Kelompok 6 Citra Pratiwi 240110080088 Ade Wulan 240110080091 Mirah 240110080095 Tiwi 240110080096
URUSAN TEKNIK DAN MANAEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADADARAN ATINANGOR 2011
PENGERING BEKU (FREEZE DRYER
A. Pengertian Pengeringan Beku Pengeringan beku (free:e dryer dikenal juga sebagai lyophilization atau cryodesiccation merupakan suatu teknik pengeringan pada bahan dalam keadaan beku yang dilakukan pada tekanan rendah sehingga terjadi proses sublimasi. (Slade, 19967. Dalam Estri Rahajeng, 1997. Pada pengeringan beku, bahan yang akan dikeringkan terlebih dulu dibekukan kemudian dilanjuti dengan pengeringan dengan menggunakan tekanan rendah sehingga kandungan air bahan yang berupa es akan langsung menjadi uap yang dikenal dengan istilah sublimasi. Proses sublimasi dilakukan pada suhu di bawah titik triple, yaitu pada kondisi 0 0 C dan tekanan di bawah 610 Pa. metode ini memungkinkan terciptanya keadaan suhu dan tekanan sehingga siIat Iisik suatu substrat bahan pangan dapat diatur pada suatu titik kritik tertentu yang memungkinkan berhasilnya proses pengeringan. Air dapat berbentuk cair, padat dan gas. Perpotongan dari ketiga batas Iase ini disebut dengan titik tripel. Pada pengeringan beku, air dikeluarkan dari dalam produk dalam keadaan beku dengan proses sublimasi. Pada tekanan 4 mmHg biasanya suatu bahan telah berada di bawah titik tripelnya. Umumnya proses pengeringan beku dirancang pada tekanan ini atau lebih rendah. Menurut King (1971 dalam Widodo (1996, pengeringan beku memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan metode pengeringan lainnya, karena pengeringan beku dapat menghasilkan produk kering bermutu tinggi. Pengeringan beku dapat mempertahankan bentuk kaku dari bahan yang dikeringkan sehingga menyebabkan bahan berpori dan tidak mengkerut dalam keadaan kering. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya proses rehidrasi yang cepat dan sempurna bila produk kering ditambahkan air. Pada prinsipnya pengeringan beku terdiri atas dua urutan proses, yaitu pembekuan yang dilanjutkan dengan pengeringan. Dalam hal ini, proses pengeringan berlangsung pada saat bahan dalam keadaan beku, sehingga proses perubahan Iase yang terjadi adalah 8:-2,8. Sublimasi dapat terjadi jika suhu dan tekanan ruang sangat rendah, yaitu dibawah titik tripel air (gambar dibawah
Gambar 1. Hubungan Antara Suhu dan Tekanan H2O (Fennema, 1975
Gambar 2. Proses Pengeringan Beku Pada Diagram Fase Cair
Titik tripel terletak pada suhu 0,01 0 C dan tekanan 0,61 KPa, dengan demikian proses pengeringan beku harus dilakukan pada kondisi dibawah suhu dan tekanan tersebut. Tekanan kerja yang umum digunakan di dalam ruang pengeringan beku adalah 60 600 Pa. Pada saat pembekuan terbentuk kristal- kristal es di dalam bahan, yang mana pada saat pengeringan kristal es tersebut akan tersublimasi dan meninggalkan rongga (pori didalam bahan. Keadaan bahan yang bersiIat 54r4:8 setelah pengeringan, meyebabkan bentuk bahan tidak mengalami perubahan yang besar dibandingkan sebelumnya, serta proses
rehidrasi air (pembasahan kembali lebih baik dari pada proses pengeringan lainnya. (sumber Armansyah H. T, IPB Keunggulan lain dari pengeringan beku adalah selama proses pengeringan berlangsung hampir tidak terdapat cairan. Hal ini dapat mencegah transpor zat-zat yang dapat larut dalam air dan memperkecil terjadinya reaksi degradasi. Menurut Liapis dan Bruttini (1995 dalam Sutanto (2004, pengeringan beku memerlukan biaya yang tinggi karena rendahnya laju pengeringan dan berlangsung pada kondisi hampa udara. Karena itu pengeringan beku hanya digunakan untuk mengeringkan bahan makanan yang bersiIat sulit kering seperti kopi, bawang, makanan laut tertentu, buah-buahan dan obat-obatan.
