunnah, dan wajib pula
dengannya.”11
mengembalikan segala permasalahan
Ath-Thuruqi berkata, “Hadits ini kepada keduanya. Banyak dalil yang
pantas disebut sebagai separuh dalil-dalil menunjukkan hal tersebut, di antaranya
syariat karena yang dituntut dalam adalah dalil-dalil berikut.
berdalil adalah menetapkan hukum atau
a. Dari Al-Qur’an
menampiknya, dan hadits ini adalah kunci
terbesar dalam menetapkan atau Firman Allah :
menampik setiap hukum syariat.”12
Ibnu Rajab berkata, “Dan hadits ini
merupakan landasan yang agung di
antara landasan-landasan ajaran Islam
dan ia merupakan timbangan bagi
amalan lahir. Sebagaimana bahwa hadits
( )13 adalah timbang-an bagi
amalan batin.”14

Faedah-Faedah
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah
Hadits ini termasuk di antara
Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri
perkataan-perkataan Nabi  yang singkat
diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
namun padat isinya (Jawami’ul Kalim)15.
pendapat tentang sesuatu, maka

9
Lihat Qawaid wa Fawaid (hal. 75).
10
Lihat Fathul Bari (V/357).
11
Lihat Syarah Shahih Muslim (XII/15).
12
Lihat Fathul Bari (V/357).
13
Telah dibahas dalam majalah Fatawa volume 1 dan 2 tahun I.
14
Lihat Jami’ Al-‘Ulum wal Hikam (I/162).
15
Lihat Syarah Shahih Muslim (XII/15).

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 17


16
Tauhid
Hadits

kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) teguh dengan keduanya) kalian tidak akan
dan Rasul (Sunnah-nya), jika kamu benar- tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnah-ku.”16
benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Sabda Nabi  dalam hadits Al-‘Irbadh
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan bin Sariyah :
lebih baik akibatnya.” (Q.S. An-Nisa’:59)
Firman Allah :

“Berpegangteguhlah kalian dengan Sunnah-


ku dan sunnah para Khulafa Rasyidin yang
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka mendapat petunjuk (setelahku).”17
terimalah dia, dan apa yang dilarangnya 2. Larangan Mengadakan Bid‘ah
bagimu maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al- dalam Agama
Hasyr:7)
Adapun secara tekstual (tersurat),
b. Dari As-Sunnah hadits ini menunjukkan bahwa setiap
Sabda Nabi : bid‘ah yang diada-adakan dalam agama
tidaklah memiliki dasar dari Al-Qur’an
ataupun As-Sunnah18.
Ibnu Hajar berkata, “Dan (hadits ini)
mengandung penolakan terhadap segala
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara (bid‘ah) yang diada-adakan dan
perkara yang (selama kalian berpegang bahwa larangan di sini menunjukkan –
16
Diriwayatkan oleh Hakim (I/172), dan Daruquthni (hadits no. 149).
17
Diriwayatkan oleh Ahmad (IV/126), Abu Dawud (no. 4607), At-Tirmidzi (no. 2676), dan Ibnu Majah
(no. 42). Lihat Shahih Ibnu Majah (I/13, No. 40)
18
Bahjatu Qulub Al-Abrar (hal. 16).

18 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Hadits

bahwa perkara tersebut- batil karena Muhammad  telah mengkhianati risalah


segala perkara yang dilarang bukanlah (yakni tidak menyampaikannya secara
termasuk bagian dari (perkara urusan) sempurna), karena Allah telah berfirman:
agama sehingga wajib untuk ditolak.”19
Bid‘ah pada hakikatnya adalah “Pada hari ini telah Kusempurnakan
‘sesuatu (yang baru) yang diada-adakan untukmu agamamu.” (Q.S. Al-Maidah:3)
dalam agama yang menandingi cara yang
Maka apa yang pada hari itu (masa
–telah- disyari’atkan dengan tujuan agar
nabi) bukan merupakan agama, berarti
mendapat nilai lebih dalam beribadah
bukan pula merupakan agama pada hari
kepada Allah ’20. Padahal kita telah
ini.”22
diperintahkan untuk ber-ittiba’ (mengikuti
syariat yang dibawa oleh Rasul ) dan 3. Macam-macam Bid‘ah
dilarang untuk melakukan bid‘ah karena  Melihat kepada jenisnya, bid‘ah itu
agama Islam ini telah sempurna sehingga terbagi menjadi dua, yaitu:
sudah cukup dengan apa yang disyariat- a. Bid‘ah haqiqiyyah, yaitu bid‘ah yang
kan oleh Allah dan Rasul-Nya  dan yang tidak ada satu pun dalil syar’i yang
telah diterima oleh Ahlussunnah wal Jama’ah menunjukkannya. Tidak dari Al-
dari generasi sahabat dan orang-orang yang Qur’an, As-Sunnah maupun ijma’,
mengikuti mereka dengan baik21. seperti mengharamkan yang halal dan
Maka seorang yang membuat atau menghalalkan yang haram, mengada-
melakukan bid‘ah berarti telah berbuat kan perayaan maulid Nabi  dan
lancang terhadap Allah  sebagai pemilik tahun baru.
tunggal hak dalam hal membuat syariat. b. Bid‘ah idhafiyyah, yaitu memasukkan
Dan seolah-olah dia mengatakan bahwa ke dalam syari’at sesuatu yang
syariat ini belum sempurna, dan bahwasa- bersumber dari diri si pelaku bid‘ah
nya masih ada sesuatu yang harus atau sehingga mengeluarkan syari’at dari
perlu ditambah atau dikoreksi karena asal karena sebab penambahan yang
kalau dia meyakini akan kesempurnaan dilakukan si pelaku bid‘ah, yang dari
syariat dari segala sisinya, niscaya dia satu sisi disyari’atkan tetapi si pelaku
tidak akan berbuat bid‘ah dan tidak akan bid‘ah memasukkan ke dalamnya
menambah atau mengoreksinya. sesuatu yang bersumber dari dirinya
Ibnu Al-Majisun berkata, aku sehingga mengeluarkannya dari asal
mendengar Imam Malik berkata, disyari’atkannya. Kebanyakan bid‘ah
“Barangsiapa yang berbuat bid‘ah dalam yang tersebar di tengah-tengah
Islam dan dia memandangnya baik, masyarakat adalah dari jenis ini.
berarti dia telah menganggap bahwa Seperti shaum (puasa), ia adalah

19
Fathul Bari (V/357).
20
Al-I’tisham (I/51), cet. Dar Ibnu ‘Affan, Khubar-KSA, th. 1412.
21
Mukhtarat Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz (hal.271), cet. Jam’iyyah Ihya At-Turots, th. 1418 H.
22
Lihat Al-I’tisham (1/64) cet. Daar Ibnu ‘Affan, Khubar-KSA, th. 1418 H, dan lihat juga risalah Al-
Bid‘ah Dhawabithuha wa Atsaruha As-Sayyi’ fil Ummah (hal. 10).

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 19


18
Tauhid
Hadits

ibadah yang disyari’atkan, namun bila b. Bid‘ah mufassiqah, yaitu yang


seseorang mengatakan, “Saya akan pelakunya dihukumi dengan kefasikan
berpuasa sambil berdiri dan tidak akan atau dalam kategori kemaksiatan,
duduk, di terik matahari dan tidak tidak mengeluarkannya dari Islam.
akan berteduh,” maka (tambahan
persya-ratan yang ia tetapkan itulah
bid‘ahnya sehingga puasa yang pada  Catatan
awalnya disyari’atkan menjadi tidak Seorang penuntut ilmu hendaknya
disyari-’atkan dikarenakan bid‘ah yang berhati-hati dan jangan terburu-buru
ia tambahkan dalam puasa tersebut). menolak atau tidak menerima suatu
jadilah dia telah berbuat bid‘ah23. amalan lalu berdalil dengan hadits ini,
hendaknya dia melihat dulu perkataan
 Dan dari sisi objeknya, bid‘ah para ulama tentang masalah tersebut,
tersebut bisa terjadi dalam semua memperhatikan batasan-batasan
perkara agama, diantaranya: (dhawabith) dan kaidah-kaidah (ushul)
a. Dalam aqidah, seperti bid‘ahnya yang dengan itu semua dia bisa
kelompok-kelompok sesat semisal menghukumi apakah memang amalan
Khawarij24, Rafidhah25, Jahmiyyah26, tersebut tertolak dan tidak diterima.27
dan yang lainnya.
b. Dalam ibadah, seperti berdzikir Kesimpulan:
dengan tatacara dan bentuk tertentu
dan dilakukan secara berjama’ah serta 1. Islam adalah agama yang sempurna
satu suara (koor). sehingga tidak butuh kepada
penambahan, pengurangan atau
c. Dalam Mu’amalah, seperti menikahi koreksi.
wanita yang haram dinikahi, baik
karena adanya hubungan nasab, satu 2. Mengikuti syari’at (ittiba’) merupakan
susuan atau yang lainnya. salah satu syarat diterimanya amal
ibadah seseorang.
 Adapun dari sisi akibatnya dapat 3. Bid‘ah merupakan salah satu pembatal
dibagi dua, yaitu: amal ibadah seseorang dan dapat
a. Bid‘ah mukaffirah, yaitu yang dapat menjerumuskannya dalam kesesatan.
menyebabkan pelakunya jatuh dalam
kekafiran yang mengeluarkannya dari
Islam. -Wallahu A’lam bish-shawab-

23
Lihat Al-Bid‘ah Dhawabithuha wa Atsaruha As-Sayyi’ fil Ummah (hal. 14-15) dan lihat juga
pembahasan ini dalam Al-I’tisham (1/367).
24
Kelompok yang keluar dari kepempinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?.
25
Sekte Syi’ah yang amat melampaui batas, yang diantaranya mengatakan bahwa para sahabat
Nabi? telah merubah dan mengurangi Al-Qur’an.
26
Kelompok pengikut Jahm bin Shafwan, yang diantaranya mengatakan bahwa Al-Qur’an itu makhluk.
27
Qawaid wa Fawaid (hal. 80).

20 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Fiqih 
Tauhid

Oleh: Syaikh Abdul Aziz Muhammad As Salman


(Dinukil dan diterjemahkan oleh Abu Mus’ab)

 Menghadap dan
membelakangi kiblat ketika
buang hajat
Tanya:
Tolong jelaskan hukum menghadap dan
“Apabila kalian datang ke tempat buang
membelakangi kiblat ketika buang hajat
hajat, maka janganlah kalian menghadap
beserta dalilnya. Jelaskan pula tentang
atau membelakangi kiblat ketika buang hajat
perbedaan pendapat di antara ulama
besar atau kecil, tetapi menghadaplah ke
dalam masalah ini dan mana yang benar
Timur atau ke Barat2.” Abu Ayyub 
(rajih)?
berkata , “(Ketika) kami sampai di Syam
Jawab: lalu kami mendapati WC-WC di sana
Ada dua pendapat mengenai masalah ini. dibangun dengan posisi menghadap
Pendapat pertama menyatakan Ka‘bah, maka kami pun menyerongkan
keharamannya, baik dilakukan di dalam posisi duduk dan kami pun beristighfar
bangunan (WC) ataupun di luar (mohon ampun) kepada Allah.” (Muttafaq
bangunan, berdasarkan hadits dari Abu ‘Alaih)3
Hurairah  dari Nabi , beliau bersabda, Muslim4 meriwayatkan dari Salman , dia
berkata,

“Apabila salah seorang di antara kalian


duduk untuk buang hajat, maka janganlah “Rasulullah  sungguh-sungguh telah
menghadap kiblat atau membelakanginya.” melarang kami menghadap kiblat ketika
(H.R. Ahmad dan Muslim)1 buang hajat besar atau kecil.”
Begitu pula hadits dari Abu Ayyub Al- Pendapat kedua menyatakan bahwa
Anshari  dari Nabi , beliau bersabda, harus dibedakan antara buang hajat di

1
Muslim (no. 265) dan ini lafalnya, dan Ahmad (V/414, 417, 421).
2
Di Indonesia, menghadap ke Utara atau Selatan, karena Nabi  mengucapkan hadits ini di Madinah
yang kiblatnya (Ka’bah) ada di arah Selatan,-Red.
3
Bukhari (no. 386) dan Muslim (no. 264).
4
Hadits no. 262.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 21


20
Tauhid
Fiqih

dalam bangunan (WC) dengan di tempat


terbuka. Diharamkan menghadap atau
membelakangi kiblat ketika buang hajat
di tempat terbuka dan dibolehkan ketika
berada di dalam bangunan (WC)
berdasarkan hadits-hadits berikut.
Hadits dari Ibnu ‘Umar , dia berkata,

“Pada suatu hari aku naik ke atas rumah


Hafshah lalu terlihat olehku Rasulullah  ‘Atau benar-benar mereka telah melakukan
sedang buang hajat dengan menghadap ke hal itu. Maka ubahlah tempat dudukku (di
Syam dan membelakangi Ka‘bah.” (H.R. WC) dengan menghadap kiblat.’” (H.R.
Jama‘ah)5 Ahmad dan Ibnu Majah)7
Hadits dari Jabir bin Abdullah , dia Begitu pula hadits dari Marwan Al-Ashfar,
berkata, dia berkata, “Aku melihat Ibnu Umar 
menderumkan (mendudukkan) untanya
menghadap kiblat lalu beliau kencing
sedang beliau juga menghadap kiblat,
maka aku bertanya, ‘Wahai Abu
“Rasulullah  telah melarang kencing Abdurrahman, bukankah Rasulullah 
menghadap kiblat, akan tetapi setahun telah melarang hal itu?’ Beliau menjawab,
sebelum beliau wafat aku melihat beliau ‘Memang betul, tetapi beliau melarang
kencing menghadap kiblat.” (H.R. Lima hal itu (dilakukan) di tanah yang lapang.
kecuali Nasa’i)6 Kalau di antara kamu dan kiblat itu ada
Dan hadits dari ‘Aisyah –radhiyallahu sesuatu yang menutupimu, maka tidak
‘anha-, dia berkata, “Disampaikan di mengapa.” (H.R. Abu Daud)8
hadapan Rasulullah  bahwa ada Adapun pendapat yang rajih (benar)
sebagian orang (sahabat) tidak suka menurut saya (Syaikh Abdul Aziz Al-
menghadapkan kemaluan mereka ke Muhammad As-Salman) adalah
arah kiblat, maka beliau  bersabda, mengamalkan hadits Abu Ayyub 
karena itu yang lebih berhati-hati, yaitu
menghadap atau membelakangi kiblat

5
Bukhari (no. 147 dan 2935), Muslim (no. 266), Abu Daud (no. 12), At-Tirmizi (no. 11), An-Nasa’i (no. 23),
Ibnu Majah (no. 322), Ahmad (II/12,13), Malik dalam Al-Muwaththa’(no. 456), dan Ad-Darimi (I/179).
6
Ahmad (II/360), Abu Daud (no. 13), At-Tirmizi (no. 9), dan Ibu Majah (no. 324). Lihat Shahih Abu
Daud (no. 10) dan Shahih Ibnu Majah (no. 261).
7
Ahmad (VI/219, 227), Ibnu Majah (no. 324). Lihat Dha’if Ibnu Majah (no. 68) dan Adh-Dha’ifah (no. 947).
8
Hadits no. 11. Lihat Shahih Abu Daud (no. 8).

