Anda di halaman 1dari 10

www.sanaky.com.

April 2006
METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI PADA
PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK

Oleh : Hujair AH. Sanaky
1


Abstrak : Gunakan metode dan strategi pembelajaran yang dapat mengaktiIkan
peserta didik, sehingga mereka dapat melakukan dan menemukan sendiri. Kondisikan
suasana kelas, sehingga peserta didik dapat mengkiritisi, memahami, mengemukakan
pendapat dan pandangannya, baik secara perorangan maupun kelompok terhadap materi
atau topik bahasan yang dibacarakan. Ciptakan suasana kelas yang hidup,
menyenangkan, harmonis, tidak tertekan, sehingga dapat menyemangati peserta didik
untuk senang belajar.
Kata Kunci : Lakukan perubahan dalam pembelajaran.

A. Pendahuluan
Metode dan strategi pembelajaran sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan dan mengarahkan perkembangan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pada kenyataannya, 'kebanyakan pengajar berbicara |ceramah| kurang lebih 100-200
kata permenit. Namun pertanyaannya, berapa banyak kata yang dapat didengar peserta
didik? Hal ini tergantung pada bagaimana kemampuan mereka mendengarkan. Jika
peserta didik yang betul-betul konsentrasi, barangkali mereka akan mampu
mendengarkan antara 50-100 kata per-menit, atau setengah dari yang dikatakan
pengajar
2
.
Kemampun mendengarkan dan menyerap apa yang dikatakan, sangat tergantung
pada konsentrasi seseorang. Berkenaan dengan hal ini, mungkin perlu memperhatikan
apa yang dikatakan Confucius. Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confucius menyatakan:
What I here, I forget |apa yang saya dengan, saya lupa|, What I see, I remember |apa
yang saya lihat, saya ingat|, What I do, I understand |apa yang saya lakukan, saya
paham|
3
. Ketiga pernyataan sederhana ini membicarakan bobot pentingnya belajar aktiI.
Untuk itu diperlukan metode dan strategi yang dapat mengaktiIkan peserta didik.
Tanpaknya, pengajar sangat perlu untuk memperbaiki metode dan strategi pemebelajaran,
sehingga dapat mengaktiIkan siswa dalam proses pembelajaran.
Mel Silberman, telah memodiIikasi dan memperluas pernyataan Confucius
tersebut menjadi apa yang ia sebut dengan paham belajar aktiI. Apa yang dinyatakan Mel
Silberman, adalah : What I hear, I forget |apa yang saya dengar, saya lupa|, What I hear
and see, I remember a little |apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit|, What I
hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand
|apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman, saya
mulai paham|, What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill |apa yang
dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan|,

:air A. Sanaky, adalah dosen tetap Fak:ltas lm: Agama slam, J:r:san Tarbiyah, Program St:di : Pendidikan
Agama slam, Universitas slam ndonesia Yogyakarta. Kepala Lembaga Pengabdian paada Masyarakat [LPM] U
2004-2006 dan sekarang sedang st:di lan:t di Program Doktor [Program S-3] Universitas slam Negeri [UN] S:nan
Kaliaga Yogyakarta, tah:n akademi 2005-2006.
2
Mel Silberman, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Diterbitkan YAPPENDS, Dicetak
B:mimedia, Yogyakarta, hlm.2.
3
bid, hlm.
www.sanaky.com. April 2006
What I teach to another, I master |apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya|
4
.