B. Prinsip Dasar Pengoperasian Mesin Pengeringan Beku (Freeze Dryer) Proses pengeringan beku terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pembekuan, tahap pengeringan primer, dan tahap pengeringan sekunder (Liapis dan Bruttini, 1995 dalam Sutanto, 2004. I. Tahap pembekuan Proses pembekuan sangat menentukan mutu hasil produk yang dikeringkan. Laju pembekuan merupakan Iaktor yang paling penting yang dapat menentukan porositas produk kering beku yang dihasilkan. Menurut Heldman dan Singh (1987, pembekuan lambat akan menghasilkan pori yang lebih besar pada produk kering beku dibandingkan dengan pembekuan cepat, karena kristal yang terbentuk pada pembekuan lambat lebih besar jika dibandingkan dengan Kristal yang terbentuk pada pembekuan cepat. Ukuran pori juga berbanding lurus dengan suhu yang digunakan pada proses pembekuan. Fellows (1988 menyatakan bahwa Iaktor yang mempengaruhi laju pembekuan dapat berupa Iaktor internal dan ekstemal. Faktor internal berupa siIat termoIisik bahan, sedangkan Iaktor eksternal berkaitan dengan metode pembekuan yang digunakan, meliputi perbedaan suhu antara produk dengan media pembeku, dan model pindah panas yang terjadi dari, ke, dan dalam bahan. Laju pembekuan menurut King (1971 dalam Sutanto (2004 dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
a. Pembekuan lambat, jika pembekuan berlangsung selama 30 menit atau lebih untuk 1 cm produk yang dibekukan (5/2 cm/jam. b. Pembekuan sedang, jika pembekuan berlangsung selama 20-30 menit untuk 1 cm produk yang dibekukan (~ 2 cm/jam dan 3 cm/jam. c. Pembekuan cepat, jika pembekuan berlangsung selama kurang dari 20 menit untuk 1 cm produk yang dibekukan (2/3 cm/jam.
Lembaga ReIrigerasi Intemasional (1971 dalam Heldman dan Singh (1987 mendeIinisikan laju pembekuan suatu massa pangan sebagai perbandingan jarak minimal antara permukaan dengan titik pusat termal dengan waktu yang diperlukan oleh produk pangan untuk mencapai suhu 0C dan titik pusat termal mencapai suhu 5C lebih rendah dari suhu dimana pembentukan es dimulai, di titik pusat termal tersebut. Laju pembekuan dinyatakan dalam cm/jam.
Ada empat Iaktor yang berpengaruh terhadap laju pembekuan: (a perbedaan suhu antara produk dengan medium pendingin, (bmodus transIer panas dari, ke, dan di dalam produk, (c ukuran, jenis dan bentuk bahan kemasan yang berisi produk, (dukuran bentuk dan siIat-siIat termal produk (Fennema dan Powrie, 1964 dalam Heldman dan Singh, 1987.
Terdapat dua cara pembekuan yaitu: 1. Pembekuan vakum Tambunan (2005 menjelaskan bahwa pada pembekuan vakum, eIek pembekuan diperoleh dengan menguapkan atau mensublimasi sebagian air dari dalam bahan pada kondisi ruang bertekanan rendah. Penguapan sublimasi ini memerlukan panas laten yang diambil dari produk tersebut sehingga mengalami penurunan suhu bahkan membeku. Dalam hal ini eIek pembekuan bukan karena perpindahan panas dari bahan ke media pembeku, tetapi pelepasan panas sebagai panas laten penguapan/sublimasi. Metode ini berlangsung pada tekanan vakum, sehingga meskipun pada proses pembekuan vakum tersebut dapat terjadi peningkatan kebutuhan energi untuk pompa vakum, kebutuhan energi
pengeringan beku keseluruhan dapat dihemat karena proses sublimasi juga akan berlangsung pada tekanan vakum.
2. Lempeng sentuh Lempeng sentuh atau plat pembeku merupakan evaporator yang berperan dalam penurunan suhu bahan. Hal ini tejadi karena uap reIrigeran yang mengalir dari kondensor mempunyai suhu dan tekanan tinggi yang dilepaskan ke lingkungan, sehingga suhu sistem dan tekanan parsial uap air menjadi rendah. Perpindahan panas pada metode ini terjadi secara konduksi dari plat pembeku ke bahan.
