Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PAPER

TEKNIK PENGERINGAN DAN PENDINGINAN


PENGERINGAN BEKU (FREEZE DRYER




Disusun Oleh :

Kelompok 6
Citra Pratiwi 240110080088
Ade Wulan 240110080091
Mirah 240110080095
Tiwi 240110080096













URUSAN TEKNIK DAN MANAEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADADARAN
ATINANGOR
2011


PENGERING BEKU (FREEZE DRYER


A. Pengertian Pengeringan Beku
Pengeringan beku (free:e dryer dikenal juga sebagai lyophilization atau
cryodesiccation merupakan suatu teknik pengeringan pada bahan dalam keadaan
beku yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga terjadi proses sublimasi.
(Slade, 19967. Dalam Estri Rahajeng, 1997. Pada pengeringan beku, bahan yang
akan dikeringkan terlebih dulu dibekukan kemudian dilanjuti dengan pengeringan
dengan menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air bahan yang berupa
es akan langsung menjadi uap yang dikenal dengan istilah sublimasi. Proses
sublimasi dilakukan pada suhu di bawah titik triple, yaitu pada kondisi 0
0
C dan
tekanan di bawah 610 Pa. metode ini memungkinkan terciptanya keadaan suhu
dan tekanan sehingga siIat Iisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada
suatu titik kritik tertentu yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan. Air
dapat berbentuk cair, padat dan gas. Perpotongan dari ketiga batas Iase ini disebut
dengan titik tripel. Pada pengeringan beku, air dikeluarkan dari dalam produk
dalam keadaan beku dengan proses sublimasi. Pada tekanan 4 mmHg biasanya
suatu bahan telah berada di bawah titik tripelnya. Umumnya proses pengeringan
beku dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah.
Menurut King (1971 dalam Widodo (1996, pengeringan beku memiliki
keunggulan bila dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya, karena
pengeringan beku dapat menghasilkan produk kering bermutu tinggi. Pengeringan
beku dapat mempertahankan bentuk kaku dari bahan yang dikeringkan sehingga
menyebabkan bahan berpori dan tidak mengkerut dalam keadaan kering. Keadaan
ini akan menyebabkan terjadinya proses rehidrasi yang cepat dan sempurna bila
produk kering ditambahkan air.
Pada prinsipnya pengeringan beku terdiri atas dua urutan proses, yaitu
pembekuan yang dilanjutkan dengan pengeringan. Dalam hal ini, proses
pengeringan berlangsung pada saat bahan dalam keadaan beku, sehingga proses
perubahan Iase yang terjadi adalah 8:-2,8. Sublimasi dapat terjadi jika suhu
dan tekanan ruang sangat rendah, yaitu dibawah titik tripel air (gambar dibawah















Gambar 1. Hubungan Antara Suhu dan Tekanan H2O (Fennema, 1975




















Gambar 2. Proses Pengeringan Beku Pada Diagram Fase Cair

Titik tripel terletak pada suhu 0,01
0
C dan tekanan 0,61 KPa, dengan
demikian proses pengeringan beku harus dilakukan pada kondisi dibawah suhu
dan tekanan tersebut. Tekanan kerja yang umum digunakan di dalam ruang
pengeringan beku adalah 60 600 Pa. Pada saat pembekuan terbentuk kristal-
kristal es di dalam bahan, yang mana pada saat pengeringan kristal es tersebut
akan tersublimasi dan meninggalkan rongga (pori didalam bahan. Keadaan bahan
yang bersiIat 54r4:8 setelah pengeringan, meyebabkan bentuk bahan tidak
mengalami perubahan yang besar dibandingkan sebelumnya, serta proses


rehidrasi air (pembasahan kembali lebih baik dari pada proses pengeringan
lainnya. (sumber Armansyah H. T, IPB
Keunggulan lain dari pengeringan beku adalah selama proses pengeringan
berlangsung hampir tidak terdapat cairan. Hal ini dapat mencegah transpor zat-zat
yang dapat larut dalam air dan memperkecil terjadinya reaksi degradasi.
Menurut Liapis dan Bruttini (1995 dalam Sutanto (2004, pengeringan
beku memerlukan biaya yang tinggi karena rendahnya laju pengeringan dan
berlangsung pada kondisi hampa udara. Karena itu pengeringan beku hanya
digunakan untuk mengeringkan bahan makanan yang bersiIat sulit kering seperti
kopi, bawang, makanan laut tertentu, buah-buahan dan obat-obatan.

