FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS 1EMBER 2011 Bab 1. Pendahuluan
Pintu masuk ke dalam saluran pencernaan adalah melalui rongga mulut. Rongga mulut merupakan lubang yang dibentuk oleh beberapa otot yang berIungsi mengarahkan dan menampung makanan di dalam mulut. Cairan rongga mulut terdiri dari saliva dan cairan sulkus gingival. Di dalam mulut terdapat lidah dan gigi-geligi, juga terdapat kelenjar saliva. Kelenjar-kelenjar yang terdapat dalam rongga mulut ini berIungsi untuk mensekresikan saliva ke dalam mulut (Amerongen, 1991). Salah satu Iungsi saliva yang berperan dalam pertahanan terhadap bakteri dan virus, mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem pertahanan enzimatis dan sistem pertahanan non enzimatis. Sistem pertahanan enzimatis berdasarkan pada aktivitas berbagai enzim saliva yang merugikan mikroorganisme. Sistem pertahanan non-enzimatis dapat membuat bakteri dan virus menjadi tidak berbahaya (Cambridge, 1982). Cairan sulkus gingiva merupakan produk Iiltrasi Iisiologis pembuluh darah yang termodiIikasi. Aliran cairan sulkus gingival dapat digunakan sebagai indicator yang peka terhadap respon dini dari antigen bakteri. Mekanisme pertahanan sulkus gingiva berupa epitel sulkus yang mencegah bakteri atau benda asing menyusup ke dalam jaringan ikat dan terdapat dinamika pengaliran oleh permukaan epitel yang bergenerasi dan terinIeksi, terdapat juga proses penyembuhan functional epithelium yang cepat setelah terluka (Roth dan Calmes, 1981).
Bab 2. Isi
2.1. Cairan Rongga Mulut Rongga mulut merupakan salah satu pintu masuk utama benda-benda asing ke dalam tubuh. Berbagai zat maupun mikroorganisme masuk melalui rongga mulut, ada yang bermanIaat dan yang tidak. Rongga mulut di lengkapi dengan alat-alat pertahanan untuk meredam atau menetralisir benda-benda asing. Bila tidak dapat dinetralisir benda asing atau mikroorganisme akan dapat menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Cairan rongga mulut terdiri dari saliva dan cairan sulkus gingival. Pada saliva maupun pada cairan sulkus gingiva mengandung Iaktor-Iaktor pertahanan pada rongga mulut. Saliva memiliki dua komponen pertahanan penting yaitu IaktorIaktor pertahanan enzimatis dan Iaktor-Iaktor pertahanan non-enzimatis. Cairan sulkus gingiva mengandung Iaktor-Iaktor pertahanan pada rongga mulut yaitu polymorphonuclear leukocyt, neutroIil, monosit, IimIosit, immunoglobulin, komplemen dan sel-sel epitel deskuamasi (Nasution, 2008). 1. Saliva Saliva adalah suatu cairan rongga mulut yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai Iungsi untuk membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan suatu sekret yang disebut 'salivia (ludah atau air liur). Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan Ietus (4 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiIerensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan pembentukan karang gigi. Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5 air dan 0,5 lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur- unsur anorganik yang menyusun saliva antara lain: Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) , FosIat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi dalam saliva adalah kalsium dan natrium (Pratama, 2010).