22 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Fiqih

ketika buang hajat besar atau kecil di “Rasulullah  telah melarang seseorang
dalam bangunan atau di luar bangunan bersuci dengan tulang atau kotoran binatang.”
(tempat terbuka) adalah haram. (H.R. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud)9.
[Pendapat ini juga telah dipilih oleh Hadits dari Salman , dia berkata,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ibnu Al-
Qayyim menjelaskan bahwa apa yang
dilakukan oleh Rasulullah  (buang hajat
dengan menghadap kiblat) adalah
merupakan kekhususan beliau. Di
samping itu, ada kaidah yang berbunyi “Rasulullah  telah memerintahkan kami
“apabila bertentangan antara ucapan untuk bersuci dengan tidak kurang dari tiga
Nabi saw dengan perbuatan beliau, maka batu, tanpa memakai kotoran binatang dan
yang didahulukan adalah ucapannya”. tulang.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)10.
Contoh yang lain adalah beliau mem-
Dan hadits dari Abu Hurairah , dia berkata,
batasi umatnya menikah tidak boleh lebih
dari empat (yaitu lewat ucapannya),
padahal beliau sendiri menikah dengan
sembilan wanita (dan ini adalah
perbuatannya), maka yang didahulukan “Nabi  telah melarang beristinja’ dengan
adalah ucapannya]. kotoran binatang atau tulang. Beliau
bersabda, ‘Sesungguhnya kedua-duanya tidak
 Benda yang tidak boleh bisa mensucikan.’” (H.R. Ad-Daruquthni11,
digunakan untuk istijmar beliau berkata, “Sanadnya shahih.”)

Adapun dalil tentang pengharaman


Tanya: istijmar dengan sesuatu yang dimuliakan
Sebutkan benda apa saja yang tidak seperti buku-buku fiqih atau hadits
boleh dipergunakan untuk ber-istijmar adalah karena perbuatan menggunakan
(peper, Jawa) dan sertakan dalilnya! kertas yang berisi tulisan tentang fiqih
Jawab: atau hadits untuk istijmar itu termasuk
Haram bersuci dengan tulang, kotoran penghinaan dan pelecehan syariat. Oleh
binatang, makanan, dan segala sesuatu karena itu, keharamannya lebih utama
yang dimuliakan. Dalilnya adalah hadits- dibandingkan dengan keharaman
hadits berikut. memakai kotoran binatang atau tulang.

Hadits dari Jabir , dia berkata, Adapun dalil tentang pengharaman


bersuci dengan memakai makanan adalah
hadits riwayat Muslim12 dari Ibnu Mas‘ud
, dia berkata, “Rasulullah  bersabda,
9
Ahmad (III/336, 343, 384, ), Muslim (no. 263), Abu Daud (no. 38).
10
Ahmad (V/437, 438), Ibnu Majah (no. 316). Dan Lihat Shahih Muslim (no. 262).
11
Hadits no. 9.
12
Hadits no. 450. Dan lihat Al-Mustakhraj ‘ala Shahih Muslim (no. 996).

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 23


22
Tauhid
Fiqih

‘Janganlah kalian ber-istinja’ dengan


memakai kotoran binatang atau dengan
tulang karena sesungguhnya tulang itu
makanan saudara kamu dari kalangan jin.’”
Dari hadits ini bisa diambil kesimpulan “Ayat berikut ini turun dimaksudkan kepada
bahwa keharaman ber-istijmar mengguna- penduduk Quba. “Di dalam (masjid Quba’) ada
kan makanan kita (manusia) itu lebih orang-orang yang suka bersuci (dengan
utama daripada keharaman mengguna- menggunakan air) dan Allah mencintai orang-
kan makanan jin (tulang). orang yang bersuci (dengan menggunakan air).”
Rasulullah bersabda, “Mereka (penduduk
 Mencukupkan diri hanya Quba`) beristinja’dengan menggunakan air, maka
dengan salah satu dari dua ayat ini turun dimaksudkan untuk mereka.” (H.R.
cara beristinja Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)13
Al-Bazzar juga telah meriwayatkan hadits
ini di dalam Musnadnya dari Abu Hurairah
Tanya:
 dengan lafal:
Bagaimana hukumnya mencukupkan diri
hanya menggunakan salah satu dari dua
cara ber-istinja‘, yaitu hanya mengguna-
kan air saja atau hanya dengan batu saja
(ber-istijmar)? Bagaimana pula kalau
kedua-duanya dilakukan?
Jawab :
Boleh mencukupkan diri hanya mengguna-
kan salah satu dari kedua cara tersebut. “Ayat ini turun dimaksudkan untuk penduduk
Akan tetapi, beristinja‘ dengan mengguna- Quba’ “Di dalam (masjid Quba’) ada orang-
kan air itu lebih utama. Dan seandainya orang yang suka bersuci (dengan menggunakan
kedua cara itu dilakukan bersamaan, air) dan Allah mencintai orang-orang yang
yaitu di samping menggunakan air juga bersuci (dengan menggunakan air).” Lalu
menggunakan batu, maka itu lebih utama Rasulullah  menanyakan kepada mereka,
daripada menggunakan air saja. Hal ini mereka menjawab, “Kami (dalam bersuci dari
berdasarkan hadits dari Abu Hurairah  buang air) menggunakan batu terlebih dahulu
dari Nabi , beliau bersabda : kemudian setelah itu baru menggunakan air.”14

13
Abu Daud (no. 43), At-Tirmizi (no. 3100), Ibnu Majah (no. 357). Lihat Shahih Abu Dawud (I/11/no.
34) dan Shahih Ibnu Majah (I/63/no. 286).
14
Kami belum menemukannya dalam Musnad Al-Bazzar. Namun Al-Haitsami telah menyebutkannya
dalam Majma’Az-Zawaid (I/212), lalu beliau (Al-Haitsami) mengatakan bahwa dalam sanadnya

24 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Fiqih

“Aku melihat Rasulullah  (berulang kali) -


hingga aku tidak bisa menghitungnya-
bersiwak padahal beliau sedang berpuasa.”
(H.R. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi.
Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”)17
BAB SIWAK
SIWAK
 Waktu-waktu yang
[GOSOK GIGI]15
15
diutamakan untuk
bersiwak
 Hukum Bersiwak Tanya:
Waktu-waktu kapan sajakah diutamakan
Tanya: bersiwak? Sebutkan dengan jelas dan
Apa hukum bersiwak? Apakah waktunya sertakan dalil-dalilnya!
terbatas? Jawab:
Jawab: Waktu yang diutamakan untuk bersiwak
Bersiwak itu sunnah dilakukan pada adalah ketika bangun tidur, ketika
setiap waktu berdasarkan hadits ‘Aisyah berwudhu, ketika hendak masuk rumah,
-radhiyallahu ‘anha- bahwa Nabi  ketika hendak shalat, ketika hendak
bersabda, masuk masjid, ketika bau mulut berubah
(tidak sedap), dan ketika hendak
membaca Al-Qur’an.
“Ber-siwak itu sebagai pembersih mulut dan Adapun dalil keutamaan bersiwak ketika
diridhai oleh Allah.” (H.R. Ahmad dan bangun tidur adalah berdasarkan hadits
Nasa’i, sedang Bukhari menyebutkannya Hudzaifah , beliau berkata,
secara ta’liq)16
Dan hadits dari Amir bin Rubai’ah, dia
berkata,

ada perawi bernama Muhammad bin Abdul Aziz bin Umar Az-Zuhri yang didha’ifkan (dilemahkan)
oleh Bukhari, An-Nasa’i dan yang lain. Lihat pula Tamamul Minnah hal. 65.
15
Asalnya adalah gosok gigi dengan menggunakan kayu siwak (yaitu al-arok). Namun jika tidak ada,
maka bisa dengan apa saja yang dapat membersihkan gigi dan mulut seperti sikat dan pasta gigi,
sapu tangan atau semisalnya.
16
Ahmad (VI/47, 62, 124), An-Nasa’i (no. 5), dan Bukhari menyebutkannya secara ta’liq dalam bab
As-Siwak Ar-Ruthbu Wa Al-Yabisu Li Ash-Shaim (II/682).
17
Ahmad (III/445), Abu Dawud (No. 2364) dan At Tirmidzi (No. 725), dan Bukhari menyebutkannya
secara mua’llaq dalam Bab As-Siwak Ar-Rathbu Wa Al-Yabisu Li Ash-Shaim.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 25


24
Tauhid
Fiqih

“Adalah Rasulullah  apabila bangun


malam membersihkan mulutnya dengan
siwak.” (H.R. Jama’ah kecuali Tirmidzi)18
Dan hadits dari Aisyah -radhiyallahu’anha-
dia berkata,

“Adalah Rasulullah  tidak tidur pada


malam hari atau siang hari kemudian beliau
bangun melainkan beliau pasti gosok gigi Adapun dalil ketika hendak shalat adalah
terlebih dahulu sebelum berwudhu.” (H.R. berdasarkan hadits Abu Hurairah  dari
Abu Dawud)19 Nabi , beliau bersabda,
Adapun dalil ketika bau mulut berubah
tidak sedap adalah karena memang
disyariatkannya bersiwak itu untuk
menghilangkan bau yang tidak sedap.
Adapun dalil ketika hendak wudhu adalah “Kalaulah tidak akan memberatkan umatku,
berdasarkan hadits Abu Hurairah  dari tentulah telah kuperintahkan kepada mereka
Rasulullah  bahwa beliau bersabda, supaya ber-siwak pada tiap-tiap akan
shalat.” (H.R. Jama’ah)21
Adapun dalil ketika hendak masuk masjid
dan rumah adalah berdasarkan hadits Al-
Miqdad bin Syuraih yang diriwayatkan
“Kalaulah tidak akan memberatkan dari Syuraih, dia berkata, “Aku bertanya
umatku,tentulah kuperintahkan kepada kepada Aisyah, “Apa yang pertama kali
mereka supaya gosok gigi pada tiap-tiap dilakukan Rasulullah  ketika telah
berwudhu.” (H.R. Malik, Ahmad, dan masuk rumah?” Aisyah menjawab,
Nasa’i dan telah dishahihkan oleh Ibnu “Bersiwak.” (H.R. Jama‘ah kecuali Bukhari
Khuzaimah, sedang Imam Bukhari dan Tirmidzi).22 Dan masjid lebih utama
menyebutkan secara ta’liq).20 dari pada rumah.

18
Bukhari (No. 42, 1085), Muslim (No. 255), Abu Dawud (No. 55), An-Nasa’i (No. 2, 1622) dan Ibnu
Majah (No. 286).
19
Hadits No. 57 dan lihat Shahih Abu Dawud (I/14, No. 51)
20
Malik (I/66), Ahmad (II/460 - dan lainnya), An-Nasa’i (As-Sunan Al-Kubro) No. 3037, 3043), dan
Bukhari secara ta’liq dalam Bab As-Siwak Ar-Rathbu Wa Al-Yabisu Li Ash-Shaim.
21
Bukhari (No. 847), Muslim (No. 252), Abu Dawud (No. 46), At-Tirmidzi (No. 23), An-Nasa’i (No. 7),
Ibnu Majah (No. 287).
22
Muslim (No. 253), Abu Dawud (No. 51), An-Nasa’i (No.8), Ibnu Majah (No. 290).

26 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


 Keluarga Tauhid

Pada bagian pertama dalam edisi yang lalu, telah dijelaskan beberapa
hal berkenaan dengan masalah ketidakpatuhan istri terhadap suami
dan solusinya. Kali ini pembahasan kita akan berkisar pada
sebaliknya, yaitu masalah yang terjadi pada diri suami ketika
meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami, sebagai kepala
rumah-tangga, dan sebagai pengayom kelangsungan kehidupan keluarga
-yang kesemuanya merupakan tanggung jawabnya yang merupakan
amanah dari Allah dan kemuliaan yang dikaruniakan kepadanya-.

Prahara Rumah Tangga


dan Solusinya
Sumber: Kitab Al-Wajiz fii Fiqh As-Sunnah wal Kitab Aziz karya Dr. Abdul Adhim Badawi (diringkas oleh Abu Husam
M. Nurhuda)

Sebagaimana hati manusia yang


terkadang berubah-ubah, maka demikian
pula halnya dengan perasaan yang selalu
silih berganti dari waktu ke waktu.
Kenyataan ini juga berlaku pada diri
seorang suami sebagai manusia biasa.
Akan tetapi, Islam adalah agama yang
mengatur setiap aspek kehidupan
umatnya, yang selalu meluruskan setiap
penyimpangan yang terjadi dalam kehi-
dupan mereka dengan mengarahkannya
kepada apa yang lebih baik bagi
kehidupan dunia dan akhiratnya.
Karena itu, jika seorang wanita
khawatir suaminya akan meninggalkan
Bagian Kedua atau berpaling darinya yang sehingga
Kiat untuk Istri
○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○
akan berujung kepada perceraian -yang
dibenci Allah-, atau khawatir sang suami
Oleh: Abu Husam M. Nurhuda menjauhi dan mengabaikannya sehingga
menjadi wanita yang terkatung-katung,
Jika masalah ini sampai terjadi, tidak sebagai istri dan tidak pula sebagai
maka akan terabaikanlah hak-hak dan wanita yang tertalak yang telah lepas dari
kehormatan sang istri yang merupakan tanggung-jawab suami, maka sebagai
pendamping setianya dalam suka dan istri ia diperbolehkan untuk mengalah
duka yang sekaligus akan mengancam kepada suaminya dalam beberapa
kelangsungan kehidupan rumah tangga- perkara yang sebenarnya merupakan
nya, ketentraman dan kelanggengannya. haknya. Hal itu bisa berupa pengurangan

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 27


26
Tauhid
Keluarga

atau pembebasan secara keseluruhan demi menjaga statusnya sebagai seorang


nafkah yang wajib diberikan suami istri, lalu Allah mengakhiri dengan
kepadanya atas kerelaannya atau berupa menerangkan bahwa Ia Maha Mengetahui
pembagian waktu bermalam jika sang kebaikannya dan akan membalasnya dengan
suami mempunyai istri lebih dari satu, balasan yang setimpal, sebagaimana
sedang dia sendiri telah merasa firman Allah :
kehilangan daya tarik kewanitaannya.
Semua ini, jika ia memandangnya
dengan penuh kerelaan dan pengertian,
maka akan baik dan mulia bagi dirinya
daripada jatuh talak kepadanya “… walaupun manusia itu menurut tabiatnya
sebagaimana firman Allah : kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu
secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), maka
sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S.An-Nisa’ : 128)
Sebab turunnya ayat ini adalah
“Dan jika seorang wanita khawatir akan sebagaimana yang disebutkan oleh Abu
nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Dawud dari hadits Hisyam bin Urwah dari
maka tidak mengapa bagi keduanya Urwah, dia berkata, “Aisyah –radhiyallahu
mengadakan perdamaian yang sebenar- ‘anha- berkata,‘Wahai putra saudara-
benarnya. …” (Q.S. An-Nisa’:128) perempuanku, Rasulullah  tidaklah
Perdamaian yang dimaksud dalam mengutamakan sebagian kami (para istrinya)
ayat ini, sebagaimana yang telah kami dari sebagian yang lain dalam membagi
isyaratkan di atas, adalah seorang istri giliran bermalam. Hampir setiap hari beliau
mengalah atas sebagian haknya. berkeliling mendatangi kami semua,
Kemudian dalam sambungan ayat ini mendekati setiap istrinya tanpa menggauli-
pula, Allah memberikan suatu ketetapan nya, sampai berakhir pada istri yang
bahwa perdamaian secara mutlak adalah mendapat jatah giliran, maka beliau
lebih baik daripada ketidakacuhan suami bermalam di rumahnya. Kemudian Saudah
atau jatuhnya talak. binti Zam’ah tatkala mulai lanjut usia,
merasa khawatir akan ditinggalkan (dicerai)
oleh Rasulullah . Lalu ia berkata kepada
“… Dan perdamaian itu lebih baik (bagi beliau, ‘Wahai Rasulullah, jatah giliranku aku
mereka).” (Q.S. An-Nisa’:128) berikan kepada Aisyah.’ Maka permintaan-
Selanjutnya Allah  mendorong nya itu diterima oleh Rasulullah.’” Aisyah
suami untuk berbuat baik kepada wanita berkata, “Kami katakan bahwa Allah
yang masih mencintainya itu dan yang menurunkan ayat tersebut dalam peristiwa
mau mengalah atas sebagian hak-haknya ini dan yang semisal dengannya.”…1