Gambar.3. Perbandingan diagram tekanan-suhu pada pembekuan vakum (kiri dan pembekuan lempeng sentuh (kanan selama proses proses pengeringan beku (Tambunan, 2005
II. Tahap Pengeringan Primer Pada tahap pengeringan primer, air dan pelarut dalam keadaan beku dikeluarkan secara sublimasi, dimana tekanan ruang pengering harus lebih kecil dari tekanan kesetimbangan uap air bahan beku. Menurut Fellows (1988, panas akan menaikkan tekanan uap air pada es ketika mencapai permukaan sublimasi sehingga uap akan bergerak melalui daerah kering menuju ke daerah tekanan uap rendah pada ruang pengering. Selama proses pengeringan berlangsung, akan terbentuk lapisan kering berpori di bagian luar lapisan beku yang dibatasi oleh permukaan sublimasi (Gambar 4. Panas yang dibutuhkan untuk sublimasi
dipindahkan dari permukaan bahan ke permukaan sublimasi secara konduksi melalui lapisan yang sudah kering, dan uap air yang dihasilkan dilewatkan melalui pori-pori lapisan kering ke bagian luar dari produk. Tahap pengeringan primer berakhir jika semua lapisan beku telah tersublim.
Gambar 4. Mekanisme Pengeringan Beku (Sagara, 1996 Dalam Sutanto, 2004
III.Tahap Pengeringan Sekunder Tahap pengeringan sekunder adalah tahap pengeluaran air terikat atau terserap, yaitu air yang tidak membeku pada saat pembekuan dan pengeluaran air yang masih tersisa pada rongga bahan. Tahap pengeringan sekunder dimulai setelah proses sublimasi (tahap pengeringan primer selesai dan berakhir pada saat suhu pusat bahan mendekati suhu permukaan.
Tabel 1. Perbedaan metode pengeringan konvensional dan metode pengeringan beku (Tischer dan Brockman, 1957 dalam Desrosier, 1988 Pengeringan Konvensional Pengeringan Beku Berhasil baik bagi bahan yang mudah dikeringkan, misalnya buah-buahan, bijibijian dan sayuran Berhasil baik bagi kebanyakan bahan pangan, tetapi biasanya terbatas pada bahan pangan yang tidak berhasil baik dikeringkan dengan cara lain Umumnya daging tidak memuaskan Berhasil baik terhadap produk-produk hewan yang dimasak dan mentah Operasi secara kontinu Operasi tidak kontinu Umumnya suhu yang digunakan antara 38C dan 93C Suhu yang digunakan lebih rendah dari titik tripe1 air Biasanya pada tekanan atmosIir Tekanan yang digunakan lebih kecil dari titik tripel
Waktu pengeringan pendek, biasanya kurang dari 12 jam Waktu pengeringan umumnya antara 12 sampai 24 jam Penguapan air dari permukaan bahan pangan Sublimasi air dari lapisan beku bahan Hasil pengeringan berbentuk padat Hasil pengeringan berpori Densitas lebih tinggi dari bahan pangan yang asli Densitas lebih rendah dari bahan pangan yang asli Bau seringkali abnormal Bau biasanya asli Biasanya warna lebih gelap Warna biasanya asli Rehidrasi lambat, biasanya tidak sempuma Rehidrasi dapat cepat, sempuma
Cita rasa abnormal Cita rasa biasanya asli Stabilitas penyimpanan baik, cendrung menjadi gelap dan tengik Stabilitas penyimpanan sangat baik Biaya umumnya rendah, sekitar Rp. 400 sampai Rp. 1400 per kg air yang diuapkan Biaya umumnya tinggi, pada tingkat empat kali lebih besar daripada pengeringan konvensional
Pindah Panas Pada Pengerigan Beku
Menurut Heldman dan Singh (1987, pindah panas diartikan sebagai pemencaran energi dari suatu daerah ke daerah lain karena perbedaan suhu yang tejadi antara kedua daerah tersebut. Ada tiga cara perpindahan panas yaitu konduksi, konveksi dan radiasi. Perpindahan panas yang dominan tejadi dalam proses pengeringan beku adalah konduksi dan radiasi. Perpindahan panas secara koveksi sangat kecil sehingga diabaikan.