B. Kondisi Peserta Didik
Dalam model pembelajaran aktiI, pengajar sangat senang bila peserta didik berani
mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan
pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasa-gagasan
alternatiI mereka. Mungkin saja, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta
didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan
cara yang baru saja dijelaskan pengajar. Kebebasan berpkir dan berpendapat sangat
dihargai dan diberi ruang oleh pengajar. Hal ini akan berakibat pada suasana kelas,
artinya suasana kelas akan sungguh hidup, menyenangkan
5
, tidak tertekan, dan
menyemangati peserta didik untuk senang belajar.
Penggeseran paradigma pendidikan sekarang ini, berpengaruh pada metode dan
strategi pembelajaran. Katakan saja, peserta didik sekarang ini mulai belajar melalui
internet, web, homepage, cd-rom |lihat contoh gambar
6
|, yang merupakan alat bantu
mempercepat proses distributed knowledga. Hal ini, akan berpengaruh pada Iungsi
pendidik, yaitu sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator, motivator, dalam
proses pembelajaran. 'Pengajar dalam hal ini dosen dan guru bukan lagi satu-satunya
sumber belajar, tetapi merupakan salah satu
sumber dari sekian sumber belajar di dalam proses pembelajaran. Kenapa
demikian, karena saat sekarang ini peserta didik, mungkin saja akan lebih banyak
belajar dari media eloktronik dan media lain dari pada guru. Dengan demikian, tugas
utama pendidik lebih terIokus pada mengajar peserta didik untuk mengakses sendiri
inIormasi dan pengetahuan yang diperlukan dari berbagai sumber belajar.
Fungsi pendidik sebagai falitator, mederator, mediator, dinamisator, motivator,
dalam membantu peserta didik belajar secara konstruktivis dapat melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut :
Pertama : Sebelum mengajar :
|1| Mempersiapkan bahan yang akan diajarkan,
|2| mempersiapkan media yang akan digunakan,
|3| mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk merangsang peserta didik aktiI
belajar,
|4| mempelajari keadaan peserta didik, mengerti kelemahan dan kelebihan peserta
didik,
|5| mempelajari pengetahuan awal peserta didik.
edua : Selama proses pembelajaran :
|1| mengajak peserta didik untuk aktiI belajar,
|2| menggunakan metode ilmiah dalam proses penemuan, sehingga peserta
didik merasa menemukan sendiri pengetahuan mereka.
|3| mengikuti pikiran dan gagasan peserta didik,
|4| menggunakan variasi metode dan strategi pembelajaran seperti studi
kelompok, aktiI debat, studi kritis,

4
bid, hlm.-2.
5
Pa:l S:parno, 2003, :r: Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta, hlm.34
6
S:mber gambar ini, berasal dari program komp:ter.


Gambar :
Belaar dengan
mengg:nakan komp:ter
www.sanaky.com. April 2006
|5| tidak mencerca peserta didik yang berpendapat salah atau lain,
|6| menerima jawaban alternatiI dari peserta didik,
|7| kesalahan peserta didik ditunjukkan secara ariI,
|8| peserta didik diberi kesempatan berpikir, merumuskan gagasan,
mengungkapkan pikirannya,
|9| peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pendekatan dan caranya
sendiri dalam belajar sehingga menemukan sesuatu,
|10| melakukan evaluasi secara kontinu dengan segala prosesnya.
etiga : Sesudah proses pembelajaran :
|1| memberikan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik,
|2| melakukan tes yang membuat peserta didik berpikir, analisis dan bukan
haIalan. eempat : Sikap pengajar :
|1| perlakukan peserta didik sebagai subjek yang sudah tahu sesuatu,
|2| kondisikan peserta didik yang aktiI, pengajar menyertai,
|3| memberi ruang tanyajawab dan diskusi,
|4| pengajar dan peserta didik saling belajar,
|5| peserta didik belajar untuk belajar sendiri,
|6| hungan pengajar dan peserta didik bersiIat dialogtis
7
,
|7| peserta didik harus diberi inIormasi tentang materi pelajaran dan mengerti
konteks bahan yang akan diajarkan.
Kondisi proses pembelajaran yang diuraikan di atas, lebih cenderung
menggunakan konsep learning based atau student learning daripada teaching-based yang
akan menjadi kunci pengembangan peserta didik. Metode dan strategi pembelajaran lebih
diorientasikan pada cara mengaktiIkan peseta didik, yaitu; cara untuk menemukan,
memecahkan masalah. Metode pembelajaran semacam ini akan menjadi kunci
pengembangan peserta didik yang lebih berkualitas. Maka untuk mengaktiIkan peserta
didik secara optimal, proses pembelajaran harus didasarkan pada prinsip belajar siswa
aktiI |student activie learning|, atau mengembangkan kemampuan belajar |learning
ability| atau lebih menekankan pada proses pembelajaran |learning| dan bukan pada
mengajar |teaching|. Oleh karena itu, metode pembelajaran lebih didasarkan pada
learning competency, yaitu peserta didik akan memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan, sikap, wawasan dan penerapannya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat:
|a| 'mengembangkan potensi peserta didik dan memanIaatkan kesempatan secara
optimal untuk self reali:ation atau self actuali:ation,
|b| mengembangkan metode rasional, emperis, battom up dan 'menjadi,
|c| materi ajaran harus diberikan secara analisis, deduktiI, top down, dan
'memiliki; dan
|d| memberikan bekal atau landasan yang kuat dan siap dikembangkan ke
perbagai keahlian
8
.
Dengan kondisi ini, perubahan 'metodologi pembelajaran pada akhirnya harus
membawa peserta didik untuk belajar lebih lanjut dan berkemampuan memilih, serta
lebih mengutamakan proses belajar dalam perspektiI 'menjadi di atas perspektiI
'memiliki. Dengan demikian, sasaran setiap proses pembelajaran adalah asimilasi