2. Cairan Krevikuler Gingiva Di dalam sulkus gingiva terdapat cairan gingiva atau sering disebut iniva clevicular fluid (GCF). Cairan ini berIungsi untuk membersihkan sulkus, mengandung protein plasma yang dapat meningkatkan daya adhesi epitel terhadap gigi, serta proses partahanan terhadap mikroba. GCF mempunyai siIat: 1. membersihkan material dari sulkus, 2. mengandung protein plasma yang lengket sehingga meningkatan adhesi atau perlekatan epitel ke gigi, 3. memiliki siIat antimikrobial, 4. menggunakan aktivitas antibodi untuk pertahanan gingival. Cairan krevikular gingiva (GCF) merupakan eksudat inIlamasi yang masuk ke dalam sulkus gingiva setelah melewati functional epithelium. Beberapa peneliti menyatakan bahwa GCF pada manusia merupakan transudat yang terbentuk secara alami tetapi penelitian lainnya menunjukkan bahwa GCF merupakan eksudat inIlamasi (Carranza, 1990). Adanya GCF pada jaringan gingiva normal bisa disebabkan karena meningkatnya permeabilitas kapiler yang rusak saat kertas saring dimasukkan ke sulkus gingiva. Jumlah GCF meningkat seiring adanya inIlamasi (tergantung derajat inIlamasi) atau juga meningkat dengan mengunyah makanan yang kasar, menyikat gigi, memijat gingiva, ovulasi dan kontrasepsi hormonal (anonym, 2011). . 2.2. Saliva Saliva adalah cairan yang terdapat di dalam rongga mulut, terdiri dari secret yang diproduksi oleh kelenjar saliva baik kelenjar mayor maupun kelenjar minor (Roth dan Calmes, 1981). 2.2.1. Kelenjar Saliva Struktur kelenjar saliva mirip dengan kelenjar eksokrin. Tiap kelenjar saliva dibangun dari lobus yang terdiri atas kompartemen asinus, duktus interkalata dan duktus striata. Asinus glandula submandibular dan sublingual manusia di sekitar sel asinar mukus masih memiliki sel sekresi serus yang disebut sel bulan sabit. Asinus dan sel duktus pada bagian basal dapat dikelilingi oleh sel mioepitel (Amerongen, 1991). Sel asinus pada kelenjar parotis berupa serosa, pada kelenjar sublingual berupa mukosa dan pada kelenjar submandibular berupa seromukosa (Ganong, 1999).
Kelenjar saliva diklasiIikasikan berdasarkan ukuran dan siIat sekresinya. Berdasarkan ukurannya, kelenjar saliva terdiri dari dua golongan, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri atas kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual yang masing-masing berjumlah sepasang, sedangkan kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar von Ebner yang duktusnya bermuara di sulkus papila valata lidah, kelenjar yang terdapat di bawah mukosa bukal, labial dan palatal rongga mulut (Amerongen, 1991). Kelenjar saliva mayor:
1. Kelenjar parotis adalah kelenjar terbesar dengan berat 20-30 gram pada dewasa. Kelenjar parotis terletak pada bagian samping wajah atau pada bagian bawah dan bagian depan telinga. Duktus ekskretorinya yang disebut duktus Stensen berjalan ke depan menyilang pada otot maseter kemudian berbelok tajam melewati otot bucinator dan bermuara pada vestibulum di daerah molar kedua permanen rahang atas. Kelenjar ini bersiIat serosa pada orang dewasa walaupun terkadang terdapat sel asinar mukus pada kelenjar saat masih anak-anak(Amerongen, 1991). 2. Kelenjar submandibular adalah kelenjar dengan berat 8-10 gram, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula dan meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula. Duktus ekskretorinya disebut duktus Wharton yang bermuara pada sebelah lateral Irenulum lingualis. Kelenjar ini bersiIat campuran dan yang paling dominan bersiIat serosa (Amerongen, 1991). 3. Kelenjar sublingual adalah sepasang kelenjar dengan berat 2-3 gram, terletak pada otot mylohyoid meluas ke lateral terhadap mandibula dan ke medial terhadap otot geniolosus. Kelenjar ini memiliki 10-20 duktus kecil yang menembus membran mukosa dan bermuara pada dasar mulut atau pada saluran kelenjar submandibular. Kelenjar ini bersiIat campuran dengan siIat mukus yang paling dominan (Amerongen, 1991). Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kavum oral di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2 mm. Kelenjar ini biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil. Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri. Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner) dan mempunyai banyak Iungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva. a. Kelenjar Von Ebner Kelenjar Von Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen esensial indra perasa (anonym, 2011). b. Glandula labialis. Terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus c. Glandula bukalis. Terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus. d. Glandula palatinal. Terletak di mukosa palatum lunak, uvula dan bagian posterolateral dari langit-langit keras. e. Glandula glossopalatinal, terletak di lipatan glossopalatina. I. Glandula Bladin-Nuhn (Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus. g. Glandula Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus- asinus mukus (Pratama, 2010).