B. Prinsip Dasar Pengoperasian Mesin Pengeringan Beku (Freeze Dryer)
Proses pengeringan beku terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pembekuan,
tahap pengeringan primer, dan tahap pengeringan sekunder (Liapis dan Bruttini,
1995 dalam Sutanto, 2004.
I. Tahap pembekuan
Proses pembekuan sangat menentukan mutu hasil produk yang
dikeringkan. Laju pembekuan merupakan Iaktor yang paling penting yang dapat
menentukan porositas produk kering beku yang dihasilkan. Menurut Heldman dan
Singh (1987, pembekuan lambat akan menghasilkan pori yang lebih besar pada
produk kering beku dibandingkan dengan pembekuan cepat, karena kristal yang
terbentuk pada pembekuan lambat lebih besar jika dibandingkan dengan Kristal
yang terbentuk pada pembekuan cepat. Ukuran pori juga berbanding lurus dengan
suhu yang digunakan pada proses pembekuan.
Fellows (1988 menyatakan bahwa Iaktor yang mempengaruhi laju
pembekuan dapat berupa Iaktor internal dan ekstemal. Faktor internal berupa siIat
termoIisik bahan, sedangkan Iaktor eksternal berkaitan dengan metode
pembekuan yang digunakan, meliputi perbedaan suhu antara produk dengan
media pembeku, dan model pindah panas yang terjadi dari, ke, dan dalam bahan.
Laju pembekuan menurut King (1971 dalam Sutanto (2004 dibagi dalam
tiga golongan, yaitu:


a. Pembekuan lambat, jika pembekuan berlangsung selama 30 menit atau lebih
untuk 1 cm produk yang dibekukan (5/2 cm/jam.
b. Pembekuan sedang, jika pembekuan berlangsung selama 20-30 menit untuk 1
cm produk yang dibekukan (~ 2 cm/jam dan 3 cm/jam.
c. Pembekuan cepat, jika pembekuan berlangsung selama kurang dari 20 menit
untuk 1 cm produk yang dibekukan (2/3 cm/jam.

Lembaga ReIrigerasi Intemasional (1971 dalam Heldman dan Singh
(1987 mendeIinisikan laju pembekuan suatu massa pangan sebagai perbandingan
jarak minimal antara permukaan dengan titik pusat termal dengan waktu yang
diperlukan oleh produk pangan untuk mencapai suhu 0C dan titik pusat termal
mencapai suhu 5C lebih rendah dari suhu dimana pembentukan es dimulai, di
titik pusat termal tersebut. Laju pembekuan dinyatakan dalam cm/jam.

Ada empat Iaktor yang berpengaruh terhadap laju pembekuan:
(a perbedaan suhu antara produk dengan medium pendingin,
(bmodus transIer panas dari, ke, dan di dalam produk,
(c ukuran, jenis dan bentuk bahan kemasan yang berisi produk,
(dukuran bentuk dan siIat-siIat termal produk (Fennema dan Powrie, 1964
dalam Heldman dan Singh, 1987.

Terdapat dua cara pembekuan yaitu:
1. Pembekuan vakum
Tambunan (2005 menjelaskan bahwa pada pembekuan vakum, eIek
pembekuan diperoleh dengan menguapkan atau mensublimasi sebagian air dari
dalam bahan pada kondisi ruang bertekanan rendah. Penguapan sublimasi ini
memerlukan panas laten yang diambil dari produk tersebut sehingga mengalami
penurunan suhu bahkan membeku. Dalam hal ini eIek pembekuan bukan karena
perpindahan panas dari bahan ke media pembeku, tetapi pelepasan panas sebagai
panas laten penguapan/sublimasi. Metode ini berlangsung pada tekanan vakum,
sehingga meskipun pada proses pembekuan vakum tersebut dapat terjadi
peningkatan kebutuhan energi untuk pompa vakum, kebutuhan energi


pengeringan beku keseluruhan dapat dihemat karena proses sublimasi juga akan
berlangsung pada tekanan vakum.

2. Lempeng sentuh
Lempeng sentuh atau plat pembeku merupakan evaporator yang berperan
dalam penurunan suhu bahan. Hal ini tejadi karena uap reIrigeran yang mengalir
dari kondensor mempunyai suhu dan tekanan tinggi yang dilepaskan ke
lingkungan, sehingga suhu sistem dan tekanan parsial uap air menjadi rendah.
Perpindahan panas pada metode ini terjadi secara konduksi dari plat pembeku ke
bahan.