Pa:l S:parno, 2003, :r: Demokratis di Era Reformasi, Op.cit, hlm. 34-35.
8
Mast:h:,, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta,hlm. .
www.sanaky.com. April 2006
pembelajaran |miximi:ing 'student learning|, dan bila perlu mengurangi porsi ceramah
guru dan dosen |minimi:ing 'teacher teaching`| dengan mengaktiIkan peserta didik
untuk mencari dan menemukan serta melakukan aktivitas belajar sendiri, sehingga
konsep metodologi pembelajaran yang terbangun adalah pembelajaran |learning|
bukan pengajaran |teaching|
9
. Inilah tantangan yang dihadapi guru dan dosen untuk
mengemas dan mengimplementasikan materi-materi pelajaran dan materi-materi kuliah
yang tertuang dalam kurikulum kepada peserta didik.
Dari kerangka pemikiran diatas, dapat dikatakan bahwa metode dan prinsip
pembelajaran lebih terIokus pada 'outcomes` competency, peningkatan relevansi dengan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja serta kompetensi yang dimiliki peserta didik harus
dapat diaplikasikan dan dapat diamati dengan acuan standar, penggunaan penilaian dan
evaluasi secara komprehensiI, pengakuan terhadap kompetensi relatiI yang bebas dari
cara atau strategi penguasaannya dan Ileksibilitas dalam mengakses perubahan,
mengakses kesempatan dan pengembangan sikap serta perilaku berkarya sesuai
proIesinya sebagai outcomes competency. Maka, metode dan strategi pembelajaran yang
didasarkan pada leaning competency, diharpakan dapat mengembangkan dan
membangun tiga pilar keterampilan, yaitu :
Learning skills, keterampilan mengembangkan dan mengola pengetahuan dan
pengalaman serta kemampuan dalam menjalani belajar sepanjang hayat.
Thinking skills, keterampilan berpikir kritis, kreatiI dan inovatiI untuk
menghasilkan keputusan dan pemecahan masalah secara optimal.
Living skills, keterampilan hidup yang mencakup kematangan emosi dan sosial
yang bermuara pada daya juang, tanggungjawab dan kepekaan sosil yang tinggi
10
.
Dari semua di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya kompetensi standar yang
diinginkan dalam proses pendidikan adalah penguasaan nilai-nilai |value|, penguasaan
pengetahuan |knowledge|, penguasaan keterampilan dan kemahiran berkarya | skill -
keterampilan|, memiliki attitude dan ability tertentu.