1
Hasan Sahih , lihat Kitab Sahih Sunan Abi Daud : 1868.

28 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Keluarga
Tauhid

Jika Perselisihan Semakin laki dan seorang hakam dari keluarga


Parah perempuan.” (Q.S. An-Nisa’:35)
Apa yang telah kami paparkan di atas Demikianlah, Islam tidak membiarkan
merupakan kiat-kiat dalam menyelesai- umatnya menyerah begitu saja dalam
kan sikap tidak bertanggung jawab istri menghadapi problema semacam ini. Juga
ataupun suami tatkala belum tampak tidak tergesa-gesa melepaskan tali ikatan
secara terang-terangan, baru sebatas pernikahan yang akhirnya akan
kekhawatiran, yang jika dibiarkan akan menghancurkan kehidupan orang-orang
semakin membesar dan akan semakin yang terkait dengannya, baik yang besar
sulit untuk diatasi. ataupun yang kecil, serta mereka yang
Adapun kalau sikap itu sudah tampak tidak berdosa dan tidak mempunyai daya
dengan jelas (terang-terangan), maka dan upaya. Dalam pandangan Islam,
kiat-kiat tersebut mustahil lagi untuk keluarga merupakan sebuah ikatan yang
dijalankan karena tidak akan memberi sangat mulia, yang dengannya terbentuk
hasil seperti yang diharapkan dan tidak dan terbina sebuah masyarakat.
lagi memiliki nilai sama sekali. Tatkala Dengan meletakkan dasar-dasar yang
kedua belah pihak sudah menyatakan kokoh, maka akan terbentuklah masyara-
perang dan permusuhan —dan ini yang kat yang kuat dan tercipta lingkungan
tidak dikehendaki—, sementara cara-cara yang bersih dan serasi.
tersebut di atas tidak mendatangkan Bersandar pada metode yang terakhir
faedah, bahkan mungkin malah ini - jikalau dikhawatirkan perselisihan
menambah lebar jurang pertengkaran semakin tajam – hendaknya metode ini
serta memporakporandakan sisa-sisa direalisasikan sebelum segala-galanya
ikatan yang masih senantiasa terajut, berakhir. Caranya, baik pihak istri maupun
dengan kata lain tidak membawa hasil pihak suami, masing-masing mengutus
yang diharapkan, maka pada kondisi seorang juru damai yang mereka ridhai.
seperti ini Islam memberikan metode Keduanya bertemu dengan penuh
yang terakhir, yang bijak dan mengena ketenangan, jauh dari pengaruh ataupun
pada inti permasalahan. Semua itu dalam kecenderungan kepada salah satu pihak
rangka menyelamatkan ikatan yang yang hanya sekadar dipengaruhi emosi
demikian agung, dari keterpurukan dan sehingga dapat mengotori kesucian
tidak begitu saja berlepas tangan dan hubungan antara suami-istri. Terlepas
membiarkannya terhempas jatuh. Allah dari berbagai macam persoalan yang
berfirman, hanya malah menambah ruwet
hubungan di antara keduanya.
Menampakkan niat mulia kedua belah
pihak dan berusaha untuk menjaga
kehormatan keluarga dari pihak suami
“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketa- ataupun istri, serta dorongan rasa belas
an antara keduanya, maka kirimlah seorang kasih kepada anak-anak mereka yang
hakam (juru pendamai) dari keluarga laki- tidak berdosa juga sebagaimana keadaan

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 29


28
Tauhid
Keluarga

suami maupun istri yang menghendaki


kebaikan pada keluarga mereka, anak-
anak dan rumah-tangga mereka yang
terancam kehancuran, dan pada waktu
yang sama, kedua orang juru-damai ini
merupakan orang yang bisa memegang
amanah terhadap rahasia kedua suami-
istri, karena keduanya adalah keluarga
mereka sendiri, dan tidak dikhawatirkan
akan membeberkannya di hadapan
umum, karena hal itu sama sekali tidak
mendatangkan kebaikan bagi mereka,
karena yang seharusnya adalah
menutupinya dan tidak menampakkan- Halaman Cover (warna)
nya. Dua orang juru damai ini berkumpul
- Depan dalam Rp. 1.000.000,-
dalam rangka mendamaikan keduanya,
jikalau ada pada diri mereka (suami - Belakang dalam Rp. 700.000,-
ataupun isteri) benar-benar mempunyai
- Belakang luar Rp. 700.000,-
kehendak untuk itu, dan hanya
kemarahan saja yang menutupi
kehendak ini, maka dengan dibantu
Halaman Dalam (hitam putih)
kemauan yang kuat dari dua orang juru-
damai ini, Allah akan mentaqdirkan dan - 1 halaman Rp. 500.000,-
memberikan taufiq berupa kebaikan bagi
- 1/2 halaman Rp. 300.000,-
keduanya sebagaimana firman Allah :

“Jika kedua orang hakam (juru damai) itu

t
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-isteri
oun
itu.” (Q.S. An-Nisa’:35)
Dan keduanya menghendaki
disc
perbaikan dan perdamaian, maka Allah
mengabulkan permohonan mereka dan
memberikan taufiq-Nya, Hubungi:
Bagian Pemasaran
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Pak Siswanto JH
(08122797463)
lagi Maha Mengenal. Wallahu A’lam bish
Islamic Center Bin Baaz
Shawab. Jl. Wonosari km 10
Disadur secara bebas dari Kitab Al-Wajiz fii Fiqh
As-Sunnah wal-Kitabi Al-Aziz.

30 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


1 Manhaj 
Tauhid

Oleh: Dr. Muhammad bin Ibrahim Al-Buraikan (diringkas oleh Abu Isa)

Definisi Akal terletak di dalam hati yang di sanalah


Al-Aqlu (akal) secara bahasa Allah  menilai kadar kemuliaan
mengandung beberapa makna, antara seseorang. Rasulullah  bersabda,
lain diyat (tebusan), hikmah, dan baiknya
tindakan.
Adapun secara istilah, terkadang
dimaksudkan sebagai ilmu-ilmu dharuri2
dan yang diterima secara logika, dan “Sesungguhnya Allah tidak akan melihat
terkadang dimaksudkan juga sebagai kepada bentuk rupa kalian dan tidak pula
kesiapan atau kekuatan instink. melihat kepada bentuk badan kalian, tetapi
Allah akan melihat kepada hati dan amal-
Akal merupakan sifat (bukan dzat)
amal kalian.”4
yang terdapat pada manusia, yang bisa
ada bisa pula tidak, sebagaimana dalam
sabda Rasulullah : Kedudukan Akal Menurut
Syari’at
Syari’at Islam sangat menghargai
“Orang gila sampai dia berakal” 3 keberadaan dan kedudukan akal. Bahkan
akal dinilai memiliki kedudukan yang
Akal adalah watak (Tabiat) ciptaan
sangat penting dan strategis. Hal itu bisa
Allah  yang dilengkapi berbagai
kita ketahui dengan beberapa hal, di
kemampuan dan kesiapan-kesiapan yang
antaranya:
dapat melahirkan berbagai tindakan-
tindakan akal yang bermanfaat bagi 1. Firman Allah  hanya ditujukan
kehidupan manusia itu sendiri. Akal yang kepada orang-orang yang berakal karena
Allah berikan kepada manusia merekalah yang mampu memahami
merupakan suatu kemuliaan baginya. Ia wahyu Allah . Allah  berfirman:

1
Diringkas dari Al-Madkhal li Dirasah Al-Aqidah Al-Islamiyyah ‘ala Madzhab Ahlus Sunnah Wal
Jama‘ah karya Dr. Muhammad bin Ibrahim Al-Buraikan, cet. Darus Sunnah hal. 40-46.
2
Ilmu yang dapat diketahui oleh semua orang tanpa dibutuhkan penelitian dalil, seperti panasnya api,
dinginnya es.
3
H.R. Ibnu Hibban (no. 142), Baihaqi (no. 8091), dan lainnya. Bukhari menyebutnya dalam judul bab
“Idz qaala li imra’atihi wa huwa mukrah…” (V/2019) dan bab “Laa yurjam al-majnun wal majnunah…”
(VI/2499).
4
HR. Muslim (no. 2564).

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 31


30
Tauhid
Manhaj

4. Allah  memerintahkan manusia


dalam banyak hal untuk memfungsikan
“Dan sebagai peringatan bagi orang-orang akalnya, seperti untuk tadabbur, berfikir,
yang berakal.” (Q.S. Shad:43 & Al- meneliti, memahami, dan sebagainya.
Mukmin:54) Allah  berfirman,

2. Beban syari’at ini hanya berlaku bagi


orang-orang yang berakal. Rasulullah  “Apakah mereka tidak mentadabburi Al-
bersabda, Qur’an?” (Q.S. An-Nisa’:82; Muhammad:24)

“Agar kalian menjadi orang-orang yang


berfikir.” (Q.S. Al-Baqarah:219 dan 266)

“Diangkat pena terhadap tiga golongan, dan


“Apakah kalian tidak berakal?”
di antaranya adalah orang gila sampai dia
sadar / sembuh dari gilanya.”5 5. Pujian Allah  terhadap orang yang
mempergunakan akalnya untuk
Hadits ini menunjukkan bahwa orang
memahami kebenaran dan mengikutinya.
gila terbebas dari beban syari’at karena
sedang hilang akalnya. Kapan pun dia
sadar (sembuh dari gilanya), berarti dia
telah berakal kembali, pada saat itulah
dia terkena beban menjalankan syari’at.
3. Allah  mencela orang yang tidak
mau menggunakan akalnya. Sebagai
contoh, Allah  mencela orang yang “Maka berilah kabar gembira bagi hamba-
taqlid6 kepada nenek moyang mereka hamba yang mendengarkan perkataan dan
yang di antara sifatnya adalah tidak mengikuti yang terbaik dari perkataan tersebut.
berakal dan tidak mau mengikuti syari’at. Mereka itulah orang-orang yang Allah beri
Allah  berfirman, petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
berakal.” (Q.S. Az-Zumar:17-18)

6. Al-Qur’an Banyak menggunakan ayat-


ayat yang mengandung pertimbangan-
“Meskipun keadaan nenek moyang mereka itu pertimbangan akal, pengkiasan dan
tidak berakal sedikitpun dan tidak pula pembuktian dengannya. Allah 
mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah:170) berfirman:

5
HR. Abu Dawud (No. 4403), An-Nasa’i (No. 3432) dan Ibnu Majah (No. 2041), lihat Shahih Ibnu
Majah (I/347, No.1660) dan Al Irwa’ (No. 297)
6
Mengikuti jejak orang sebelumnya tanpa disertai dalil syar’i.

32 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Manhaj
Tauhid

sekitarnya tiba-tiba Allah memadamkan api


mereka dan meninggalkan mereka dalam
gelap gulita sedangkan mereka tidak bisa
melihat.” (Q.S. Al-Baqarah:17).

Pendapat-Pendapat
Manusia tentang Akal
Manusia terkait dengan pengambilan
dalil yang bersumber dari akal terbagi
menjadi 3 kelompok, yaitu 2 kutub
kelompok ekstrem yang menyimpang
dan 1 kelompok pertengahan yang adil.
“Dan seandainya Al-Qur’an itu bukan (atau)
datang dari sisi Allah niscaya mereka akan
Secara umum manusia terbagi
mendapatkan perselisihan yang banyak di
menjadi tiga kelompok dalam
dalamnya.” (Q.S. An-Nisa’:82)
menggunakan akal sebagai dalil.
Dua kelompok di antaranya berada
di jalan yang menyimpang lagi tersesat,
sedang sisanya tetap berada di jalan yang
“Apakah mereka diciptakan tanpa lurus dan tidak menyimpang. Adapun
sesuatupun ataukah mereka yang kelompok-kelompok tersebut adalah
menciptakan (diri mereka sendiri)?” (Q.S. sebagai berikut.
At-Thuur:35) 1. Para filosof dan orang-orang yang
7. Allah  memberikan berbagai bentuk ‘membebek’ mereka, seperti para
perumpamaan yang dapat diterima oleh pengikut paham Mu’tazilah.
pancaindra, sebagai penjelasan tentang Adapun antara poin-poin pandangan
perkara-perkara yang masuk akal. Seperti mereka tentang akal sebagai berikut.
firman Allah :
a. Akal adalah sumber dan landasan
suatu dalil.
b. Akal lebih didahulukan daripada
wahyu (syari’at).
c. Dalalah (petunjuk) akal menghasilkan
kepastian, sedangkan dalalah wahyu
“Permisalan mereka adalah seperti orang hanya menghasilkan zhanni (dugaan).
yang menyalakan api, maka tatkala api d. Pahala dan siksa dinilai berdasarkan
tersebut menerangi apa-apa yang di hukum akal.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 33


32
Tauhid
Manhaj

e. Keburukan dan kebaikan suatu


perbuatan ditentukan oleh akal.
f. Akal mampu menentukan suatu
hukum sebelum adanya syari’at, baik
penghalalan maupun pengharaman.
g. Hujjah (bukti-bukti) yang ditegakkan
kepada makhluk dengan mengguna-
kan hukum akal (bukan hukum
syari’at -red).
2. Pandangan Asy‘ariyah (pengikut Abul
Hasan Al-Asy‘ariy).
Kesimpulan dari pandangan mereka
tentang akal, bahwa tidak ada hukum
kecuali hukum syari’at dan akal sama
Secara global Ahlus Sunnah
sekali tidak memiliki nilai untuk
berpendapat sebagai berikut.
menentukan suatu hukum. Tujuan
mereka menolak hukum akal adalah demi a. Akal mampu memahami dan berfikir
menolak adanya maksud-maksud baik akan tetapi pemahaman dan
(hikmah) yang terkandung di dalam pemikiran tersebut dalam bentuk
perbuatan Allah  karena menurut global tidak terperinci.
mereka Allah  berbuat atas dasar
b. Syari’at lebih didahulukan daripada
kehendaknya semata tanpa adanya
akal karena syari’at ma‘shum (terjaga
hikmah dan mashlahat. —mahasuci Allah
dari kesalahan), sementara akal tidak.
dari apa yang mereka katakan—.
c. Selama akal itu sehat, maka tidak
Namun, dalam perkembangan
akan bertentangan dengan syari’at.
selanjutnya paham Asy’ariyah ini banyak
terpengaruh dengan paham Mu’tazilah, d. Akal hanya mampu menentukan
lebih-lebih pada paska Abu Ali Al- hukum sesuatu itu baik atau buruk
Juwainiy. Sehingga pada akhirnya secara global, adapun rinciannya
merekapun mengagungkan akal dan menjadi hak syari’at.
mendahulukannya di atas syari’at
e. Keputusan hukum halal dan haram
sebagaimana paham Mu’tazilah.
berdasarkan akal tidak dianggap,
3. Pendapat ketiga adalah pendapat sampai keputusan tersebut ditetapkan
pertengahan. Inilah pendapat madzhab oleh syari’at.
Salaf yang senantiasa bersikap adil dalam
f. Apabila terjadi pertentangan antara
setiap permasalahan termasuk dalam
akal dengan syari’at, maka hal itu
menyikapi akal. Yang ini juga merupakan
disebabkan:
perkataan muhakkiq Ibnu Taimiyah dan
Ibnul Qayyim. - kerusakan akal, atau

34 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Manhaj
Tauhid

- adanya syubhat (kerancuan apabila Allah dan Rasul-Nya telah


pemikiaran) atau lemahnya dalil memutuskan suatu perkara, akan ada bagi
syari’at —jika akal itu sehat—. mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka.” (Q.S. Al-Ahzab:36)
g. Terkadang di dalam syari’at ada yang
tidak dapat dijangkau oleh akal, akan
tetapi akal tidak menentang dan
menolaknya.
h. Pahala dan dosa menjadi hak syari’at.
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
i. Akal bisa menjadi sumber (dalil)
hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
tambahan (ikutan) selama mencocoki
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang
Al-Kitab dan As-Sunnah. Meskipun Al-
mereka perselisihkan. …” (Q.S. An-
Kitab dan As-Sunnah sendiri sudah
Nisa’:65)
cukup sebagai dalil tanpa akal.