Gambar.3. Perbandingan diagram tekanan-suhu pada pembekuan vakum (kiri
dan pembekuan lempeng sentuh (kanan selama proses proses
pengeringan beku (Tambunan, 2005

II. Tahap Pengeringan Primer
Pada tahap pengeringan primer, air dan pelarut dalam keadaan beku
dikeluarkan secara sublimasi, dimana tekanan ruang pengering harus lebih kecil
dari tekanan kesetimbangan uap air bahan beku. Menurut Fellows (1988, panas
akan menaikkan tekanan uap air pada es ketika mencapai permukaan sublimasi
sehingga uap akan bergerak melalui daerah kering menuju ke daerah tekanan uap
rendah pada ruang pengering. Selama proses pengeringan berlangsung, akan
terbentuk lapisan kering berpori di bagian luar lapisan beku yang dibatasi oleh
permukaan sublimasi (Gambar 4. Panas yang dibutuhkan untuk sublimasi


dipindahkan dari permukaan bahan ke permukaan sublimasi secara konduksi
melalui lapisan yang sudah kering, dan uap air yang dihasilkan dilewatkan melalui
pori-pori lapisan kering ke bagian luar dari produk. Tahap pengeringan primer
berakhir jika semua lapisan beku telah tersublim.

Gambar 4. Mekanisme Pengeringan Beku (Sagara, 1996 Dalam Sutanto, 2004

III.Tahap Pengeringan Sekunder
Tahap pengeringan sekunder adalah tahap pengeluaran air terikat atau
terserap, yaitu air yang tidak membeku pada saat pembekuan dan pengeluaran air
yang masih tersisa pada rongga bahan. Tahap pengeringan sekunder dimulai
setelah proses sublimasi (tahap pengeringan primer selesai dan berakhir pada saat
suhu pusat bahan mendekati suhu permukaan.

Tabel 1. Perbedaan metode pengeringan konvensional dan metode pengeringan
beku (Tischer dan Brockman, 1957 dalam Desrosier, 1988
Pengeringan Konvensional Pengeringan Beku
Berhasil baik bagi bahan yang mudah
dikeringkan, misalnya buah-buahan,
bijibijian dan sayuran
Berhasil baik bagi kebanyakan bahan
pangan, tetapi biasanya terbatas pada
bahan pangan yang tidak berhasil baik
dikeringkan dengan cara lain
Umumnya daging tidak memuaskan Berhasil baik terhadap produk-produk
hewan yang dimasak dan mentah
Operasi secara kontinu Operasi tidak kontinu
Umumnya suhu yang digunakan antara
38C dan 93C
Suhu yang digunakan lebih rendah dari
titik tripe1 air
Biasanya pada tekanan atmosIir Tekanan yang digunakan lebih kecil
dari titik tripel


Waktu pengeringan pendek, biasanya
kurang dari 12 jam
Waktu pengeringan umumnya antara 12
sampai 24 jam
Penguapan air dari permukaan bahan
pangan
Sublimasi air dari lapisan beku bahan
Hasil pengeringan berbentuk padat Hasil pengeringan berpori
Densitas lebih tinggi dari bahan pangan
yang asli
Densitas lebih rendah dari bahan
pangan yang asli
Bau seringkali abnormal Bau biasanya asli
Biasanya warna lebih gelap Warna biasanya asli
Rehidrasi lambat, biasanya tidak
sempuma
Rehidrasi dapat cepat, sempuma

Cita rasa abnormal Cita rasa biasanya asli
Stabilitas penyimpanan baik, cendrung
menjadi gelap dan tengik
Stabilitas penyimpanan sangat baik
Biaya umumnya rendah, sekitar Rp.
400 sampai Rp. 1400 per kg air yang
diuapkan
Biaya umumnya tinggi, pada tingkat
empat kali lebih besar daripada
pengeringan konvensional


Pindah Panas Pada Pengerigan Beku

Menurut Heldman dan Singh (1987, pindah panas diartikan sebagai
pemencaran energi dari suatu daerah ke daerah lain karena perbedaan suhu yang
tejadi antara kedua daerah tersebut. Ada tiga cara perpindahan panas yaitu
konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas yang dominan tejadi dalam
proses pengeringan beku adalah konduksi dan radiasi. Perpindahan panas secara
koveksi sangat kecil sehingga diabaikan.