Kelenjar saliva dipersaraIi oleh sistem otonom, baik saraI simpatis maupun saraI parasimpatis, terutama dipersaraIi oleh saraI parasimpatis. Sinyal parasimpatis dihantarkan oleh saraI Iasial dan saraI glosoIaringeal (Amerongen, 1991). Sinyal parasimpatis bersiIat sekremotor dan vasodilator. Jalur pernaIasan parasimpatis sebagai jalur sekremotor berujung pada kelenjar saliva menuju nukleus salivarius di medula. Nukleus salivarius terdiri dari nukleus salivarius superior dan nukleus salivarius inIeior. Nukleus salivarius superior mengatur kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual, sedangkan nukleus salivarius inIerior mengatur kelenjar parotis dan kelenjar von Ebner (Guyton dan Hall, 1996).
Sirkulasi darah ke kelenjar saliva sangat penting dalam proses sekresi saliva. Rangsang parasimpatis pada kelenjar saliva menyebabkan peningkatan aliran darah. Vaskularisasi kelenjar parotis didapat dari arteri Iasialis dan arterikarotis eksterna. Vaskularisasi kelenjar submandibular didapat dari arteri Iasialis dan arteri lingualis, sedangkan untuk kelenjar sublingual, vaskularisasi di dapat dari arteri sublingual dan arteri submental. Secara anatomis, distribusi vaskularisasi di duktus lebih kaya daripada vaskularisasi di asinus (Amerongen,1991). Sumbangan berbagai kelenjar saliva kepada produksi total saliva sangat tergantung pada siIat dan tingkat rangsang (Roth and Calmes, 1981). SiIat rangsang dapat merupakan rangsang mekanis misalnya mengunyah makanan; kimiawi yaitu asam, manis, pahit, asin dan pedas; neuronal yaitu sistem saraI otonom baik simpatis maupun parasimpatis; psikis atau stress; protesa; rangsangan karena sakit (Houwink dkk., 1993). Tingkat sekresi saliva dipengaruhi oleh posisi tubuh, sekresi terbanyak ditemukan pada posisi berdirisekitar 100, pada posisi duduk sekitar 69, dan pada posisi berbaring 25. Pada perokok ditemukan sekresi saliva yang lebih banyak daripada yang tidak merokok, sedangkan di ruangan gelap sekresi kelenjar parotis menurun dibandingkan dengan ruang yang terang (Roth and Calmes, 1981).
2.2.2. Komposisi Saliva Komposisi saliva bervariasi tergantung pada waktu siang dan malam hari,siIat dan besar stimulus, keadaan psikis orang yang diteliti, diet, kadar hormon, gerak badan dan obat. Komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan dalam komponen anorganik dan (bio)organik (Amerongen, 1991).Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah: 1. Komponen Organik Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan Iungsi berbeda, sepertireaksi enzimatis, pelapisan permukaan jaringan, perlindungan terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan. Komponen saliva yang paling utama adalah protein. Selain itu, terdapat komponen lain seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum dan amoniak. Protein yang secara kuantitatiI penting adalah amilase, protein kaya prolin, musin dan imunoglobulin (Amerongen, 1991). Komponen organik saliva: a. Amilase Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah enzim pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase, polisakarida dapat dicerna dengan mudah (Amerongen, 1991). b. Immunoglobulin Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan Iisik dan agen antibakteri. Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik (SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA yang terdapat dalam mukosa mulut bersiIat mukus dan bersiIat melekat dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh SigA (Amerongen, 1991). c. Protein Kaya Prolin Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai Iungsi penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi (Amerongen, 1991). d. Mukus Glikoprotein Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang berIungsi dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri. e. Lisozim Lisozim mempunyai Iungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan aktiI menghancurkan dinding sel bakteri gram positiI dan sangat eIektiI dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual. I. Sistem Peroksidase Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan laktoproksidase. Sistem ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan bakteri 8treptococcu8 dan laktobacillu8 yang ikut menjaga pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri. g. LaktoIerin LaktoIerin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit PMN yang mempunyai eIek bakterisid yang merupakan salah satu Iungsi proteksi terhadap inIeksi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia (Roth dan Calmes,1981). LaktoIerin juga mengikat ion ion Fe
, yang diperlukan bagi pertumbuhann bakteri
(Amerongen, 1991) h. Laktoperoksidase Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat yangmampu menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri (Amerongen, 1991).
