Anda di halaman 1dari 17

1

A. JUDUL PENELITIAN Identifikasi Sistem pengelolaan dan Karbon Tersimpan pada Perkebunan Karet di Kabupaten Muaro Jambi.

B. LATAR BELAKANG Emisi karbondioksida (CO2) sebagai salah satu penyusun utama (77%) gas rumah kaca (GRK) telah menjadi penyebab meningkatnya suhu di atmosfer sehingga terjadi fenomena pemanasan global (IPCC, 2007). Pemanasan global telah mengakibatkan dampak yang luas dan serius terhadap lingkungan diantaranya telah menyebabkan pelelehan es di kutub, kenaikan tinggi muka air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit. Peningkatan suhu atmosfer ini juga dianggap sebagai ancaman bagi kehidupan manusia, yaitu berupa gangguan kesehatan, kekurangan pangan dan kerusakan lingkungan. Indonesia merupakan salah satu penyumbang emisi karbon karena terjadinya degradasi hutan dan lahan. Luas areal hutan di Indonesia dalam kurun waktu 50 tahun terakhir mengalami penurunan dari 162 juta hektar tinggal menjadi 98 juta hektar (Awang, 2009). Selain itu, kawasan hutan Negara yang seluas 120,35 juta ha juga telah mengalami kerusakan seluas 59,20 juta ha (Menteri Kehutanan, 2008). Berdasarkan data dari The GeorgetownInternational
Environmental Law Review (1999) diketahui bahwa dalam kurun waktu 1997 1998,

sekitar 1,70 juta hektar hutan terbakar di Sumatra dan Kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan serta gangguan lahan lainnya telah menempatkan Indonesia dalam urutan ketiga negara penghasil emisi CO2 terbesar dunia setelah Amerika Serikat dan China, dengan jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 2 miliar ton CO2/tahun atau menyumbang 10% dari emisi CO2 di dunia (Hairiah dan Rahayu, 2007). Menurut Jain dan Urban (1998), emisi karbon dapat dikurangi melalui dua pendekatan utama, yaitu (1) mencegah CO2 dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain (carbon sequestration) dan (2) mengurangi produksi gas rumah kaca diantaranya dihilangkan secara langsung melalui penyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut

ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan. Menurut Winarso (2009), cara paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan atau menanam pohon. Tanaman yang mudah dan cepat pertumbuhannya, menyerap CO2 lebih banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam tubuh tanaman (biomassa) dan tanah untuk waktu yang lama. Karet merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kapasitas cukup baik untuk menyerap CO2 dibandingkan kelapa sawit dan tanaman semusim lainnya. Karet dalam satu siklus dapat mengikat CO2 dari udara sebanyak 97-116 ton/hektar, sedangkan kelapa sawit dan tanaman semusim berupa padi-berarerumputan dan ubi kayu yang bercampur dengan alang-alang hanya mampu menyerap CO2 masing-masing sebanyak 89, 74, dan 36 ton/ha/siklus (Tommich, 1998) dalam (Febriyanti, 2010). Karet merupakan komoditas unggulan Provinsi Jambi yang terus memerlukan pengembangan dan pengelolaan secara berkelanjutan. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, luas perkebunan karet di Provinsi Jambi adalah 567.042 ha yang tersebar di berbagai kabupaten/kota, termasuk Muaro Jambi (57.313 ha) dan dikelola dengan sistem pengelolaan dan kondisi lingkungan (termasuk jenis tanah) yang bervariasi. Bahkan beberapa kecamatan (Mestong, Kumpeh ulu, Kumpeh, Maro Sebo, Jambi luar kota, dan sekernan) di Kabupaten Muaro Jambi juga merupakan sentra produksi karet nasional (Ditjenbun, 2004). Berkaitan dengan kapasitas simpanan karbon, hingga saat ini belum ada kajian khusus tentang kapasitas simpanan karbon pada berbagai sistem pengelolaan perkebunan karet dan umur tanaman karet di Kabupaten Muaro Jambi, padahal ini sangat penting untuk memperoleh sistem pengelolaan perkebunan karet yang dapat meningkatkan kapasitas simpanan karbon. C. PERUMUSAN MASALAH Cara mudah untuk menurunkan emisi karbon adalah dengan penanaman pohon, pemilihan jenis pohon harus berdasarkan kapasitas tanaman tersebut dalam menyerap karbon. Berkaitan dengan pengembangan karet sebagai komoditas unggulan Provinsi Jambi, karet dapat dijadikan pilihan dalam upaya peningkatan penyerapan karbon tersebut. Peningkatan penyerapan karbon oleh tanaman karet

