Anda di halaman 1dari 6

APRESIASI

Standar Kompetensi
5. Mendengarkan
Memahami pementasan drama
6. Berbicara
Memerankan tokoh dalam pementasan drama
7. Membaca
Memahami berbagai hikayat, novel ndonesia/novel terjemahan
4. Menulis
Mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah

Kompetensi Dasar
5.1 Mengidentifikasi peristiwa, pelaku dan perwatakannya, dialog, dan konflik pada
pementasan drama
6.1 Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh
7.1 Menemukan unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik hikayat
4.1 Melengkapi karya tulis dengan daftar pustaka dan catatan kaki
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi pada tema ini, siswa diharapkan mampu :
1. Merangkum isi drama berdasarkan dialog yang didengar
2. Menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimi, sesui dengan watak tokoh
3. Menemukan unsur-unsur instrinsik [alur,tema,penokohan,sudut pandang,latar
dan amanat] dalam hikayat
4. Menulis surat perjanjian jual/beli dan surat kuasa sesuai dengan keperluan





Serambi IImu
preasi merupakan wujud Dario penghargaan kita terhadap karya orang
laen,Dalam proses apresiasi ini kita dapat mengoreksi dan memperbaiki
diri serta mengkaji wawasan-wawasan baru yang mungkin akan membuat
kita tertarik mempelajarinya.
Dalam tema apresiasi ini akan di sajikan materi-materi yang ada
hubunganya dengan memberi apresiasi terhadap karya orang laen.aadapun
materi-materi tersebut antara laen: mengindetifikasi peristiwa,pelaku dan
perwatakanya,dialog,dan konflik pada pementasan drama;menyampaikan dialog
disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh pada pementasan
drama;menemukan unsure-unsur intrinsic dan ekstrinsik hikayat;dan menulis
surat dagang dan surat kuasa.