Gambar 5 Model Iisik pengeringan beku (Tambunan, 2005


Mekanisme pindah panas dan massa di dalam bahan selama proses sublimasi
ditunjukkan oleh Gambar 5 Model yang ditujukkan pada gambar tersebut dapat
disebut sebagai Model Permukaan Bergerak (Retreating Fr439 Model. Menurut
Tambunan et al. (2000, permukaan sublimasi dianggap bergerak lapis demi lapis
dari permukaan terluar hingga pusat bahan. Permukaan sublimasi ini akan
membatasi secara tegas lapisan kering (dibagian luar dari lapisan beku (di bagian
dalam bahan. Suhu permukaan produk sangat berperan dalam pengeringan beku.
Jika suhu permukaan produk semakin tinggi maka laju pindah panas konduksi
dari permukaan produk ke permukaan sublimasi akan semakin besar.
Laju pembekuan cepat akan menghasilkan produk kering beku yang
mempunyai pori dan kristal es yang lebih kecil yang tersusun merata pada
jaringan. Hal ini dikarenakan laju energi pindah panas dari sistem berlangsung
sangat cepat. Sedangkan laju pembekuan lambat akan menghasilkan kristal es
yang besar dan ukuran pori yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan suhu
yang digunakan pada proses pembekuan (Heldman dan Singh, 1981 dalam
Sutanto, 2004.
Lama pengeringan pada pengeringan beku dipengaruhi oleh kandungan air
produk, ketebalan produk, suhu, dan ketahanan produk terhadap panas. Pada
pengeringan beku, suhu pengeringan ditetapkan pada jangkauan suhu yang dapat
mencegah atau mengurangi kehilangan kandungan gula, asam, dan komponen
volatilnya (Desrosier, 1988.
Menurut Lisnawati dan Tambunan (1997, waktu pengeringan adalah
waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk kering beku, yaitu produk
dengan kadar air akhir yang diinginkan. Berdasarkan prinsip perpindahan panas,
waktu pengeringan dapat dinyatakan dengan waktu yang diperlukan lapisan
terdalam bahan untuk mencapai suhu permukaannya. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa panas yang diberikan melalui lempeng pemanas akan digunakan
sebagai panas laten sublimasi, dan selanjutnya untuk meningkatkan suhu bahan
setelah proses sublimasi selesai. Dengan demikian, suhu bagian terdalam bahan
akan meningkat mendekati suhu permukaan jika proses sublimasi di bagian
tersebut telah selesai.



ara Kerja Mesin Pengering Beku
- Pembekuan :
1 Menekan tombol power pada posisi ON
2 Memastikan katup dari kondensor dalam keadaan terbuka
3 Menyalakan reIrigerator pada posisi ON
4 Memastikan katup solenoid terbuka secara otomatis
5 Menekan tombol rekorder pada posisi POWER dan START saat
proses pembekuan mulai berlangsung hingga berakhirnya proses
pembekuan
6 Mengatur katup ekspansi sehingga suhu pelat pembeku mencapai
suhu yang diinginkan (-43
o
C
- Pengeringan (Sublimasi:
1. Memastikan bahwa SELF COOLING pada posisi OFF
2. Memastikan INT COOLD TRAP pada posisi ON. Sebelumnya
disarankan membuka penuh katup ekspansi terlebih dahulu dan
merubah katup ekspansi hingga suhu INT COLD TRAP mencapai
suhu sekitar -37
O
C.
3. Menyalakan VACUUMP PUMP (pompa vakum setelah dicapai
suhu INT COLD TRAP yang stabil dan bila suhu bahan telah
seragam, menyalakan TEMPERATUR CONTROL CHANGE
dalam keadaan ON dan menset suhu control permukaan bahan.
4. Membuka katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE
5. Memastikan bahwa katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM
BREAK dalam keadaan tertutup
6. Tekan tombol MODE dan ENT pada recorder suhu, agar suhu
yang diinginkan dapat dikontrol secara PID
7. Membuka katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM BREAK
8. Menutup katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE
9. Memindahkan wadah contoh ketimbangan dan mengkalibrasi
neraca elektronik dengan buah timbangan standar.
10.Mematikan TEMPERATUR CONTROL CHANGE pada posisi
OFF


11.Mematikan VACUUM PUMP pada posisi OFF
12.Menutup katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE
13.Membuka katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM BREAK
14.Membuka VACUUM CHAMBER dan menimbang kembali wadah
sampel dengan timbangan digital.
Secara garis besar, cara kerja mesin pengering beku dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar. 6. Mesin Pengering Beku