Gambar 5 Model Iisik pengeringan beku (Tambunan, 2005
Mekanisme pindah panas dan massa di dalam bahan selama proses sublimasi ditunjukkan oleh Gambar 5 Model yang ditujukkan pada gambar tersebut dapat disebut sebagai Model Permukaan Bergerak (Retreating Fr439 Model. Menurut Tambunan et al. (2000, permukaan sublimasi dianggap bergerak lapis demi lapis dari permukaan terluar hingga pusat bahan. Permukaan sublimasi ini akan membatasi secara tegas lapisan kering (dibagian luar dari lapisan beku (di bagian dalam bahan. Suhu permukaan produk sangat berperan dalam pengeringan beku. Jika suhu permukaan produk semakin tinggi maka laju pindah panas konduksi dari permukaan produk ke permukaan sublimasi akan semakin besar. Laju pembekuan cepat akan menghasilkan produk kering beku yang mempunyai pori dan kristal es yang lebih kecil yang tersusun merata pada jaringan. Hal ini dikarenakan laju energi pindah panas dari sistem berlangsung sangat cepat. Sedangkan laju pembekuan lambat akan menghasilkan kristal es yang besar dan ukuran pori yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan suhu yang digunakan pada proses pembekuan (Heldman dan Singh, 1981 dalam Sutanto, 2004. Lama pengeringan pada pengeringan beku dipengaruhi oleh kandungan air produk, ketebalan produk, suhu, dan ketahanan produk terhadap panas. Pada pengeringan beku, suhu pengeringan ditetapkan pada jangkauan suhu yang dapat mencegah atau mengurangi kehilangan kandungan gula, asam, dan komponen volatilnya (Desrosier, 1988. Menurut Lisnawati dan Tambunan (1997, waktu pengeringan adalah waktu yang diperlukan untuk menghasilkan produk kering beku, yaitu produk dengan kadar air akhir yang diinginkan. Berdasarkan prinsip perpindahan panas, waktu pengeringan dapat dinyatakan dengan waktu yang diperlukan lapisan terdalam bahan untuk mencapai suhu permukaannya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa panas yang diberikan melalui lempeng pemanas akan digunakan sebagai panas laten sublimasi, dan selanjutnya untuk meningkatkan suhu bahan setelah proses sublimasi selesai. Dengan demikian, suhu bagian terdalam bahan akan meningkat mendekati suhu permukaan jika proses sublimasi di bagian tersebut telah selesai.
ara Kerja Mesin Pengering Beku - Pembekuan : 1 Menekan tombol power pada posisi ON 2 Memastikan katup dari kondensor dalam keadaan terbuka 3 Menyalakan reIrigerator pada posisi ON 4 Memastikan katup solenoid terbuka secara otomatis 5 Menekan tombol rekorder pada posisi POWER dan START saat proses pembekuan mulai berlangsung hingga berakhirnya proses pembekuan 6 Mengatur katup ekspansi sehingga suhu pelat pembeku mencapai suhu yang diinginkan (-43 o C - Pengeringan (Sublimasi: 1. Memastikan bahwa SELF COOLING pada posisi OFF 2. Memastikan INT COOLD TRAP pada posisi ON. Sebelumnya disarankan membuka penuh katup ekspansi terlebih dahulu dan merubah katup ekspansi hingga suhu INT COLD TRAP mencapai suhu sekitar -37 O C. 3. Menyalakan VACUUMP PUMP (pompa vakum setelah dicapai suhu INT COLD TRAP yang stabil dan bila suhu bahan telah seragam, menyalakan TEMPERATUR CONTROL CHANGE dalam keadaan ON dan menset suhu control permukaan bahan. 4. Membuka katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE 5. Memastikan bahwa katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM BREAK dalam keadaan tertutup 6. Tekan tombol MODE dan ENT pada recorder suhu, agar suhu yang diinginkan dapat dikontrol secara PID 7. Membuka katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM BREAK 8. Menutup katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE 9. Memindahkan wadah contoh ketimbangan dan mengkalibrasi neraca elektronik dengan buah timbangan standar. 10.Mematikan TEMPERATUR CONTROL CHANGE pada posisi OFF
11.Mematikan VACUUM PUMP pada posisi OFF 12.Menutup katup CT PUMP EXHAUST dan MAIN VALVE 13.Membuka katup MP DRAIN VALVE dan VACUUM BREAK 14.Membuka VACUUM CHAMBER dan menimbang kembali wadah sampel dengan timbangan digital. Secara garis besar, cara kerja mesin pengering beku dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar. 6. Mesin Pengering Beku