Pertanyaan yang muncul, bagimana membuat peserta didik aktif sejak dini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, guru atau dosen, harus berusaha merancang
teknik-teknik untuk melakukan salah satu atau lebih, yaitu: guru atau dosen
berusaha untuk membuat:
1. %eam building pembentukan tim], yaitu membantu siswa-siswa
menjadi lebih terbiasa satu sama lain atau menciptakan suatu
semangat ~kerja sama dan ~saling ketergantungan.
2. n-%he-Spot assessment penilaian di tempat], yaitu : guru
mempelajari tentang perilaku-perilaku siswa-siswa, pengetahuan, dan
pengalaman siswa.
3. mmediate learning involvement keterlibatan belajar seketika], yaitu ;
guru menciptakan atau memotivasi minat awal dalam pokok
bahasan
11
.

Moh. Ansyar, 200, :rik:l:m dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era lobalisasi, Pel:ang, Tantangan,
dan Arah, dalam J:rnal Pendidikan slam TA'DB, Maret 2002, (No. 04), SSN 40-63, Fak:ltas Tarbiyah AN Raden
Fatah Palembang. hlm.0
0
S:darwadi, "Ubah Wajah UM dengan Jiwa epemimpinan", Keda:latan Rakyat, 5 Jan:ari 2003, hlm.0.

Mel Silberman, 2002, Active Learning:101 Strategi Pembelajaran Aktif, cet.2, Diterbitkan Yappendis, dicetak
B:mimedia, Yogyakarta, hlm.xxi
www.sanaky.com. April 2006
Kemudian pertanyaan selanjutnya, bagaimana dosen atau guru dapat membantu
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku secara aktiI. Untuk
menjawab pertanyaan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mendorong
peserta didik untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yaitu :
ull-class learning |belajar sepenuhnya di dalam kelas|; petunjuk dari pengajar
yang merangsang seluruh kelas.
Class discussion |diskusi kelas|;dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan
utama.
Question prompting |cepatnya pertanyaan|; siswa meminta klariIikasi/penjelasan.
Collaborative learning |belajar dengan bekerja sama|; tugas-tugas dikerjakan
dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.
Peer teaching |belajar dengan sebaya|, petunjuk diberikan oleh peserta didik.
Independent learning |belajar mandiri|, aktivitas-aktivitas belajar dilakukan
secara invidual.
Affective learning |belajar aIektiI|, aktivitas-aktivitas yang membantu peserta
didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku-perilaku mereka.
Skill development |pengembangan keterampilan|, mempelajari dan mempraktikan
keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non-teknis
12
.

C. Metode dan Strategi Belajar AktiI
Banyak sekali metode dan strategi pembelajaran untuk mengaktiIkan peserta
didik. Dalam pembahasan ini, hanya dikemukakan beberapa metode dan strategi
pembelajaran yang telah digunakan dan diuji keeIektiIannya dalam proses pembelajaran
atau dalam proses perkuliahan dikelas diantaranya, yaitu ; |1| strategi Belajar 'Kekuatan
Berdua |The power of two|, |2| strategi belajar 'Studi Kasus Kreasi Siswa |Student-
created case studies|, |3| strategi belajar 'Memilah dan Memilih Kartu |'Card sort`|,
|4| strategi belajar Perdebatan AktiI |Active Debate`|, |5| strategi Belajar 'Saling
Beradu Pendapat |Point-counter point|
13
, |6| strategi belajar 'SQ3R dan Rolling
Cognitive`, |7| studi kritis. Metode dan strategi pembelajaran ini dapat dijelaskan,
sebagai berikut :
1. Strategi Belajar Kekuatan Berdua |The power of two|
Penerapan strategi belajar 'Kekuatan Berdua |the power of two|, dengan
langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dosen, sebagai berikut:
Langkah pertama, membuat problem. Dalam proses belajar, dosen memberikan
satu atau lebih pertanyaan kepada peserta didik yang membutuhkan reIleksi.
Langkah kedua, dosen meminta peserta untuk nerenung dan menjawab pertanyaan
sendiri-sendiri.
Langkah ketiga, dosen membagi perserta berpasang-pasangan. Dalam proses
belajar setelah semua peserta didik melengkapi jawabannya, bentuklah ke dalam
pasangan dan mintalah mereka untuk berbagai |sharing| jawaban dengan yang lain.