. Komponen Utama Mesin Freeze Dryer

Secara garis besar mesin pengering beku terdiri dari 5 bagian, yaitu:
1. Ruang pengering
2. Perangkap dingin dalam dan luar
3. Pompa vakum (diIIusion dan rotari


4. Pelat pemanas
5. Pelat pembeku

1. Ruang pengering
Ruang pengering berIungsi sebagai tempat berlangsung proses pembekuan
dan pengeringan yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter 600 ml dan
panjang 470 ml. dan dilengkapi dengan penahanan panas di bagian luar ruang,
pintu acrly transparan, terminal/panel, perangkat dingin dalam, pelat pemanas,
pelat pembeku, katup pelepasan, neraca elektronik.
Pembekuan dan pengeringan dilakuan didalam ruang pengering untuk
menghindari kontak langsung dengan udara luar sekaligus mempertahankan ruang
vakum pada tekanan serendah-rendahnya (0,1 mmHg.
2. Perangkap dalam dan luar ruang pengering
Pada awal pengeringan, suhu permukaan lapisan beku sekitar -40
0
C
dengan tekanan jenuh es adalah 13 Pa. dengan menggunaka internal dan
eksternal cold trap pada awal hingga pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi
beban pompa vakum dalam penghisapan gas dari bahan maupun ruang pengering.
Mesin pendingin yang digunakan pada pengeringan beku adalah mesin pendingin
system kompresi uap. Mesin ini bekerja secara mekanik dan menyebabkan pindah
panas dari ruang pendingin ke tempat lain. perpindahan panas itu dilakukan
dengan memanIaatkan siIat reIrigerant yang berubah dari Iase cair ke Iase gas
kemudian ke Iase cair kembali yang terjadi secara berulang-ulang.
ReIrigerant mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada air pada
tekanan yang sama. Seperti yng diketahui bahwa, prinsip yang mendasari siklus
pendinginan ini adalah siklus carnot terbalik. Pada siklus carnot terbalik, panas
yang seharusnya mengalir secara alami dari sumber yang bersuhu tinggi ke
sumber bersuhu rendah, dibalik sehingga panas dari suber yang bersuhu rendah
dialirkan ke sumber yang bersuhu tinggi dengan mengenakan kerja. (Armansyah
H.T., 1993. Siklus carnot terbaik dapat dijelaskan pada gambar 7.





Gambar 7. Siklus Carnot Terbalik
Pada gambar 7 ditunjukan bahwa satu atuan massa gas mengalami proses
pengempaan (kompresi dari keadaan 2 ke keadaan 1 dengan member kerja kepaa
gas, kerja kepada gas, kerja yang diberikan pada proses tersebut sebesar 2-a-1-c-d
sedangkan pada keadaan 1 ke 2 mengalami proses pemngembangan (ekspansi,
pada saat tersebut kerja yang dikeluar sebesar luasan 1-b-2-d-c.kondensor dalam
pengeringan beku dapat berupa koil maupun pelat yang berIungsi untuk
menyublimkan gas dalam bahan.

Pompa Vakum
Pompa vakum berIungsi untuk menghisap udara dan menurunkan tekanan
dalam ruang pengering. Pompa vakum terdiri atas pompa vakum rotary dan
pompa vakum diIusi.
Diagram standar system vakum dapat di tunjukan pada gambar 8

Gambar 8. Diagram Standar Sistem Vakum


Perpindahan zat dari dalam keluar bahan terjadi akibat adanya perbedaan
tekanan parsial uap air maka, pada saat tekanan diturunkan dan suhu perangkat
dingin telah dicapai (-40 s/d -45
0
C maka air bebas yang terkandung dalam bahan
akan keluar sehingga air dalam bahan secara perlahan habis. Tekanan parsial uap
air merupakan Iungsi dari suhu , maka semakin rendah suhu maka semakin rendah
tekanan parsial uap airnya.

. Pelat Pemanas
Pelat pemanas yang digunaknan menggunakan prinsip pindah panas secara
radiasi dengan menggunakn energy listrik sebagai sumber panas radiasi yang
dapat dikontrol secara otomatis dengan menggunakan sensor suhu secara PID
(Proportional band integral time derivative time.
Naik turunya suhu pemanas tergantung pada suhu permukaan bahan,
semakin tinggi suhu bahan semakin rendah suhu plat pemanas, begitu pula
sebaliknya. Suhu tertinggi yang dapat di capai pelat pemanas adalah antara 145
s/d 150
0
C , tipe panas listrik, ukuran pelat 200 (w x 280 (L mm.