Bantahan Terhadap “Dan hendaklah kamu memutuskan perkara


Mu’tazilah dan Asy’ariyah di antara mereka menurut apa yang
Pendapat Mu‘tazilah yang telah diturunkan Allah. …” (Q.S. Al-Maidah:49)
tersesat lagi menyimpang diatas dapat
kita bantah dengan beberapa firman Allah b. Pahala dan siksa bukan hak akal,
 berikut – inipun menjadi bantahan melainkan menjadi hak syari’at.
terhadap paham Asy’ariyah—:
a. Pada asalnya Hukum itu berasal dari
Allah , sedangkan akal manusia harus
“… dan Kami tidak akan mengazab sebelum
tunduk kepada hukum Allah dan Rasul-
Kami mengutus seorang rasul.” (Q.S. Al-
Nya (wahyu), sementara akal tidak cukup
Isra’:15)
sebagai hujah tanpa syari’at.

c. Penentuan Halal dan haram bukanlah


hak akal, melainkan murni hak Allah .
“Tidak ada hukum melainkan hanya milik Allah.” Dengan demikian, tidak seorang pun
(Q.S. Al-An‘am:57; Yusuf: 40 dan 67) boleh menuhankan akal dengan
menentukan halal dan haram tanpa
sandaran wahyu.

“Dan tidak patut bagi laki-laki yang beriman


dan tidak pula perempuan yang beriman

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 35


34
Tauhid
Manhaj

“Katakanlah, ‘Siapakah yang


mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-
Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?’” (Q.S. Al- “Allah tidak menjadikan langit dan bumi
A’raf:32) serta apa yang ada di antara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar,”
(Q.S. Ar-Rum:8)

“… padahal Allah telah menghalalkan jual


beli dan mengharamkan riba.” (Q.S. Al-
Baqarah:275) “Dan Kami tidak menciptakan langit dan
bumi serta apa yang ada antara keduanya
Dari ayat-ayat di atas secara umum
dengan bermain-main.” (Q.S. Ad-
dapat kita ketahui kebatilan pendapat
Dukhan:38)
Mu‘tazilah demikian pula Asy‘ariyah, yang
ditunjukkan oleh dalil-dalil di atas baik
berupa penghargaan terhadap akal
maupun urgensinya.
“Maka apakah kamu mengira bahwa
Demikian pula firman-firman Allah  sesungguhnya Kami menciptakan kamu
yang menunjukkan bahwa Ia  secara main-main (saja), dan bahwa kamu
menentukan hukum-hukum-Nya tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
berdasarkan hikmah dan maslahat. (Q.S. Al-Mukminun:115).
Bahkan Allah  telah menamakan diri-
Nya dengan Al-Hakim yang berarti
memiliki sifat hikmah. Hanya saja, dalam
Kesimpulan
memahami hikmah dan maslahat Dari penjelasan singkat di atas, telah
tersebut, akal terkadang hanya mampu jelas bagi kita bagaimana pendapat salaf
menjangkau sebagiannya atau malah (Ahlu as-Sunnah wal Jama’ah) tentang
terkadang tidak mampu menjangkaunya akal. Dia bisa dijadikan sebagai dalil
sama sekali. Sebagaimana pula yang tambahan selama mencocoki Al-Kitab
telah dikhabarkan bahwa tidaklah Allah dan As-Sunnah. Namun jika
 menciptakan makhluk-Nya dengan sia- menyelisihinya, maka dia tidak berfungsi
sia dan bermain-main saja tanpa hikmah karena telah menyelisihi sumbernya
dan tujuan yang mulia. Allah  berfirman (pijakannya).
dalam ayat-ayat berikut. Wallahu a‘lam bish shawab.

36 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M




Tauhid
Aktual
Aktual

Oleh: Tri Madiyono

Pendahuluan Barat) dianggap maju dan memiliki


nilai lebih. Sedangkan, sebab yang
Islam adalah agama universal
datang dari luar, seperti propaganda
yang diperuntukkan bagi seluruh
Eropa dan Amerika (baca: negeri kafir)
umat manusia. Demikian pula
yang berlaku bak Iblis tatkala terusir
maslahat yang ditimbulkannya tidak
dari Surga; sudah tahu dirinya rusak,
sebatas untuk kaum muslimin semata.
tidak menjadikannya memperbaiki diri
Para futurulog (pakar tentang masa
malah ‘getol’ mengajak orang lain agar
depan peradaban manusia), ada yang
rusak seperti diri nya.
mengatakan bahwa masa depan
peradaban manusia ada di tangan Di antara salah satu tradisi buruk
Islam (kaum muslimin). Alasannya yang sudah bertahun-tahun mereka
karena peradaban Eropa dan Amerika amalkan dan sosialisasikan kepada
telah kehilangan satu generasi kaum muslimin adalah perayaan
disebabkan kaum tua mereka enggan Valentine’s Day bagi kaum muda, setiap
memiliki anak (keturunan), sedangkan 14 Februari. Oleh karena itu, untuk
kaum mudanya terjerumus dalam membentengi kaum muslimin
narkoba, miras, dan perilaku seks khususnya kaum mudanya, perlu
bebas (free sex). Berbeda dengan kiranya dijelaskan apa itu hakekat
kaum muslimin yang –alhamdulillah- Valentine’s Day. Tulisan ini insya Allah
masih terdorong melestarikan membantu pemahaman Anda, semoga
keturunan dan kaum mudanya juga tidak ikut terjerumus .
masih relatif steril.
Adapun perkembangan
Pengertian Valentine’s
selanjutnya, menunjukkan gejala
Day
bahwa kaum muslimin mulai permisif Secara bahasa Valentine’s Day
dan ikut-ikutan. Hal ini disebabkan berasal dari bahasa Inggris yakni
oleh sejumlah sebab. Sebab dari valentine /vaelentain/ kb. artinya
dalam tubuh kaum muslimin sendiri, tanda kasih, dan day yang berarti
seperti lemahnya keimanan, hari. Jadi, Valentine’s Day artinya hari
kurangnya komitmen (iltizam) –memberi - tanda kasih. Valentine’s
terhadap syariat, serta kurangnya Day juga diartikan tanggal 14
percaya diri sehingga setiap sesuatu Februari.1 Dalam kamus besar
yang datang dari luar (Eropa dan Bahasa Indonesia, Valentine’s Day
1
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Penerbit Gramedia.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 37


36
Tauhid
Aktual

diartikan sebagai hari kasih sayang.2 sebelum diutusnya Rasulullah -.


Dalam literatur asing biasa disebut Peringatan tersebut dilaksanakan pada
dengan sebutan The Festival of Love 14 Februari. Adapun kebiasaan saling
yang artinya perayaan cinta.3 mengirim berbagai pesan cinta berasal
dari upacara penyembahan berhala
Banyak sekali definisi secara istilah
Romawi yang dikaitkan dengan
tentang Valentine’s Day. Di sini penulis
peribadatan Juno Februalis di gua
nukilkan salah satu di antaranya yang –
Lupercal….”5
insya Allah— cukup mewakili
semuanya, bahwa Valentine’s Day
adalah “Hari di mana orang-orang Perayaan Valentine’s
yang dimabuk cinta secara tradisi Day, dari Masa ke Masa
saling mengirimkan pesan-pesan
cinta dan hadiah-hadiah. Hari Dari semua literatur yang ada,
tersebut diperingati pada tanggal penulis sampaikan bahwa terdapat
14 Februari, hari di mana St. tahapan sejarah perkembangan
Valentine mengalami martir (orang perayaan Valentine’s Day sehingga
yang dianggap mati sebagai sampai ke negeri-negeri Muslim.
pahlawan karena memperjuang- Tahap-1: Valentine’s Day awal
kan kepercayaan).”4 mulanya berasal dari upacara
Valentine adalah nama seorang –ada penyembahan berhala yang dilakukan
pula yang menyebutkan dua orang- setiap tahun untuk menyembah dewa
pendeta dan tabib dari Roma yang Lupercus. Oleh karena itu, upacara
dianggap martir semasa Kaisar keagamaan ini disebut dengan
Claudius II pada tahun 269 M - 4 abad Lupercalia6 dan berlangsung sampai

2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Balai Pustaka.
3
Celebrating Valentine’s Day. Di-download dari www.alharamain.org.
4
Majalah As-Sunnah, diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqamah Surakarta, Bundel tahun 1415H/
1994M.
5
Idem.
6
Lupercalia adalah ritual penyembahan berhala dalam tradisi Romawi Kuno (Paganisme
Romawi). Terdapat mitos yang paling terkenal yang diyakini oleh bangsa Romawi yaitu Romulus,
pendiri Romawi, suatu hari disusui oleh ‘seorang’ serigala betina yang kemudian ternyata
menjadikan Romulo seorang yang ‘kuat dan bijaksana’. Sejak peristiwa itu, setiap 15 Februari
penduduk Romawi merayakan upacara dengan mengorbankan seekor anjing dan seekor
kambing. Lalu dua pemuda yang kekar badannya diolesi dengan darah anjing dan kambing
tersebut lalu dibasuh dengan susu. Kemudian mereka membuat arak-arakan besar yang
dipimpin oleh dua pemuda tersebut dan melewati jalan-jalan. Dua pemuda tersebut membawa
cemeti dari kulit dan akan mencambuk orang-orang yang dia temui. Dan perempuan Romawi
akan dengan senang hati menerima cambukan tersebut karena mereka meyakini dengan
cambukan itu akan mengembalikan kesuburan (fertility) mereka. (Dikutip dan diterjemahkan dari
Celebrating Valentine’s Day bab The Story of The Festival of Love. Diambil dari situs:
www.alharamain.org).

38 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

tahun 337 M (masa Kaisar Konstantin para pengusaha hiburan untuk


Agung). mendapatkan keuntungan yang besar.
Di Jakarta, penulis mengamati brosur-
Tahap-2 : Pada tahun 494 M, Dewan
brosur yang berisikan acara malam 14
Gereja di bawah kepemimpinan Paus
Februari digelar paket Valentine’s Day
Gelasius I merubah bentuk upacara
Party, Valentine’s Day Night, dll, yang
Lupercalia menjadi upacara purifikasi
diperuntukan bagi pasangan muda-
(pensucian diri bagi kaum Nashrani).
mudi. Inti acaranya adalah pesta
Dan selanjutnya tanggal perayaan
dansa-dansi, minum-minum
dirubah dari tanggal 15 Februari
semalaman. Dan sebagian peserta
menjadi tanggal 14 Februari sebagai
mengakhiri acara dengan bercinta.
penghormatan perjuangan dan
Pihak pengelola hotel pada malam
pengorbanan Saint. Valentine.7
tersebut biasanya menyewakan kamar
Tahap-3 : Pada abad 17, perayaan dengan hitungan short time.8
Valentine’s Day dihidupkan dan Pengusaha bidang penerbitan juga
diperingati secara besar-besaran di tidak ketinggalan. Contohnya ketika
negara-negara Barat, khususnya di penulis mencari buku literatur guna
Italia dan Inggris. Di Inggris, saat mempertajam tulisan ini di Toko Buku
perayaan berlangsung, omset Gramedia Yogya, beberapa judul
penjualan bunga mencapai 22 juta seperti Valentine’s Day I, Valentine’s
pounds (setara 0,33 trilyun rupiah Day II, Valentine’s Day III, dan
untuk 1 pound=15 ribu rupiah), Valentine’s Day Murder, habis terjual.
konsumsi kue coklat melonjak naik, Dalam layar monitor komputer terbaca
dan banyak perusahaan internet “persediaan ….0 “. Suatu gambaran
memberikan biaya kirim ‘pesan cinta’ betapa tinggi antusias anak-anak muda
gratis sebagai iklan bagi situs mereka. terhadap Valentine’s Day.
Tahap-4 : Selanjutnya berkembang Dari pengertian tersebut di atas
juga ke negeri-negeri muslim bahkan didapat beberapa poin penting berikut.
negara-negara Timur Tengah.
Indonesia pun tak luput dari upacara  Valentine’s Day bukan berasal dari
perayaan seperti ini. Bahkan perayaan ajaran Islam bukan pula dari tradisi
Valentine’s Day betul-betul telah kaum muslimin. Perayaan ini kali
menjadi ‘payung’ bagi kaum muda pertama berasal dari upacara
untuk melampiaskan nafsunya. Nafsu keagamaan bangsa Romawi kuno
‘nenggak’ miras, narkoba, dan free sex. (Majusi) yang kemudian dimodifikasi
Momen seperti ini dimanfaatkan oleh oleh kalangan gereja menjadi

7
Majalah As-Sunnah, idem.
8
Istilah short time biasa dipakai dalam dunia pelacuran. “Short time atau long time, Om?” Artinya
mau pakai 2-3 jam saja atau semalaman (long time). Kalau pengelola hotel menyediakan sewa
kamar short time, logikanya memang sengaja untuk menyediakan yang ‘mau gituan’ . (-Pen.)

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 39


38
Tauhid
Aktual

perayaan purifikasi bagi umat serba merah termasuk sepatu, dan


Nashrani. tukar menukar bunga –mawar- merah.
Kami memohon kiranya Anda sudi
 Perayaan Valentine’s Day awalnya
menjelaskan kepada kami tentang
dilaksanakan secara rutin pada 15
hukum merayakan hari raya semacam
Februari, kemudian dirubah oleh
itu. Apa nesehat Anda kepada
Dewan Gereja (Paus) menjadi 14
muslimin yang mengagungkan
Februari
(menghormati) hal-hal yang seperti
 Terdapat penghormatan yang itu?
sangat tinggi (kultus) terhadap figur
Syaikh Utsaimin menjawab, bahwa
Valentine yang dianggap sebagai
(ikut) merayakan Valentine’s Day tidak
‘pejuang dan pembela cinta’.
diperbolehkan dengan beberapa
Fatwa Ulama tentang alasan, pertama: Valentine’s Day
Valentine’s Day adalah perayaan kreasi baru yang tidak
ada dasarnya dalam syari’ah (bid’ah)
Lajnah Daimah9 mengharamkan kedua: Valentine’s Day mengajak
perayaan tersebut dengan fatwanya, masyarakat untuk menyibukkan diri,
“Haram bagi muslim membantu akal dan fikiran mereka dengan hal-hal
dengan cara apapun perayakan yang bodoh, yang bertentangan
Valentine’s Day ini dan perayaan lain dengan petunjuk shalafus shalih. Maka
yang dilarang, baik itu dengan cara pada hari perayaan tersebut tidak
menyiapkan makanan, minuman, boleh mengenakan seragam tertentu
menjualkan, memproduksi, surat- yang terkait dengan hari besar itu dan
menyurat, atau mengiklankan karena apapun juga yang terkait dengan
semuanya itu termasuk tolong makanan, minuman, pakaian, tukar
menolong (ta’awun) dalam perbuatan menukar bingkisan, dan yang lainnya.
keji dan dosa –sebagaimana yang Seorang muslim harus bangga
terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- terhadap agamanya, dan bukannya
Maidah ayat 2.”10 malah bersikap lemah dengan
mengikuti sembarang orang yang
Fatwa Syaikh Utsaimin
membuat hura-hura. Saya memohon
Syaikh Utsaimin ditanya, bahwa kepada Allah kiranya Dia melindungi
akhir-akhir ini perayaan Valentine’s Day kaum muslimin dari semua godaan
telah menyebar luas, khususnya di yang besar maupun kecil, memelihara
kalangan pelajar putri. Valentine’s Day kita, dan memberikan kita kekuatan.
adalah salah satu hari besar Nashrani. Wallahu A’lamu bis Shawab.
Mereka mengenakan pakaian yang

9
Majelis Ulama-Ulama Besar Kerajaan Saudi.
10
Dikutip dan diterjemahkan dari Celebrating Valentine’s Day, idem.

40 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

Fatwa Syaikh Abdullah bin besar yang mereka hormati. Juga,


Abdurrahman bin Jibrin tergolong meniru mereka dalam
beberapa ibadah praktis mereka.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman
Perkara tersebut dilarang sesuai hadits
bin Jibrin ditanya tentang perayaan
yang berbunyi:
Valentine’s Day yang telah
berkembang-luas di kalangan muda-
mudi. Valentine adalah nama dari “Barangsiapa yang menyerupai suatu
pendeta Nashrani. Perayaan ini kaum, maka ia termasuk golongan
diadakan setiap tahun pada 14 mereka.”
Februari di antaranya dengan tukar
menukar hadiah dan bunga mawar Ketiga, dari perkara-perkara atau
merah. Pesertanya pun menggunakan perbuatan yang menyertai perayaan
pakaian serba merah. Menurut Anda, tersebut seperti pesta-pesta,
apa hukumnya merayakan dan saling permainan yang sia-sia, menyanyi,
memberikan hadiah pada hari musik, perilaku tak senonoh
Valentine’s Day tersebut? (insolence),13 tebal muka alias tak tahu
malu (impertinence), membuka aurat
Syaikh Jibrin menjawab11:
(unveiling), bercampurnya laki-laki dan
“Pertama, tidak diperbolehkan perempuan, keluarnya perempuan
merayakan perayaan-perayaan kreasi tanpa mahram, dll, yang semuanya itu
baru (innovated festival) karena diharamkan atau paling tidak
tergolong bid’ah dan tidak ada menggiring kepada hal-hal yang
dasarnya dari syariah. Perkara ini bersifat amoral.”
termasuk –yang dilarang- seperti dalam Penulis tambahkan pula fatwa
hadits Aisyah, Rasulullah  berkata, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
terkait dengan (1) tasyabbuh (meniru-
“Barangsiapa yang mengamalkan sesuatu niru) orang kafir (Majusi dan Nashrani)
yang tidak ada dasarnya dari kami, maka dan (2) merayakan hari besar
amalan itu tertolak.” 12 mereka.
Kedua, perkara tersebut tergolong Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah14
meniru-niru dan menyerupai orang- secara detil mengemukakan dalil-dalil
orang kafir dalam pemujaan di mana dari Al-Kitab, As-Sunnah, dan Al-Ijma’.
mereka memuja perayaan atau hari Secara ringkas sebagai berikut.

