Anda di halaman 1dari 7

PRODUKSI BATUBARA PERLU DIKENDALIKAN

VIVAnews - Sekitar 10 tahun lalu, sebuah studi dari Jepang menyebutkan


bahwa pada 2020 produksi batu bara Indonesia akan mencapai 183 juta ton.
Saat itu terdapat tujuh studi lain yang memproyeksikan produksi dan
konsumsi batu bara nasional. Di antara studi itu, hanya satu studi yang
menyebutkan bahwa pada 2020 produksi batu bara Indonesia akan mencapai 250
juta ton. Selebihnya di bawah 220 juta ton.
Untuk konsumsi dalam negeri, dari studi memperkirakan bahwa pada 2010
kebutuhan batu bara domestik sudah mencapai 112 juta ton, untuk perkiraan
tinggi. Serta 85 juta ton untuk perkiraan moderat.
Namun, kondisi ini sangat berlainan. Belum mencapai 2020, produksi sudah
melesat melebihi 200 juta ton. Pada 2008 produksi sudah sekitar 240 juta ton,
bahkan tahun lalu diperkirakan lebih dari 250 juta ton. Produksi ini hampir dua
kali lipat dibandingkan produksi lima tahun lalu.
Sementara itu, seperti data dari Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara, dan
Panas Bumi, Kementerian Energi, kebutuhan dalam negeri ternyata hanya 55-65
juta ton per tahun. Itu saja, kelangkaan batu bara sering terjadi, terutama untuk
pembangkit PT Perusahaan Listrik Negara.
Peningkatan produksi yang dahsyat ini disebabkan berbagai Iaktor. Mulai
dari peningkatan permintaan dunia, harga yang menarik, banyaknya pemain batu
bara, sampai tingginya target penerimaan negara.
"Peningkatan produksi yang dahsyat itu, seharusnya membuat semua pihak
waspada," demikian ulasan Ditjen Mineral Batu Bara dalam laman resminya,
Jumat 9 April 2010.
Pemerintah telah meningkatkan pengawasan tambang, peningkatan jumlah
inspektur tambang, hingga penetapan kewajiban pasok domestik (DMO) agar
keperluan domestik terjamin. Kebijakan DMO batu bara ini juga sebagai
antisipasi tingginya permintaan pasar eskpor.
Menurut ulasan itu, bila produksi batu bara tersebut terus dibiarkan, akan
meningkat drastis. Dalam UU 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu
Bara, sebenarnya telah ada ketentuan untuk pengendalian produksi dan DMO
yang semuanya untuk kepentingan nasional.
Sumber daya mineral dan batu bara sebagai bahan kekayaan alam yang
tidak bisa diperbaharui, perlu dianggap sebagai modal dasar untuk pembangunan
pada masa mendatang. Salah satunya merangsang munculnya usaha untuk
menambah nilai bahan tambang itu.
hadi.supraptovivanews.com
VIVAnews
http://bisnis.vivanews.com/news/read/142671-
produksibatubaraperludikendalikan





















