Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN PENERIMAAN NEGARA

BUKAN PAJAK YANG TERUTANG

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2010 Dalam upaya pencapaian tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945, Pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan nasional. Oleh karena itu,Peraturan Pemerintah ini mengantur mengenai pengajuan dan penyelesaian keberatan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang diajukan oleh Wajib bayar kepada Instansi Pemerintah. Selain itu juga dalam Undang Undang Dasar 1945 antara lain menegaskan bahwa segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat sepertipajak dan lain lainnya, harus ditetapkan dengan undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, penerimaan Negara diluar peneriman perpajakan, yang menempatkan beban kepada rakyat, juga harus didasarkan pada Undang undang. Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional di segala bidang, terdapat banyak bentuk penerimaan Negara di luar penerimaan perpajakan. Dalam pelaksanaan penerimaan Negara Bukan Pajak pada dasarnya yaitu mengaju pada Undang Undang Nomor 20 1997 tentang Penerimaa Negara Bukan bukan Pajak yang meliputi penerimaan yang berasal dari : 1. Pajak Penghasilan, 2. Pajak Pertambahan nilai, 3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

4. Bea Masuk, 5. Cukai, 6. Pajak Bumi dan Bangunan, 7. Bea Materai, 8. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Selanjutnya penerimaan lainnya yang diatur dengan peraturan perundang undangan di bidang perpajakan. Selain dari itu juga penerimaan dari Negara yang berasal dari minyak dan gas bumi, yang di dalamnya terkandung unsur perjakan royaliti, diperlakukan sebagai penerimaan perpajakan mengingat unsurpajak lebih dominan. Dengan demikian pengertian Penerimaan Negara Bukan Pajak yang dirumuskan dalam Undang Undang ini mencakup segala penerimaan pemerintah pusatdi luar penerimaan perpajakan tersebut. Ketentuan perundang undangan sebagai landasan penyelenggaraan dan pengelolaan penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku selama ini meliputi berbagai ragam dan tingkatan peraturan sehingga belum sepenuhnya mencerminkan kepastian hukum. Banyak dan beragamnya bentuk pengaturan juga mengakibatkan kekurang tertiiban dan kerumitan dalam pengelolaan Penerimaan Bukan Pajak. Oleh karena itu untuk membentuk Undang Undang yang mengatur tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kepemilikan Negara dan segalah sesuatu yang berkaitanm dengan kekayaan yang besar di wajibkan untuk membayar dan di potong pajak. Oleh karena itu Undang - Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mengatur bahwa Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang ditentukan dengan cara ditetapkan oleh Instansi Pemerintah atau di hitung oleh Wajib Pajak serta mendelegasikan ketentuan mengenai pengajauan dan penyelesaian keberatan di atur dengan Peraturan. Apabila terdapat bukti baru yang diajukan Oleh Wajib Bayar sebelum dikeluarkannya penetapan atas keberatan yang

diaujukan oleh Wajib Bayar, instansi Pemerintah dapat memintah Instansi Pemeriksa untuk melakukan penelaahan dan penghitungan kembali yang meliputi: 1. Batas waktu pengajuan surat keberatan ditentukan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterbitkan surat Ketetapan, dimaksudkan agar Wajib Bayar mempunyai wakatu yang cukup memadai untuk mempersispkan surat keberatan beserta alasannya. 2. Penjelasan dan alasan dan pengajuan dan permohonan keberatan antara lain perbedaan kurs, dan penentuan cut-off. 3. Surat tanda bukti pembayaran yang sah adalahsurat tanda bukti pembayaran sebagaiman yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah. 4. Dokumen pendukung terkait lainnya antara lain laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keungan), Laporan Hasil Pemeriksaan, Surat Ijin Usaha Pendirian Perusahaan. Dalam pengajuan keberatan dapat di lakukan dengan pembayaran sesuai dengan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang ditetapkan oleh Instansi Pemerintah, yaitu bahwa Wajib Bayar yang dapat mengajukan keberatan atas penetapan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah Wajib Bayar yang menghitung sendiri Penerimaan Negara Bukan pajak yang Terutang,oleh kerena itu apabila terdapat perbedaan antara jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang dihitung oleh Wajib Bayar dengan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang di tetapkan oleh Instansi Pemeriksa. Selain itu keberatan juga harus di lengkapi dengan dokumen seperti: Penjelasan dan alasan pengajuan keberatan; 1. Rincian perhitungan jumlah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Terutang yang di buat oleh Wajib Bayar; 2. Surat tanda bukti pembayaran yang sah; 3. Dokumen pendukung terkait; 4. Nomor Pokok Wajib Pajak