11
Idem.
12
HR. Muslim dan Bukhari secara mu’allaq.
13
Mandi sinar matahari hanya dengan celana dalam disebut dengan insolation (Pent.)
14
Larangan tersebut terdapat dalam kitab Muhadzdzab Iqtidha as-Shirath al-Mushtaqim
Mukhalafah Ashhaab al-Jahim oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, [Bab Al-Qaidatu al-‘Amah fi
an-Nahyi ‘an At-Tasyabbuh bi al-Kuffar, ditulis oleh Doktor Abdurrahman Abduljabbar.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 41


40
Tauhid
Aktual

 Dalil-Dalil Al-Qur’an “Dan janganlah kalian menjadi seperti


orang-orang yang berpecah-belah dan
Allah  berfirman,
berselisih setelah datang kepada mereka
petunjuk…” (Q.S. Ali Imran:105).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
menjelaskan, “Mereka itu adalah
Yahudi dan Nashrani yang telah
terpecah belah menjadi 70 golongan
lebih. Oleh karena itu Nabi melarang
mengikuti mereka dalam hal berpecah
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak belah (tafarruq) dan berselisih (ikhtilaf),
akan rela kepada kalian sampai kalian padahal –saat yang sama- Nabi telah
mengikuti agama mereka. Katakanlah, mengabarkan bahwa umatnya akan
‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah berpecah-belah menjadi 73 golongan.
petunjuk yang sebenarnya (Al-Huda) dan Terhadap perkataan Nabi “Janganlah
jika kalian mengikuti hawa nafsu mereka kalian menjadi seperti fulan…”
setelah ilmu –Al-Qur’an- datang pada “ terkadang umum dari
kalian, maka tidak ada bagi kalian aspek lafazh dan makna. Kalaupun
perlindungan dan pertolongan Allah.” tidak umum, maka menunjukkan
(Q.S. Al-Baqarah:120). kepada –perintah- menyelisihi mereka
(mukhalafah) jenis tertentu saja. Dan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
meninggalkan meniru-niru
menjelaskan, “Perhatikanlah
(musyabihah) terhadap mereka adalah
bagaimana Allah  mengatakan
perkara yang disyariatkan (amrun
‘millatahum’ dalam bentuk berita (al-
masyru’)…..”
khabar) dan mengatakan “ahwa’ahum”
dalam bentuk larangan (an-nahiy) Firman Allah :
karena kaum tersebut tidak akan ridla
secara mutlak kecuali dengan
mengikuti agama (millah) tersebut dan
celaan jatuh bagi yang mengikuti hawa
nafsu (ahwa’) mereka, baik sedikit
maupun banyak…”
“… dan janganlah mereka seperti orang-
Allah  juga berfirman,
orang yang sebelumnya telah diturunkan Al
Kitab kepadanya, kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati
mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di
antara mereka adalah orang-orang yang
fasik.” (Q.S. Al-Hadid:16)

42 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah kalimat


menjelaskan bahwa lafazh kedua yang menunjukkan hal yang
-janganlah seperti mereka- dalam ayat diprioritaskan.
tersebut adalah larangan mutlak Dan masih banyak hadits-hadits
(nahyun muthlaq) terhadap meniru-niru yang sejenis seperti tentang (1)
mereka dan secara khusus adalah dibolehkannya shalat dengan beralas
larangan meniru sikap ‘keras hati’ kaki, (2) perintah makan sahur dalam
mereka karena ‘keras hati’ merupakan puasa, (3) bolehnya berbuat sesuatu
dampak dari maksiat.” atas istri yang haidh kecuali jimak, (4)
 Dalil-Dalil As-Sunnah larangan shalat tatkala matahari
sedang terbit dan sedang tenggelam,
Di samping dalil-dalil dari Al-Qur’an, (5) perintah menyesuaikan diri dengan
terdapat dalil-dalil dari Sunnah Nabi imam dalam berdiri atau duduk saat
dan Sunnah Khulafaur Rasyidin, shalat, (6) larangan minta hujan
sebagai penjelas dan penguat. Di kepada bintang, meratap, menyobek-
antaranya adalah hadits dalam Shahih nyobek pakaian, menghina nasab, (7)
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah larangan bagi wanita menyambung
, dia berkata, Rasulullah  berkata, rambut atau pakai rambut palsu, serta
(8) larangan shalat dan mendirikan
masjid di kuburan. Adapun yang
‘Sesungguhnya Yahudi dan Nashrani mereka
menjadi dasar dari larangan tersebut
tidak mencelup (mewarnai pakaian) maka
adalah agar tidak tasyabbuh
selisihilah –jangan seperti- mereka.’ “ 15
(menyerupai), orang kafir baik Yahudi,
Di dalam Shahih Bukhari dan Nashrani, maupun musyrikin.
Muslim, Ibnu Umar mengatakan bahwa
Rasulullah  berkata,
 Dalil-Dalil Ijma’

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


menjelaskan bahwa ijma’ tersebut
diambil berdasarkan fakta, bahwa para
“Selisihilah (jangan seperti) orang-orang
Amirul Mukminin, para sahabat, para
musyrik, potonglah kumis dan biarkanlah
imam sesudah mereka dan semua
jenggot.”
fuqaha’ (ahli fikih), menerapkan
Syaikhul Islam menjelaskan bahwa beberapa syarat bagi Ahlu adz-
demikianlah lafazhnya. Oleh karena itu, Dzimmah16 dari kalangan Nashrani dan
perintah menyelisihi orang kafir bersifat lainnya. Syarat-syarat tersebut di
mutlak, adapun lafazh berikutnya antaranya adalah pembedaan antara

15
Ghayatul Murom hal.83 hadits no.104 riwayat Bukahari, Muslim, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad.
16
Orang-orang kafir yang meminta perlindungan kepada pemerintah Islam.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 43


42
Tauhid
Aktual

kaum muslimin dan ahlu adz-Dzimmah Adapun dari As-Sunnah adalah


dalam hal pakaian, sepatu/sandal, hadits riwayat Anas bin Malik  bahwa
model senjata, model penutup kepala/ tatkala Rasulullah telah sampai di
rambut, gaya bicara, jalan dan pasar Madinah, mereka memiliki 2 hari yang
yang dilewati kaum muslimin tak boleh mereka bersenang-senang padanya,
ada salib, kecuali di pemukiman intern maka Rasulullah bertanya:
mereka, dan syarat-syarat lain.
Adapun tujuan semua pembedaan
tersebut di atas, menurut riwayat Al-
Hafizh Abu as-Syaikh al-Ashbahaniy
adalah agar mereka bisa dibedakan
dari kaum muslimin.
Terhadap perkara (2) Memperingati “Ada apa dengan dua hari ini?” Mereka
al-‘Id (perayaan) orang kafir, menjawab, “Kami terbiasa bersenang-
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah melarang senang pada dua hari ini semasa
hal itu dengan dalil-dalil berikut. Dalil jahiliyah.” Lalu Rasulullah
dari Alquran: berkata,”Sesungguhnya Allah telah
mengganti buat kalian dengan dua hari
“Dan orang-orang yang tidak menghadiri yang lebih baik darinya, yaitu Idul Adha
az-Zur17.” (Q.S. Al-Furqan:72) dan Idul Fithri.” (H.R. Abu Dawud).

Syaikhul Islam menjelaskan bahwa Syaikhul Islam menjelaskan bahwa


Abu Bakar Al-Khalal meriwayatkan lafazh ( ) yang artinya menggantikan
bahwa az-Zur berarti as-Sya’anin. mengharuskan kita meninggalkan hari-
Sementara Mujahid dan Rabi’ bin Anas hari jahiliyah tersebut, lebih-lebih
menjelaskan bahwa az-Zur adalah diikuti oleh lafazh ( ) = lebih
perayaan orang-orang musyrik. Yang baik dari kedua hari jahiliyah tersebut
jelas semua ulama dari kalangan tabi’in mengharuskan agar berpihak/memilih
sepakat bahwa az-Zur adalah perayaan hari yang disyari’atkan bagi kita.
orang kafir.

17
As-Sya’anin dan al-Ba’uts keduanya adalah nama al-‘Id (perayaan) Ahludz Dzimmah, yang
perayaannya secara vulgar telah dilarang oleh Umar bin Khaththab. Memang terdapat pendapat
yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan syahadatuz zur adalah berkata dusta, namun
menurut Syaikhul Islam pandangan ini perlu dikritisi karena lafazhnya bukan
, dan kebiasaan orang Arab berkata jika menghadirinya. Adapun lafazh
(dengan ) artinya engkau memberitakan. Penulis mengikuti pendapat Syaikhul Islam,
sehingga dalam terjemahan ayat, penulis tulis dengan “…menghadiri az-zur“ bukan “….berkata
dusta.” (Pen.).

44 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Aktual

Himbauan Bagi Kawula Kita di samping dilarang menyerupai


Muda dan meniru-niru mereka juga sekaligus
diperintahkan mukhalafah (menyelisihi)
mereka. Oleh karena itu, pada tanggal
Setelah jelas hakekat perayaan
perayaan Valentine’s Day tersebut
Valentine’s Day, maka tidak
hendaknya muda-mudi Islam
sepantasnya kita sebagai generasi
menyelisihi mereka dengan banyak
muda Islam ikut-ikutan merayakannya.
mengadakan kegiatan keislaman seperti
Apatah artinya ‘tampil keren’ tapi
Kajian Keislaman, kursus ketrampilan,
ternyata nilainya sangat rendah di sisi atau nggarap PR. Kalau terpaksa tidak
Allah, bahkan menggiring kita ke punya alternatif kegiatan, tidur seharian
Neraka. Sebutan ‘kuper’ (kurang di rumah —insya Allah— lebih baik
pergaulan) mungkin akan lebih baik daripada keluar rumah. Jika ada teman
bagi kita, jikalau yang dimaksudkan yang mengajak ikut-ikutan, dengan
‘per’ disitu adalah pergaulan rendah ‘agak galak’ Anda harus menjawab, “No
yang semacam itu. way, Man!!” Wallahu A’lam bi ash-Shawab.

Dana Peduli Dakwah


Salafiyah
Islamic Center Bin Baaz  Pondok Pesantren Jamilurrahman  Balai Pengobatan dan Rumah
Sakit Bersalin  Pembinaan Dakwah di Kampus , Masjid-Masjid, Daerah Terpencil, dan lain-lain
Dana dapat Anda disalurkan ke:
Rek. Giro. No. 801.20173001
a.n. Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy Yogyakarta

Daftar Penyumbang s/d Januari 2003


1. Saldo s/d 1 Dzulqa’dah 1423 H Rp 6.649.300,-
2. Dr. Kardi (Bekasi) Rp 1.000.000,-
3. Guru dan Karyawan Yayasan Majelis At-Turots Al-Islamy Rp 350.000,-

Jumlah Rp 7.999.300,-

Atas amal jariyahnya, kami doakan


Administratur
Dana Peduli Dakwah Salafiyah

Ir. Tri Madiyono.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 45


44
Tauhid
lanjutan Fatwa

Satu Hewan Qurban


untuk Beberapa Orang1
Soal:
Bolehkah menyembelih satu hewan qurban untuk beberapa orang, dan
berapa banyak kaum muslimin yang bisa bersekutu dalam hewan qurban,
dan apakah hanya dari satu keluarga dan apakah bersekutu dalam hewan
qurban itu bid’ah atau tidak?

Jawab:
Boleh seseorang berqurban atas namanya dan keluarganya dengan
menyembelih seekor kambing. Dasar pensyari’atannya adalah
sebagaimana hadits dari Nabi , bahwasanya beliau menyembelih satu
kambing atas namanya dan keluarganya (H.R. Muttafaq alaihi).2 Demikian
pula hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik, Ibnu Majah, Tirmidzi –
dishahihkan olehnya—, dari Atha’ bin Yassar, ia berkata, “Saya bertanya
kepada Abu Ayub Al-Anshari, bagaimana kalian menyembelih hewan
qurban di masa Rasulullah ? Dia menjawab, “Pada zaman Rasulullah 
dahulu, seorang laki-laki berkorban satu kambing atas namanya dan
keluarganya. Mereka memakan (sebagian) daging qurban tersebut dan
(sebagian lain) diberikan (kepada yang lainnya-pent), sehingga manusia
saling berlomba-lomba (dalam berqurban) sebagaimana yang engkau
lihat.”3
Boleh satu onta (berumur 5 tahun -pent.) atau satu sapi (umur 2 tahun
pent.) untuk tujuh orang. Sama saja apakah dari satu keluarga atau dari
keluarga yang berberda-beda, memiliki hubungan kekerabatan atau tidak.
Karena Nabi  membolehkan para sahabat menjadikan satu onta atau
satu sapi untuk tujuh orang dan tidak membedakan hal itu. Wallahu ‘alam.
Dan kepada Allah kita memohon taufiq dan semoga shalawat dan salam
tercurah kepada Nabi , keluarganya dan para sahabatnya.

1
Fatawa Lajnah Daimah jilid 11 no. 2416 cet. Daar Al-Ashimah Saudi
2
Hadits yang semisalnya dari Aisyah yang dikeluarkan oleh Muslim Juz III hal 1557 no.
1976, dalam Kitab Al-Adhahi bab Adh-Dhaihah wa Dzabhuha mubasyaratan bilaa taukil;
Abu Dawud Juz III hal 94 no. 2792 dalam Kitab Dhahaya bab maa yastahibbu min adh-
dhahaya; Ibnu Majah Juz II hal 1043 no. 3122 dalam kitab Al-Adhahi dari Hadits Abu
Hurairah dan Aisyah;
3
R. Malik Juz II hal 486 dalam kitab Ad-dhahaya bab Syirkah fi adh-dhahaya; Ibnu Majah
Juz II hal 1051 no. 3148 dalam kitab Adh-dhahaya bab man Dhaha bisyatin ‘an ahlihi;
Tirmidzi Juz III hal 77 no. 1505 dalam Kitab Dhahaya bab maa jaa anna asy-syaata al-
wahidah tajzi ‘an ahlil bait dan berhata : hadits hasan shahih.