5 Pelat pembeku
Pada proses pengeringan beku pelat pembeku merupakan evaporator yang
berperan dalam penurunan suhu bahan. hal ini terjadi karena uap reIrigerant yang
mengalir dari kondensor mempunyai suhu dan tekanan tinggi dilepaskan ke
lingkuangan, sehingga suhu system dan tekanan parsial uap air menjadi rendah.
Suhu rendah yang dapat dicapai pelat pembeku adalah antara -46
0
C s/d -
40
0
C, tipe ekspansi langsung, ukuran pelat 200 (W x 360 (L mm.

Gambar 9. Bagian Bagian Pengering Beku



D. Analisis Mesin
Pengeringan beku pada bahan berbentuk ekstrak relatiI lama, sebagai
ilustrasi kerja alat tersebut sebagai berikut: untuk mengeringkan ekstrak cair
sebanyak 500 ml bisa membutukan waktu lebih dari 20 jam. Untuk itu lebih
disarankan ekstrak yang dikeringkan dalam Ireeze dryer sudah dalam ekstrak
kentalnya sehingga waktu pengeringan akan lebih cepat sehingga biaya akan lebih
murah. Kapasitas alat tersebut mampu mengeringkan ekstrak sampai 6 liter
sekaligus. Lama pengeringan beku untuk suhu control permukaan 40
0
C adalah
32,8 jam dengan air yang dapat diuapkan sebanyak 100,2 gram


E. Aplikasi Produk
Salah satu contoh aplikasi mesin pengering beku adalah pada proses
pembuatan obat yang berbahan dasar jahe. Adapun prosedurnya adalah sebagai
berikut:
Prosedur pembekuan :
1. Memarut jahe hingga halus
2. Memasukkan dan menggiling jahe hasil parutan di dalam blender
(penggiling hingga jahe menjadi lebih halus dan homogeny dengan
kandungan air yang berada didalammnya (pasta
3. Memasukan sejumlah jahe pasta yang akan dibekukan ke dalam wadah
contoh dan menginsulasi bagian luar wadah dengan gabus yang telah
dibalut aluminium Ioil
4. Membekukan jahe pasta dan menutup bagian atas wadah sampel dengan
menggunakan gabus yang telah dibalut aluminium Ioil
5. Proses pembekuan diakhiri pada suhu bahan antara -29
0
C hingga -30
0
C.

Prosedur Pengeringan :
1. Memindahkan wadah contoh ke atas neraca dengan cepat untuk
mempertahankan agar suhu bahan tetap pada kondisi akhir pembekuan
2. Membuka tutup insulator atas, agar proses pindah panas (radiasi,
konduksi dan massa dapat berlangsung secara baik dari bagian atas wadah
contoh


3. Tekanan yang diberikan di dalam ruang pengering adalah 0,1 mmHg
dengan menggunakan PIRANI
4. Mengendalikan suhu permukaan bahan dengan masing-masing adalah 40
0

C, 30
0
C, 20
0
C. pengeturan/ pengedalian suhu permukaan bahan ini
dilakukan setelah dicapai tekanan ruang pengering pada tingkat yang
optiml yang diinginkan.





























KESIMPULAN

- Pengeringan Beku yaitu penghilangan air dengan mengubahnya dari bentuk
beku (es ke bentuk gas (uap air tanpa melalui Iase cair-Iase yang disebut
sublimasi dan dilakukan dalam hampa udara pada suhu yang sangat rendah.
- Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan
konvensional karena menjaga kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas
penyimpanan yang sangat baik.






































DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Freeze Dryer http:// yeIrichan. wordpress.com
/2011/02/26/pengeringan-beku-Ireeze-drying/ Diakses pada tanggal 8
oktober 2011 pada pukul 09.04 WIB.

Candy. 2009. Pengeringan Beku Freeze Drying. http:// candyman21.
blogspot.com/2009/01/pengeringan-beku-Ireeze-drying.html. diakses pada
tanggal 8 oktober 2011 pada pukul 09.09 WIB.

Rozal, Dien. 1999. Mempelajari Kinerja Mesin Pengering Beku dan Pengaruh
Suhu Kontrol Permukaan Bahan Terhadap Waktu Pengeringan Beku Pasta
Jahe Putih Kecil (Z3-er Off.3,e v,r ,2,r:2. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian . IPB. Bogor. Dipublikasikan.

Sri mulia astuti .2009. Teknik Pengaturan Suhu Dan Waktu Pengeringan Beku
Bawang Daun (Allium Fistulosum L..

Anda mungkin juga menyukai