2. Komponen Anorganik Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium, magnesium, Iluorida, HCO 3 , kalium, natrium, klorida, NH 4 . Selain itu terdapat gas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen. Dari kation yang terdapat di dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida sangat penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan IosIat yang terkandung dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar Iluorida di dalam saliva dipengaruhi oleh konsentrasi Iluorida di dalam air minum dan makanan. Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja sama dengan sistem laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion buIer terpenting dalam saliva. Dalam saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85 dari kapasitas buIer dalam sistem IosIat 14. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva (Amerongen, 1991).
2.2.3. Fungsi Saliva Saliva memiliki Iungsi yang penting untuk membantu eIisiensi kerja tubuh dan kesehatan secara umum. Fungsi saliva terdiri dari: 1. Fungsi Digesti Enzim amilase yang terdapat di dalam saliva (Ptyalin) memecah molekul glukosa menjadi molekul yang lebih kecil (Rensburg, 1995). 2. Fungsi Antibakteri Fungsi antibakteri yang terkandung dalam saliva, yaitu: a. IgA - Sekretorik (SIgA) Sekitar 90 terdapat pada saliva yang dihasilkan oleh kelenjar parotis dan 85 dari keseluruhan saliva di dalam rongga mulut adalah SIgA. Aktivitas antibakteri SIgA yang utama adalah mencegah kolonisasi bakteri dengan mengikat antigen spesiIik yang adhesiI. Selain itu, kolonisasi juga dapat dihindarkan dengan aglutinasi bakteri yang akan dihancurkan saat melewati esoIagus atau mempengaruhi enzim spesiIik yang penting untuk metabolisme bakteri. Bakteri pada rongga mulut mudah diIagosit setelah dilapisi SIgA. b. Peroksidase Sistem antibakteri peroksidase terutama didapatkan pada saliva yang dihasilkan dari kelenjar parotis. Sistem antibakteri ini menghambat produksi asam dan pertumbuhan banyak mikroorganisme termasuk di dalamnya laktobacillu8, 8treptococcu8 dan Iungi (Rensburg, 1995). c. Lisozim Lisozim saliva aktiI menghancurkan dinding sel mikroorganisme gram positiI namun aktivitas lisozim harus dikombinasikan dengan tiosianat agar eIektiI dalam melisiskan bakteri (Rensburg, 1995). 3. Lubrikasi Kandungan glikoprotein dalam saliva bertanggungjawab dalam proses pengunyahan, pembentukan bolus makanan, penelanan, bicara dan melindungi permukaan mukosa dari iritasi (Rensburg, 1995). 4. Pengecapan Saliva memiliki komponen gustin yang berperan dalam pertumbuhan dan pergantian sel tunas pengecap (Amerongen, 1991). Makanan tidak dapat dirasakan pada mulut kering tanpa saliva (Rensburg, 1995). 5. Aksi BuIer Saliva berperan menekan perubahan derajat asam (pH) di dalam rongga mulut, baik oleh makanan asam maupun asam yang dikeluarkan oleh mikroorganisme (Amerongen, 1991). Derajat asam dan kapasitas buIer saliva sangat bergantung pada kandungan bikarbonat dan juga kandungan IosIat anorganik dalam saliva. Pada aliran saliva yang tinggi, bikarbonat merupakan buIIer yang eIektiI melawan asam dengan membentuk asam bikarbonat yang lemah yang akan terurai menjadi air dan karbon dioksida (Rensburg, 1995) 6. Pembersihan Mekanis Adanya aliran saliva dapat mengurangi akumulasi plak, mikroorganisme tidak mempunyai kesempatan untuk berkolonisasi pada gigi karena tidak ada makanan yang menempel, dan pembasahan elemen gigi akan mengurangi keausan oklusal yang disebabkan oleh daya pengunyahan (Amerongen, 1991). Koloni mikroorganisme dan sisa makanan terlepas karena aksi pembersihan dari saliva dan kemudian tertelan (Rensburg, 1995). 7. Pembekuan Darah Waktu pembekuan darah akan berkurang dengan keberadaan protein saliva yang mirip Iaktor pembekuan VII, IX dan platelet. Pembekuan darah yang terjadi ketika darah bercampur dengan saliva walaupun bekuan darah yang terbentuk kurang padat bila dibandingkan dengan pembekuan darah normal. Telah dilakukan percobaan yang menunjukan bahwa saliva, khususnya saliva yang berasal dari kelenjar submandibular dapat meningkatkan penyembuhan luka dikarenakan adanya Iactor pertumbuhan epidermal pada saliva (Rensburg, 1995). 8. Keseimbangan Air Pada keadaan dehidrasi, volume saliva menurun untuk menjaga keseimbangan air, yang akan menimbulkan rasa haus. Setelah minum, cairan tubuh akan kembali normal dan keseimbangan cairan terjaga kembali sehingga volume saliva kembali seperti semula (Rensburg, 1995).