memerlukan pengelolaan lahan yang tepat. Pengelolaan tersebut dapat dirancang berdasarkan data kapasitas karet menyerap karbon pada berbagai fase pertumbuhan (variasi umur). Semakin tua umur karet maka semakin meningkat jumlah kanopi daun dan semakin banyak jumlah serasah sehingga kapasitas menyerap karbon semakin meningkat, namun belum tentu juga kapasitas melepas karbon menurun (Hairiah 2007 ). Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diketahui (1) berapa jumlah karbon tersimpan pada tanaman karet berdasarkan umur tanaman dan sistem pengelolaannya? dan (2) Bagaimana hubungan antara umur tanaman karet dan kapasitasnya menyerap karbon ?

D. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan (1) mengevaluasi jumlah karbon tersimpan pada lahan perkebunan karet dan (2) menganalisis hubungan antara umur tanaman dan jumlah karbon tersimpan pada tanaman karet di Kabupaten Batanghari.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah (1) data jumlah karbon tersimpan pada tanaman karet; (2) persamaan yang menggambarkan hubungan umur tanaman karet dengan jumlah karbon tersimpan; dan (3) artikel ilmiah yang siap diterbitkan di jurnal hasil penelitian.

F. KEGUNAAN Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam mengatasi pemanasan global dan penurunan emisi CO2 yang diselaraskan dengan pengembangan pertanian (pengelolaan lahan perkebunan karet) dan program pembangunan umumnya.

G. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Karbon Tersimpan Karbon tersimpan adalah Jumlah C yang tersimpan di lahan secara teknis sebagai akibat dari proses fotosintesis yang hasilnya berupa akumulasi karbohidrat yang kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan akhirnya ditimbun

dalam tubuh tanaman berupa daun, batang, ranting, bunga dan buah. Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi (Csequestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomasa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromasa) secara tidak langsung menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran. Jumlah C tersimpan antar lahan berbeda-beda, tergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya. Penyimpanan C suatu lahan menjadi lebih besar bila kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah C tersimpan di atas tanah (biomasa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah C tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah, BOT) (Hairiah dan Rahayu, 2007). Jumlah C yang tersimpan di daratan khususnya dalam vegetasi dan tanah sekitar 3.5 kali lebih besar dari jumlah C yang ada di atmosfer; dan pertukaran C di daratan dikontrol oleh proses fotosintesis dan respirasi. Pada skala global C tersimpan dalam tanah jauh lebih besar dari pada yang tersimpan di vegetasi. Tanah merupakan penyimpan C terbesar pad semua regional ekosistem (biome), sedang vegetasi penyimpan C terbesar adalah pada biome hutan. (Hairiah, 2008).

Pengukuran Karbon Tersimpan Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai kerapatan kayu rendah. Biomasa pohon (dalam berat kering) dihitung menggunakan .allometric equation. Berdasarkan pada diameter batang setinggi 1,3 m di atas permukaan tanah (Hairiah dan Rahayu, S, 2007). Pada pengukuran jumlah C tersimpan di tingkat global ataupun kawasan dibutuhkan beberapa informasi C tersimpan di tingkat lahan (plot), yaitu: (1) Banyaknya C tersimpan (kuantitatif) yang ada saat ini, baik di atas maupun di dalam tanah, yang dapat mewakili salah satu sistem penutupan lahan sebagai

bagian dari suatu sistem penggunaan lahan. (2) Banyaknya C tersimpan rata-rata per siklus tanam (time-averaged C stock) dari setiap sistem penggunaan lahan. Dari kedua macam data pengukuran tersebut, maka dapat dilakukan ekstrapolasi besarnya C tersimpan di tingkat kawasan ataupun global. Karbon tersimpan pada ekosistem daratan terbagi dalam 3 komponen pokok , yaitu: (a) biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim; (b) nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daundaun gugur (seresah) yang belum terlapuk; dan (c) bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami. Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen C tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu: A. Karbon di atas permukaan tanah, meliputi: Biomasa pohon. Proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang. Biomasa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan). Nekromasa. Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang merupakan komponen penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan C yang akurat. Seresah. Seresah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah. B. Karbon di dalam tanah, meliputi:

Biomasa akar. Akar mentransfer C dalam jumlah besar langsung ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2 mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya. Biomasa akar dapat pula diestimasi berdasarkan diameter akar proksimal, sama dengan cara untuk mengestimasi biomasa pohon yang didasarkan pada diameter batang.