. Komponen Utama Mesin Freeze Dryer
Secara garis besar mesin pengering beku terdiri dari 5 bagian, yaitu: 1. Ruang pengering 2. Perangkap dingin dalam dan luar 3. Pompa vakum (diIIusion dan rotari
4. Pelat pemanas 5. Pelat pembeku
1. Ruang pengering Ruang pengering berIungsi sebagai tempat berlangsung proses pembekuan dan pengeringan yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter 600 ml dan panjang 470 ml. dan dilengkapi dengan penahanan panas di bagian luar ruang, pintu acrly transparan, terminal/panel, perangkat dingin dalam, pelat pemanas, pelat pembeku, katup pelepasan, neraca elektronik. Pembekuan dan pengeringan dilakuan didalam ruang pengering untuk menghindari kontak langsung dengan udara luar sekaligus mempertahankan ruang vakum pada tekanan serendah-rendahnya (0,1 mmHg. 2. Perangkap dalam dan luar ruang pengering Pada awal pengeringan, suhu permukaan lapisan beku sekitar -40 0 C dengan tekanan jenuh es adalah 13 Pa. dengan menggunaka internal dan eksternal cold trap pada awal hingga pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi beban pompa vakum dalam penghisapan gas dari bahan maupun ruang pengering. Mesin pendingin yang digunakan pada pengeringan beku adalah mesin pendingin system kompresi uap. Mesin ini bekerja secara mekanik dan menyebabkan pindah panas dari ruang pendingin ke tempat lain. perpindahan panas itu dilakukan dengan memanIaatkan siIat reIrigerant yang berubah dari Iase cair ke Iase gas kemudian ke Iase cair kembali yang terjadi secara berulang-ulang. ReIrigerant mendidih pada suhu yang lebih rendah daripada air pada tekanan yang sama. Seperti yng diketahui bahwa, prinsip yang mendasari siklus pendinginan ini adalah siklus carnot terbalik. Pada siklus carnot terbalik, panas yang seharusnya mengalir secara alami dari sumber yang bersuhu tinggi ke sumber bersuhu rendah, dibalik sehingga panas dari suber yang bersuhu rendah dialirkan ke sumber yang bersuhu tinggi dengan mengenakan kerja. (Armansyah H.T., 1993. Siklus carnot terbaik dapat dijelaskan pada gambar 7.
Gambar 7. Siklus Carnot Terbalik Pada gambar 7 ditunjukan bahwa satu atuan massa gas mengalami proses pengempaan (kompresi dari keadaan 2 ke keadaan 1 dengan member kerja kepaa gas, kerja kepada gas, kerja yang diberikan pada proses tersebut sebesar 2-a-1-c-d sedangkan pada keadaan 1 ke 2 mengalami proses pemngembangan (ekspansi, pada saat tersebut kerja yang dikeluar sebesar luasan 1-b-2-d-c.kondensor dalam pengeringan beku dapat berupa koil maupun pelat yang berIungsi untuk menyublimkan gas dalam bahan.
Pompa Vakum Pompa vakum berIungsi untuk menghisap udara dan menurunkan tekanan dalam ruang pengering. Pompa vakum terdiri atas pompa vakum rotary dan pompa vakum diIusi. Diagram standar system vakum dapat di tunjukan pada gambar 8
Gambar 8. Diagram Standar Sistem Vakum
Perpindahan zat dari dalam keluar bahan terjadi akibat adanya perbedaan tekanan parsial uap air maka, pada saat tekanan diturunkan dan suhu perangkat dingin telah dicapai (-40 s/d -45 0 C maka air bebas yang terkandung dalam bahan akan keluar sehingga air dalam bahan secara perlahan habis. Tekanan parsial uap air merupakan Iungsi dari suhu , maka semakin rendah suhu maka semakin rendah tekanan parsial uap airnya.
. Pelat Pemanas Pelat pemanas yang digunaknan menggunakan prinsip pindah panas secara radiasi dengan menggunakn energy listrik sebagai sumber panas radiasi yang dapat dikontrol secara otomatis dengan menggunakan sensor suhu secara PID (Proportional band integral time derivative time. Naik turunya suhu pemanas tergantung pada suhu permukaan bahan, semakin tinggi suhu bahan semakin rendah suhu plat pemanas, begitu pula sebaliknya. Suhu tertinggi yang dapat di capai pelat pemanas adalah antara 145 s/d 150 0 C , tipe panas listrik, ukuran pelat 200 (w x 280 (L mm.