2
bid, hlm.xxii
3
Baca : Mel Silberman, 2002, Active Learning, bid, hlm.2,30,4,53,68.
www.sanaky.com. April 2006
Langkah keempat, dosen meminta pasangan untuk berdiskusi mencari jawaban
baru. Dalam proses belajar, dosen meminta mahasiswa untuk membuat jawaban baru
untuk masing-masing pertanyaan dengan memperbaiki respon masing-masing individu.
Langkah kelima, dosen meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.
Dalam proses belajar, ketika semua pasangan selesai menulis jawaban baru, bandingkan
jawaban dari masing-masing pasangan ke pasangan yang lain.

2. Strategi Belajar Studi Kasus Kreasi Siswa |Student-created case studies|
Penerapan strategi belajar 'Studi Kasus Kreasi Siswa |Student-created case
studies|, dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut :
Langkah pertama, dosen membagikan handout |membahas suatu masalah|
kepada mahasiswa dan meminta mahasiswa untuk membaca beberapa menit.
Langkah kedua, dosen membagi peserta berkelompok-kelompok dengan cara
menghitung 1 s/d 4 atau dalam cara lain.
Langkah ketiga, dosen meminta peserta untuk mencari pasangannya menurut
angka |nomor urut| yang disebut sehingga terbentuk empat kelompok diskusi.
Langkah keempat, dosen meminta masing-masing kelompok membaca handsout
tersebut, kemudian merumuskan dan mendiskusikan :
Apa kasusnya?
Mengapa kasus itu terjadi?
Bagaimana akibat yang ditumbulkan?
Bagaimana pandangan terhadap hal tersebut?
Langkah kelima, ketika masing-masing kelompok sedang berdiskusi, dosen selalu
mengontrol jalannya diskusi tersebut.
Langkah keenam, ketika diskusi |studi kasus| selesai, dosen meminta masing-
masing kelompok agar mempresentasikan kepada kelas. Dosen, meminta seorang
anggota kelompok untuk memimpin diskusi dan kelompok lain mencatat hal-hal yang
akan dipertanyakan.
Langkah ketufuh, tanggapan masing-masing peserta dari tiap-tiap kelompok
terhadap kelompok lain yang mempresentasikan hasil diskusi mereka.

3. Strategi Belajar 'Memilah dan Memilih Kartu |Card sort|
Penerapan strategi belajar Memilah dan Memilih Kartu |Card sort| dengan
langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
Langkah pertama, dosen membagikan selembar 'kartu kepada setiap mahasiswa
dan pada kartu tersebut telah dituliskan suatu materi. Kartu tersebut terdiri dari 'kartu
judul dan dan 'kartu bahasan dari judul tersebut. Kartu judul biasanya menggunakan
huruI KAPITAL dan kartu-kartu sub judul menggunakan huruI non-kapital.
Langkah kedua, mahasiswa diminta untuk mencari teman |pemegang kartu judul|
yang sesuai dengan masalah yang ada pada kartunya untuk satu kelompok.
Langkah ketiga, mahasiswa akan berkelompok dalam satu 'pokok bahasan atau
masalah masing-masing.
Langkah keempat, mahasiswa diminta untuk menempelkan di papan tulis bahasan
yang ada dalam kartu tersebut berdasarkan urutan-urutan bahasannya yang dipegang
kelompok tersebut.
www.sanaky.com. April 2006
Langkah kelima, seorang mahasiswa |pemegang kartu judul| dari masing-masing
kelompok untuk menjelaskan dan sekaligus mengecek kebenaran urutan per pokok
bahasan.
Langkah keenam, bagi mahasiswa yang salah mencari kelompok sesuai bahasan
atau materi pelajaran tersebut, diberi hukuman dengan mencari judul bahasan atau materi
yang sesuai dengan kartu yang dipegang.
Langkah ketufuh, dosen/guru memberikan komentar atau penjelasan dari
permaianan tersebut.
Tujuan dari strategi dan metode belajar menggunakan 'memilah dan memilih
kartu |card sort| ini adalah untuk mengungkapkan daya 'ingat |recoll| terhadap materi
kuliah/pelajaran yang telah dipelajari mahasiswa/siswa. Untuk itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah ; |1| Kartu-kartu tersebut jangan diberi nomor urut, |2| Kartu-kartu
tersebut dibuat dalam ukuran yang sama, |3| Jangan memberi 'tanda kode apapun pada
kartu-kartu tersebut, |4| Kartu-kartu tersebut terdiri dari 'beberapa bahasan dan dibuat
dalam jumlah yang
banyak atau sesuai dengan jumlah mahasiswa atau siswa, |5| Materi yang ditulis
dalam kartu-kartu tersebut, telah diajarkan dan telah dipelajari oleh mahasiswa atau
siswa.