Bahan organik tanah. Sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di permukaan dan di dalam tanah, sebagian atau seluruhnya dirombak oleh organisma tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah.

Peranan Karet dalam Penyerapan Karbon Proses fotosintesis pada tanaman karet merupakan salah satu proses pengurangan entropi dan membangun keseimbangan energi, sehingga semakin banyak populasi tanaman karet, keseimbangan energi makin cepat tercapai. Energi matahari yang diserap oleh tanaman karet digunakan untuk kegiatan fotosintesis, respirasi, transpirasi, translokasi unsur hara dan asimilat, dan lain sebagainya. Energi cahaya yang ditangkap dalam fotosintesis diubah menjadi energi potensial yang selanjutnya digunakan untuk mengabsorbsi unsur hara, mineral dan air, mensintesis bahan organik, pertumbuhan, berkembang biak, serta melengkapi siklus perkembangannya (Febbiyanti, 2010). Tanaman karet memiliki kanopi lebih lebar dan permukaan hijau daun yang luas sehingga penyerapan CO2 akan lebih banyak. Berdasarkan hasil penelitian Tommich, et al. (1998), jumlah karbon tersimpan tanaman karet yang dikelola dengan sistem agroforestri adalah 116 ton/ha per siklus tanam dan sistem monokultur karet hanya mampu menyimpan karbon sebesar 97 ton/ha per siklus tanamnya. Menurut Hairiah dan Widianto (2007), hutan sekunder yang dikonversi menjadi lahan agroforestri karet akan menyebabkan kehilangan karbon sebesar 290 ton/ha. Jumlah kehilangan karbon ini lebih kecil dibandingkan dengan kehilangan karbon akibat konversi mejadi lahan ubi kayu dengan sistem monokultur (300-350 ton/ha) dan HTI sengon yang mencapai 370 ton/ha.

H. METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian akan dilaksanakan di lahan perkebunan karet milik PTPN VI dan petani di Kabupaten Batanghari. Penelitian direncanakan akan berlangsung selama 6 bulan.

Bahan dan Alat Alat-alat yang akan digunakan adalah seperangkat alat survei tanah (Geographical Position System, kompas, abney level, bor tanah, meteran, pisau lapang, Munsell Soil Color Chart), cutter, kantong plastik, karet gelang, kamera digital, alat-alat tulis dan seperangkat alat-alat laboratorium untuk analisis tanah dan laboratorium. Bahan-bahan yang diperlukan adalah sejumlah bahan kimia untuk analisis contoh tanah di laboratorium.

Metode dan Tahapan Penelitian Penelitian menggunakan Metode Survei (survei tanah dan petani) dengan analisis deskriptif. analisis data. Tahapan penelitian meliputi persiapan, pengumpulan dan

Tahap persiapan meliputi penetapan titik pengambilan sampel.

berdasarkan peta tanah dan peta sebaran umur tanaman karet (0-10 tahun, > 1020 tahun, dan >20 tahun) pada lahan perkebunan karet yang dikelola petani dan PTPN VI. Selanjutnya dilakukan groundcheck terhadap titik pengamatan sampel dan pengambilan sampel tanah, tumbuhan/tanaman dan serasah untuk dianalisis di laboratorium.

Jenis/Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder, yang meliputi data tanah, sistem pengelolaan lahan perkebunan karet yang dikelola petani dan PTPN VI, data karbon tersimpan pada tanaman karet yang berbeda umur dan sistem pengelolaannya.