2.2.4. Proses Pembentukan Kelenjar Saliva Ada tiga kelenjar saliva utama yaitu paratiroid, submandibula, dan sublingual. Ketiga kelenjar ini berasal dari benih epitel mulut, yang meluas ke mesenkim di bawahya. Semua jaringan parenkim (sekretori) dari kelenjar berasal dari proliIerasi epitel mulut, yang bersal dari ektodermal (untuk kelenjar mayor) dan endodermal (untuk kelenjar minor). Stroma (kapsul dan septum) dari kelenjar berasal dari mesenkim yang dapat bersiIat mesodermal atau dari neural crest (Sperber, 1991). Pada semua kelenjar saliva, setelah pembentukan awal dari benih, tali sel epithelial akan memanjang membentuk primordium duktus utama, yang masuk ke stroma subepitelial. Pada ujung distal massa padat ini, terdapat bola terminal, yang merupakan analage dari parenkim saliva interlobular. Percabangan membentuk arborasasi dan tiap cabang berakhir pada satu atau dua ujung benih padat. Pemanjangan tiap ujung akan mengikutinya dan lumen muncul pada bagian tengahnya, merubah bagian ujung menjadi tubula terminal. Tubula ini menghubungkan duktus kanalisasi (yang terbentuk pada tali epitel) dengan asini periIer. Kanalisasi berasal dari mitosis lapisan luar tali yang lebih cepat daripada bagian dalam dan sudah sempurna sebelum pembentukan lumen dimulai pada benih terminal. Nekrosis tali sel tidak pernah terlihat. Kanalisasi sempurna terjadi pada bulan ke 6 intra uterin (Sperber, 1991). Batas epithelium dari duktus, tubula dan asini terdiIerensiasi baik secara morIologi maupun Iungsional. Kontraksi sel-sel mioepitel muncul dari ektomesenkim neural crest, mengelilingi asini. Sel-sel mioepitel berdiIerensiasi pada saat dimulainya aktiIitas sekretoris Ietus pada asini, dan selesai bersamaan dengan selesainya pembentukan pola duktus asinar- interkulasi pada minggu ke-24 di submandibula, dan pada minggu ke-35 di kelenjar parotid. Interaksi antara epitel, mesenkim, saraI dan pembuluh darah diperlukan untuk menyempurnakan morpogenesis kelenjar ludah Iungsional. Inervasi automatis dari sel-sel parenkim merupakan tahap terpenting pada perkembangan kelenjar saliva. Rangsang saraI simpatis diperlukan untuk diIerensiasi asinar sedang rangsang saraI parasimpatis diperlukan untuk pertumbuhan kelenjar keseluruhan (Sperber, 1991). Benih kelenjar tiroid merupakan kelenjar pertama yang muncul pada minggu ke-6 intra uterin, pada bagian dalam pipi dekat sudut mulut akan tumbuh ke belakang kea rah telinga. Tonjolan maksila dan mandibula bergabung, menggeser lubang duktus pada bagian dalam pipi ke dorsal dari sudut mulut. Pada daerah parotis atau telinga, tali epithelial dari cabang-cabang sel di antara saraI wajah, terkanalisasi untuk membentuk asini dan duktus kelenjar. Duktus dan system asinar tertanam dalam stroma mesenkim yang tersusun menjadi lobulus-lobulus dan seluruh kelenjar akan terbungkus oleh jaringan ikat Iibrosa. Duktus kelenjar parotis terkanalisasi pada minggu ke-10, sedangkan benih terminal pada minggu ke-16, dan sekresi mulai terbentuk pada minggu ke-18 intra uterin (Sperber, 1991). Benih kelenjar ludah submandibula muncul pada akhir minggu ke-6 sebagai seri kelompok yang membentuk pertumbuhan epithelial berlebihan pada kedua sisi garis tengah di groove linguogingiva dasar mulut, pada daerah bakal papilla. Tali epithelial berproliIerasi ke dorsal ke mesenkim di balik otot mylohyoidea yang sedang berkembang, membelok ke ventral ketika membentuk percabangan dan terkanalisasi, membentuk asini dan duktus kelenjar submandibula. DiIerensiasi asini dimulai pada minggu ke- 12, aktivitas sekresi serous dimulai pada minggu ke-16, bertambah sampai minggu ke-16 sampai 28 ikut berperan dalam membentuk cairan amniotic dan mengandung amylase dan mungkin juga Iaktor pertumbuhan epidermal dan saraI. Pertumbuhan kelenjar submandibula terus berlangsung postnatal, disertai pembentukan asini mucous. Stroma mesenkim memisahkan lobulus-lobulus parenkim dan membentuk kapsul