4. Strategi Belajar Perdebatan AktiI |Active Debate|
Penerapan strategi pembelajaran 'Perdebatan AktiI |Active Debate|, dengan
langkah-langkah atau prosedur yang
dilakukan, sebagai berikut:
Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 |satu| minggu sebelum
perkuliahan. Mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi ini agar
memudahkan dalam 'debat.
Dalam kegiatan 'debat, kelas dibagi menjadi 5 |lima| kelompok. Secara acak
akan ditugaskan |1| kelompok pertama ditetapkan sebagai penyaji, |2| kelompok kedua
dan ketiga ditentukan sebagai 'kontra atau 'penyangga, |3|
kelompok keempat sebagai 'pembela kelompok pertama, dan |4| kelompok
kelima sebagai 'penengah. Masing-masing kelompok terdiri 10 |sepuluh| mahasiswa
atau lebih.
Sebelum debat dimulai, dosen menyajikan 'global materi kuliah yang akan
didebatkan kepada mahasiswa dalam bentuk ceramah.
Sebelum debat dilaksanakan, mintalah masing-masing kelompok menetukan 'juru
bicaranya dan kemudian mintalah tiap-tiap kelompok mendikusikan materi pada
kelompoknya sendiri dan merumuskan arguman-argumen dari hasil diskusinya.
Setelah masing-masing kelompok telah selesai mediskusikan materi tersebut dan
telah menemukan problem atau masalah untuk disampaikan. Diskusi dihentikan dan
setting kelas dibuat dalam situasi yang berbeda. Setting kelas sebagai berikut :
Mulailah 'perdebatan dan dalam 'perdebatan ini dosen bertindak sebagai
pemandu. Langkah pertama, surulah 'juru bicara dari kelompok 'penyaji untuk
menyampaikan argumen-argumennya. Langkah kedua, meminta kelompok kontra |2 dan
3 | meberikan atau menyampaikan 'konter argumentasinya dan buatlah situasi debat
anatar 'penyaji dengan 'konta dan sesekali meminta argumentasi dari kelompok
'penengah. Langkah ketiga, mintalah kolompok 'pembela untuk me-
ontoh: Kart: J:d:l
MANFAAT
METODE DRAMATSAS

Banayak menarik perhatian
ontoh: Kart: Bahasan
Memberi arti yang
sebenarnya

Memberi pengertian

Menghilangkan verbalisme
ontoh Gambar 2 :
Memilah dan Memilih Kart:
[ard Sort]
ontoh Foto 4 :
Sit:asi Disk:si Kelompok
ontoh Fato 3 :
Dosen Memberikan Pengarahan pada Kelompok
sebel:m disk:si dim:lai
Kelompok
kontra
kelompok
pro/pembe
1
D/G
ontoh Gambar 5 :
S:asanan Tempat D:d:k :nt:k
Aktif Debat
2
3
5
Kelompok
Penyai
4