5 Pelat pembeku Pada proses pengeringan beku pelat pembeku merupakan evaporator yang berperan dalam penurunan suhu bahan. hal ini terjadi karena uap reIrigerant yang mengalir dari kondensor mempunyai suhu dan tekanan tinggi dilepaskan ke lingkuangan, sehingga suhu system dan tekanan parsial uap air menjadi rendah. Suhu rendah yang dapat dicapai pelat pembeku adalah antara -46 0 C s/d - 40 0 C, tipe ekspansi langsung, ukuran pelat 200 (W x 360 (L mm.
Gambar 9. Bagian Bagian Pengering Beku
D. Analisis Mesin Pengeringan beku pada bahan berbentuk ekstrak relatiI lama, sebagai ilustrasi kerja alat tersebut sebagai berikut: untuk mengeringkan ekstrak cair sebanyak 500 ml bisa membutukan waktu lebih dari 20 jam. Untuk itu lebih disarankan ekstrak yang dikeringkan dalam Ireeze dryer sudah dalam ekstrak kentalnya sehingga waktu pengeringan akan lebih cepat sehingga biaya akan lebih murah. Kapasitas alat tersebut mampu mengeringkan ekstrak sampai 6 liter sekaligus. Lama pengeringan beku untuk suhu control permukaan 40 0 C adalah 32,8 jam dengan air yang dapat diuapkan sebanyak 100,2 gram
E. Aplikasi Produk Salah satu contoh aplikasi mesin pengering beku adalah pada proses pembuatan obat yang berbahan dasar jahe. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut: Prosedur pembekuan : 1. Memarut jahe hingga halus 2. Memasukkan dan menggiling jahe hasil parutan di dalam blender (penggiling hingga jahe menjadi lebih halus dan homogeny dengan kandungan air yang berada didalammnya (pasta 3. Memasukan sejumlah jahe pasta yang akan dibekukan ke dalam wadah contoh dan menginsulasi bagian luar wadah dengan gabus yang telah dibalut aluminium Ioil 4. Membekukan jahe pasta dan menutup bagian atas wadah sampel dengan menggunakan gabus yang telah dibalut aluminium Ioil 5. Proses pembekuan diakhiri pada suhu bahan antara -29 0 C hingga -30 0 C.
Prosedur Pengeringan : 1. Memindahkan wadah contoh ke atas neraca dengan cepat untuk mempertahankan agar suhu bahan tetap pada kondisi akhir pembekuan 2. Membuka tutup insulator atas, agar proses pindah panas (radiasi, konduksi dan massa dapat berlangsung secara baik dari bagian atas wadah contoh
3. Tekanan yang diberikan di dalam ruang pengering adalah 0,1 mmHg dengan menggunakan PIRANI 4. Mengendalikan suhu permukaan bahan dengan masing-masing adalah 40 0
C, 30 0 C, 20 0 C. pengeturan/ pengedalian suhu permukaan bahan ini dilakukan setelah dicapai tekanan ruang pengering pada tingkat yang optiml yang diinginkan.
KESIMPULAN
- Pengeringan Beku yaitu penghilangan air dengan mengubahnya dari bentuk beku (es ke bentuk gas (uap air tanpa melalui Iase cair-Iase yang disebut sublimasi dan dilakukan dalam hampa udara pada suhu yang sangat rendah. - Secara keseluruhan pengeringan beku lebih baik dari pada pengeringan konvensional karena menjaga kandungan gizi, cita rasa, aroma, dan stabilitas penyimpanan yang sangat baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Freeze Dryer http:// yeIrichan. wordpress.com /2011/02/26/pengeringan-beku-Ireeze-drying/ Diakses pada tanggal 8 oktober 2011 pada pukul 09.04 WIB.
Candy. 2009. Pengeringan Beku Freeze Drying. http:// candyman21. blogspot.com/2009/01/pengeringan-beku-Ireeze-drying.html. diakses pada tanggal 8 oktober 2011 pada pukul 09.09 WIB.
Rozal, Dien. 1999. Mempelajari Kinerja Mesin Pengering Beku dan Pengaruh Suhu Kontrol Permukaan Bahan Terhadap Waktu Pengeringan Beku Pasta Jahe Putih Kecil (Z3-er Off.3,e v,r ,2,r:2. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian . IPB. Bogor. Dipublikasikan.
Sri mulia astuti .2009. Teknik Pengaturan Suhu Dan Waktu Pengeringan Beku Bawang Daun (Allium Fistulosum L..