kelenjar (Sperber, 1991). Kelenjar sublingualis muncul pada minggu ke-18 intra uterin, sebagai seri yang terdiri dari 10 benih epitel, tepat di lateral analagen kelenjar submandibula. Percabangan dan kanalisasi ini menghasilkan sejumlah duktus yang membuka secara terpisah di balik lidah (Sperber, 1991). Sejumlah besar kelenjar saliva yang lebih kecil berasal dari epithelium ektodermal dan endodermal mulut, dan tetap sebagai asini serta duktus yang tersebar di seluruh mulut. Kelenjar saliva labialis superior pada permukaan dalam bibir, muncul selama minggu ke-9 intra uterin dan sempurna secara morIologi pada minggu ke-25 intra uterin (Sperber, 1991).
2.2.5. Proses Sekresi Saliva Mekanisme Sekresi Saliva 1. Fase I (Asinosa). Terjadi sintesa dan produksi 2. Fase II (Tubuler) Terjadi perubahan komposisi saliva menjadi kontraksi sel mioepitel. Air dan elektrolit disekresi atau diresorbsi oleh sel strita. Sekresi primer, dihasilkan oleh 2 asinus berupa ptilain dan musin. Sewaktu mengalir melalui duktus terjadi 2 proses transport aktiI utama yang memodiIikasi komposisi ion saliva : a. Ion-ion Na secara aktiI diresorbsi dari semua duktus salivatorius (interkalatus) dan ion-ion Na disekresi secara aktiI b. Ion bikarbonat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus Hasil akhir, pada kondisi istirahat, konsentrasi masing-masing ion Na dan Cl dalam saliva hanya sekitar 15 mea/ liter, sedangkan ion K 30 mea/ liter, ion bikarbonat 80-70 mea/ liter. Sekresi saliva terdiri dari : a. Sekresi sevus yang mengandung ptyalin (enzim untuk mencerna serat) b. Sekresi mucus untuk pelumas c. Regulasi sekresi saliva Sekresi saliva berada di bawah control syaraI. Rangsangan pada syaraI parasimpatik memegang peran utama stimulus sekresi saliva, dan berpengaruh terhadap komposisinya. SyaraI parasimpatik dari nucleus salivatorius superior menyebabkan sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organic yang rendah. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (Vasoactive Intestine Polipeptide), yang mana polipeptida ini adalah co-transmitter dengan asetil kolin pada sebagian neuron parasimpatis pasca ganglion. Rangsangan syaraI simpatis cenderung mempengaruhi volume sekresinya. SyaraI simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan organic dari kelenjar submandibularis (anonym, 2009).
Sekresi saliva pada keadaan tanpa rangsang dapat disebabkan oleh Iaktor berikut: 1. Derajat Hidrasi Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol. Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan Iaktor yang paling penting karena apabila cairan tubuh berkurang 8 maka kecepatan aliran saliva berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya kecepatan aliran saliva yang meningkat akan mengakibatkan hiperhidrasi (Rensburg, 1995). 2. Posisi Tubuh Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada posisi berdiri, kecepatan aliran saliva mencapai 100, pada posisi duduk 69 dan pada posisi berbaring 25 (Roth dan Calmes, 1981). 3. Paparan Cahaya Dalam keadaan gelap, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40. 4. Irama Siang dan Malam Kecepatan saliva memperlihatkan irama siang dan malam yang dapat mencapai puncaknya pada siang hari dan menurun saat tidur. 5. Irama Sirkanual Pada musim panas, kecepatan aliran saliva mengalami penurunan yangdisebabkan oleh dehidrasi tubuh. Pada musim dingin, kecepatan saliva pada kelenjar parotis mengalami peningkatan. 6. Obat atropin dan obat kolinergik lainnya menurunkan sekresi saliva (Ganong,1996). 7. Usia Kecepatan aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada anak dan dewasa kecepatan aliran saliva meningkat (Roth dan Calmes, 1981). 8. EIek psikis EIek psikis seperti mendengar bunyi makanan disisapkan, berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat meningkatkan aliran saliva. Sebaliknya berIikir makanan yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva (Rensburg, 1995).
