Anda di halaman 1dari 3

Penyesalan Seorang Gary

Pada suatu hari, ada seorang remaja yang bernama Gary. Gary adalah orang yang ceria, baik. Gary menyukai seseorang yang bernama Veny, tapi tanpa disadari Veny juga menyukai Gary. Akan tetapi, mereka berdua selalu memendam perasaan mereka satu sama lain. Eh ngomong-ngomong Veny itu baik juga ya?, ucap Gary kepada Ari sahabatnya, Veny mah memang baik, emang kenapa gitu? balas Ari, Tapi jangan bilang siapa-siapa yaa. Ujar Gary dengan muka yang malu-malu, Oke deh hahaha, kamu suka Veny ya? dengan sedikit meledek, Iya hahaha., mereka pun tertawa. Di pojok kelas Veny dan sahabatnya yang bernama Shinta sedang mengobrol tentang perasaanya. Ta, si Gary perhatian ya? Veny bertanya, Halah itu mah karena kamu suka aja sama dia kali hahaha. ledek Shinta, Masa sih? Ya sudah jangan bilang siapa-siapa ya.. Keesokan harinya, hari berjalan seperti biasa. Semua siswa di kelas belajar seperti biasa layaknya tidak ada yang aneh diantara ke dua teman mereka, padahal sebenarnya ada sesuatu yang sedang terjadi. Seminggu kemudian, Gary masih memendam perasaannya kepada Veny. Walaupun itu membuatnya sering murung, tidak semangat, sebenarnya dia ingin mengungkapkannya tetapi dia belum berani untuk mengatakannya. Begitu pun sebulan kemudian, Gary masih terus memendam perasaannya hingga membuat dia sering sakit, sedangkan Veny juga keadaannya juga menjadi kurang sehat karena memendam perasaan yang sebenarnya wajar untuk remaja seumuran mereka. Dua bulan kemudian, keadaan makin menjadi. Veny masuk rumah sakit karena keadaan tubuhnya semakin tidak sehat. Pada saat Gary mendengar berita tersebut,Gary pun langsung menjenguk Veny dengan beberapa temannya. Dari berita yang didengarnya Veny sudah Sesampainya di rumah sakit, Gary bertanya kepada suster, Sus, kamar Veny Purwasari dimana ya?, Hmm, pasien ada di kamar Cendana 1 mas. jawab suster, Terima kasih ya sus. mereka semua langsung menuju kamar

Cendana 1. Sesampainya di kamar Cendana 1, mereka melihat Veny sudah menggunakan alat bantu pernafasan, Semua langsung bertanya kepada Veny, dia sakit apa. Tapi ia sendiri belum tahu apa penyakit yang diidapnya, tetapi Veny tetap terlihat senang ketika teman-temannya datang menjenguknya. Dalam hati, Gary merasa sangat kasihan ketika melihat seorang yang ia sukai sakit sementara dia sendiri masih bisa jalan ke sana-sini dengan bebas. Saat itu dia ingin sekali bicara kepada Veny tentang perasaanya, tapi dia melihat kondisi Veny yang tidak memungkinkan dan dirinya yang belum berani untuk menyatakannya, dia pun kembali memendam perasaannya itu. Esok harinya, Gary mendapatkan kabar bahwa Veny mengidap kanker paru-paru. Setelah tahu berita tersebut Gary langsung mencari tentang penyakit tersebut. Saat ia membaca salah satu artikel, akibatnya kanker paru-paru bisa sampai kematian. Membacanya membuat ia merinding. Setelah membaca artikel tersebut, Gary menjadi lebih sering pergi ke rumah sakit untuk menemani Veny. Dia sering bercerita tentang pengalamannya, membawakan buah, sampai membawakan vas yang berisi bunga untuk menghias kamar tersebut. Sebenarnya ia ingin sekali berbicara tentang perasaannya, tetapi Gary masih terus memendam perasaannya. Dua minggu setelah Veny masuk rumah sakit, teman-teman di sekolah memberi tahu Gary bahwa Veny suka dengannya. Gary pun merasa senang tapi bingung pada saat yang sama. Dia bingung karena dia tidak tahu kapan dan bagaimana cara menyampaikan perasaannya kepada Veny. Ah nanti saja kalau dia sudah sehat. Gary berkata dalam hati. Satu setengah bulan setelah Veny masuk rumah sakit, keadaan Veny semakin memburuk. Berita itu tak perlu waktu lama langsung untuk sampai ke Gary. Gary langsung pergi menggunakan sepedanya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, dia langsung menuju kamar Cendana 1. Masuk ke kamar Veny, dia langsung menuju kursi sebelah tempat tidur. Dia sudah bertekad bahwa dia harus menyatakan perasaannya sekarang juga. Saat dia akan berbicara, Veny sesak dan Gary segera memanggilkan suster. Tak lama suster bersama dokter datang dan segera memeriksa Veny, tapi Tuhan berkehendak lain.

Gary langsung menelepon orang tua Veny dan memberi tahu bahwa Veny meninggal. Gary tidak menyangka, Veny yang dia kira akan segera sembuh ternyata meninggalkannya secepat itu. Gary sangat terpukul dan menyesal dengan meninggalnya Veny, Kenapa tidak dari dulu? Kenapa tidak waktu itu? Kenapa jadinya malah seperti ini? Gary berkata Sambil menagis dan melihat Veny yang sudah terbujur kaku. Sebelum wajah Veny di tutup kain putih Gary mencium kening Veny dan mengatakan, aku sayang kamu. Sambil tidak berhenti menangis.

Anda mungkin juga menyukai