46 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Akhlaq 
Tauhid

Islam sangat memperhatikan masalah orang-tua dan


berbuat baik kepada keduanya. Ini mendahului apa yang
diprogramkan oleh orang-orang ‘Barat’ yang mereka
istilahkan dengan “Peduli Manula” dan “Pemeliharan Ibu-ibu dan
usia-lanjut”. Dimana telah datang perintah-perintah yang
jelas, yang mewajibkan kaum muslimin untuk berbuat baik
dan patuh kepada kedua orang-tua.

Kepada mereka, Allah  mewasiatkan:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya


“Kami perintahkan kepada manusia supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
berbuat baik kepada dua orang ibu hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapaknya.” (QS.Al-Ahqaaf : 15) bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
Dan Allah  menggabungkan antara seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
perintah berbuat baik kepada kedua sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
orang-tua dengan perintah beribadah maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada-Nya, yang terdapat dalam banyak kepada keduanya perkataan “ah” dan
ayat. sebagaimana yang dijelaskan dalam janganlah kamu membentak mereka dan
firman-Nya : ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS.Al-Isra’ : 23)
Dan perintah untuk berbuat baik
kepada kedua orang-tua setelah perintah
mentauhidkan Allah  dalam ibadah. Hal
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
ini menunjukan betapa besar nilai dan
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
agungnya hak keduanya, sekaligus
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
menunjukkan wajibnya berbuat baik
bapa.” (QS.An-Nisa’ : 36)
kepada keduanya. Syaikh Abdurahman
Dalam ayat yang lain: As-Sa’di menjelaskan tentang ayat:
, dalam tafsirnya beliau
mengatakan, “berbuat baiklah kepada
keduanya dengan segala bentuk
kebaikan, perkataan ataupun perbuatan,
karena sebab keduanyalah lahir seorang

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 47


46
Tauhid
Akhlaq

anak. Kecintaan yang mereka berdua diri di hadapan keduanya, mempergauli


curahkan, kebaikan yang keduanya keduanya dengan penuh kelembutan,
berikan, dan kedekatan mereka berdua penghormatan dan tidak tinggi hati.
kepada anaknya, ini semua yang
menegaskan kewajiban bagi si anak
untuk memenuhi hak orang tua dan
berbuat baik kepada mereka.”1
Imam Qurtuby menguraikan makna “Maka sekali-kali janganlah kamu
‘Birrul-walidain’ dengan: menjaga, mengatakan kepada keduanya perkataan
memelihara dan mematuhi perintah “ah” dan janganlah kamu membentak
keduanya. mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.” (QS.Al-Isra’ : 23)
Macam-macam Birrul-  Tidak meninggikan suara di hadapan
walidain keduanya, memotong pembicaran atau
Macam-macam birrul-walidain berdebat dengan keduanya, tidak
sangatlah banyak, sesuai dengan berdusta kepada keduanya, dan tidak
keadaan dan kebutuhannya, diantaranya: membuat gaduh tatkala keduanya tidur,
sehingga mengganggu mereka berdua.
 Berbuat baik, berhubungan dan Menampakkan kepatuhan kepada
bergaul dengan baik, serta penuh hormat, keduanya, serta mendahulukan
dan ini merupakan kewajiban yang paling keduanya dalam berbicara ataupun
utama, yang merupakan hak kedua orang- berjalan sebagai penghormatan dan
tua kita. Dan dalam ayat diatas, perintah penghargaan kepada keduanya.
untuk berbuat ‘ihsan’ (berbuat baik) datang
dalam bentuk ‘nakirah’ (=tak tentu) yang  Bersyukur (berterima kasih) kepada
berarti umum, meliputi berbuat baik dalam mereka berdua, karena hal itu digandeng-
ucapan, perbuatan, memberi, mengambil, kan dengan (perintah) bersyukur (berterima
perintah dan larangan, dan keumuman kasih) kepada Allah :
tersebut bersifat mutlak, masuk ke
dalamnya hal-hal yang disukai oleh sang
anak maupun yang tidak disukai. Kecuali “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
perintah untuk bermaksiat kepada Allah , orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
maka (pada saat tersebut) tidak ada kembalimu.” (QS.Luqman : 14)
ketaatan kepada keduanya.  Mendo’akan kebaikan untuk mereka
 Haram bagi seorang anak menghardik berdua, pada waktu masih hidup maupun
kedua orang-tuanya, walaupun hanya sesudah keduanya wafat.
dengan kalimat “uf” (=ah/cih) yang
menunjukan ketidak-sukaan/keengganan.
Bahkan, seharusnya tunduk dan patuh “Dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku,
terhadap perintah keduanya, merendahkan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

1
Taisiir Al-Karimir-Rahman, hal 407.

48 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Akhlaq
Tauhid

mereka berdua telah mendidik aku waktu


kecil.’” (QS.Al-Isra’ : 24)
“Dan jika keduanya memaksamu untuk
 Mendahulukan kepentingan mereka mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
berdua daripada kepentingan diri-sendiri, tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
anak ataupun istri. janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
 Khusus bagi Ibu, dengan lebih pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”
berbuat baik kepadanya, karena kebutuh- (QS.Luqman : 15)
an, kelemahan, ‘melek’ dan rasa letihnya  Memperhatikan mereka terutama
di saat mengandung, melahirkan dan kalau sudah lanjut usia, lemah-lembut, dan
menyusui sebagaimana firman Allah  : membuatnya gembira, menjaganya dari
segala keburukan, dan menyediakan apa
yang mereka kehendaki atau butuhkan.
 Memberi nafkah kepada keduanya
ketika keduanya membutuhkan
sebagaimana firman Allah :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia
(agar berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-
Katakanlah, “Apa saja harta yang kamu
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
orang miskin dan orang-orang yang sedang
kembalimu.” (QS. Luqman : 14)
dalam perjalanan.” (QS.Al-Baqarah : 215)
Dan Rasulullah  bersabda:
 Meminta izin dan persetujuan
kepada keduanya ketika ingin bersafar
(bepergian jauh), kecuali jika ingin
“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas menunaikan ‘haji wajib’.
kalian durhaka kepada para Ibu.” 2
 Berbuat baik kepada sanak-kerabat,
 Berbuat baik kepada kedua orang- dan teman-teman mereka berdua,
tua, mendahulukan urusan dan kemudian melaksanakan wasiat yang
permintaanya dan berusaha untuk ditinggalkannya.
mendapatkan ridhanya, sekalipun
keduanya bukan seorang muslim
sebagimana firman Allah :
Keutamaan Birrul-walidain
Banyak dalil-dalil Syari’ yang
menunjukkan keutamaan Birrul-walidain,
diantaranya :

2
Bukhari . hadits no.2277, 5630 dan Muslim. hadits no.593

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 49


48
Tauhid
Akhlaq

 Birrul-walidain adalah salah satu Beliau bersabda, “Jihad (berjuang) di jalan


sebab yang dapat memasukkan seseorang Allah.”5
ke dalam surga, sebagaimana hadits yang  Birrul-walidain didahulukan daripada
diriwayatkan oleh Abu Hurairah  , jihad di jalan Allah .
katanya, “Rasulullah  bersabda:
Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash 
meriwayatkan, katanya, “Telah datang
seorang lelaki untuk memohon izin
kepada Nabi , agar diperkenankan
untuk turut berperang. Nabi  berkata:

“Betapa hina diri seseorang, betapa hina diri “Adakah kedua orang tuamu masih hidup?”
seseorang, betapa hina diri seseorang.” 3 Lelaki itu menjawab, Ya, masih hidup.
Rasulullah ditanya, “Siapa dia wahai Nabi  bersabda, “Kalau begitu
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang berjuanglah (berbuat baiklah) untuk
yang bertemu kedua orang tuanya atau salah keduanya.” 6
satu di antara keduanya tatkala berusia lanjut
 Keridhaan Allah ada pada keridhaan
dan kemudian tidak masuk surga.” 4
orang-tua.
 Birrul-walidain merupakan salah satu Abdullah bin ‘Amr  meriwayatkan dari
amal kebajikan yang paling dicintai oleh Rasulullah , beliau bersabda :
Allah. Sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud
 katanya, “Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah , amalan apakah yang paling
dicintai oleh Allah? Beliau menjawab:
“Keridhaan Allah ada pada keridhaan
orang-tua, kemurkaan Allah ada pada
kemurkaan orang-tua.” 7
 Birrul-walidain (salah satu sebab
yang dapat) menyelamatkan seseorang
dari musibah dan melepaskan dari
“Shalat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, kesulitan dan kesusahan sebagaimana
“Kemudian apa lagi?” Beliau bersabda, yang datang dalam kisah tiga orang yang
“Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku terkurung dalam goa, dimana salah satu
bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” dari mereka adalah orang yang berbuat
3
Kalimat yang menunjukkan kehinaan dan kerendahan.
4
HR Muslim. hadits no.2551
5
Bukhari hadits no.2630 dan Muslim. hadits no.84
6
Bukhari hadits no.2842 dan Muslim. hadits no.2549
7
Hadist Hasan, lihat Kitab Silsilah As-Shahihah 2/43.

50 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Akhlaq
Tauhid

baik kepada orang tuanya, dengan bersabda, Beliau sedang bersandar lalu
mendahulukan kepentingan orang duduk. Beliau terus mengulangi
tuanya daripada kepentingan anak dan sabdanya sehingga kami berkata:
istrinya, sehingga selamatlah dari Semoga Beliau berhenti.9
musibah yang menimpa mereka bertiga. Dan durhaka secara bahasa adalah
menyelisihi, sedangkan menurut istilah
Haramnya durhaka kepada para ulama adalah berbuat sesuatu yang
kedua Orang-tua. menyakiti kedua orang-tua, dan ini
Lawan dari birrul-walidain adalah bukanlah sesuatu yang sepele,
durhaka, dan akibatnya sangatlah buruk sebagaimana dikatakan oleh Imam
sebagaimana dalam hadist yang Nawawi dalam kitab syarah Muslim, “Para
diriwayatkan oleh Jubair bin Muth’im  ulama telah sepakat bahwa birrul-
bahwa Rasulullah  bersabda: walidain hukumnya wajib, dan bahwa
durhaka termasuk diantara dosa-dosa
besar, dan hal itu merupakan ijma’ para
“Tidak akan masuk Syurga orang yang ulama. Dan berbuat baik kepada orang-
memutuskan hubungan kekeluargaan tua tidak hanya semasa keduanya hidup
(silaturrahim).” 8 saja, bahkan berlanjut sampai setelah
Maka durhaka termasuk dalam keduanya wafat, dengan berbuat baik
makna memutus tali-silaturahmi, dan ia kepada sanak-keluarga dan teman-
termasuk dosa besar, bahkan Rasulullah teman keduanya dan mungkin dengan
 mengungkapkan bahwa ia adalah mendo’akan keduanya setelah meninggal
salah satu yang terbesar diantara dosa- sebagaimana perkataan Imam Ahmad :
dosa besar sebagaimana dalam hadits “Barangsiapa mendo’akan kedua orang-
yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah . tuanya pada tahiyat di shalat lima waktu
Katanya, “Ketika kami bersama Rasulullah sungguh dia telah berbuat baik kepada
, beliau bersabda: keduanya, dan merupakan suatu
keutamaan, setiap bersodaqah
meniatkan separoh pahalanya
diperuntukkan bagi keduanya.”

“Maukah kalian aku beritahukan tentang apa


“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
yang terbesar dosa-dosa besar? (beliau
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mengulanginya tiga kali). (Lalu berkata:) Ia
mendidik aku waktu kecil”.
adalah berbuat syirik kepada Allah
(menyekutukan-Nya), durhaka kepada ibu Disadur dari kitab “Ushul al-Manhaj al-Islamy” karya
bapa dan persaksian palsu atau perkataan Syaikh Abdurrahman bin Abdul-Karim al-‘Ubayyid,
palsu (dusta).” Semasa Rasulullah  dengan beberapa perubahan dan tambahan.

8
HR Bukhari hadits no.5638 dan Muslim. hadits no.2556
9
HR Bukhari hadits no.2511 dan Muslim hadits no.87

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 51


50

 Firaq
Tauhid
Firaq

Pendiri aliran ini adalah Nurhasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa) alias Madigal
pada tahun 1951 M dengan nama Darul Hadits. Bertempat di desa Burengan
Banjaran Kediri Jawa Timur, karena ajarannya meresahkan masyarakat
setempat, maka Darul Hadits ini dilarang oleh PAKEM (Pengurus Aliran
Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur pada tahun 1968 M.

Sejarah Ringkas LDII1 Ubaidah Lubis mencari taktik baru, yaitu


LDII (Lembaga Dakwah Islam dengan mendekati Letjen Ali Murtopo
Indonesia) adalah nama baru dari sebuah (Wakil Kepala Bakin dan staf Opsus
aliran sesat yang cukup besar dan (Operasi Khusus Presiden Suharto) waktu
tersebar di Indonesia. Pendiri aliran sesat itu. Sedangkan Ali Murtopo adalah
ini adalah Nurhasan Ubaidah Lubis (Luar seorang yang dikenal sangat anti
Biasa) alias Madigal. Awal berdirinya, terhadap Islam. Dengan perlindungan Ali
lembaga ini tahun 1951 M bernama Darul Murtopo maka pada tanggal 1 Januari
Hadits . Bertempat di desa Burengan 1972 M Islam Jamaah berganti nama
Banjaran Kediri Jawa Timur. Karena menjadi ‘Lemkari’ (Lembaga Karyawan
ajarannya menyimpang dan meresahkan Islam atau Lembaga Karyawan Dakwah
masyarakat setempat, maka Darul Hadits Islam) di bawah payung Golkar. Lemkari
ini dilarang oleh PAKEM (Pengurus Aliran akhirnya dibekukan oleh Gubernur Jawa
Kepercayaan Masyarakat) Jawa Timur Timur, Soelarso, juga dikarenakan masih
pada tahun 1968 M. Kemudian berganti tetap menyimpang dan menyusahkan
nama dengan Islam Jamaah (IJ). dan masyarakat, dengan SK No. 618 tahun
karena penyimpangannya serta 1988 tanggal 24 Desember 1988 M.
membikin keresahan masyarakat, Kemudian pada bulan November 1990
terutama di Jakarta, maka secara resmi M mereka mengadakan Musyawarah
Islam Jamaah dilarang di seluruh Besar Lemkari di Asrama Haji Pondok
Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Gede Jakarta, dan berganti nama
Jaksa Agung RI No. Kep. 08/D.4/W.1971 menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islam
tanggal 29 Oktober 1971 M. Indonesia) atas anjuran Mentri Dalam
Negeri, Rudini waktu itu, dengan alasan
Karena Islam Jamaah sudah terlarang agar tidak rancu dengan Lembaga
di seluruh Indonesia, maka Nurhasan Karatedo Republik Indonesia.
1
Diringkas dari Aliran dan Paham Sesat di Indonesia hal 73-74 dan Bahaya Islam Jamaah Lemkari LDII hal
5-6 dan 66-68