Teknik Pengumpulan data a. Data Tanah dan Sistem Pengelolaan Lahan Perkebunan Karet Data tanah yang dikumpulkan meliputi data sifat fisik lokasi penelitian secara umum yang diperoleh melalui analisis sampel tanah pada titik pengamatan yang ditentukan. Selain itu data tanah yang diperlukan adalah data kandungan karbon tanah pada setiap titik pengamatan sebagai salah satu variabel untuk menentukan karbon tersimpan pada lahan perkebunan karet. Sampel tanah untuk menetapkan kandungan karbon tanah diambil pada kedalaman 0-60 cm. Data pengelolaan lahan perkebunan karet yang dikumpulkan meliputi data sistim pengelolaan, pemupukan dan teknik budidaya karet yang diterapkan petani dan perkebunan negara. Data ini diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan wawancara/diskusi dengan petani setempat menggunakan kuisener dan dilengkapi dengan data PPL atau pemerintah setempat.

c. Pengukuran karbon tersimpan Pengukuran karbon tersimpan pada lahan perkebunan karet di PTPN VI Kabupaten Batanghari mengacu pada Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon

Tersimpan (Kurniatun Hairiah dan Sri Rahayu, 2007). Tahap pengukuran tersebut meliputi 1) Pengukuran biomassa tumbuhan/tanaman dan nekromassa pada

setiap satuan lahan, 2) Pengukuran konsentrasi C tumbuhan/tanaman di laboratorium, 3) Pengukuran kandungan bahan organik tanah melalui pengukuran C-organik tanah di laboratorium, dan 4) Penghitungan jumlah karbon tersimpan pada setiap satuan lahan Pengukuran biomassa tumbuhan/tanaman dan nekromassa Pengukuran biomassa tumbuhan/tanaman pada setiap satuan lahan diawali dengan pembuatan plot contoh pengukuran (transek pengukuran), pengukuran biomassa pohon dan pengukuran biomassa tumbuhan bawah. Plot contoh pengukuran untuk lahan hutan dan perkebunan karet berukuran 5 m x 40 m (sub plot) pada lokasi yang kondisi vegetasinya seragam. Pada kondisi yang tidak seragam juga dibuat sub plot (satu sub plot mewakili satu kondisi). Pada lahan berlereng dibuat sub plot pada setiap bagian lereng (atas, tengah, bawah). Bila ditemukan pohon besar (diamater batang > 30 cm) , maka ukuran sub plot 20 m x

100 m. Kemudian dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengambilan contoh (tumbuhan bawah, serasah, tanah) minimal 6 titik/plot dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 cm pada setiap titik. Selanjutnya pengukuran biomassa dilakukan pada masing-masing sub sub plot (2,5 m x 40 m) melalui pengumpulan data jenis dan nama setiap pohon, diameter batang setinggi dada (dbh = diameter at breast height = 1,3 m, menggunakan tongkat kayu berukuran panjang 1,3 m, hanya untuk pohon berdiameter batang 5 30 cm) dari permukaan tanah, pada masing-masing sub sub plot). Kemudian pada titik ketinggian 1,3 m tersebut dilakukan

pengukuran dbh menggunakan pita pengukur sehingga diperoleh lingkar/lilit batang (keliling batang = 2 r). Untuk tunggul bekas tebangan yang masih hidup dengan tinggi > 50 cm dan diameter > 5 cm juga diukur tinggi dan diameternya. Kemudian dilakukan penetapan berat jenis kayu masing-masing pohon dengan contoh kayu dari salah satu cabang pohon. Estimasi biomassa tajuk dan akar tumbuhan/tanaman menggunakan nilai terpasang (default) nisbah tajuk : akar yaitu 4 : 1 untuk pohon di lahan kering, dan 1 : 1 untuk pohon di tanah miskin Pengukuran biomassa tumbuhan bawah (understorey) menggunakan metode destruktif yakni dengan mengambil contoh berupa semua tumbuhan hidup berupa pohon berdiameter < 5 cm, herba dan rumput-rumputan. Contoh biomassa diambil pada setiap titik pengamatan (6 titik/sub plot) dengan cara memotong semua tumbuhan bawah yang ada, ditimbang berat basah contoh batang dan daun, kemudian dikeringkan dalam oven (suhu 80 0C selama 2 x 24 jam). Pengukuran nekromassa, pada sub plot 5 m x 40 m. Nekromassa berkayu (pohon mati yang masih tegak/roboh, tunggul , cabang dan ranting utuh berdiameter 5 cm dan panjang 0.5 m) diukur lingkar batang (diameter) dan panjang (tinggi), diambil contoh kayu ukuran 10 cm x 10 cm x 10 cm untuk penetapan BJ kayu dan dilakukan pengambilan nekromassa tidak berkayu (serasah kasar) pada setiap sub plot (6 titik/sub plot) dan ditetapkan total berat keringnya melalui pengeringan di oven. Kemudian dilakukan pengambilan sampel serasah halus dan akar halus pada masing-masing titik pengamatan dan ditetapkan total berat keringnya di oven. Estimasi jumlah karbon tersimpan per sub plot dengan perhitungan sebagai berikut :