A. Mendengarkan
Mengidentifikasi peristiwa, perilaku, perwatakan, dialog, dan konflik pada
pementasan drama
Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra disamping puisi dan
prosa, berbeda dengan karya sastra lainya, drama dibentuk oleh dialog-
dialog. Namun unsur pembentukanya hamper sama dengan prosa, yakni ada
tema, pesan, alur, tokoh, penokohan, latar dan yang lainya.
stilah drama berasal dari bahasa yunani "draomai yang artinya berbuat,
bertindak atau beraksi. Waluyo (2003 : 1) mengatakan bahwa "drama
merupakan tiruan kehidupan yang diproyeksikan diatas pentas. Namun bila
kita menyebut istilah drama maka kita akan berhadapandengan dua
kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas, keduanya bersumber
pada drama naskah. Oleh sebab itu pembicaraan tentang drama naskah
merupakan dasar dari telaah drama.
1. Menanggapi pementasan drama
Untuk menanggapi pementasan drama, langkah-langkah yang
harus dilakukan adalah :
a. Memahami rangkaian cerita pada setiap adeganya
b. Mencatat hal-hal menarik dari drama tersebut, terutama yang
berkenaan dengan unsure-unsur pembangunanya seperti : alur,
tema, dan penokohan.
c. Menggapi unsure-unsur pembangun drama tersebut
berdasarkan teori dan alas an-alasan yang jelas.
agar dapat memberikan tanggapan dengan baik maka kita harus memiliki pemahaman
yang memadai mengenai unsure-unsur pembentukanya.
a. Tema
A
Tema merupakan struktur dalam dari sebuah karya sastra. Tema dapat diartikan
sebagai gagasan yang menjalin struktur isi drama yang menyangkut berbagai
persoalan didunia ini, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih
saying, dsb
b. Alur/plot
Plot merupakan jalinan cerita / kerangka dari awal hingga akir yang merupakan
jalinan konflik antara 2 tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena
kontradiksi para pelaku. Sifat kedua tokoh utama itu bertentangan misalnya :
kebaikan kontra kejahatan. Konflik ini emakin lama semakin meningkat,
kemudian mencapai klimaks. Setelah itu menuju penyelesaian. Secara garis
besar, tahap-tahap jalinan cerita tersebut meliputi.
1. Pemaparan (eksposisi), babak yang mengantarkan situasi awal.
2. Komplikasi (rising action) atau pertikaian awal, babak mulainya timbul sebuah
permasalahan atau konflik.
3. Klimaks, sebagai puncak krisis
4. Peleraian/anti klimaks, (failing action) babak adanya peleraian
5. Penyelesaian, babab akir
c. Setting atau latar
Setting atau latar meliputi tempat, waktu, dan budaya yang digunakan dalam
drama. Latar dalam drama dapat bersifat factual atau bias pula imajiner. Latar
berfungsi untuk mempertegas keyakinan penonton terhadap jalanya suatu cerita.
d. Tokoh dan penokohan (perwatakan)
Tokoh merupakan pelaku/orang-orang yang terlibat dalam cerita, sedangkan
penokohan berkenaan dengan cara pengarang/sutradara dalam
menggambarkan karakter tokoh-tokoh dalam drama
Tokoh dalam drama dapat di klasifikasikan menjadi :
1. Berdasarkan peranya terhadap cerita
O Tokoh protagonist, yaitu tokoh yang mendukung cerita
O Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita
O Tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist
maupun antagonis.
2. Berdasarkan peranya dalam lakon serta fungsinya
O Tokoh central, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon.
Dalam hal ini tokoh central adalah tokoh protagonist dan tokoh
antagonis.
O Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh central.
Dapat pula sebagai perantara tokoh central. Dalam hal ini adalah
tokoh tritagonis
O Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap
atau tambahan dalam mata rantai cerita.
O Tokoh-tokoh yang telah disebutkan didepan harus memiliki watak para
tokoh terseut harus konsisten dari awal sampai akhir. Dalam
sebuahnaskah drama, karakter tokoh dapat digambarkan dengan
teknik-teknik berikut.
a. Teknik analitik, karakter tokoh diceritakan langsung oleh penulis scenario
pada bagian awal naskahnya.
b. Teknik dramatic, karakter tokoh dikemukakan melalui
O Penggambaran fisik dan perilaku tokoh
O Penggambaran lingkungan hidup tokoh
O Penggambaran tata bahasa (gaya bicara tokoh)
O Pengunkapan jalan pikiran tokoh, dan
O Penggambaran oleh tokoh lain
e. Dialog
Cirri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk cakapan atau dialog.
Cirri dialog yang baik antara lain:
1. Ragam bahasa dalam dialog tokoh-tokoh drama adalah bahasa lisan yang
komunikatifbukan ragam bahasa tulis
2. Disamping ragam bahasa, diksi juga harus diperhatikan, diksi atau pilihan
kata yang dipakai harus sesuai dengan dramatic, action dari alurnya.
3. Panjang pendeknya dialog juga harus diperhatikan untuk menentukan irama.
Pada awal adegan dapat kita hayati adegan yang lambat dan detail, namun
untuk mencapai klimaks, irama dialog harus diperhatikan dengan baik.
4. Dialog harus hidup, artinya dialog harus dapat mewakili tokoh yang
fdibawakan, sehingga watak secara psikologis, sosiologis, maupun fisiologis
dapat diwakili oleh dialog tersebut.