52 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

Biografi Nur Hasan dari Masjidil Haram. Dan nama Darul


Ubaidah Hadits itulah yang dipakai untuk menamai
Nur Hasan Ubaidah Lubis lahir pada pesantrennya. Namun ada cerita lain,
tahun 1915 M di desa Bangi kec. bahwa dia pergi ke Mekkah bukan tahun
Purwosari kab. Kediri Jawa Timur dengan 1933 M, tetapi sekitar tahun 1937/1938
nama kecil madikal atau madigal2. Ada M untuk melarikan diri setelah terjadi
pendapat lain yang mengatakan bahwa keributan di Madura. Dan dia tidak
dia dilahirkan pada tahun 1908 M3. Dia pernah belajar di Darul Hadits,
hanya mengenyam pendidikan formal sebagaimana hal itu dibantah oleh pihak
setingkat klas 3 SD sekarang. Dan pernah Darul Hadits tatkala ada orang yang
juga belajar di pondok Sewelo Nganjuk, tabayun ke sana. Maka ada beberapa
lalu pindah ke pondok Jamsaren Solo versi cerita tentang kegiatan Nurhasan
yang hanya bertahan sekitar tujuh bulan. di Makkah, bahwa konon menurut teman
Dia dikenal suka terhadap perdukunan. dekatnya waktu di tanah suci dia belajar
Kemudian dia terus belajar di sebuah ilmu ghaib (perdukunan) kepada orang
pondok yang khusus mendalami pencak Baduwi dari Persia (Iran), dan dia tinggal
silat di Dresno Surabaya. Dari Dresno dia di Mekkah selama 5 tahun.
melanjutkan belajar kepada Kyai Ubaidah Ketika pulang ke Indonesia pada
di Sampang Madura, kegiatannya adalah tahun 1941 M, dia membuka pengajian
mengaji dan melakukan wiridan di di Kediri dan dia mengaku sudah
sebuah kuburan yang dikeramatkan. bermukim di Mekkah selama 18 tahun.
Nama gurunya inilah yang kemudian Pada mulanya pondoknya biasa-biasa
dipakai sebagai nama belakangnya. saja, baru pada tahun 1951 M ia
Dia juga pernah mondok di Lirboyo memproklamirkan nama pondoknya
Kediri dan Tebu Ireng Jombang, lalu Darul Hadits4.
berangkat naik haji pada tahun 1929 M,
setelah pulang haji namanya Madigol Nurhasan wafat pada tanggal 31
diganti dengan Haji Nur Hasan, sehingga Maret 1982 M dalam kecelakaan lalu
menjadi Haji Nurhasan Al-Ubaidah. lintas di jalan raya Tegal – Cirebon, tatkala
Adapun nama Lubis konon itu panggilan ia ingin menghadiri kampanye Golkar di
murid-muridnya, singkatan dari luar biasa lapangan Banteng Jakarta. Setelah ia
selain itu dia juga bergelar imam atau amir. meninggal status amir/imam digantikan
oleh putranya Abdu Dhahir yang dibaiat
Menurut ceritanya dia berangkat naik
haji ke Mekkah pada tahun 1933 M, sebelum mayat bapaknya di kuburkan,
kemudian belajar Hadits Bukhari dan di hadapan tokoh-tokoh LDII, sebagai
Muslim kepada Syaikh Abu Umar Hamdan saksi bahwa putranya itulah yang berhak
dari Maroko, lalu belajar lagi di Madrasah mewarisi seluruh harta kekayaan Islam
Darul Hadits yang tempatnya tidak jauh Jamaah/Lemkari/LDII.5

2
Bahaya Islam Jamaah Lemkari LDII oleh Hartono Ahmad Jaiz hal 6
3
Idem hal 82
4
Idem hal 81-86
5
Idem hal 74-76

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 53


52
Tauhid
Firaq

Pokok-Pokok Ajaran memperolehnya seperti mencuri,


Islam Jamaah/ merampok, korupsi, menipu dan lain
Lemkari/LDII 6 sebagainya, asal tidak ketahuan/
tertangkap. Dan kalau berhasil
1. Orang Islam diluar kelompok mereka
menipu orang Islam di luar golongan
adalah kafir dan najis, sekalipun
mereka, dianggap berpahala besar.
kedua orangtuanya.
10. Bila mencuri harta orang lain yang
2. Kalau ada orang di luar kelompok
bukan golongan LDII lalu ketahuan,
mereka yang melakukan shalat di
maka salahnya bukan mencurinya itu,
mesjid mereka, maka bekas tempat
tapi kenapa mencuri kok ketahuan.
shalatnya dicuci karena dianggap
Harta orang selain LDII diibaratkan
sudah terkena najis.
perhiasan emas yang dipakai oleh
3. Wajib taat kepada amir atau imam. macan, yang sebetulnya tidak pantas,
4. Mati dalam keadaan belum baiat karena perhiasan ini hanya untuk
kepada Amir/Imam LDII, maka akan manusia. Jadi perhiasan itu boleh
mati Jahiliyyah (mati kafir). diambil dan tidak berdosa, asal
5. Al-Qur’an dan Hadits yang boleh jangan sampai diterkam. (Kasarnya
diterima adalah yang manqkul (yang nyolong harta non LDII itu boleh).
keluar dari mulut imam atau amir 11. Harta, uang zakat, infaq, shadaqah,
mereka). Adapun yang keluar/
yang sudah diberikan kepada imam/
diucapkan mulut-mulut yang bukan
amir, haram ditanyakan kembali
imam mereka atau amir mereka,
catatannya atau digunakan kemana
maka haram untuk diikuti.
uang zakat tersebut. Sebab kalau
6. Haram mengaji Al-Qur’an dan Hadits bertanya kembali pemanfaatan zakat-
kecuali kepada imam/amir mereka. zakat tersebut kepada imam/amir,
7. Dosa bisa ditebus kepada sang amir/ dianggap sama dengan menelan
imam, dan besarnya tebusan kembali ludah yang sudah
tergantung besar kecilnya dosa yang dikeluarkan.
diperbuat, sedang yang menentukan- 12. Haram membagikan daging kurban
nya adalah imam/amir. atau zakat fitrah kepada orang Islam
8. Harus rajin membayar infaq, di luar kelompok mereka.
shadaqah dan zakat kepada amir 13. Haram shalat di belakang imam yang
atau imam mereka, dan haram bukan kelompok mereka, kalaupun
mengeluarkan zakat, infaq dan terpaksa sekali, tidak usah berwudhu
shadaqah kepada orang lain. karena shalatnya harus diulang
9. Harta benda di luar kelompok mereka kembali.
dianggap halal untuk diambil atau 14. Haram nikah dengan orang di luar
dimiliki dengan cara bagaimanapun kelompok.

6
Aliran dan Paham Sesat di Indonesia oleh Hartono Ahmad Jaiz hal 74-76

54 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

15. Perempuan LDII/Islam Jamaah kalau “Hai orang-orang yang beriman, apabila
mau berkunjung ke rumah orang kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka
yang bukan kelompok mereka, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan
memilih waktu pada saat haid, karena kepada orang yang mengucapkan “salam”
badan dalam keadaan kotor (lagi kepadamu: “Kamu bukan seorang mu’min”
haid) ketika (kena najis) di rumah non (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud
LDII yang dianggap najis itu tidak mencari harta benda kehidupan di dunia,
perlu dicuci lagi, sebab kotor dengan karena di sisi Allah ada harta yang banyak.
kotor tidak apa-apa. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu
16. Kalau ada orang di luar kelompok Allah menganugerahkan ni`mat-Nya atas
mereka yang bertamu di rumah kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah
mereka, maka bekas tempat Maha Mengetahui apa yang kamu
duduknya dicuci karena dianggap kerjakan”.(Q.S. An-Nisa’: 94)
kena najis. Imam Ibnu Katsir menceritakan
dalam tafsirnya tentang sebab turunnya
Syari’at Islam ayat di atas. Di antaranya adalah tentang
Menguak Kesesatan sahabat Nabi  yang membunuh
LDII seseorang dalam peperangan sedangkan
Penulis akan sampaikan sebagian orang yang dibunuh tersebut telah
syariat Islam yang secara jelas bersyahadat (mengaku sebagai Muslim) 7
membantah pokok-pokok ajaran LDII,
Dan juga sabda Rasulullah :
diantaranya:
1. Islam melarang keras pengkafiran
seorang Muslim yang mengucapkan
kalimat syahadatain sehingga terpenuhi “Lelaki manasaja yang berkata kepada
syarat-syaratnya. Allah  berfirman: saudaranya ‘Wahai orang kafir’ maka
sungguh akan kembali ucapan tersebut
kepada salah satu dari keduanya” (H.R.
Bukhari Hadits no. 5753; Muwatha’ Hadits
no. 1777 )
Penulis Nawaqidul Iman Quliyyah wa
Amaliyyah menukil perkataan Imam Asy-
Syaukani, “Ketahuilah bahwa tidak layak
bagi orang yang beriman kepada Allah
dan hari akhir menghukumi seorang
Muslim dengan Murtad (keluar dari Islam)
dan kafir, kecuali dia telah membawa

7
Tafsir Ibnu Katsir I:704

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 55


54
Tauhid
Firaq

bukti yang jelas dan gamblang, melebihi


kejelasan matahari di siang hari.8
2. Tidak ada seorangpun yang berhak
menentukan seseorang itu masuk surga
atau neraka, kecuali Allah  dan Rasul-
Nya.
Imam Abul Izzi al-Hanafi dalam Syarh
al-Aqidah ath-Thahawiyah menjelaskan
bahwa kita tidak boleh menghukumi/
memastikan kepada seseorang dari Ahlul
kiblat (Muslimin) bahwa dia termasuk
penduduk surga atau penduduk neraka. “Wahai segenap kaum Quraisy – atau ucapan
Kemudian beliau menjelaskan pendapat semisalnya –Juallah jiwa-jiwa kalian (dengan
Salaf tentang hal ini, dimana mereka tauhid dan mengikhlashkan ibadah kepada
membaginya dalam tiga kelompok: Allah-ed), saya tidak mampu memberikan
manfaat sedikitpun bagi kalian dari adzab
a. kepastian surga hanya boleh
Allah. Wahai Bani Abdul Muthalib, saya tidak
dikatakan untuk para Nabi.
mampu memberikan manfaat sedikitpun bagi
b. kepastian surga boleh dikatakan kalian dari adzab Allah. Wahai Abbas bin
kepada seluruh mukmin (secara umum) Abdul Muthalib, saya tidak mampu
yang telah ditunjukkan oleh dalil (Al-Kitab memberikan manfaat sedikitpun bagimu dari
dan As-Sunnah), inilah pendapat adzab Allah. Wahai Shafiyyah bibi Rasulullah
kebanyakan ulama salaf. , saya tidak mampu memberikan manfaat
sedikitpun bagimu dari adzab Allah. Wahai
c. kepastian surga boleh dikatakan
Fatimah putri Rasulullah  , mintalah
setiap mukmin yang dikatakan oleh kaum
kepadaku harta benda dariku sekehendakmu,
mukminin bahwa dia termasuk ahli
saya tidak mampu memberikan manfaat
surga.9
sedikitpun bagimu dari adzab Allah. (HR
3. Pengampunan dosa itu menjadi hak Muslim Hadits no. 206)
Allah secara mutlak. Maka kalau Rasulullah  saja tidak bisa
Dalam Hadits shahih yang menjamin keselamatan akhirat keluarga
diriwayatkan dari Abu Hurairah  dekatnya, bahkan terhadap putrinya
sendiri, bagaimana mungkin Imam LDII
bercerita bahwa Rasulullah  pernah
itu berani menghapus dosa jamaahnya
bersabda kepada segenap Quraisy dan
dan memberikan jaminan surga bagi
kerabat dekatnya:
mereka.
4. Rujukan pemahaman Al-Qur’an dan
As-Sunnah yang benar adalah manhaj
salaf (baca Fatawa Vol. 03), bukan

8
Nawaqidul Iman Karya ... hal: 8
9
Syarh Aqidah Thahawiyah hal. 378

56 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Firaq

merujuk kepada pendapat imam LDII, Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah
atau imam-imam jamaah dari jamaah-  telah memerintahkan kepada kaum
jamaah sempalan Islam. Muslimin untuk tetap berlaku lurus
5. Islam memerintahkan kaum Muslimin terhadap orang kafir, selama mereka
untuk berbuat adil dan melarang mereka berlaku lurus kepada kaum Muslimin.
dari berbuat zhalim (aniaya) rrdengan Bahkan Allah  menjadikan sikap tersebut
siapapun termasuk dengan orang kafir. sebagai tanda atas ketaqwaan seseorang.
Demikianlah sebagian bantahan bagi
Allah  berfirman:
ajaran sesat LDII, mudah-mudahan
dengan yang sebagian ini cukup menjadi
suatu kejelasan bagi pembaca bahwa
LDII memang betul-betul merupakan
“… Dan janganlah sekali-kali kebencianmu aliran sesat dan menyesatkan, yang
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu mengharuskan kita untuk menjauhi
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah kelompok tersebut dan menghimbau
kalian, karena adil itu lebih dekat kepada saudara-saudara kita kaum Muslimin
takwa.” (Q.S. al-Maidah: 8). untuk menjahuinya.

Peringatan dan
Himbauan
Meskipun LDII sangat jelas
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan kesesatannya, namun karena kebodohan
yang mencuri, potonglah tangan keduanya yang amat sangat menimpa kaum
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka Muslimin, maka tidak sedikit dari kaum
kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.” Muslimin khususnya di Indonesia yang
(Q.S. al-Maidah: 38). terjerumus kedalam ajaran sesat LDII ini.
Di samping kelicikan, kebohongan dan
Dalam ayat-ayat di atas Allah  tidak
prinsip menghalalkan segala cara yang
membeda-bedakan apakah kaum yang
dilakukan oleh dai-dai LDII demi
dibenci tersebut mukmin atau kafir dan
menggaet anggota jamaah.
juga tidak membedakan apakah barang
yang dicuri itu milik seorang muslim atau Oleh karena itu penulis menghimbau
seorang kafir. kepada para pembaca untuk tekun dan
rajin menuntut ilmu, agar bisa beramal
Allah  juga berfirman: diatas keyakinan yang benar dan dapat
membentengi diri dari segala tipu daya
yang promosikan aliran-aliran sesat. yang
nampaknya sangat banyak dan
menjamur di negeri kita ini. Marilah kita
“... maka selama mereka berlaku lurus senantiasa berlindung kepada Allah 
terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus dalam menghadapi setiap bentuk
(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah perongrongan iman, baik yang datang
menyukai orang-orang yang bertakwa.” dari dalam diri kita maupun yang datang
(Q.S. at-Taubah: 7). dari luar. Wallahu al-Musta’aan.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 57


56
Tauhid Profil 

Beliau telah
menghafal Alquran
pada saat berusia 7
tahun, lalu membaca
dan menghafal kitab
Al-Muwaththa’ karya
Imam Malik pada usia
12 tahun
Nama dan Nasab di ‘Asqalan2 dan akhirnya meninggal
Beliau bernama Muhammad dalam keadaan masih muda di sana.
dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang
beliau secara lengkap adalah namanya menjadi sumber penisbatan
Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin beliau (Syafi‘i)- menurut sebagian
‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin ulama adalah seorang sahabat shigar
‘Ubaid bin ‘Abdu Yazid bin Hisyam bin (golongan muda) Nabi. As-Saib, bapak
al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar
Qushay. Nasab beliau bertemu dengan (golongan tua) yang memiliki
nasab Rasulullah  pada diri ‘Abdu kemiripan fisik dengan Rasulullah .
Manaf bin Qushay. Dengan begitu, Dia termasuk dalam barisan tokoh
beliau masih termasuk sanak kadang musyrikin Quraisy dalam Perang Badar.
Rasulullah  karena masih terhitung Ketika itu dia tertawan lalu menebus
keturunan paman-jauh beliau , yaitu sendiri dirinya dan menyatakan masuk
Hasyim bin Abdu Manaf (saudara al- Islam.
Muththalib). Para ahli sejarah dan ulama nasab
Bapak beliau, Idris, berasal dari serta ahli hadits bersepakat bahwa
daerah Tibalah1. Dia seorang yang Imam Syafi‘i berasal dari keturunan
tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Arab murni. Imam Bukhari dan Imam
Madinah lalu berpindah dan menetap Muslim telah memberi kesaksian

1
Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman.
2
Kota tepi pantai di wilayah Palestina.