Menurut Amerongen (1991), terdapat berbagai jenis rangsangan yang dapat mempengaruhi sumbangan kelenjar saliva terhadap volume saliva yang terdiri dari: 1. Rangsang Kimiawi oleh berbagai rasa asam, manis, asin, pahit dan pedas. 2. Rangsang Mekanis, sekresi saliva meningkat dengan pengunyahan makanan. 3. Rangsang Sakit. Rasa sakit pada keadaan inIlamasi, gingivitis dan protesa yang salah dapat meningkatkan sekresi saliva. 4. Rangsang Neuronal. Melalui sistem saraI otonom baik simpatis maupun parasimpatis. 5. Rangsang Psikis. Stres dapat menghambat sekresi saliva, tetapi kemarahan dapat bekerja sebagai stimulasi sekresi saliva.
Bab 3. Kesimpulan
Cairan rongga mulut yaitu saliva dan cairan sulkus gingiva mengandung Iaktor-Iaktor pertahanan yang sangat berperan penting di dalam memproteksi tubuh dari serangan benda-benda asing yang masuk melalui rongga mulut. Berdasarkan ukurannya, kelenjar saliva terdiri dari dua golongan, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Saliva terdiri dari komponen organic dan anorganik. Saliva mempunyai beberapa Iungsi diantaranya sebagai antibakteri, lubrikasi, pembersihan mekanis, larutan buIIering, dll. Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan Ietus (4 12 minggu). Faktor yang dapat mempengaruhi sekresi saliva diantaranya derajat hidrasi, posisi tubuh, paparan cahaya, irama siang dan malam, obat, usia dan eIek psikis.
Daftar Bacaan
Amerongen , A. Van Nieuw. 1991. Ludah dan Kelenjar Ludah : Arti Bagi KesehatanGigi (Penerjemah : ProI.drg RaIiah Abyono). Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Anonim, 2009. Sekresi Saliva. |online| http://aryou-snooker.blogspot.com/2009/ 11/sekresi-saliva.html. (23 Juli 2011) Anonim, 2011. Kelenjar Liur. |online| http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjarliur. (23 Juli 2011) Anonym. 2011. Pengukuran Volume Cairan Krevikuler Gingiva. |online| http://resaxcelia.posterous.com/laprak-biomul-pengukuran-volume-cairan- krevikuler-gingiva. (23 Juli 2011) Cambridge. 1982. Dental microbiology. London: Harper and Row Publisher. Ganong, W. F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 17. Diterjemahkan dari : Review oI medical Physiology. Oleh M. D. Widjajakusumah, et al. Jakarta : CV. EGC Guyton, A. C.; J. E. Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-9. Terj. I.Setiawan, Ken A. T. dan A. Santoso. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Houwink, B., J. H. I. Veld, PA. Roukema, et al. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Diterjemahkan dari: Preventive Thandheelkunde. Amsterdam. Nasution, Dewi, Kumala, Suri. 2008. Faktor-Faktor Pertahanan Yang Terdapat Dalam Cairan Rongga Mulut. |online| http://library.usu.ac.id. (23 Juli 2011) Pratama, Wirya. 2010. Saliva. |online| http://dentistrymolar.wordpress.com/2010/ 06/24/saliva. (23 Juli 2011) Rensburg, B. G. J. V. 1995. Oral Biology. Chicago: Quintessenc Publishing Co. Inc. Roth, G. I. ; R. Calmes. 1981. Oral Biology. St. Louis : The C. V. Mosby Sperber, G, H. 1991. Embriologi KranioIasial. Alih bahasa Lilian Yuwono. Edisi 4. Jakarta: Hipokrates.