. erbicara
Menyampaikan dialog disertai gerak gerik dan mimic sesuai dengan watak
tokoh
Memahami konsep naskah drama merupakan bahan dasar sebuah
pementasan dan belum sempurna bentuknya apabila belum dipentaskan.
Naskah sering juga disebut sekenario. Dalam sebuah naskah ada
percakapan atau dialog yang berbeda dengan percakapan dalam teks prosa
yang biasanya ditulis berangkai dengan narasi. Pada naskah drama
percakapan ditulis terpisah menjadi dialog pertokoh yang diharapkan
memerankan ucapan tersebut. Namun, naskah drama tetap memiliki narasi.
Narasi dalam naskah drama biasanya ditulis memakai tanda kurung atau
dimiringkan (italic) japi kambojangdalam dasar dasar drama turbi member
istilah pada percakapan sebagai wawancang dan untuk tanda kurung
disebutnya dengan pramagung. Tulisan dalam tanda kurung itu digunakan
pemain untuk melakukan gerakan-gerakan dimaksud saat memerankan
karakternya. Dengan kata lain tulisan dalam kurung merupakan perintah dari
penulis naskah atau actor.
Penokohan merupakan karakter tokoh yang diinginkan dalam sebuah
naskah. Karakter ini sama seperti karakter manusia biasa ada kejam, sadis,
baik, pendiam, gila dsb. Dalam naskah drama semua watak tersebut dibagi
menjadi 3 kategori yaitu protagonist (tokoh baik) antagonis (tokoh jahat) dan
tritagonis (tokoh pembantu). Karakter-karakter tersebut diharapkan dapat
diperankan oleh actor atau pemain dengan maksimal agar tercapai maksud
naskah.
Karya seni sang actor diciptakan melalui tubuh, suara, dan jiwanya
sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilakan didepan
penonton oleh karena itu, seorang actor yang baikadalah seorang seniman
yang mampu memanfaatkan potensi dirinya. Potensi diri itu dapat diperinci
menjadi potensi tubuh, potensi driya, potensi nakal, potensi hati, potensi
imajinasi, potensi vocal dan potensi jiwa. Kemampuan memanfaatkan potensi
diri tentu tidak dating dengan sendirinya, tetapi harus dengan giat berlatih
berikut ini pelatihan dasar yang dapat dilakukan oleh calon actor.
a. Potensi tubuh, tubuh harus bagus dan menarik. Arti bagus dan menarik
disini bukan wajah harus tampan / cantik, tetapi tubuh harus lentur,
sanggup memainkan semua peran, dan mudah diarahkan. Latihan dasar
untuk melenturkan tubuh, antara lain latihan tari supaya actor mengenal
gerak berirama dan dapat mengatur waktu latihan samadi supaya actor
mengenal lebih dalam artinya diam/termenung secara insane, latihan silat
supaya actor mengenal diri dan percaya diri, latihan anggar untuk
mengenal arti semangat, latihan renang agar actor mengenal pengaturan
nafas.
b. Potensi driya, driya adalah semua panca indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan pengecap. Semau perlu dilatih satu persatu
supaya peka, cara melatihnya, melalui driya ganda. Artinya, suatu
pengindraan disertai pengindraan yang lain. Misalnya, melihat sambil
mendengarkan.
c. Potensi akal, seorang actor harus cerdik dan tangkas. Kecerdikan dan
ketangkasan dapat dimiliki jika terbiasa menggunakan akal antara lain
dengan kegiatan membaca dan berolah ragayang berhubungan dengan
pikiran. Seperti catur, halma, briggi, atau teka teki silang.
d. Potensi hati, hati merupakan landasan persaan. Persaan manusia amat
beragam dan silih berganti. Kadang-kadang senang dan tertawa, kadang-
kadang sedih dan meratap. Oleh karena itu, melatih hati sebenarnya
melatih kepekaan perasaan. Jika peraan seseorang peka, ia dapat
merasakan apa yang terjadi dalam suasana hatinya dengan cepat pula ia
dapat memberikan kreasi.
e. Potensi imajinasi, acting mungkin terjadi apabila dalam hati ada
kehendak. Kehendak (niat) itu harus dilengkapi dengan
imajinasi(membayangkan sesuatu). Menyuburkan imajinasi dalam diri
dapat dilakukan dengan sering mengapresiasi puisi dan mengapresiasi
lukisan.
f. Potensi vocal, actor mengucapkan kata-kata yang dirakit menjadi kalimat-
kalimat untuk mengutarakan persaaan dan fikiranya, actor harus
mempunyai vocal kuat agar kata-kata yang diucapkan jelas, latihan dasar
untuk menguatkan vocal antara lain, dengan deklamsai dan menyanyi
g. Potensi jiwa, seorang actor harus mampu memerankan tokoh dengan
penjiwaan artinya, ia harus berusaha agar jiwanya melebur dalam tokoh
yang diperankan, penjiwaan ini dapat digantikan lewat pengalaman
danpengamatan.

Anda mungkin juga menyukai