10

Jumlah karbon tersimpan (Mg/ha) = Npohon x Ypohon x Cpohon dimana : Npohon = jumlah pohon per hektar Ypohon = biomassa pohon (kg/ha) Cpohon = kandungan C pohon rata-rata (umumnya 0.46) Pengukuran karbon tersimpan di dalam tanah Karbon tersimpan di dalam tanah diukur melalui pengukuran kandungan C tanah dari hasil analisis contoh tanah di laboratorium. Contoh tanah diambil pada masing-masing titik pengambilan contoh tumbuhan bawah dan serasah pada setiap lahan yang dipilih sebagai plot contoh. (Metode Walkley dan Black). Selain penetapan C-organik tanah

I. JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan

Waktu Pelaksanaan, bulan April-September 2011 Apr Mei Jun Jul Agu Sept

Indikator kinerja

Pengumpulan data sekunder

Tersedia dan

peta data

11

Penentuan titik pengambilan sampel

Groundcheck lokasi pengambilan sampel pengambilan sampe tanah, tanaman, serasah pada setiap titik pengambilan sampel

sekunder lainnya Peta kerja dan jumlah titik pengamatan dan sampel (tanah, tanaman, serasah) Peta kerja data karakteristik tanah di lapangan, sampel tanah, tanaman dan serasah Konsentrasi Corganik sampel dan sifat tanah lainnya Jumlah karbon tersimpan setiap satuan lahan

Analisis contoh tumbuhan/ tanaman, serasah dan tanah di laboratorium Analisis dan interpretasi data (Evaluasi karbon tersimpan pada tanah, tumbuhan/ Tanaman dan serasah) Penyusunan draft laporan dan artikel

Seminar hasil penelitian Penyusunan, penggandaan dan penyerahan laporan akhir serta pengiriman artikel

Draft Laporan dan pengiriman artikel ilmiah untuk dipublikasi di Jurnal Perbaikan laporan akhir Laporan akhir dan artikel siap publikasi

J. RINCIAN PENGGUNAAN DANA

Bahan dan Alat No Nama Bahan Volume Biaya Satuan (Rp) Biaya (Rp)

12

1. 2.

Biaya sewa ring sample Sewa peralatan survei tanah 3. Print out Peta tanah, lereng, penggunaan lahan dan satuan lahan ukuran A0 untuk survei tanah 4. Tinta Printer 5. ATK 6. Kertas HVS 7. Pisau cutter 8. Gunting tanaman Jumlah Biaya Perjalanan No 1. Kota/Tempat Tujuan

30 1 4 lembar

5.000 1.000.000 100.000

150.000 1.000.000 400.000

2 buah 1 rim 5 buah 2 buah

50.000 50.000 5.000 15.000

100.000 200.000 50.000 25.000 30.000 1.955.000

Volume

Biaya Satuan (Rp)

Biaya (Rp)

2.

3.

Biaya sewa kendaraaan penelitin dan teknisi JambiLokasi Penelitian untuk survei 3 hari tanah dan pengambilan sampel tanah pada setiap SLP Biaya BBM kendaraan untuk Jambi-Lokasi Penelitian (PP) untuk survei tanah dan 3 hari pengambilan sampel tanah pada setiap SLP Biaya makan untuk peneliti dan teknisi selama survei 3 hari x 6 tanah dan pengambilan sampel org tanah setiap SLP (1 hari = 3 kali makan) Jumlah Biaya

200.000

600.000

100.000

300.000

80.000

1.440.000

2.240.000

Analisis Sampel Tanah No 1. Nama Bahan Analisis Kesuburan tanah Volume 1 paket Biaya Satuan (Rp) 400.000 Biaya (Rp) 400.000

13

lokasi penelitian Analisis C-organik tanah dari setiap titik pengamatan 3 Analisis C-organik tumbuhan/tanaman dari setiap titik pengamatan 4 Analisis C-organik nekromasa dari setiap titik pengamatan 5 Analisis C-organik serasah dari setiap titik pengamatan Jumlah Biaya 2 Laporan Penelitian dan Seminar No 1. 2 3. 4. 5. Uraian Kegiatan