58 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Profil

mereka akan kevalidan nasabnya oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah3.
tersebut dan ketersambungannya Tempat lain yang disebut-sebut adalah
dengan nasab Nabi, kemudian mereka kota Asqalan dan Yaman.
membantah pendapat-pendapat Ibnu Hajar memberikan penjelasan
sekelompok orang dari kalangan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat
Malikiyah dan Hanafiyah yang digabungkan dengan dikatakan bahwa
menyatakan bahwa Imam Syafi‘i beliau dilahirkan di sebuah tempat
bukanlah asli keturunan Quraisy secara bernama Ghazzah di wilayah Asqalan.
nasab, tetapi hanya keturunan secara Ketika berumur dua tahun, beliau
wala’ saja. dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan
Adapun ibu beliau, terdapat berbaur dengan penduduk negeri itu
perbedaan pendapat tentang jati yang keturunan Yaman karena sang
dirinya. Beberapa pendapat ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari
mengatakan dia masih keturunan al- Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun,
Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang
sedangkan yang lain menyebutkan ibu khawatir nasabnya yang mulia
seorang wanita dari kabilah Azdiyah lenyap dan terlupakan.
yang memiliki kun-yah Ummu Habibah.
Imam an-Nawawi menegaskan bahwa Pertumbuhannya dan
ibu Imam Syafi‘i adalah seorang wanita Pengembaraannya Mencari
yang tekun beribadah dan memiliki Ilmu
kecerdasan yang tinggi. Dia seorang
Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan
yang faqih dalam urusan agama dan
ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif.
memiliki kemampuan melakukan
Di sana, sang ibu mengirimnya belajar
istinbath (menetapkan hukum dari
kepada seorang guru. Sebenarnya
dalilnya).
ibunya tidak mampu untuk
Waktu dan Tempat membiayainya, tetapi sang guru
Kelahirannya ternyata rela tidak dibayar setelah
melihat kecerdasan dan kecepatannya
Beliau dilahirkan pada tahun 150 H.
dalam menghafal. Imam Syafi‘i
Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat
bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat
sehingga dikomentari oleh al-Hakim
menghafal Alquran), saya melihat guru
sebagai isyarat bahwa beliau adalah
yang mengajar di situ membacakan
pengganti Abu Hanifah dalam bidang
murid-muridnya ayat Alquran, maka
yang ditekuninya.
aku ikut menghafalnya. Sampai ketika
Tentang tempat kelahirannya, saya menghafal semua yang dia
banyak riwayat yang menyebutkan diktekan, dia berkata kepadaku, “Tidak
beberapa tempat yang berbeda. Akan halal bagiku mengambil upah
tetapi, yang termasyhur dan disepakati sedikitpun darimu.” Dan ternyata
3
Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah
Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh.

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 59


58
Tauhid
Profil

kemudian dengan segera guru itu oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah
mengangkatnya sebagai penggantinya berjumpa dengannya dan yang hidup
(mengawasi murid-murid lain) jika dia sesudahnya.
tidak ada. Demikianlah, belum lagi Namun, takdir Allah telah
menginjak usia baligh, beliau telah menentukan jalan lain baginya. Setelah
berubah menjadi seorang guru. mendapatkan nasehat dari dua orang
Setelah rampung menghafal ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji
Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin
beralih ke Masjidil Haram untuk ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu
menghadiri majelis-majelis ilmu di fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk
sana. Sekalipun hidup dalam mendalaminya dan mulailah beliau
kemiskinan, beliau tidak berputus asa melakukan pengembaraannya mencari
dalam menimba ilmu. Beliau ilmu.
mengumpulkan pecahan tembikar, Beliau mengawalinya dengan
potongan kulit, pelepah kurma, dan menimbanya dari ulama-ulama
tulang unta untuk dipakai menulis. kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin
Sampai-sampai tempayan-tempayan Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-
milik ibunya penuh dengan tulang- ‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –
tulang, pecahan tembikar, dan pelepah yang masih terhitung paman jauhnya-,
kurma yang telah bertuliskan hadits- Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits
hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar
beliau belum lagi berusia baligh. al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin
Sampai dikatakan bahwa beliau telah ‘Iyadh, dan lain-lain.
menghafal Alquran pada saat berusia 7 Di Mekkah ini, beliau mempelajari
tahun, lalu membaca dan menghafal ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan
kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik Muwaththa’ Imam Malik. Di samping
pada usia 12 tahun sebelum beliau itu beliau juga mempelajari
berjumpa langsung dengan Imam keterampilan memanah dan
Malik di Madinah. menunggang kuda sampai menjadi
Beliau juga tertarik mempelajari mahir sebagai realisasi pemahamannya
ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. terhadap ayat 60 surat Al-Anfal.
Beliau memutuskan untuk tinggal di Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah
daerah pedalaman bersama suku yang dilepasnya, 9 di antaranya tepat
Hudzail yang telah terkenal kefasihan mengena sasaran.
dan kemurnian bahasanya, serta syair- Setelah mendapat izin dari para
syair mereka. Hasilnya, sekembalinya syaikh-nya untuk berfatwa, timbul
dari sana beliau telah berhasil keinginannya untuk mengembara ke
menguasai kefasihan mereka dan Madinah, Dar as-Sunnah, untuk
menghafal seluruh syair mereka, serta mengambil ilmu dari para ulamanya.
mengetahui nasab orang-orang Arab, Terlebih lagi di sana ada Imam Malik
suatu hal yang kemudian banyak dipuji

60 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Profil

bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. berhasil merebut kekuasaan dari Bani


Maka berangkatlah beliau ke sana Umayyah. Pada masa itu, setiap
menemui sang Imam. Di hadapan khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir
Imam Malik, beliau membaca al- selalu menghadapi pemberontakan
Muwaththa’ yang telah dihafalnya di orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah.
Mekkah, dan hafalannya itu membuat Kenyataan ini membuat mereka
Imam Malik kagum kepadanya. Beliau bersikap sangat kejam dalam
menjalani mulazamah kepada Imam memadamkan pemberontakan orang-
Malik demi mengambil ilmu darinya orang ‘Alawiyah yang sebenarnya
sampai sang Imam wafat pada tahun masih saudara mereka sebagai sesama
179. Di samping Imam Malik, beliau Bani Hasyim. Dan hal itu
juga mengambil ilmu dari ulama menggoreskan rasa sedih yang
Madinah lainnya seperti Ibrahim bin mendalam pada kaum muslimin secara
Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, umum dan pada diri Imam Syafi‘i
Athaf bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, secara khusus. Dia melihat orang-orang
Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak dari Ahlu Bait Nabi menghadapi
lagi. musibah yang mengenaskan dari
Setelah kembali ke Mekkah, beliau penguasa. Maka berbeda dengan sikap
kemudian melanjutkan mencari ilmu ke ahli fiqih selainnya, beliau pun
Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu menampakkan secara terang-terangan
dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam rasa cintanya kepada mereka tanpa
bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang
Namun, berawal dari Yaman inilah saat itu akan membuat pemiliknya
beliau mendapat cobaan –satu hal merasakan kehidupan yang sangat
yang selalu dihadapi oleh para ulama, sulit.
sebelum maupun sesudah beliau-. Sikapnya itu membuatnya dituduh
Di Yaman, nama beliau menjadi sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘,
tenar karena sejumlah kegiatan dan padahal sikapnya sama sekali berbeda
kegigihannya menegakkan keadilan, dengan tasysyu’ model orang-orang
dan ketenarannya itu sampai juga ke syi‘ah. Bahkan Imam Syafi‘i menolak
telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang- keras sikap tasysyu’ model mereka itu
orang yang tidak senang kepadanya yang meyakini ketidakabsahan
akibat kegiatannya tadi keimaman Abu Bakar, Umar, serta
mengadukannya kepada Khalifah ‘Utsman , dan hanya meyakini
Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya keimaman Ali , serta meyakini
hendak mengobarkan pemberontakan kemaksuman para imam mereka.
bersama orang-orang dari kalangan Sedangkan kecintaan beliau kepada
Alawiyah. Ahlu Bait adalah kecintaan yang
Sebagaimana dalam sejarah, Imam didasari oleh perintah-perintah yang
Syafi‘i hidup pada masa-masa awal terdapat dalam Alquran maupun
pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang hadits-hadits shahih. Dan kecintaan

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 61


60
Tauhid
Profil

beliau itu ternyata tidaklah lantas mulai dikenal. Maka mulailah ia


membuatnya dianggap oleh orang- mengajar di tempat dahulu ia belajar.
orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah
mereka. haji berdatangan ke Mekkah. Mereka
Tuduhan dusta yang diarahkan yang telah mendengar nama beliau
kepadanya bahwa dia hendak dan ilmunya yang mengagumkan,
mengobarkan pemberontakan, bersemangat mengikuti pengajarannya
membuatnya ditangkap, lalu sampai akhirnya nama beliau makin
digelandang ke Baghdad dalam dikenal luas. Salah satu di antara
keadaan dibelenggu dengan rantai mereka adalah Imam Ahmad bin
bersama sejumlah orang-orang Hanbal.
‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang Ketika kamasyhurannya sampai ke
‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin
Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah Mahdi mengirim surat kepada Imam
menyuruh bawahannya menyiapkan Syafi‘i memintanya untuk menulis
pedang dan hamparan kulit. Setelah sebuah kitab yang berisi khabar-khabar
memeriksa mereka seorang demi yang maqbul, penjelasan tentang
seorang, ia menyuruh pegawainya nasikh dan mansukh dari ayat-ayat
memenggal kepala mereka. Ketika Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun
sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i menulis kitabnya yang terkenal, Ar-
berusaha memberikan penjelasan Risalah.
kepada Khalifah. Dengan kecerdasan
Setelah lebih dari 9 tahun mengajar
dan ketenangannya serta pembelaan
di Mekkah, beliau kembali melakukan
dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih
perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya
Irak-, beliau berhasil meyakinkan
Khalifah tentang ketidakbenaran apa dalam rangka menolong madzhab Ash-
yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya habul Hadits di sana. Beliau mendapat
beliau meninggalkan majelis Harun ar- sambutan meriah di Baghdad karena
Rasyid dalam keadaan bersih dari para ulama besar di sana telah
tuduhan bersekongkol dengan menyebut-nyebut namanya. Dengan
‘Alawiyah dan mendapatkan kedatangannya, kelompok Ash-habul
kesempatan untuk tinggal di Baghdad. Hadits merasa mendapat angin segar
Di Baghdad, beliau kembali pada karena sebelumnya mereka merasa
kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-
meneliti dan mendalami madzhab Ahlu sampai dikatakan bahwa ketika beliau
Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-
mulazamah kepada Muhammad bin al- Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah
Hassan. Selain itu, kepada Isma ‘il bin Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat
‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats- tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3
Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih halaqah saja.
ilmu dari para ulama Irak itu, beliau Beliau menetap di Irak selama dua
kembali ke Mekkah pada saat namanya tahun, kemudian pada tahun 197H

62 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M


Tauhid
Profil

beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau Karena perubahan itulah, Imam


mulai menyebar madzhabnya sendiri. Syafi‘i kemudian memutuskan pergi ke
Maka datanglah para penuntut ilmu Mesir. Sebenarnya hati kecilnya
kepadanya meneguk dari lautan menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya
ilmunya. Tetapi beliau hanya berada ia menyerahkan dirinya kepada
setahun di Mekkah. kehendak Allah. Di Mesir, beliau
Tahun 198, beliau berangkat lagi ke mendapat sambutan masyarakatnya.
Irak. Namun, beliau hanya beberapa Di sana beliau berdakwah, menebar
bulan saja di sana karena telah terjadi ilmunya, dan menulis sejumlah kitab,
perubahan politik. Khalifah al-Makmun termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah,
telah dikuasai oleh para ulama ahli sampai akhirnya beliau menemui akhir
kalam, dan terjebak dalam kehidupannya di sana.
pembahasan-pembahasan tentang ilmu
kalam. Sementara Imam Syafi‘i adalah
Keteguhannya Membela
orang yang paham betul tentang ilmu
Sunnah
kalam. Beliau tahu bagaimana Sebagai seorang yang mengikuti
pertentangan ilmu ini dengan manhaj manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam
as-salaf ash-shaleh –yang selama ini menetapkan suatu masalah terutama
dipegangnya- di dalam memahami masalah aqidah selalu menjadikan
masalah-masalah syariat. Hal itu Alquran dan Sunnah Nabi sebagai
karena orang-orang ahli kalam landasan dan sumber hukumnya.
menjadikan akal sebagai patokan Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil
utama dalam menghadapi setiap dari keduanya dan menjadikannya
masalah, menjadikannya rujukan hujjah dalam menghadapi
dalam memahami syariat padahal penentangnya, terutama dari kalangan
mereka tahu bahwa akal juga memiliki ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian
keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka
betul kebencian meraka kepada ulama ikutilah dan janganlah kalian berpaling
ahlu hadits. Karena itulah beliau mengambil pendapat yang lain.”
menolak madzhab mereka. Karena komitmennya mengikuti sunnah
dan membelanya itu, beliau mendapat
Dan begitulah kenyataannya.
gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.
Provokasi mereka membuat Khalifah
mendatangkan banyak musibah kepada Terdapat banyak atsar tentang
para ulama ahlu hadits. Salah satunya ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu
adalah yang dikenal sebagai Yaumul Kalam, mengingat perbedaan manhaj
Mihnah, ketika dia mengumpulkan para beliau dengan mereka. Beliau berkata,
ulama untuk menguji dan memaksa “Setiap orang yang berbicara
mereka menerima paham Alquran itu (mutakallim) dengan bersumber dari
makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang Al-Quran dan As-Sunnah, maka
masuk penjara, bila tidak dibunuh. ucapannya adalah benar, tetapi jika
Salah satu di antaranya adalah Imam dari selain keduanya, maka ucapannya
Ahmad bin Hanbal. hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad

Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M 63


62
Tauhid
Profil

berkata, “Bagi Syafi‘i jika telah yakin sesudah wafatnya. Dia berkata kepada
dengan keshahihan sebuah hadits, beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah
maka dia akan menyampaikannya. Dan kepadamu, wahai Abu Abdillah?” Beliau
prilaku yang terbaik adalah dia tidak menjawab, “Allah mendudukkan aku di
tertarik sama sekali dengan ilmu atas sebuah kursi emas dan
kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” menaburkan pada diriku mutiara-
Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang mutiara yang halus.”
lebih aku benci daripada ilmu kalam
dan ahlinya.” Al-Mazani berkata, Karangan-Karangannya
“Merupakan madzhab Imam Syafi‘i Sekalipun beliau hanya hidup
membenci kesibukan dalam ilmu selama setengah abad dan
kalam. Beliau melarang kami sibuk kesibukannya melakukan perjalanan
dalam ilmu kalam.” jauh untuk mencari ilmu, hal itu
Ketidaksukaan beliau sampai tidaklah menghalanginya untuk
pada tingkat memberi fatwa menulis banyak kitab. Jumlahnya
bahwa hukum bagi ahli ilmu menurut Ibnu Zulaq mencapai 200
kalam adalah dipukul dengan bagian, sedangkan menurut al-
pelepah kurma, lalu dinaikkan ke Marwaziy mencapai 113 kitab tentang
atas punggung unta dan digiring tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut
berkeliling di antara kabilah- al-Hamawi mengatakan jumlahnya
kabilah dengan mengumumkan mencapai 174 kitab yang judul-
bahwa itu adalah hukuman bagi judulnya disebutkan oleh Ibnu an-
orang yang meninggalkan Al- Nadim dalam al-Fahrasat.
Quran dan As-Sunnah dan Yang paling terkenal di antara
memilih ilmu kalam. kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang
terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah,
Wafatnya dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah
Karena kesibukannya berdakwah direvisinya) mengenai Alquran dan As-
dan menebar ilmu, beliau menderita Sunnah serta kedudukannya dalam
penyakit bawasir yang selalu syariat.
mengeluarkan darah. Makin lama
penyakitnya itu bertambah parah
hingga akhirnya beliau wafat
karenanya. Beliau wafat pada malam Sumber
Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir 1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal 3-33.
bulan Rajab permulaan tahun 204 H 2. Siyar A‘lam an-Nubala’
dalam usia 54 tahun. Semoga Allah 3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi‘, terjemah
memberikan kepadanya rahmat-Nya kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat
yang luas. al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-
Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi ‘i,
bermimpi melihat Imam Syafi‘i, Bogor.

64 Fatawa Vol. 04/ I / Dzulhijjah 1423 H - 2003 M

Anda mungkin juga menyukai