PEMBAHASAN

Potensi sumber daya alam, berupa tambang batubara, yang terdapat di
Kalimantan Selatan cukup besar dengan kualitas yang baik, serta keberadaannya
hampir menyebar di seluruh kabupaten (Banjar, Tanah Laut, Kotabaru, Tanah
Bumbu, HST, HSU, HSS, Tapin, dan Tabalong).
Berdasarkan data dari Indonesian Coal Mining Association pada tahun
2001, stock cadangan batubara Kalimantan Selatan yang terukur (pasti) adalah
2,428 milyar ton, dan yang terindikasi sekitar 4,101 milyar ton. Sehingga paling
tidak, sampai saat ini, terdapat cadangan batubara yang sudah ditemukan sebesar
6,529 milyar ton.
Dalam Indonesia Mineral and Coal Statistics, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral Tahun 2005, produksi batubara di Kalimantan Selatan,
yang tercatat secara resmi pada tahun 2003 adalah 46.116.289,80 ton dan
meningkat pada tahun 2004, yaitu sebesar 54.540.977,16 ton, dimana sebagian
besar produksi batubara tersebut dihasilkan oleh perusahaan besar dengan modal
asing (PMA), seperti PT. Arutmin dan PT. Adaro Indonesia. Jumlah produksi ini
menyumbang sebesar 40,35 dari total produksi nasional sebesar 114.278.195,13
ton pada tahun 2003 dan 41,21 dari total produksi nasional sebesar
132.352.024,79 ton pada tahun 2004.
Dan jumlah ini merupakan kedua terbesar setelah Kalimantan Timur yang
memproduksi sebesar 57.693.479,71 ton pada tahun 2003 dan sebesar
68.396.462,38 ton pada tahun 2004. Kemudian tercatat penjualan domestik
batubara Kalimantan Selatan pada tahun 2003 sebesar 13.153.674,52 ton dan pada
tahun 2004 sebesar 14.666.467,21 ton, sedangkan untuk penjualan ekspor batu
bara Kalsel pada tahun 2003 sebesar 32.805.818,99 ton dan pada tahun 2004
sebesar 34.499.239,35 ton.
Sampai dengan pertengahan tahun 2004 (data sampai dengan bulan Agustus
2004) produksi Batubara Kalimantan Selatan dari perusahaan pertambangan
batubara pemegang PKP2B mencapai 25.617.917 ton, sementara dari bulan
Januari 2004 sampai bulan Agustus tahun yang sama data produksi batubara dari
para pemegang kuasa penambangan mencapai angka 1. 550.738 ton, kemudian
dari 25 Koperasi Unit Desa yang terdata di Dinas Pertambangan Propinsi
Kalimantan Selatan produksi batubara sampai dengan bulan agustus 2004
mencapai 27.853.730 ton, ini diluar Koperasi milik PUSKOPOL dan
PUSKOPAD.
Eksploitasi yang dilakukan sebagian besar tidak memberikan dampak
kesejahteraan yang nyata di masyarakat, hal ini dapat terlihat dimana kehidupan
masyarakat lokal sekitar tambang tidak mengalami kemajuan yang berarti dan
bahkan sebagian besar masih terpinggirkan dalam segala hal baik di biding
ekonomi, sosial dan budaya termasuk pendidikan.
Untuk batubara sendiri, adalah sebuah mineral yang tidak dapat
diperbaharuii siIatnya. Jadi seperti minyak, ada kalanya pasti batubara akan habis
walaupun jumlahnya saat ini sangat banyak seperti yang ada di Kalimantan.
Bila produksi batubara sangat besar dan tidak dapat dikendalikan, bukan
tidak mungkin nanti Indonesia akan kehabisan stok batubara dari dlam negeri
sendiri, sedangkan permintaan dan kebutuhan batubara Internasional dari tahun ke
tahun pasti bertambah.
Untuk saat ini, Indonesia memang masih mempunyai simpanan batubara
yang sangat besar dan masih dapat memasok kebutuhan batubara untuk
Internasional, namun bila hal ini terus dilakukan dan tidak ada pembatasan
produksi atau ekspor batubara, untuk ke depannya Indonesia hanya akan menjadi
negara pengimpor batubara sedangkan ketersediaan batubara nya sangat besar
namun habis karena produksi yang tidak dikendalikan.
Batubara saat ini memang menjadi pembangkit tenaga yang terbaru selain
geotermal ataupun sumber air panas, namun ketersediaan nya di bumi tidak bisa
diperbarui, atau dapat habis seperti pada minyak bumi. Karena pembentukan
batubara tidak terbentuk dalam waktu satu atau dua tahun saja, namun
membutuhkan waktu beratus-ratus tahun agar dapat terbentuk batubara sehingga
dapat digunakan seperti saat ini.
Untuk itu perlu ada pengendalian produksi batubara agar kelak nanti
batubara di Indonesia sendiri tidak habis begitu saja dan Indonesia sendiri tidak
menjadi negara pengimpor batubara padahal jumlah ketersediaannya sangat
melimpah namun Indonesia dapat menjadi pengekspor terbesar batubara namun
dengan dapat mengendalikan produksi batubara untuk saat ini dan yang akan
mendatang.



























KESIMPULAN

- Potensi sumber batubara di Indonesia tepatnya di Kalimantan sangat atau
cukup besar.
- Produksi batubara Indonesia harus dapat dikendalikan agar kelak Indonesia
sendiri tidak kehabisan batubara nya.
- Batubara adalah sumber daya yang tidak dapat diperbaharui artinya dapat
habis ketika nanti nya.
- Kebutuhan batubara dalam negeri ataupun luar negeri sangat besar namun
ketersediaannya tiap waktu makin menipis.
- Batubara dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik.
- Eksploitasi batubara yang dilakukan sebagian besar tidak dapat memberikan
kesejahteraan terlebih ditempat mereka yang memiliki kandungan batubara
yang besar.
- Berdasarkan data dari Indonesian Coal Mining Association pada tahun
2001, stock cadangan batubara Kalimantan Selatan yang terukur (pasti)
adalah 2,428 milyar ton, dan yang terindikasi sekitar 4,101 milyar ton.














DAFTAR PUSTAKA

http://bisnis.vivanews.com/news/read/142671-
produksibatubaraperludikendalikan
http://insidewinme.blogspot.com/2008/01/studi-kasus-batubara.html

Anda mungkin juga menyukai