50 sampel 50 sampel

15.000 15.000

750.000 750.000

50 sampel

15.000

750.000

50 sampel

15.000

750.000 3.400.000

Volume 40 lbr 15 eks 1 set 1 paket 2 paket 1 paket 1 paket

Penggandaan laporan 15 eks Penjilitan Dokumentasi Pengolahan data penelitian Biaya Pengiriman Barang (sampel tanah) 6. Biaya penyusunan laporan kemajuan 7. Biaya Penyusunan Laporan akhir 8. Konsumsi Jumlah Biaya Rekapitulasi Uraian 1. Bahan dan alat 2. Perjalanan 3. Analisis sampel tanah 4. Laporan penelitian dan seminar Total Biaya

Biaya Satuan Biaya (Rp) (Rp) 150 90.000 5000 75.000 150.000 150.000 500.000 500.000 100.000 200.000 100.000 100.000 100.000 100.000 200.000 1.415.000

Jumlah (Rp) 1.955.000 2.240.000 3.400.000 1.415.000 9.010.000

14

K. DAFTAR PUSTAKA

Awang, S.A. 2008. Pembentukan Unit Manajemen Kawasan Kelola Rehabilitasi Hutan dan Sistem Pendukungnya (implementasi Program GERHAN di Indonesia). Dalam : Awang, S.A., Soepijanto, B., Yuliarto, JP, dan Karyana, A. (Ed). Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Capaian dan Perubahan). Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Hlmn : 67-91. Dinas Perkebuna Indonesia. 2007. Data Statistik Perkebunan Indonesia. Febbiyanti, T.R. 2004. Tanaman Karet Penyelamat Bumi dan Hidup Rakyat. Pusat Penelitian Karet Sembawa. Palembang. Jurnal Pengelolaan Sumber Daya Alam Hairiah, K dan Widianto. 2007. Adaptasi dan mitigasi pemanasan global melalui pengelolaan diversitas pon di lahan-lahan pertanian. Dalam : Agus, F, Sinukaban, N, Gintings, A. N, Santoso, H, dan Sutadi. Bunga Rampai Konservasi Tanah dan Air. Pengurus Pusat MKTI. Jakarta. Hairiah, K. 2002. Cadangan Karbon Pada Berbagai Sistem Penggunaan Lahan di Daerah Tropika Basah. Proyek Penelitian ASB denganFakultas Pertanian Brawijaya, Malang, Indonesia. Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran .Karbon Tersimpan. Di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre. Menteri Kehutanan. 2008. Arahan Kebijakan Pembangunan Kehutanan dalam Penanganan Kawasan Hutan dan Lahan yang tidak Produktif. Dalam : Awang, S.A., Soepijanto, B., Yuliarto, JP, dan Karyana, A. (Ed). Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Capaian dan Perubahan). Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Hlmn : 1-27. . United Nations Statistic Division, 2007. Kadar Emisi CO2 Indonesia. Tommich, T.P, de Foresta, H., Dennis, R., Ketterings, Q.M., Mudiyarso, D., Palm, C.A., Stolle, F., Suryanto, S. dan van Noordwijk, M. 2002. Carbon Offsets for Conservation and Development in Indonesia. American Journal of Alternative Agriculture 17:125-137.

15

16

Lampiran 1.

Personalia Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan oleh tim peneliti yang terdiri dari 3 orang, masing-masing yaitu : 1. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP : Suwaibatul Aslamiah : DIA 207019 : Pertanian/Ilmu Tanah : Universitas Jambi : 14 jam/minggu

2. Anggota Pelaksana a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP : Anggi Setiawan : DIA 208019 : Pertanian/Ilmu Tanah : Universitas Jambi : 10 jam/minggu

a. Nama Lengkap b. NIM c. Fakultas/Program Studi d. Perguruan Tinggi e. Waktu untuk kegiatan PKMP

: Dwi Sunu Permatahati : D1A010065 : Pertanian/Ilmu Tanah : Universitas Jambi : 10 jam/minggu

17

Lampiran 2.

Biodata Pembimbing

Nam NIP Golongan/Pangkat Fakultas/Program Studi Perguruan Tinggi Bidang Keahlian Waktu untuk kegiatan PKMP

: Dr. Sunarti, SP. MP : 19731227 199903 2 003 : IIIc/Penata : Pertanian/Ilmu Tanah : Universitas Jambi : Konservasi Tanah dan Air : 10 jam/minggu

Anda mungkin juga menyukai