www.sanaky.com. April 2006
nyampaikan argumentasi pembelaannya dan buatlah situasi debat antara
kelompok kontra dengan kelompok 'pembela dan sesekali meminta argumentasi dari
kelompok 'penengah. Doronglah peserta yang lain untuk
mencatat jawaban berbagai argumen atau bantahan yang disarankan kepada juru
bicaranya. Juga, doronglah mereka untuk sesekali menyambut dengan applaus terhadap
argumen-argunen dari wakil atau juru bicara tim mereka.
Ketika dianggap perdebatannya sudah cukup, akhiri perdebatan tersebut dan
gambungkan kembali seluruh kelompok tersebut dalam lingkaran penuh. Kemudian
disimpulkan dan berilah komentar tentang permasalah yang diajukan dalam perdebatan
tersebut serta buatlah diskusi seluruh kelas tentang apa yang telah dipelajai oleh
mahasiswa tentang persoalan dari pengalaman debat itu dan kemudian rumuskan
argumen-argumen terbaik yang dibuat kedua kelompok |'penyaji dan 'kontra| debat
tersebut. Sebelum menutup perkuliahan, doronglah semua mahasiswa untuk menyambut
dengan applaus atas 'debat yang telah dilakukan, setelah itu tutup kuliah dengan
membaca do`a.

5. Strategi Belajar 'Saling Beradu Pendapat | Point-counter point|
Penerapan strategi belajar 'Saling Beradu Pendapat |Point-counter point|,
dengan langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan, sebagai berikut:
Langkah pertama, dosen/guru mengajukan suatu masalah untuk dibahas.
Langkah kedua, mahasisw atau siswa dibagi menjadi 6 kelompok, untuk
berdiskusi mengenai suatu masalah.
Langkah ketiga, dari 6 kelompok tersebut dibagi menjadi 3, untuk
mengkolaborasi hasil perumusan masalah.
Langkah keempat, dosen atau guru membagi tiga kelompok ini untuk berperan
sebagai: |1| penyaji, pembahas, dan audien |seluruh mahasiswa|.
Langkah kelima, presentasi masing-masing kelompok dan ditanggapi
mahasiswa/siswa yang lain.
Langkah keenam, dosen/guru mengatur/mengarahkan proses debat.
Langkah ketufuh, langkah terakhir adalah dosen atau guru menyimpulkan atau
memberikan summary.

6. Strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive
Penerapan strategi belajar SQ3R dan Rolling Cognitive, dengan prosedur atau
langkah-langkah, sebagai berikut :
Langkah Pertama, dosen memberikan meteri perkuliahan 1 |satu| minggu
sebelum kuliah dimulai.
Langkah Kedua, sebelum kuliah dimulai dosem membagi mahasiswa menjadi 4
|empat| kelompok atau sesuai dengan materi yang akan dibahas.
Langkah Ketiga, mahasiswa mempelajari materi dengan menerapkan strategi
pembelajaran SQ3R, dengan langkah sebagai berikut :
Suvey meteri, yaitu mahasiswa memeriksa, meneliti, mengidentiIikasi seluruh
materi dalam teks yang telah diberikan dosen.
Question |membuat pertanyaan|, mahasiswa dapat menyusun daItar pertanyaan
atau membuat problem yang relevan dengan materi.
www.sanaky.com. April 2006
Read, mahasiswa membaca teks secara aktiI untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan atau problem yang telah tersusun.
Recite, mahasiswa dapat menghaIal dan berusaha memahami setiap jawaban yang
telah ditemukan.
Review |pengulangan|, mahasiswa dapat mengingatkan dan menerangkan apa
yang telah dipelajari. Mahasiswa/siswa dapat meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan yang tersusun pada langkah-langkah kedua dan ketiga, kemudian
menuliskannya pada lembar manila atau Ilano yang.sudah tertempel di dinding.