Oleh sebab itu dalam hal Wajib Bayar untuk melakukan keberatan harus memenuhi ketentuan di atas agar dalam pemrosesannya dapat berjalan dengan baik dan jika dokumen dalam mengajukan keberatan lengkap maka akan di proses sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ruang Lingkup Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2010 Bahwa untuk melaksanakan Undang Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Bukan Pajak, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Atas Penetapan Peneriimaa Negara Bukan Pajak Ynag Terutang.maka di putuskan untuk menetapkan PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN KEBERATAN ATAS PENETAPAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG TERUTANG. Sehingga, dalam Peraturan Pemerintah memiliki ruang lingkup agar, tetap berjalan dan mengikuti garis yang telah ada agar tidak menyimpang dari Peraturan Pemerintah yang telah di buat dan yang telah di sahkan. Ruang lingkupnya mencakup beberapa bagian diantaranya 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan 2. Peneriman Negara Bukan Pajak yang Terutang adalah Penerimaan Negara Bukan Pajak yang harus dibayar pada suatu saat atau dalam suatu periode tertentu menurut peraturan perundang undangan. 3. Instansi Pemerintah adalah kementrian dan lembaga pemerintah nonkementrian. 4. Wajib Bayar yaitu oaring pribadi atau badan yang ditentukan untuk melkukan kewajiban membayar Penerimaan Negar Bukan Pajak menrut pereturan perndang Undangan

5. Instansi pemerintah adalah Badan Pengawasan Keungan dan Pembangunan yang dimintah oleh menteri atau Pimpinan Instansi Pemerintah untuk memeriksa Penerimaan Negara Bukan Pajak. Jenis penerimaan serta tarif yang di cantumkan dalam pengsesahan Peraturan Pemerintah diantaranya: 1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah; 2. Penerimaan Dari pemenfaatan sumberdaya alam; 3. penerimaan dari hasil hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan; 4. penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah; 5. penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda administrasi; 6. penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah; 7. penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang Undang tersendiri. Dari berbagai macam penerimaan di atas selayaknya bahwa Negara kita ini memiliki dana pajak yang besar dan tinggi tetapi dalam pelaksaannya tidak sesuai dengan apa yang sedang terjadi di lapangan. Oleh sebab itu peraturan pemerintah harus di dasari dengan ketentuan hukum yang ada agardalam mengelola dana penerimaan pajak tersebut dapat mengalir dan di pertanggung jawabkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Sasaran Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2010 Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan dan kesederhanaan, maka sasaran perumusan Undang undang tersebut meliputi: 1. Menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan Negara pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber sumber penerimaan dan ketertiban administrasi pengelolaan.

2. Lebih memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat berpartisipasi dalam pembiayaan pembangunan sesuai dengan manfaat yang dinikmatinya dari kegitan kegiatan yang menghasilkan. 3. Menunjang kebujaksanaan Pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya serta investasi di seluruh wilayah Indonesia. 4. menunjang upaya tercibtanya aparat Pemerintah yang kuat, bersih dan berwibawah, penyederhanaan prosedur dan pemenuhan kewajiban, peningkatan tertib administrasi keuangan dan anggaran Negara, serta peningkatan pengawasan. Di sini dapat di simpulakan banwa dalam pembayaran pajak suda sangat jelas dan peraturannya juga jelas,Cuma dala pelaksananya terlalu berbelit- belit. Di sini juga banyak terjadi pemotongan pajak liar yang biasa dilakukan oleh petugas petugas di lapangan, dan masukan da saran yng ada yaitu bahwa bekerjalah dengan tulus hati.

Anda mungkin juga menyukai