d| Langkah Keempat, proses Rolling Cognitive
|1| Langkah pertama, mahasiswa secara berkelompok menuliskan hasil
review-nya kelembar kertas manilai atau Ilano yang telah tertempel di dinding.
|2| Langkah kedua, mahasiswa kelompok pertama mendatangi kelompok
ketiga untuk membaca hasil review-nya dan menuliskan komentar pada kertas manilai
atau Ilano dan melanjutkan ke kelompok kedua, dan seterusnya kelompok kedua
mendatangi kelompok pertama dan ketiga, kelompok ketiga mendatangi kelompok
pertama dan kedua pada kegiatan yang sama.
|3| Langkah ketiga, secara berurutan mahasiswa kelompok pertama
mempresentasikan hasil review-nya dan menjawab pertanyaan atau keberatan dari
kelompok kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dilanjutkan untuk kelompok kedua,
ketiga, dan keempat.
|4| Langkah keempat, merupakan langkah terakhir dosen/guru memberikan
komentar dan kesimpulan untuk masing-masing kelompok dan kemudian menutup
kuliah. Sebelum menutup kuliah dosen meminta mahasiswa untuk 'tepuk tangan atas
keberhasilan masing-masing kelompok.

7. Studi Kritis
Penerapan strategi belajar Studi Kritis. Hasil yang diperoleh adalah mahasiswa
dapat mengkiritisi, memahami, dan mengemukakan pendapat dan pandangannya secara
perorangan terhadap materi topik bahasan yang dibacanya. Langkah-langkah atau
prosedur yang ditempuh, sebagai berikut:
Langkah pertama, dosen membagikan handout kepada masing-masing
mahasiswa per individual dan dosen meminta mahasiswa untuk membaca dan
memahami serta berusaha menangkap permasalahan pada teks tersebut.
Langkah kedua, dosen meminta masing-masing mahasiswa secara individu untuk
mengemukakan hasil kajiannya dan ditanggapi oelh mahasiswa yang lain.
Langkah ketiga, dosen meminta salah seorang mahasiswa untuk menyimpulkan
hasil diskusi tersebut
Langkah keempat, diskusi dihentikan, dosen menyimpulkan hasil diskusi tersebut
dan kemudian menutup dengan do`a.

D. Penutup
Beberapa metode dan strategi pembelajaran yang dikemukakan di atas, telah
digunakan dan diuji keeIektiIannya dalam proses pembelajaran atau dalam proses
perkuliahan. Dapat dikatakan bahwa, dengan metode dan strategi pembelajaran ini,
mahasiswa dapat melakukan dan menemukan sendiri, sebab mereka dapat mengkiritisi,
ontoh Foto : Mahasiswa sedang
mencermati dan mendisk:sikan hasil reviw
kelompok lain, dan mengomentasi dengan
men:liskan komentar pada flano ata:
manila terseb:t
ontoh Foto 8 : S:sana Mahasiswa sedang
mengkai dan mendisk:sikan s:at: masalah
www.sanaky.com. April 2006
memahami, dan mengemukakan pendapat dan pandangannya secara perorangan maupun
kelompok terhadap materi topik bahasan yang dibacarakan. Suasana kelas menjadi
hidup, menyenangkan, tidak tertekan dan menyemangati peserta didik untuk senang
belajar. Dengan demikian, kompetensi pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
Silahkan mencoba!!!


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ansyar, Moh., 2001, Kurikulum dalam Menyongsong Otonomi Pendidikan di Era
Globalisasi, Peluang, Tantangan, dan Arah, dalam Jurnal Pendidikan Islam TA`DIB,
Maret 2002, (No. 04), ISSN 1401-6973, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah
Palembang.

Mastuhu,1999, Pemberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Logos, Jakarta.

Silberman, Mel, 2002, Active Learning, 101 Strategi Pembelafaran Aktif,
Diterbitkan YAPPENDIS, Dicetak Bumimedia, Yogyakarta.

Sudjarwadi, 2003, 'Ubah Wafah UGM dengan Jiwa Kepemimpinan`, Kedaulatan
Rakyat, 5 Januari 2003, Yogyakarta.

Suparno, Paul, 2003, Guru Demokratis di Era Reformasi, Grasindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai